Anda di halaman 1dari 3

EKSPEDISI BUTHAK (2) 2019

Oleh : Hiki
Hari kemerdekaan tahun ini aku rayakan di Gunung Buthak, tepatnya di Kota Batu.
Gunung ini kami pilih karena lokasinya yang dekat dengan rumah dan tidak terlalu lama
waktu pendakian yang dibutuhkan. Berangkat pada hari Jum’at 16 Agustus 2019, kami
bertujuh berangkat sepulang salat jum’at. Namun, yang awal rencananya berangkat pada
pukul 13.00 menjadi 14.00 karena kemoloran. Berkumpul di Indomaret Mondoroko, kami
memulai perjalanan kali ini.
Kami tiba disana saat asar. Oh ya, parkiran matic dan bebek dibedakan. Kami sempat
melihat cekcok antara pendaki dengan tukang parkir yang melarang motor matic naik ke atas.
Ada pula, wanita yang nekat menerobos ke atas. Namun, dengan ketegasan tukang parkir,
segerombolan pendaki dikejar dan mungkin karena tukang parkir kesal, adanya permainan
fisik antara tukang parkir dan pendaki yang bandel ini.
Aku, Aan, Ujik, dan Yanuar naik keatas karena menggunakan motor bebek. Eca,
Mikel, dan Ilham terpaksa mengojek untuk menuju basecamp. Disana kami langsung
melakukan registrasi dan salat terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian, tak lupa kami
berdoa terlebih dahulu agar diberi keselamatan dan tentunya kembali lagi dengan selamat.
Aku, Aan, dan Ujik pernah ke gunung ini beberapa waktu lalu, saat musim hujan,
medan yang sangat sulit ditempuh membuat kami sebenarnya ogah mendaki gunung ini.
Namun, saat ini sudah kemarau, kami pikir tidak ada salahnya untuk mencoba lagi dan
menulusuri keindahan gunung ini.
Perjalanan dimulai dengan mengobrol santuy dan bergurau hingga pos 1 kita lalui
dengan cepat dan hanya sedikit berhenti. Kami sampai di Pos 1 sekitar pukul 4. Nah, setelah
Pos 1 ini merupakan musuh utama bagi pendaki Gunung Buthak. Di sini kami menjumpai
Tanjakan PHP yang sangat curam. Mungkin, dinamakan Tanjakan PHP karena tidak ada
habisnya tanjakan ini dan sangat menjulang tinggi ke langit. Meskipun tidak terlalu jauh.
Namun rasanya berjalan disini menguras tenaga yang cukup besar. Ilham, yang awalnya
memimpin untuk menjaga tempo kami berjalan, ditinggal oleh teman-teman. Aku dan Mikel
menyelesaikan tanjakan ini dengan cepat dan menunggu teman yang lain sekitar 10 menit
diatas. Setelah kita beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan. Sampailah kami di Pos
2 dengan segala cerita pendakian yang lalu. Ya, teman kami, Putra terpeleset jauh saat
menuruni Gunung Buthak saat hujan. Kejadian yang menegangkan waktu itu. Kami sampai
di Pos 2 sekitar pukul set 5 dengan senja yang membara dan sangat indah. Kami sempat
berfoto-foto sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos 3.
Perjalanan ke Pos 3 sebenarnya relatif landai tetapi lumayan jauh. Medan disini
menggambarkan hutan hutan belantara yang rapat dan terdapat pohon pohon tinggi. Ilham
kembali didepan untuk menjaga tempo. Maklum, kalau tempo kami tidak dijaga, akan
tertinggal semua. Hehe. Malam mulai tiba, kami segera mengenakan jaket dan memakai
sarung tangan untuk menahan serangan dingin gunung. Ya, suhu dingin saat malam bisa
menusuk kulit dan membuat hypotermia.
Kami sampai di Pos 3 sekitar pukul 7 dan beristirahat sejenak sambil menikmati
bintang bertaburan dan padang bulan yang menyinari. Namun, tetap saja kita memerlukan
penerangan tambahan. Perjalanan Pos 3 ke Pos 4 menurutku sedikit sulit, karena, tidak landai
dan tidak curam, tetapi jauh. Perjalanan ke Pos 4 cukup lama menurutku, ya kami kesulitan
dengan medan yang seperti ini, tidak terlalu menanjak namun terus terusan. Di tengah jalan
kami bertemu segerombolan pendaki yang memulai pendakiannya dari pukul 12 siang. Kami,
memulai pendakian pada pukul 15.30. Perbedaan stamina yang sangat mencolok. Ilham, yang
notabenenya tidak terlalu kuat, mampu mengalahkan segerombolan pendaki tersebut. Di
