Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

(KAP), UKURAN ENTITAS DAN CHANGE OF MANAGEMENT TERHADAP AUDITOR


SWITCHING

(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2012-2015)

Makalah Penelitian Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu: Marita Kusuma Wardani, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:

Novita Sari Diyah Ayu Anggraini


NIM: 18.52.2.1.296

AKUNTANSI SYARIAH 5G

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap perusahaan yang telah go public dan sudah mendaftarkan saham yang dimiliki pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) diwajibkan untuk membuat laporan keuangan perusahaan secara luas. Laporan
keuangan yang telah dibuat oleh suatu perusahaan bertujuan sebagai dasar audit dalam pengambilan
keputusan. Setiap perusahaan membutuhkan auditor untuk menjamin kewajaran dalam laporan keuangan
perusahaan, sehingga laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan andal.

Auditor merupakan pihak independen yang bertugas untuk memeriksa secara rasional dan
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan. Tugas seorang auditor ketika
melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan harus memiliki
sikap independensi. Sikap independensi diperlukan auditor dalam melaksanakan tugas audit yang akan
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan klien. Opini yang dihasilkan oleh auditor akan
bertindak atas pengambilan keputusan, sehingga sikap independensi seorang auditor dalam melaksanakan
tugas audit akan menjadi perhatian khusus dari stakeholder (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).

Terdapat peraturan mengenai partner audit dengan adanya pembatasan masa perikatan kerja (tenure)
antara auditor dengan klien. Audit tenure merupakan masa perikatan kerja sama antara auditor atau kantor
akuntan publik dengan klien mengenai jasa audit yang telah disetujui, biasanya diukur dengan jumlah
tahun. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”
terdapat peraturan mengenasi pembatasan audit (Arestantya & Wirajaya, 2016).

Auditor switching merupakan pergantian auditor atau kantor akuntan publik (KAP) yang dilakukan
oleh perusahaan klien. Pada dasarnya pergantian auditor atau KAP adalah cara dalam mengembangkan
kebebasan auditor dan kualitas hasil audit. Auditor switching dapat terjadi sacara voluntary maupun
mandatory. Auditor switching yang terjadi secara voluntary disebabkan perusahaan secara sukarela
mengganti kantor akuntan publik (KAP). Apabila auditor switching yang terjadi secara mandatory
disebabkan adanya peraturan pemerintah yang berlaku (Winata & Anisykurlillah, 2017).

Terjadinya auditor switching secara sukarela (voluntary) akan mengakibatkan berbagai pemahaman
bagi pengguna laporan keuangan (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Ada banyak faktor yang
menyebabkan klien melakukan pergantian auditor secara sukarela (voluntary) yang dapat dilihat dari sisi
perusahaan (klien) dan sisi auditor (KAP). Pergantian KAP secara sukarela (voluntary) atau dibawah 6
tahun berturut-turut telah terjadi walaupun peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan
perputaran yang telah ditetapkan(Astrini & Muid, 2013). Indonesia telah menetapkan pergantian auditor
atau KAP secara wajib (mandatory) tetapi perusahaan yang ada di Indonesia masih banyak yang
menggunakan atau menerapkan auditor switching secara sukarela (voluntary).

Pada tahun 2015 telah terjadi kasus terkait kompetensi seorang auditor yaitu kasus penghentian
sementara (suspen) perdagangan saham pada PT Inovisi Infracom Tbk (INVS). INVS mendapat sanksi
tersebut dikarenakan pada laporan kinerja keuangan INVS kuartal III-2014 banyak kesalahan yang
ditemukan (Udayani & Badera, 2017). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah terjadinya kesalahan
pada laporan keuangan yang telah diaudit, maka INVS melakukan auditor switching ke KAP yang
ukurannya lebih besar dari KAP sebelumnya. Pergantian auditor atau KAP tersebut terjadi bukan karena
peraturan yang berlaku tetapi karena perusahaan tersebut ingin meningkatkan kualitas penyampaian
laporan keuangan sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.

Auditor switching dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: financial distress, opini audit,
ukuran perusahaan, ukuran KAP, dan change of management. Financial distress termasuk salah satu
faktor yang mengakibatkan klien melakukan voluntary auditor switching. Financial distress merupakan
suatu kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan sehingga dikhawatirkan akan
mengalami kebangkrutan atau likuidasi (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).

Keadaan keuangan dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan untuk mengganti KAP.
Salah satunya pada perusahaan yang mengalami kondisi tidak sehat atau terancam bangkrut. Perusahaan
yang mengalami financial distress akan mengganti KAP yang bertujuan dapat mengurangi biaya distribusi
perusahaan. Oleh karena itu, suatu perusahaan akan cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang
sesuai dengan kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Wijaya & Trisnawati, 2009)
menyatakan bahwa financial distress perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan (Winata & Anisykurlillah, 2017).

Opini audit juga termasuk faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching. Opini audit penting
bagi manajemen yang nantinya digunakan sebagai alasan atau acuan untuk mengganti KAP yang
didasarkan pada peraturan masih diperbolehkan melakukan audit di perusahaan klien yang bersangkutan.
Kondisi semacam ini kerap muncul saat perusahaan klien tidak menyetujui dengan opini audit sebelumnya
atau opini audit yang akan datang. Permasalahan ini dapat memicu salah satu pihak untuk memisahkan
diri (Winata & Anisykurlillah, 2017).

Seorang auditor pasti mendambakan hasil audit dari laporan keuangannya mendapat opini wajar
tanpa pengecualian dari KAP yang disewanya (Astika & Pratini, 2013). Apabila auditor memberikan opini
selain wajar tanpa pengecualian dapat menyebabkan turunnya citra perusahaan sehingga pihak manajemen
mengganti auditor dengan alasan auditor tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan
manajemen. (Alansari & Badera, 2016) menyatakan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching. Sedangkan, (Astika & Pratini, 2013) dan (Astrini & Muid, 2013) menyatakan
sebaliknya, bahwa opini audit tidak berpengaruh dalam auditor switching.

