Hymen Imperforata
Hymen Imperforata
Hymen Imperforata
PEMBAHASAN
2.1.4 Penanganan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan
darah rutin, dan urinalisa.
Pemeriksaan Imaging
Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal
dan pelvis dapatmemberikan gambaran imaging untuk uterovaginal
anomali.
Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam
membantu delineating complex anatomy.Apabila dengan USG tidak
jelas, diperlukan pemeriksaan MRI.
USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui apakah ada kongenital anomali traktus urinaria yang
menyertai.
2.1.5
1. Penanganan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin,
dan urinalisa.
Pemeriksaan Imaging
Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan
pelvis dapatmemberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam
membantu delineating complex anatomy.Apabila dengan USG tidak
jelas, diperlukan pemeriksaan MRI.
USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah
ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.
2. Tindakan Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen
dilakukaninsisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi
silang (gambar 1)atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam
disebut insisi stellate.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak
kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak
lebih besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui
apakah yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara
pada insisistellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan
pinggir mukosa hymendi aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang
delayed-absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat
mengakibatkan membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane
hymen terjadi kembali. Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis
yang mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat
dengan mukosa vagina.Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna
merah tua kehitaman yang kental.Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan
posisi fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan
pengecilan vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga
diperlukan. Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu
paska pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan
inspeksi dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan
lancar. Bila hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan
dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus
yang berlebihan.
2.2 Atresia Labia Minora
2.1.1 Pengertian Atresia Labia Minora
Atresia Labia Minora adalah kelainan kongenital ini disebabkan
oleh membrane urogenitalis yang tidak menghilang di bagian vulva di
belakang klitoris ada lubang untuk pengeluaran air kencing dan darah haid.
Koitus walaupun sukar masih dapat dilaksanakan, malahan dapat terjadi
kehamilan. Pada partus hanya diperlukan sayatan digaris tengah yang cukup
panjang untuk melahirkan janin.
Kelainan tersebut (atresia labia minora) dapat terjadi pula sesudah
partus. Dalam hal ini radang menyebabkan kedua labium minus melekat,
dengan masih ada kemungkinan penderita dapat berkencing.
Daftar Pustaka :
https://www.scribd.com/document/342668808/MAKALAH-GINEKOLOGI