Anda di halaman 1dari 29

PERALATAN TRANSPORTASI MATERIAL

Dosen Pengampu

Meilianti, S.T, M.T.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4 (2 KID )

Fhilivo Andreas Prima NIM 061940422449


Nur Aisyah Febriana NIM 061940422452
Nur Oktavia NIM 061940422027
Tasya Dwi Yuliani NIM 061940422455

JURUSAN KIMIA

PRODI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2020
 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Peralatan Industri Proses
dengan judul “Peralatan Transportasi Material”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 3 Maret 2020


Penyusun,

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Transportasi material adalah pemindahan material, baik material padat, cair ataupun
gas dari satu tempat ke tempat lain. Pemindahan material secara mekanik dapat dibedakan
menjadi dua bagian. Pertama adalah pemindahan material jarak dekat, misalnya bongkar
muat, pada kapal atau gerobak barang dari suatu instalasi ke instalasi lainnya. Kedua adalah
pemindahan material jarak jauh, misalnya dengan kapal, kereta atau motor penggerak
lainnnya, maupun piping system, pompa, kompresor, dan blower untuk zat cair atau gas.

Pemindahan solid (handling of solid) dengan jarak dekat dapat dilakukan dengan
bantuan tenaga manusia meliputi penyekopan, pemindahan, dan pengangkatan. Karena
kemampuan manusia yang terbatas, maka diciptakan peralatan untuk membantu dalam
pemindahan material tersebut. Peralatan tersebut antara lain Screw Conveyor, Belt conveyor,
Bucket elevator, dan Pneumatic Conveyor.

Untuk sarana transfortasi fluida, dapat digunakan pipa dan tube, pompa, kompesor,
ataupun blower untuk pemindahan material berupa gas. Factor yang perlu diperhatikan dalam
transportasi padatan maupun fluida adalah karakteristik operasi, kapasitas (aliran, volumetric
per satuan waktu), kebutuhan daya dan efisiensi mekanik, disamping juga keandalan mutu
dan kemudahan pemeliharaan. Untuk peralatan yang kecil, kesederhanaan dan kemudahan
operasi lebih diutamakan disamping efisiensi mekanik yang tinggi.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip proses transportasi material ?


2. Apakah perbedaan fungsi peralatan transportasi material ?
3. Bagaimana cara melakukan pemilihan yang digunakan dalam transportasi material?

1.3.Tujuan

1. Mampu menjelaskan prinsip proses transportasi material


2. Mampu menjelaskan perbedaan fungsi peralatan transportasi material
3. Mampu melakukan pemilihan peralatan yang diguanakan dalam transportasi material
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Transportasi Padatan

1. Conveyor

Di dalam industri, bahan -bahan yang digunakan kadangkala merupakan bahan yang berat
maupun berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat transportasi untuk mengangkut
bahan -bahan tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa
kapasitas bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari karyawan.
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah Conveyor yang berfungsi
untuk mengangkut bahan -bahan industri yang berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi
(conveying equipment) material padatan antara lain tergantung pada :

 Kapasitas material yang ditangani 


 Jarak perpindahan material 
 Kondisi pengangkutan : horizontal, vertikal atau inklinasi 
 Ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material (properties)  
 Harga peralatan tersebut. 

2. Klasifikasi Conveyor
Secara umum jenis/type Conveyor yang sering digunakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : 

 Belt Conveyor
 Chain Conveyor : 

               1. Scraper Conveyor


               2. Apron Conveyor
               3. Bucket Conveyor 
               4. Bucket Elevator

 Screw Conveyor 
 Pneumatic Conveyor  
1. Belt Conveyor 

Belt Conveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup sederhana. Alat tersebut
terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan
pada belt conveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis bahan misalnya dari karet, plastik,
kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk
mengangkut bahan -bahan yang panas, sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan
terhadap panas. 

Karakteristik dan performance dari belt conveyor yaitu : 

 Dapat beroperasi secara mendatar maupun miring dengan sudut maksimum sampai
dengan 18.
 Sabuk disanggah oleh plat roller untuk membawa bahan. 
 Kapasitas tinggi. 
 Serba guna. 
 Dapat beroperasi secara kontinu.
 Kapasitas dapat diatur. 
 Kecepatannya sampai dengan 600 ft/m.
 Dapat naik turun. 
 Perawatan mudah. 

Kelemahan -kelemahan dari belt conveyor: 

 Jaraknya telah tertentu. 


 Biaya relatif mahal.
 Sudut inklinasi terbatas.  