Suatu perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) umumnya akan
mendapat opini audit going concern, sebab pemaparan terhadap laporan keuangan dapat mempengaruhi
opini audit going concern (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Going concern opinion merupakan suatu
pernyataan yang dikeluarkan oleh auditor karena adanya kesanksian besar mengenai kelangsungan hidup
perusahaan untuk dipertahankan dimasa depan. Apabila berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh
auditor ditemukan keraguan atas keberlangsungan perusahaan kedepannya, seorang auditor akan
melakukan pertimbangan untuk menerbitkan opini going concern (Mutchler, 1985). Setiap perusahaan
pasti tidak menginginkan pernyataan opini audit going concern, karena dapat menyusutkan kepercayaan
pengguna atas laporan keuangan entitas seperti investor, kreditor, dan pengguna laporan keuangan lainnya
(Adhiputra, 2015).

3
Change of management termasuk salah satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya voluntary
auditor switching oleh perusahaan (klien). Pergantian manajemen (change of management) merupakan
pergantian direksi perusahaan yang disebabkan karena adanya keputusan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Change of management dalam suatu perusahaan
berpengaruh juga dengan pergantian kebijakan yang dilakukan dalam perusahaan.

Manajemen biasanya melakukan audit switching dikarenakan terdapat unsur kepercayaan.


Terjadinya pergantian akuntan publik dalam suatu perusahaan, disebabkan manajemen yang baru memberi
kepercayaan terhadap akuntan publik baru yang diharapkan bisa diajak bekerja sama dan dapat
memberikan pendapat yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Penelitian pengaruh pergantian
manajemen terhadap pergantian auditor telah dilakukan oleh (Astrini & Muid, 2013) dengan menunjukkan
hasil bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian KAP, sehingga besar
kemungkinan change of management berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik dalam suatu
perusahaan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Agus Setiawan & Aryani M., 2014) menyatakan bahwa
change of management tidak berpengaruh pada auditor switching, hal ini menunjukkan bahwa change of
management tidak selalu diikuti dengan pergantian kebijakan perusahaan dalam menggunakan jasa
akuntan publik. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dan pelaporan keuangan dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) lama tetap dapat disamakan dengan kebijakan manajemen baru, yaitu
dengan cara melakukan negosiasi antara kedua belah pihak. Change of management dapat mendorong
perusahaan untuk melakukan auditor switching pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki
reputasi yang baik daripada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bereputasi, begitu pula sebaliknya
tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen yang baru.

Ukuran KAP juga mempengaruhi kualitas audit yang berdampak pada terjadinya auditor switching.
Ukuran dari KAP digolongkan dalam big four dan non big four (Astika & Pratini, 2013). KAP big four
dianggap lebih mampu meningkatkan independensi dibandingkan dengan KAP yang kecil atau non big
four. Perusahaan akan lebih memilih KAP big four karena dipandang lebih meningkatkan kredibilitas
perusahaan (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).

Penelitian ini menggunakan perusahaan - perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2012 sampai 2015 sebagai objek penelitian. Peneliti menggunakan perusahaan
sektor manufaktur karena sektor industri manufaktur paling banyak listing di BEI dibandingkan
perusahaan pada sektor lain (Udayani & Badera, 2017). Alasan lain peneliti memilih objek penelitian di
BEI karena data yang diperoleh di BEI memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat mencerminkan kondisi terbaru dari objek penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Audi Ghaffari, 2017)
yaitu terletak pada beberapa variabel yang berbeda, lokasi, sampel, dan tahun amatan yang berbeda.
Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu yang tampak tidak konsisten, maka penelitian ini ingin
meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Dengan demikian penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Financial Distress, Opini Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP),
Ukuran Perusahaan dan Change of Management terhadap Auditor Switching”.

2. Identifikasi Masalah

4
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai
berikut:

1. Pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


17/PMK.01/2008 tentang mandatory auditor switching. Namun masih banyak perusahaan yang
melakukan voluntary auditor switching.
2. Auditor switching secara sukarela (voluntary) yang terjadi dalam suatu perusahaan akan
mengakibatkan berbagai persepsi dan kecurigaan dari pihak eksternal.
3. Masih terdapat perbedaan hasil antara penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi Auditor Switching.

3. Batasan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas,
maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu,

1. faktor-faktor yang diteliti menggunakan faktor financial distress, opini audit, ukuran kantor
akuntan publik, ukuran perusahaan, dan change of management.
2. Data penelitian yang digunakan merupakan laporan keuangan dan laporan tahunan (Annual
Report) yang sudah terpublikasi untuk periode tahun 2012-2015 di perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI.
3. Penelitian ini fokus pada auditor switching secara sukarela (voluntary).

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Apakah Financial Distress berpengaruh terhadap Auditor Switching dalam perusahaan


manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah pengaruh Opini Audit terhadap Auditor Switching dalam perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Ukuran KAP juga berpengaruh terhadap Auditor Switching dalam perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah pengaruh dari Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching dalam perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah Change of Management berpengaruh terhadap Auditor Switching dalam perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis adanya pengaruh Financial Distress terhadap Auditor Switching dalam
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis adanya pengaruh Opini Audit terhadap Auditor Switching dalam perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

5
3. Untuk menganalisis adanya pengaruh Ukuran KAP terhadap Auditor Switching dalam
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk menganalisis adanya pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Auditor Switching dalam
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
5. Untuk menganalisis adanya pengaruh Change of Management terhadap Auditor Switching dalam
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka beberapa manfaat yang
dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis:
a. Sebagai khasanah pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada kajian tentang Auditor
Switching.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan mengenai pentingnya
Auditor Switching.
c. Memberikan pengetahuan kepada pembaca atau masyarakat yang berkaitan dengan Auditor
Switching.
2. Manfaat Praktis.

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan gambaran nilai manfaat kepada penulis,
objek penelitian dan untuk pihak-pihak lainnya. Di antara manfaat tersebut yaitu:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan auditor switching dalam suatu perusahaan.
b. Menambah pengetahuan bagi profesi akuntan publik tentang praktik auditor switching yang
dilakukan perusahaan.
c. Dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh financial distress, opini audit, ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Change of Management terhadap auditor switching.