perjalanan ini juga banyak teman yang mulai putus asa karena masih jauh dan terus
menanjakn. Aku yang selalu menyemangati teman-teman akhirnya membuat kamu cepat
berada di Pos 4. Tempat pemberhentian kita hari ini. Pos 4 ini merupakan savana yang luas.
Kami mendirikan tenda disini. Di dekat sumber. Untuk memudahkan kami
mengambil air untuk kebutuhan memasak dan lainnya. Setelah beristirahat sejenak, kami
mendirikan tenda sebanyak dua buah. Aku yang usai mendirikan tenda, langsung menuju
sumber untuk cuci kaki. Airnya sangat dingin. Namun, aku berusaha menahannya dan
langsung masuk menuju tenda. Di dalam tenda aku langsung menyalakan kompor dan berapi
api untuk menghangatkan kaki dan tangan yang mulai mendingin. Aku, koki alam yang
melanjutkan tugas sebagai koki untuk memasakkan teman-teman. Aku setenda dengan Mikel
dan Ilham. Sama-sama pemula yang aku ajari untuk bekerja keras dan tidak bermalas-
malasan di gunung. Aku menanak nasi yang seharusnya, saat malam memasak mi, karena
masak nasi terlalu lama. Aku memasak dibantu dengan Mikel dan Ilham. Sementara teman
yang lain tidur di tenda. Sungguh, perasaan hati yang bergejolak yang ingin membalikkan
tenda mereka yang tidak membantu dalam proses masak-memasak.
Setelah makanan siap, aku Ilham dan Mikel makan terlebih dahulu dengan makanan
yang tentu berbeda dengan yang hanya rebahan di tenda. Setelah itu, baru aku
membangunkan teman yang lain untuk makan. Setelah itu, sekitar jam 12 aku berburu foto
milky way yang sebenarnya sudah sangat malas. Namun, kesempatan hanya sekali. Aku
menahan dingin dan menguatkan langkah kaki untuk melangkah menuju luar. Setelah
sepuluh menit aku kembali ke tenda dengan hasil yang cukup memuaskan menurutku.
Setelah itu, kami tidur dan memasang alarm jam 4 yang sebenarnya kami akan memasak mi
sebelum summit. Namun, jam 5 kami bangun dan baru summit. Tentu saja, kami
mendapatkan sunrise di perjalanan. Sungguh, sebuah momen yang terlewatkan untuk
pendakian. Namun, tidak apa. Pemandangan di puncak sungguh indah tak tertandingi. Lautan
awan. Matahari terbit. Merah putih. Sungguh, kenangan 17 Agustus yang tak terlupakan.
Segera, kami berfoto-foto untuk mengabadikan suasana. Tak lupa, foto di bendera merah
putih dan plakat Buthak. 2868mdpl. Ketinggian Gunung Buthak yang kami daki. 6,5 jam.
Setelah itu, aku menikmati indahnya mentari dengan snack. Sementara teman yang
lain masih sibuk berfoto. K. Setiap ke gunung aku selalu menyempatkan membuat huruf
tersebut dari ilalang. K. Untuk memudahkan aku memanggilnya. Iya, Erika.
Setelah puas berada di puncak tersebut, kami langsung menuruni puncak dengan jalan
yang cukup berbahaya. Aku harus jongkok untuk bisa melewatinya. Aku ingin segera ke
tenda dan memasak serta makan. Yee.
Aku tiba terlebih dahulu di bawah dan bertemu tetanggaku. Kemudian aku kembali
memasak nasi yang cukup banyak. All out. Kata yang aku keluarkan untuk menu sarapan kali
ini. Bagaimana tidak, logistik yang cukup banyak membuat kami harus menghabiskan
makanan agar tidak terlalu berat saat turun. Aku dan Ilham memasak soto dan sosis serta
bakso serta nugget. Banyak yang kami masak. Mi kami-pun tidak tersentuh karena kami lebih
mementingkan nasi.
Aku masak terlalu banyak sehingga sisa masih banyak. Lagi-lagi aku memasak
dengan Ilham saja, sementara yang lain bersantai ria. Sungguh. Aku ingin segera turun. Oh
ya, makanan kami yang banyak tersebut, kami berikan kepada tetanggaku yang kebetulan
baru saja turun dari puncak. Saat packing pulang, aku sungguh sangat jengkel dengan teman-
teman. Bagaimana tidak, masak tidak mau, cuci piring tidak mau, bawa berat tidak mau.
Packing tenda tidak. Astaghfirullah, kalian berkali-kali naik gunung itu ngapain. Oh ya,
gapernah kerja sih. Hehe.

Anda mungkin juga menyukai