2.Chain Conveyor 
Chain conveyor dapat dibagi atas beberapa jenis conveyor, yaitu :  

 Scraper Conveyor
 Apron Conveyor
 Bucket Conveyor 
 Bucket Elevator

Keempat jenis elevator tersebut pada dasarnya menggunakan rantai sebagai alat bantu
untuk menggerakkan material.
a. Scraper Conveyor 

Scraper conveyor merupakan konveyor yang sederhana dan paling murah diantara
jenis -jenis conveyor lainnya. Conveyor jenis ini dapat digunakan dengan kemiringan yang
besar. Conveyor jenis ini digunakan untuk mengangkut material - material ringan yang tidak
mudah rusak, seperti : abu, kayu dan kepingan.

Karakteristik dan performance dari scaper conveyor:  

 Dapat beroperasi dengan kemiringan sampat 45°.


 Mempunyai kecepatan maksimum 150 ft/m.
 Kapasitas pengangkutan hingga 360 ton/jam. 
 Harganya murah. 

Kelemahan - kelemahan pada scraper conveyor:

 Mempunyai jarak yang pendek. 


 Tenaganya tidak konstan. 
 Biaya perawatan yang besar seperti service secara teratur. 
 Mengangkut beban yang ringan dan tidak tetap. 

b. Apron Conveyor 

Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban yang lebih
berat dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor yang sederhana terdiri dari dua rantai yang
dibuat dari mata rantai yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan A. Palang
kayu dipasang pada alat tambahan A diantara rantai dengan seluruh tumpuan dari tarikan
conveyor. Untuk bahan yang berat dan pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda
(roller) pada alat tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu dapat juga digantikan
dengan plat baja untuk mengangkut bahan yang berat.

Karakteristik dan performance dan apron conveyor: 

 Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25°.


 Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam. 
 Kecepatan maksimum 100 ft/m. 
 Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang besar.
 Perawatan murah.  

Kelemahan -kelemahan apron konveyor : 


 Kecepatan yang relatif rendah. 
 Kapasitas pengangkutan yang kecil 
 Hanya satu arah gerakan  

c. Bucket Conveyor 

Bucket Conveyor sebenarnya merupakan bentuk yang menyerupai conveyor apron


yang dalam. 

Karakteristik dan performance dari bucket conveyor: 

 Bucket terbuat dari baja 


 Bucket digerakkan dengan rantai 
 Biaya relatif murah. 
 Rangkaian sederhana. 
 Dapat digunakan untuk mengangkut bahan bentuk bongkahan. 
 Kecepatan sampai dengan 100 ft/m. 
 Kapasitas kecil 100 ton/jam. 

Kelemahan -kelemahan bucket conveyor: 

 Ukuran partikel yang diangkut 2-3 in. 


 Investasi mahal. 
 Kecepatan rendah.
 

d. Bucket Elevator 

Belt, scraper maupun apron conveyor mengangkut material dengan kemiringan yang
terbatas. Belt conveyor jarang beroperasi pada sudut yang lebih besar dari 15-20° dan scraper
jarang melebihi 30°. Sedangkan kadangkala diperlukan pengangkutan material dengan
kemiringan yang curam. Untuk itu dapat digunakan Bucket Elevalor. Secara umum bucket
elevator terdiri dari timba -timba (bucket) yang dibawa oleh rantai atau sabuk yang bergerak.
Timba -timba (bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan fungsinya
masing -masing. Bentuk - bentuk dari timba -timba (bucket) dapat dibagi atas : 

- Minneapolis Type

Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk mengangkut butiran
dan material kering yang sudah lumat. 

- Buckets for Wet or Sticky Materials. 


Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung
lengket. 

- Stamped Steel Bucket for Crushed Rock

Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan -bongkahan besar dan material yang


berat.

3. Screw Conveyor   

Screw Conveyor : a Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d. Riboon ; e. Cut Flight  


Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur
adalah konveyor sekrup (screw conveyor)Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang
berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini
disebut flight. 

Macam-macam flight adalah: 

 Sectional flight  : Konveyor berfiight section dibuat dari pisau-pisau pendek  yang
disatukan -tiap pisau berpilin satu putaran penuh- dengan cara disimpul tepat pada
tiap ujung sebuah pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan membentuk
sebuah pilinan yang panjang.
 Helicoid flight  : Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros . Untuk membentuk suatu konveyor, flight- flight itu
disatukan dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan
berikutnya. 
 Special flight, terbagi: 

1. cast iron flight  : digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi 
2. ribbon flight     : Untuk bahan yang lengket
3. cut flight         : Untuk mengaduk digunakan cut flight, Flight pengaduk ini dibuat dari
flight biasa, yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan
potongannya ke berbagai arah.

Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah, biasanya
konveyor tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang konveyor pendek
disatukan dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan disesuaikan pasangan pilinannya.
Tiap konveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga dapat dipasang dengan konveyor
pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah satu poros sebuah konveyor ke lubang
yang terdapat pada poros konveyor yang satunya lagi. 

Wadah konveyor biasanya terbuat dan lempeng baja , Panjang sebuah wadah antara 8,
10, dan 12 ft. Tipe wadah yang paling sederhana hanya bagian dasarnya, yang berbentuk
setengah lingkaran dan terbuat dari baja, sedangkan sisi-sisi lurus lainnya terbuat dari kayu.
Untuk mendapatkan sebuah wadah yang panjang, wadah-wadah pendek disusun sehingga
sesuai dengan panjang konveyor.  menunjukkan wadah yang lebih rumit yang konstruksinya
semuanya terbuat dari besi.
4.  Pneumatic Conveyor 

Konveyor yang digunakan unluk mcngangkul bahan yang ringan atau berbentuk bongkahan
kecil adalah konvenyor aliran udara (pneumatic conveyor). Pada jenis konveyor ini bahan
dalam bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.

Pada konveyor ini banyak alat dipakai, antara lain: 


 Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.
 Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
 Sebuah kotak penyaring (bag filter) untuk menyaring debu. 

Pada tipe yang sederhana, sebuah pompa cycloida akan menghasilkan kehampaan yang
sedang dan sedotannya dihubungkan dengan sistem pengangkulan. Bahan -bahan akan
terhisap naik melalui selang yang dapat dipindah - pindahkan ujungnya.
Kemudian, aliran udara yang mengangkut bahan padat dalam bentuk suspensi akan menuju
siklon dan selanjutnya menuju ke pompa. Jika bahan-bahan ini mengandung debu, debu ini
tentunya akan merusak pompa dan debu ini juga akan membahayakan jika dibuang ke udara,
dengan kala lain debu adalah produk yang tidak diinginkan. Karenanya, sebuah kotak
penyaring ditempatkan diantara siklon dan pompa.

Jenis konveyor ini terutama digunakan untuk mengangkut bahan yang kebersihannya
harus tetap terjaga baik (seperti biji-bijian, bahan-bahan lumat seperti soda abu, dan lain-lain)
supaya keadaannya tetap baik dan tidak mengandung zat-zat beracun seperti timbal dan
arsen. Konveyor ini juga dapat dipakai untuk mengangkut bahan-bahan yang berbentuk
bongkahan kecil seperti chip kayu, bit pulp kering, dan bahan lainnya yang sejenis. Kadang-
kadang juga digunakan bila jalan yang dilalui bahan berkelok- kelok atau jika bahan harus
diangkat dan lain-lain hal yang pada tipe konveyor lainnya menyebabkan biaya
pengoperasian lebih tinggi. Kecepatan aliran udara pada kecepatan rendah adalah 3000-7500
fpm dan pada kecepatan tinggi adalah 10000-20000 fpm. Sedangkan jumlah udara yang
digunakan untuk mengangkut tiap ton bahan per jam adalah 50-200 cfm, tergantung pada
keadaan dan berat bahan,jarak dan kemiringan pengangkutan, dan lain-lain. Kerugian
menggunakan jenis konveyor ini adalah pemakaian energinya lebih besar dibanding jenis
konveyor lainnya untuk jumlah pengangkutan yang sama. Perhitungan-perhitungan pada
konveyor pneumatik sama sekali empiris dan memuat faktor-faktor yang tidak terdapat di
luar data-data peralatan pabrik.

2.2.Transportasi Fluida dan Gas

1.     PIPA DAN TUBE

A.    Perbedaan Pipa dan Tube


Dalam perencanaan conduit (piping system) harus diperhatikan factor-faktor sebagai
berikut.
1.      Diusahakan tekanan seminimum mungkin untuk mengurangi energi pengaliran.
2.      Jangan kotor dan jangan sampai ada kebocoran pada pipa atau tube yang digunakan.
Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal
dindingnya, dan bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat dialirkan
dalam pipa atau tube yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran dengan berbagai
ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa berdinding tebal,
berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20-40 ft. Sedangkan tube
berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa
ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan
dinding tube licin. Potongan-potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw),
flens (flange), atau las (weld), sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi
(compression fitting), flare fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya
dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan
teknik las, cor (casting), dan piercing.