6
BAB II

LANDASASAN TEORI

2.1. Teori Keagenan (Agency Theory).

Menurut (Jensen & Meckling, 1976) teori keagenan merupakan suatu kondisi yang terjadi dalam
suatu perusahaan dimana pihak agent (manajemen perusahaan) dan pihak principal (pemegang saham)
melakukan kontrak kerja sama yang berisi kesepakatan-kesepakatan yang menjelaskan bahwa pihak agent
diharuskan untuk bekerja secara maksimal guna memberikan profit yang tinggi kepada pihak principal.
Teori ini melandasi sebuah agency problem atau teori yang menjelaskan tentang permasalahan hubungan
kontrak antara pihak agent dan pihak principal yang menjadi pemicu change of management (Ratih &
Eka Damayanthi, 2016). Munculnya Agency problem dikarenakan setiap orang memiliki kecenderungan
mementingkan diri sendiri dan dapat menimbulkan konflik saat adanya kepentingan bertemu secara
bersamaan apabila salah satu pihak yang bermasalah memiliki ketidaklengkapan informasi (asimetri
informasi) terhadap pihak lain (Juliantari & Rasmini, 2013).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif karena adanya
ketidaklengkapan informasi tersebut adalah dengan menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
independen. Auditor memiliki tanggung jawab untuk memeriksa serta memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, supaya tidak terjadi kesalahan informasi
sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Auditor dalam melaksanakan tugas pengauditan
wajib memiliki independensi sehingga tidak mampu dipengaruhi oleh kepentingan manajemen sebagai
klien (Udayani & Badera, 2017). Perikatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih
independen tentang prestasi kerja dan kualitas kerja laporan keuangan.

Independensi auditor sangat penting dalam memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan
keuangan yang disajikan, sehingga laporan keuangan tidak akan memberikan informasi yang
menyesatkan. Kepentingan principal tersebut membuat perusahaan melakukan auditor switching dengan
harapan mendapatkan auditor yang lebih berkualitas, sehingga principal memiliki kepercayaan terhadap
kewajaran laporan keuangan. Teori agensi dijadikan dasar atas hipotesis pertama bahwa klien cenderung
mengganti auditornya apabila tidak menerima opini wajar tanpa pengecualian.

Menurut (Ratih & Eka Damayanthi, 2016) menyatakan bahwa jika auditor tidak memberikan opini
sesuai dengan yang diharapankan oleh manajer perusahaan maka kemungkinan besar manajer akan
mengganti auditornya dengan auditor lain yang dapat memberikan opini sesuai harapan manajer.
Penelitian ini juga menjadikan teori agensi sebagai dasar hipotesis kedua. Menurut (Agiastuti & Dharma
Suputra, 2016) pergantian manajemen (change of management) merupakan salah satu penyebab
perusahaan melakukan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berasal dari pihak
klien. Jika dalam suatu perusahaan melakukan perubahan atas dewan direksi baik komisaris maupun
direktur, maka berbagai kebijakan seperti keuangan, akuntansi dan pemilihan auditor atau KAP juga akan
mengalami perubahan yang signifikan.

Teori agensi beranggapan bahwa manusia sebagai makhluk yang self interest yang berarti setiap
individu melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan

7
manajemen (change of management) akan terjadi perubahan kebijakan dan metode akuntansi perusahaan.
ketika manajemen yang baru merasa tidak puas dengan kualitas auditor yang lama karena dianggap tidak
mampu mengakomodasi kebutuhan yang diinginkan maka manajemen memutuskan untuk melakukan
pergantian auditor (auditor switching). Manajemen akan mencari auditor yang berharap nantinya dapat
sejalan dengan kebijakan dan praktik akuntansi yang manajemen baru terapkan. Oleh sebab itu, perubahan
manajemen menyebabkan peluang terjadinya auditor switching semakin tinggi.

Teori agensi juga dijadikan dasar hipotesis ketiga bahwa klien akan lebih percaya pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan big four karena dianggap memiliki independensi yang
tinggi dan kualitas yang baik (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Jika dalam suatu perusahaan yang
telah diaudit dengan KAP yang berafiliasi dengan big four maka cenderung tidak akan mengganti
auditornya.

Teori agensi kemudian juga digunakan sebagai dasar hipotesis keempat. Menurut (Jensen &
Meckling, 1976) menyatakan bahwa perusahaan yang besar atau go public berupaya untuk dapat
mengurangi biaya agensi karena kesulitan usaha serta adanya peningkatan pemisahan antara manajemen
dan kepemilikan. Oleh karena itu, manajemen akan terus berupaya untuk mempertahankan auditornya
agar tidak terjadi peningkatan biaya agensi.

2.2. Auditor Switching.

Auditor switching merupakan perpindahan auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam suatu
perusahaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu kewajiban berdasarkan aturan kementerian keuangan
dan atas kemauan dari pihak internal perusahaan tersebut (Alansari & Badera, 2016). Auditor switching
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 pasal 6 yang
menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
Akuntan Publik paling lama 3 tahun buku berturut-turut. Ketentuan mengenai auditor switching di
Indonesia telah diperbaharui dimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” khususnya pasal 3 ayat 1 mengenai “Pembatasan
Masa Pemberian Jasa” bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya boleh mengaudit dalam suatu
perusahaan paling lama 6 tahun buku berturut-turut dan untuk Akuntan Publik diperbolehkan melakukan
audit paling lama 3 tahun buku berturut-turut (Udayani & Badera, 2017).

Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan peraturan baru mengenai pergantaian auditor, yaitu PP
Nomor 20/2015 tentang “Praktik Akuntan Publik” pasal 11 ayat 1 bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP)
tidak dibatasi dalam melaksanakan audit atas suatu perusahaan dan bagi Akuntan Publik dibatasi selama 5
tahun buku berturut-turut (Magdalena & Suprapto, 2020). Auditor switching dibedakan menjadi dua
bagian yaitu, pergantian Kantor Akuntan Publik secara wajib (mandatory) dan pergantian Kantor Akuntan
Publik secara sukarela (voluntary).

Auditor switching secara wajib (mandatory) merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik (KAP) dilakukan oleh suatu perusahaan yang disebabkan adanya peraturan berlaku yang
mengharuskan perusahaan tersebut melakukan pergantian auditor atau KAP secara berkala. Sedangkan,
auditor switching secara sukarela (voluntary) yaitu pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik yang
dilakukan oleh suatu perusahaan disebabkan adanya keputusan manajemen di luar ketentuan yang berlaku

8
(Arestantya & Wirajaya, 2016). Pergantian auditor secara wajib (mandatory) dan secara sukarela
(voluntary) dapat dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu independensi
auditor.

Pergantian auditor yang terjadi secara sukarela (voluntary) masalah utamanya terdapat pada sisi
klien. Sedangkan, pergantian auditor terjadi secara wajib (mandatory), masalah utamanya beralih kepada
auditor (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Terjadinya auditor switching secara sukarela (voluntary)
disebabkan adanya alasan-alasan ataupun faktor-faktor tertentu dari pihak perusahaan klien (kegagalan
manajemen, kesulitan keuangan, dsb) maupun dari auditor atau Kantor Akuntan Publik (fee audit, opini
audit, dsb).

Auditor switching yang dilakukan secara sukarela (voluntary) bertujuan untuk menjaga independensi
dari auditor agar tetap bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Menurut (Alansari
& Badera, 2016) menyatakan bahwa dalam suatu perusahaan yang melakukan perpindahan dari Kantor
Akuntan Publik ke Kantor Akuntan Publik lainnya dianggap melakukan auditor switching. Begitu juga
sebaliknya, jika suatu perusahaan tidak melakukan perpindahan Kantor Akuntan Publik atau tetap
menggunakan Kantor Akuntan Publik yang sama maka dinyatakan tidak melakukan auditor switching.

Berdasarkan penelitian (Udayani & Badera, 2017) juga menyebutkan bahwa suatu perusahaan yang
melakukan pergantian KAP dikatakan melakukan auditor switching. Sedangkan, perusahaan yang tidak
melakukan pergantian KAP dianggap tidak melakukan auditor switching. Auditor switching yang
dilakukan oleh suatu perusahaan disebabkan adanya beberapa faktor. (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016)
menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan auditor switching dikarenakan adanya
financial distress, opini audit, ukuran KAP, dan change of management.

2.3. Financial Distress.

Financial distress merupakan suatu kondisi atau keadaan yang menunjukkan ketidakmampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya dan terancam mengalami kebangkrutan (likuidasi).
Perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan, posisi keuangannya juga terancam yang berdampak
penting bagi perusahaan untuk mempertahankan KAP. Kondisi perusahaan klien yang terancam bangkrut
akan lebih meningkatkan evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Suatu perusahaan yang
mengalami financial distress biasanya melakukan auditor switching (Agus Setiawan & Aryani M., 2014).

Financial distress atau kesulitan keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan akan mendorong
perusahaan untuk melakukan pergantian auditor. Ancaman atas kesulitan keuangan juga akan berpengaruh
dalam biaya lebih tinggi yang akan dihadapi perusahaan dimasa datang. Hal tersebut disebabkan karena
manajemen lebih memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak yang dilakukan untuk menghindari
kebangkrutan (likuidasi) daripada untuk membuat keputusan-keputusan untuk mengelola perusahaan yang
lebih baik (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Agus Setiawan & Aryani M., 2014) menunjukkan bahwa
kesulitan keuangan (financial distress) dalam suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian
auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian serupa telah dilakukan oleh (Sugiarti & Pramono,
2016) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh financial distress dalam suatu perusahaan terhadap
pergantian auditor atau KAP.

9
2.4. Opini Audit.

Opini audit merupakan suatu pernyataan pendapat dari auditor terhadap kewajaran laporan keuangan
dari perusahaan yang telah diaudit (Winata & Anisykurlillah, 2017). Kewajaran dari laporan keuangan
menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini dari auditor menjadi salah satu sumber
informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan atau pihak eksternal untuk
dipertimbangkan.

Manajemen pasti menginginkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) atas laporan
keuangannya. Manajemen akan berusaha melakukan cara agar laporan keuangan yang disajikan memiliki
kredibilitas yang tinggi. Apabila auditor tidak memberikan pendapat yang tidak sesuai keinginannya,
manajemen akan memberhentikan auditornya dan kemungkinan manajemen perusahaan akan melakukan
auditor switching secara voluntary (Beta Yunisara, 2017). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Audi
Ghaffari, 2017) dan (Sugiarti & Pramono, 2016) menunjukkan hasil atas opini auditor tidak berpengaruh
dalam auditor switching.

Menurut Mulyadi (2009:22), opini audit ada lima jenis yaitu:

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) merupakan suatu pendapat yang
diberikan auditor pada saat melaksanakan audit sesuai dengan Standar Auditing, jika tidak terjadi
pembatasan dalam ruang lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai
kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan,
konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai
dalam laporan keuangan. Laporan audit yang terdapat opini wajar tanpa pengecualian merupakan
laporan yang sangat dibutuhkan oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Opini wajar tanpa pengecualian ini disampaikan oleh auditor apabila semua laporan keuangan
(laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan) telah lengkap diberikan dan tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor
untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. Dengan
mengeluarkan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan klien disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.

Wajar dalam opini artinya, bebas dari keraguan, ketidakjujuran dan lengkap informasinya.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with
Explanatory Language).

Pendapat ini diberikan oleh auditor jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan bahasa penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat
wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan yang menjadi penyebab utama
ditambahkannya suatu kalimat penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:

a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

10
b. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan standar
akuntansi atau dalam metode penerapannya.
c. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang
luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
d. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara
material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas diberikan ketika auditor merasa perlu
memberikan informasi tambahan mengenai laporan keuangan yang disajikan klien. Meskipun suatu
proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan serta laporan keuangan telah
disajikan secara wajar.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion).

Pendapat ini akan diberikan oleh auditor apabila ia menilai bahwa laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dalam arti disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dilihat dari
keseluruhan laporan, namun ada hal-hal tertentu atau ada kondisi yang mengharuskan seorang
auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu:

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.


b. Kondisi-kondisi yang ada di luar kekuasaan klien maupun auditor menyebabkan auditor tidak
dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion).

Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor memberikan
pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain itu, pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang
lingkup auditor yang dibatasi sehingga tidak dapat mengumpukan bukti kompeten untuk mendukung
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang
disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, oleh pemakai
informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).

Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini disebut laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya pembatasan yang
bersifat luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena auditor tidak independen dalam
hubungannya dengan klien, maka kondisi ini dapat menyebabkan auditor untuk memberikan opini
disclaimer.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse
opinion) adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya

11
ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat
karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena
ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dari auditor maka akan merasa
puas dan tidak melakukan auditor switching. Sebaliknya, jika perusahaan mendapat opini selain
wajar tanpa pengecualian maka perusahaan cenderung akan melakukan auditor switching.