PIPA TUBE
Paling panjang 20 – 40 ft Bisa berates ft
Pada umumnya dindingnya tebal Dindingnya tipis
Pipa apat dibuat ulir Tidak dapat dibuat ulir
Disambung dengan screw, flange, dan las Disambung dengan compression fitting,
soldered, dan flare fitting
Dindingnya kasar Dindingnya kasar
Cara pembuatannya : Las, Casting Cara pembuatannya : extrusion (Cara
(Peleburan), dan Piercing (Penembusan). membuat mie), dn Cold drawn.

B.     Bahan – Bahan Kontruksi Pipa

Dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk pembuatan pipa harus diperhatikan
hal-hal berikut : sifat ductulitnya (Mudah bengkok), brittleness (Mudah rapuh), sifat plastis,
ketahanan terhadap korosi, kekuatan pipa, metode pembuatan, dan cara penyambungannya.
Bahan konstruksi pipa terdiri dari 3 macam :

1.      Ferrous Metal


Umumnya bahan yang digunakan untuk pipa ferrous metal adalah baja (campuran
besi dan karbon), besi lunak (besi tempa), cast iron, dan pig iron. Contoh dari ferrous metal
adalah : Baja, cast iron, whrought iron, SS (stainless steel), dan beberapa alloy lainnya.
2.      Non Ferrous Metal
Non ferrous metal umumnya digunakan dalam bentuk campuran (alloy) yaitu campuran
antara :
-          Ni dan Cu (monel)
-          Du dan Al (durion)
-          Zn dan Cu (hastelloy)
-          Su dan Cu (bronze)

3.      Non Metal


Kelemahan dari non metal adalah tidak kuat seperti metal atau logam dan biasannya
hanya digunakan sebagai pelapis (lining). Contoh Non metal : Plastik, Kaca, Semen, PVC,
dll.
C.    Cara Pembuatan Pipa
Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa yaitu : Welding (las), Piercing
(penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.
1.      Welding (Las)
Biasannya digunakan untuk material yang bersifat plastic, dan pipa yang digunakan
kebanyakan berukuran 2”. Metode las ada 2 macam yaitu :
a.       Butt welding
Dilakukan dengan memanaskan kepingan pipa (plate) yang tidak lebar (skelp), hingga suhu
2600 0F. Skelp dipanaskan pada suatu welding belt yang dibengkokkan menjadi bentuk
sirkulair dan pinggirannya sekaligus dilas.

b.      Lap welding


Sama seperti butt welding, tetapi pada lap welding kedua tepi yang akan dilas dipotong
miring. Cara ini akan memberikan sambungan yang lebih kuat daripada butt welding.
2.      Piercing (Penembusan)
Cara ini menghasilkan seamless pipe. Biasannya untuk pipa yang berukuran pendek.
Seamless pipe adalah pipa yang tak memakai garis las. Pipa ini lebih kuat dibandingkam
dengan pipa yang dibuat dengan car alas karena dindingnya yang homogeny dan dibuat
dengan cara piercing. Cara piercing adalah sebagai berikut :
-       Suatu batang baja berbentuk sirkular atau billet, dimasukkan kedalam piercing mill pada
suhu yang sangat tinggi.

-        Piercing mill terdiri dari 2 roll yang menekan billet secara radial yang dapat membuat
lubang ditengah-tengahnya pada suhu yang sangat tinggi. Pada suhu ini baja akan bersifat
plastis. Ukuran pipa dan posisi lubang diatur dengan mandrel, kemudian diameter dan tebal
dinding pipa diatur dengan seamless pipe melalui dies.
Untuk pipa-pipa yang berukuran pendek seamless pipe dibentuk dengan cara forging atau
cupping. Bukaan sentral dibentuk dengan pukulan terhadap billet sirkular yang panas.
3.      Casting (Cetak)
Casting dipakai untuk material yang rapuh karena material rapuh tidak dapat di roll
atau di-piercing. Satu-satunya cara adalah logam harus dicairkan, kemudian di cetak didalam
cetakan yang bernama centrifugal casting. Dengan cara ini dihasilkan pipa yang berdinding
tebal, homogeny, dan tidak ada lubang pada dinding-dindingnya.
4.       Extrusion
Extrusion sering digunakan untuk pipa yang terbuat dari Pb (timbale). Cairan pipa
dari materil yang bersifat sengat elatis ini dilakukan melalui extruder sehingga dihasilkan
seamless pipe. Selai pipa, tube dari materil ini sangat plastis dan dapat dibuat dengan cara ini.
D.    Ukuran Pipa dan Tube
Ukuran pipa ini dispesifikasikan oleh diameter dan tebal dindingnya. Diameter pipa
dan tube dinyatakan dengan Nominal Diameter. Untuk pipa baja standar besarnya berkisar
antara 1/8 – 30 inch. Untuk pipa dengan diameter :
-          > 12” disebut juga dengan pipa besar, nominan diameternya sama dengan luas pipa.
-          3” – 12” nominan diameternya mendekati diameter dalam pipa.
-          <3” disebut juga pipa kecil, nominan diameternya tidak sama dengan diameter dalam dan
diameter luar.
Selain pipa baja, pipa yang terbuat dari bahan lain ukuran standarnya sama seperti
pipa baja yang dikenal sebagai IPS (Iron Pipe Size) atau NPS (Normal Pipe Size). Misalnya
pipa nikel berukuran 2 inch IPS, artinya pipa nikel yang mempunyai diameter luar seperti
pipa baja standar 2 inch.
Tebal dinding pipa dinyatakan dengan Schedule number dan untuk tube dinyatakan dengan
Birminghams Wires Gauge (BWG). Schedule pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.      Schedule 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 160
2.      Schedule standard
3.      Schedule Extra Strong (XS)
4.      Schedule Double Extra Strong (XXS)
5.      Schedule special
Perbedaan schedule ini dibuat untuk menahan ternal pressure dari aliran, kekuatan
dari material itu sendiri (Strength of Material), mengatasi karat, dan mengatasi kegetasan
pipa.
Ukuran dari tube ditunjukan oleh diameter luarnya, nilai nominalnya adalah besarnya
diameter bagian luarnya. Tebal dinding tube digunakan BWG (Birmingham Wire Gauge)
dengan selang antara 24 untuk yang paling ringan dan 7 untuk yang paling berat.