2.5. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh
izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional
dalam praktik akuntan publik. Ukuran KAP juga mempengaruhi kualitas audit yang berdampak pada
terjadinya auditor switching. Ukuran dari KAP digolongkan dalam big four dan non big four (Astika &
Pratini, 2013). KAP big four dianggap lebih mampu meningkatkan independensi dibandingkan dengan
KAP yang kecil atau non big four.

Perusahaan akan lebih memilih KAP big four karena dipandang lebih meningkatkan kredibilitas
perusahaan (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Ukuran KAP dapat dikatakan besar jika KAP tersebut
berafiliasi dengan big four yang mempunyai cabang dan klien perusahaan-perusahaan besar serta
mempunyai tenaga profesional di atas 25 orang. Sedangkan, ukuran KAP dikatakan kecil jika tidak
berafiliasi dengan big four, tidak mempunyai cabang dan kliennya perusahaan kecil serta jumlah tenaga
profesionalnya kurang dari 25 orang (Wea & Murdiawati, 2011).

Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan di pihak eksternal sebagai pemakai laporan keuangan. KAP big four biasanya dianggap lebih
mampu mempertahankan independensi auditor dibandingkan dengan KAP non big four karena mereka
biasanya menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam jumlah yang besar sehingga mengurangi
ketergantungan mereka pada klien tertentu (Beta Yunisara, 2017).

Ukuran KAP big four memiliki afiliasi di berbagai Negara termasuk di Indonesia, berikut adalah
KAP big four dan afiliasinya di Indonesia:

1. KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan KAP Deloitte Touche Tohmatsu.
2. KAP Purwantono, Suherman dan Surja yang berafiliasi dengan KAP Ernest & Young.
3. KAP Siddharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Main Goerdeler.
4. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan yang berafiliasi dengan KAP Price Waterhouse
Coopers.

Ukuran KAP juga mempengaruhi kualitas audit yang berdampak pada terjadinya pergantian auditor.
Menurut (Astika & Pratini, 2013) perusahaan cenderung memilih KAP yang memiliki tingkat kredibilitas
yang tinggi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangannya. KAP big four dianggap memiliki tingkat
independensi yang lebih baik daripada KAP yang lebih kecil, karena KAP yang lebih besar memiliki
kemampuan finansial dan kualitas sumber daya yang lebih tinggi.

2.6. Ukuran Perusahaan.

12
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala di mana dapat diklasifikan besar kecilnya perusahaan
yang dihubungkan dengan financial perusahaan (Priambardi & Haryanto, 2014). Ukuran perusahaan dapat
diklasifikasikan sebagai perusahaan besar atau kecil berdasarkan total asset, semakin besar total aset
perusahaan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan semakin besar.

Perusahaan besar merupakan suatu perusahaan yang mempunyai total aktiva lebih besar dari mean
asset. Sedangkan, perusahaan kecil merupakan perusahaan yang mempunyai total aktiva lebih kecil dari
mean asset (Prastiwi & Wilsya, 2009). Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aktiva
diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah
atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah total aktiva tidak lebih dari 100 milyar rupiah”.

(Mutchler, 1985) berpendapat bahwa perusahaan dengan skala yang lebih besar akan dapat
menyelesaikan permasalahan finansial dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan dengan
skala besar biasanya juga menggunakan KAP dengan standar kualitas yang tinggi, hal ini bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan stakeholder dan pemegang saham.

Permintaan layanan audit akan berkembang seiring dengan adanya perkembangan ukuran
perusahaan dan bertambah rumitnya aktivitas perusahaan, di mana KAP dengan kualitas, sumberdaya, dan
pengalaman yang baik akan dipertahankan oleh perusahaan. Jika tidak adanya kesesuaian ukuran antara
perusahaan klien yang besar diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang kecil maka akan menimbulkan
auditor switching. Variabel ukuran klien dihitung berdasarkan logaritma natural atas total aset perusahaan
yang menjadi sampel perusahaan (Priambardi & Haryanto, 2014).

2.7. Change Of Management (Pergantian Manajemen).

Pergantian manajemen (change of management) merupakan pergantian direksi perusahaan seperti,


pergantian dewan direksi, pengontrol keuangan, direktur dan komite audit yang disebabkan karena adanya
keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016). Change
of management dalam suatu perusahaan berpengaruh juga dengan pergantian kebijakan yang dilakukan
dalam perusahaan.

Manajemen biasanya melakukan audit switching dikarenakan terdapat unsur kepercayaan.


Terjadinya pergantian akuntan publik dalam suatu perusahaan, disebabkan manajemen yang baru memberi
kepercayaan terhadap akuntan publik baru yang diharapkan bisa diajak bekerja sama dan dapat
memberikan pendapat yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Penelitian pengaruh pergantian
manajemen terhadap pergantian auditor telah dilakukan oleh (Astrini & Muid, 2013) dengan menunjukkan
hasil bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian KAP, sehingga besar
kemungkinan change of management berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik dalam suatu
perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Agus Setiawan & Aryani M., 2014) menyatakan bahwa change of
management tidak berpengaruh pada auditor switching, hal ini menunjukkan bahwa change of
management tidak selalu diikuti dengan pergantian kebijakan perusahaan dalam menggunakan jasa
akuntan publik. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dan pelaporan keuangan dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) lama tetap dapat disamakan dengan kebijakan manajemen baru, yaitu

13
dengan cara melakukan negosiasi antara kedua belah pihak. Change of management dapat mendorong
perusahaan untuk melakukan auditor switching pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki
reputasi yang baik daripada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tidak bereputasi, begitu pula sebaliknya
tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen yang baru.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan manajemen merupakan perubahan
dewan direksi suatu perusahaan atau perubahan CEO (Chief Executive Officer) yang diakibatkan oleh
hasil keputusan rapat umum pemegang saham atau dewan direksi melakukan pengunduran diri. Namun
dalam penelitian ini difokuskan pada pergantian CEO (Chief Eksekutif Officer) atau presiden direktur
perusahaan.

Menurut (Chadegani et al., 2011) dengan adanya pergantian pada struktur perusahaan ini,
manajemen baru dapat memilih untuk beralih auditor karena mereka memiliki hubungan kerja yang lebih
disukai dengan auditor tertentu. Menurut pendapat (Chadegani et al., 2011) mereka mencari auditor yang
lebih sejalan dengan pilihan dan penerapan kebijakan akuntansi mereka yang baru. Berdasarkan teori
keagenan, kondisi ini dapat terjadi dikarenakan manajemen sebagai pihak agent mempunyai kepentingan
sendiri.

2.8. Hasil Penelitian yang Relevan.

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, yang digunakan
sebagai dasar atau acuan dalam penulisan skripsi. Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan
skripsi ini diantaranya sebagai berikut:

Variabel Peneliti, Metode, dan Hasil Penelitian Saran Penelitian


Sampel
Dependen: Juliantari dan Rasmini Ukuran KAP dan Menambah dan variabel
Auditor Switching (2013) Ukuran perusahaan lain seperti rasio
Independen: Analisis regresi logistic klien berpengaruh pada profitabilitas, rasio
Opini Audit Sampel 100 perusahaan auditor switching, liquiditas, reputasi
Pergantian Manajemen manufaktur yang sedangkan opini audit KAP, audit fee.
Ukuran KAP terdaftar di BEI tahun dan pergantian Menggunakan tahun
Ukuran Perusahaan 2007-2011 manajemen tidak amatan yang lebih
Klien berpengaruh pada panjang dan jenis
auditor switching. industri yang berbeda.
Dependen: Udayani dan Badera Pergantian manajemen Menambah variabel lain
Auditor Switching (2017) berpengaruh positif seperti audit delay.
Independen: Analisis regresi logistic pada auditor switching, Menggunakan proksi
Pergantian Manajemen dan MRA audit fee tidak lain untuk variabel
Audit fee Sampel 23 perusahaan berpengaruh pada kualitas audit misalnya
Moderasi: manufaktur yang auditor switching. AQMS (Audit Quality
Kualitas Audit terdaftar di BEI tahun Kualitas audit tidak Matric Score).
2011-2015 memoderasi pengaruh
pergantian manajemen
pada auditor switching.

14
Kualitas audit tidak
memoderasi audit fee
manajemen pada
auditor switching.
Dependen: Chadegani, et al (2011) Ukuran KAP yang Menambah variabel lain
Auditor Switching Analisis regresi logistic mempengaruhi auditor yang berhubungan
Independen: Sampel 20 perusahaan switching, sedangkan dengan auditor
Pergantian Manajemen manufaktur yang perubahan manajemen, switching.
Financial Distress terdaftar di BEI tahun tingkat pertumbuhan
Ukuran KAP 200-2012 klien, financial distress,
Ukuran Klien ukuran KAP, opini
Opini Audit audit dan fee audit tidak
Fee Audit mempengaruhi auditor
switching
Dependen: Astika dan Pratini Pergantian manajemen Menambah variabel lain
Pergantian auditor (2013) dan financial distress seperti rasio
Independen: Analisis regresi logistic berpengaruh positif dan profitabilitas,
Opini auditor Sampel 132 perusahaan signifikan pada rentabilitas, solvabilitas
Ukuran KAP manufaktur yang terjadinya pergantian serta reputasi KAP,
Pergantian Manajemen terdaftar di BEI tahun auditor. Variabel opini ukuran perusahaan, fee
Financial distress 2008-2011 auditor dan ukuran audit, kualitas auditor.
KAP tidak mendukung Menambah tahun
pada terjadinya penelitian dan
pergantian auditor. menggunakan jenis
industry yang berbeda.
Dependen: Agiastuti dan Dharma Financial distress tidak Mempertimbangkan
Voluntary Auditor Suputra (2016) berpengaruh dalam untuk meneliti variabel
Switching Analisis regresi logistic pergantian auditor, ukuran KAP, reputasi
Independen: Sampel 22 perusahaan sedangkan going auditor, opini auditor,
Financial distress property dan real estate concern opinion, peluang manipulasi
Going concern opinion Yang terdaftar di BEI management changes income dan
Management changes tahun 2009-2013 dan reputasi KAP pertumbuhan
Reputasi KAP berpengaruh pada perusahaan yang belum
pergantian auditor. diangkat dalam
penelitian ini. Dapat
menggunakan variabel
pergantian manajemen
dan audit fee.
Dependen: Prastiwi dan Wilsya Tipe KAP dan Mempertimbangkan
Pergantian auditor (2009) pertumbuhan untuk meneliti variabel
Independen: Analisis regresi logistic perusahaan yang diukur kesulitan keuangan dan
Tipe KAP Sampel 235 perusahaan dengan total asset opini auditor
Ukuran perusahaan manufaktur yang berpengaruh secara
Pertumbuhan terdaftar di BEI tahun signifikan terhadap

15
perusahaan 2002-2006 pergantian auditor.
Masalah keuangan Sedangkan, ukuran
perusahaan perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan (yang
diukur dengan
perubahan sales,
perubahan MVE dan
perubahan pendapatan)
dan masalah keuangan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pergantian auditor.
Dependen: Alansari dan Badera Pertumbuhan Menambah variabel lain
Auditor switching (2016) perusahaan dan yang berhubungan
independen: Analisis regresi logistic pergantian manajemen dengan auditor
Pertumbuhan Sampel 84 perusahaan berpengaruh positif switching.
perusahaan sektor keuangan yang dalam auditor
Pergantian manajemen terdaftar di BEI tahun switching. Opini audit
Opini audit going 2010-2013 going concern
concern memperlemah pengaruh
pertumbuhan
perusahaan pada
auditor switching dan
Opini audit going
concern memperkuat
pengaruh pergantian
manajemen pada
auditor switching.

Dependen: Astrini dan Muid Reputasi auditor Menambah variabel lain


Auditor switching (2013) berpengaruh negatif yang berhubungan
secara voluntary Analisis regresi logistic terhadap auditor dengan auditor
Independen: Sampel 128 perusahaan switching secara switching seperti,
Reputasi auditor manufaktur yang voluntary. Sedangkan, ukuran KAP, ukuran
Pergantian manajemen terdaftar di BEI tahun Pergantian manajemen, perusahaan, dsb.
Financial distress 2009-2012 Financial distress,
Opini akuntan Opini akuntan, Audit
Audit tenure tenure berpengaruh
positif terhadap auditor
switching secara
voluntary.

16
2.9. Kerangka Berfikir.

Ada banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap auditor switching antara lain, financial distress,
opini audit, ukuran KAP, ukuran perusahaan, dan change of management. Financial distress termasuk
salah satu faktor yang mengakibatkan klien melakukan voluntary auditor switching. Financial distress
merupakan suatu kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan sehingga
dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan atau likuidasi (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).

Keadaan keuangan dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan untuk mengganti KAP.
Salah satunya pada perusahaan yang mengalami kondisi tidak sehat atau terancam bangkrut. Perusahaan
yang mengalami financial distress akan mengganti KAP yang bertujuan dapat mengurangi biaya distribusi
perusahaan. Oleh karena itu, suatu perusahaan akan cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang
sesuai dengan kondisi perusahaan.

Isu opini audit sering digunakan sebagai alasan atau acuan manajemen untuk mengganti auditor atau
KAP. Perusahaan klien tentu menginginkan laporan keuangannya mendapat opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) dari KAP, karena opini WTP atas laporan keuangan akan berpengaruh terhadap
pembuatan keputusan investasi pihak eksternal (Juliantari & Rasmini, 2013).

Change of management menjadi salah satu penyebab perusahaan melakukan pergantian KAP yang
berasal dari klien (client related factor). Apabila perusahaan melakukan perubahan dewan direksi baik
komisaris maupun direktur, maka berbagai kebijakan seperti keuangan, akuntansi, dan pemilihan KAP
juga akan mengalami perubahan. Ukuran KAP banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya untuk
mengukur kualitas audit yang menunujukkan karakteristik auditor (Udayani & Badera, 2017).

Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan
dengan skala yang lebih besar dipercaya akan dapat menyelesaikan permasalahan finansial daripada
perusahaan yang kecil. Perusahaan dengan skala besar biasanya menggunakan KAP dengan standar
kualitas tinggi, bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan stakeholder dan
pemegang saham (Priambardi & Haryanto, 2014). Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1
Financial Distress
H2
(X1)
Opini Audit (X2) H3
Auditor Switching (Y)
Ukuran KAP (X3)
Ukuran H4

Perusahaan (X4)
Change of
Management (X5) H5

2.10. Perumusan Hipotesis.


2.1.1. Pengaruh Financial Distress Terhadap Auditor Switching.
Financial distress atau kesulitan keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan dimana akan
mengalami kebangkrutan (likuidasi) yang mendorong perusahaan untuk melakukan pergantian
auditor atau KAP. Ancaman atas kesulitan keuangan juga akan mempengaruhi biaya yang lebih
tinggi untuk dihadapi perusahaan di masa akan datang. Hal tersebut disebabkan karena

17
manajemen lebih memilij untuk menghabiskan waktu lebih banyak yang dilakukan untuk
menghindari kebangkrutan (likuidasi) daripada untuk membuat keputusan-keputusan untuk
mengelola perusahaan yang lebih baik (Agiastuti & Dharma Suputra, 2016).
Penelitian yang telah dilakukan oleh (Agus Setiawan & Aryani M., 2014) menunjukkan
bahwa kesulitan keuangan (financial distress) dalam suatu perusahaan tidak berpengaruh
terhadap pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian serupa telah
dilakukan oleh (Sugiarti & Pramono, 2016) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh financial
distress dalam suatu perusahaan terhadap pergantian auditor atau KAP. Berdasarkan uraian
diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Financial distress berpengaruh negatif pada auditor switching.

2.1.2. Pengaruh Opini Audit Terhadap Auditor Switching.


Opini audit merupakan suatu pernyataan pendapat dari auditor terhadap kewajaran laporan
keuangan dari perusahaan yang telah diaudit (Winata & Anisykurlillah, 2017). Kewajaran dari
laporan keuangan menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini dari auditor
menjadi salah satu sumber informasi yang penting bagi para pengguna laporan keuangan atau
pihak eksternal untuk dipertimbangkan.
Manajemen pasti menginginkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) atas
laporan keuangannya. Manajemen akan berusaha melakukan cara agar laporan keuangan yang
disajikan memiliki kredibilitas yang tinggi. Apabila auditor tidak memberikan pendapat yang
tidak sesuai keinginannya, manajemen akan memberhentikan auditornya dan kemungkinan
manajemen perusahaan akan melakukan auditor switching secara voluntary (Beta Yunisara,
2017). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Audi Ghaffari, 2017) dan (Sugiarti & Pramono,
2016) menunjukkan hasil atas opini auditor berpengaruh dalam auditor switching.
Opini wajar tanpa pengecualian yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan reputasi
perusahaan dan kepercayaan investor sehingga perusahaan akan berusaha dengan segala cara
untuk tetap mempertahankan opini tersebut. Apabila auditor memberikan opini selain wajar
tanpa pengecualian hal itu dapat menurunkan citra perusahaan sehingga timbul kemungkinan
manajemen mengganti auditor dengan alasan auditor tidak memberikan opini yang sesuai dengan
keinginan manajemen. Dari uraian tersebut maka hipotesis pertama diturunkan:

H2: opini audit berpengaruh terhadap auditor switching.

2.1.3. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Auditor Switching.
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. Ukuran KAP juga mempengaruhi
kualitas audit yang berdampak pada terjadinya auditor switching. Ukuran dari KAP digolongkan
dalam big four dan non big four (Astika & Pratini, 2013). KAP big four dianggap lebih mampu
meningkatkan independensi dibandingkan dengan KAP yang kecil atau non big four.
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia memiliki sifat self interest
maka manajemen akan berusaha menjaga reputasinya di mata pemegang saham dengan cara

18
mengganti auditornya dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP big four. Penelitian yang
dilakukan oleh (Chadegani et al., 2011) yang menemukan bukti bahwa ukuran KAP berpengaruh
terhadap auditor switching. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Juliantari &
Rasmini, 2013) bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching. Berdasarkan uraian
tersebut dapat ditarik hipotesis, yaitu:
H3: ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching.

2.1.4. Pengaruh Ukuran Entitas Terhadap Auditor Switching.


Ukuran perusahaan merupakan suatu skala di mana dapat diklasifikan besar kecilnya
perusahaan yang dihubungkan dengan financial perusahaan (Juliantari & Rasmini, 2013).
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tanggung jawab manajemen kepada
investor oleh karena itu perusahaan akan melakukan pergantian auditor dengan harapan auditor
baru akan lebih berkualitas.
Perusahaan besar merupakan suatu perusahaan yang mempunyai total aktiva lebih besar dari
mean asset. Sedangkan, perusahaan kecil merupakan perusahaan yang mempunyai total aktiva
lebih kecil dari mean asset (Prastiwi & Wilsya, 2009). Selain itu, ukuran perusahaan yang
didasarkan pada total aktiva diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang
menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah
total aktiva tidak lebih dari 100 milyar rupiah”.
(Mutchler, 1985) berpendapat bahwa perusahaan dengan skala yang lebih besar akan dapat
menyelesaikan permasalahan finansial dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Perusahaan
dengan skala besar biasanya juga menggunakan KAP dengan standar kualitas yang tinggi, hal ini
bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan stakeholder dan pemegang
saham. Penelitian yang dilakukan (Juliantari & Rasmini, 2013) menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan klien berpengaruh pada auditor switching. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
hipotesis, yaitu:

H4: ukuran entitas berpengaruh terhadap auditor switching.

2.1.5. Pengaruh Change of Management Terhadap Auditor Switching.


Pergantian manajemen merupakan pergantian dewan direksi suatu entitas perusahan atau
pergantian CEO (Chief Executive Officer) yang diakibatkan oleh hasil keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau dewan direksi melakukan pengunduran diri (Agiastuti & Dharma
Suputra, 2016). Pergantian manajemen dilihat dari pergantian CEO memungkinkan manajemen
melakukan perubahan pada kebijakan di dalam perusahaan seperti dalam bidang akuntansi,
keuangan dan pemilihan sebuah KAP. Manajer atau CEO baru akan memilih auditor tertentu
yang sesuai dengan kebijakan atau peraturan yang dibuat.
Penelitian (Udayani & Badera, 2017) dan (Alansari & Badera, 2016) menujukkan bahwa
perubahan manajemen (change of management) berpengaruh terhadap auditor switching.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik hipotesis, yaitu:

H2: Perubahan Manajemen (change of management) berpengaruh terhadap auditor


switching

19
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, Made Wahyu. (2015). Pengaruh Penerbitan Opini Going Concern Pada Pergantian
Auditor Pada Perusahaan Yang Terdaftar pada BEI. Jurnal Dinamika Akuntansi, 07(1),
22-36.

Agiastuti, I. A., & Suputra, I. D. (2016). Faktor - faktor yang berpengaruh pada voluntary auditor
switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(1), 56 - 83.

Alansari, I. G., & Badera, I. D. (2016). Opini audit going concern sebagai pemoderasi pengaruh
pertumbuhan perusahaan dan pergantian manajemen pada auditor switching. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 15(2), 862 – 886.

Arestantya, I. A., & Wirajaya, I. G. (2016). Ukuran kantor akuntan publik sebagai pemoderasi
pengaruh auditor switching pada kualitas audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
15(2), 1228 - 1254.

Astrini, N. R., & Muid, D. (2013). Analisis faktor - faktor yang mempengaruhi perusahaan
melakukan auditor switching secara voluntary. Diponegoro Journal of Accounting, 2(3), 1
- 11.

Chadegani, A. A., Mohamed, Z. M., & Jari, A. (2011). The determinant factors of auditor switch
among companies listed on Tehran Stock Exchange. International Conference on
Sociality and Economics Development, 10, 352 - 357.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: manajerial behavior, agency costs
and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305 - 360.

Juliantari, N. W., & Rasmini, N. K. (2013). Auditor switching dan faktor - faktor yang
mempengaruhinya. E-Jurnal Universitas Udayana, 3(3), 231 – 246.

Magdalena, F., & Suprapto. (2020). Analisis Keputusan Auditor Switching Voluntary
Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah, 3(2), 198-207.

Mulyadi. (2009). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Mutchler, Jane. F. (1985). A Multivariate Analysis of the Auditor's Going-Concaern Opinion


Decision. Journal of Accounting Research, 23(2), 668-682.

Prastiwi, A., & Wilsya, F. (2009). Faktor - faktor yang mempengaruhi pergantian auditor: studi
empiris perusahaan publik di Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi, 1(1), 62 - 75.

Pratini, I. G., & Astika, I. P. (2013). Fenomena pergantian auditor di Bursa Efek Indonesia. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(2), 470 - 482.

Priambardi, R. B., & Haryanto. (2014). Auditor switching pada perusahaan non keuangan.
Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1 - 11.

20
Ratih, I Dewa Ayu & Eka Damayanthi, I Gusti Ayu. (2016). Kepemilikan Manajerial Dan
Profitabilitas Pada Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial
Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(2), 1510-
1538.

Setiawan, I. M., & M., N. K. (2014). Pengaruh corporate social responsibility, auditor opinion,
financial distress, size terhadap auditor switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 8(2), 231 – 250.

Sugiarti, Kikih., & Pramono, Hadi. (2016). Pengaruh Pergantian Manajemen, Tipe Kap, Opini
Auditor, Kesulitan Keuangan Perusahaan, Persentase Perubahan Roa Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik. Kompartemen Vol XIV No. 2,
167-187.

Udayani, N. K., & Badera, I. D. (2017). Kualitas audit sebagai pemoderasi pengaruh pergantian
manajemen dan audit fee pada auditor switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 20(3), 1820 - 1847.

Wea, Alexandros Ngala Solo & Murdiawati, Dewi. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Auditor Switching Secara Voluntary Pada Perusahaan Manufaktur. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 154-170.

Wijaya, H., & Trisnawati, E. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perusahaan
Berpindah Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan yang Listing di BEI Pada Tahun
2005-2007. Jurnal Akuntansi, 9(3), 221-240.

Winata, A. S., & Anisykurlillah, I. (2017). Analysis of Factors Affecting Manufacturing


Companies in Indonesia Performing a Switching Auditor. Jurnal Dinamika Akuntansi,
9(1), 82-91.

21

Anda mungkin juga menyukai