E.     Pemilihan Ukuran Pipa


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pipa untuk keperluan tertentu adalah
sebagai berikut :
1.      Initial Cost ( Biaya awal )
2.      Maintenance Cost ( Biaya pemeliharaan )
3.      Stock ukuran yang ada
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi dalam pemilihan pipa. Secara umun ukuran
pipa baja yang ekonomis untuk aliran turbulen dinyatakan dengan persamaan Sarchet dan
Colburn berikut :
De’ = Diameter pipa yang ekonomis
W’ = Laju aliran massa (lb/hr)
ρ = Densitas fluida (lb/ft3)

F.     Penyambungan
Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :
-      Joints : merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari material
yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
-    Fitting : merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material ketiga sebagai
penyambung.
Cara penyambungan pipa tergantung dari sifat material pipa dan tebal dindingnya. Pipa dan
tube yang memiliki dinding tebal biasannya disambung dengan jalan : Screw Fitting, Flange,
atau Welding (las).
1.       Screw Fitting
Ujung pipa yang akan disambung diderat atau dibuat ulirnya pada bagian luat dengan
menggunakan suatu alat. Pembuatan ulir ini harus tapered ( makin keujung mankin
mengerucut). Oleh karena itu dinding pipa dapat menjadi lemah dan sambungan yang terjadi
tidak terlalu kuat.
Untuk itu dipakai sambungan dengan schedule number yang dua kali lebih besar.
Screw fitting jarang digunakan untuk pipa yang besar dari 12” karena kesukaran dalam
membuat ulir dan pipa nya terlalu berat. Biasannya screw fitting digunakan untuk pipa antara
3” – 12”.
Beberapa jenis screw fitting yaitu :
         Close nipple
         Short nipple
         Long nipple
         Coupling
         Union
         Elbow street
         Elbow tee
         Reducer
         Plug
         Cross
         Cap
         Busching

2.       Flange


Cara flange digunakan untuk menyambung pipa yang lebih panjang dari 2”. Selain
dengan cara ini dapat pula digunakan cara welding. Penyambungan flange dilakukan dengan
cara mempertemukan disk (cakram) atau cincin metal dan diikat bersama gasket diantara
kedua flange yang diikat. Flange ini diikat ke pipa dengan cara screw atau welding.
Macam – macam tipe flange tergantung dari penggunaanya pada sambungan, yaitu :
raised face, male and female, tongue and groove, ring joint, full face, dan knife eage.
Keuntungan dari penggunaan flange dalam sambungan adalah sambungannya yang dapat
dibuka, dan kerugiannya karena konstruksinya yang akan menjadi berat karena berat flange
itu sendiri. Kekuatan sambungan menggunakan flange ini tergantung dari penggunaan gasket
yang disisipkan diantara kedua flange.
Macam – macam tipe gasket :
a.          Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan rendah digunakan gasket yang lunak seperti
gabus atau karet.
b.         Untuk pemakaian yang mempunyai tekanan tinggi digunakan gasket yang keras seperti Pb,
Cu, Al, dan Baja.
c.          Untuk pemakaian yang tekanannya sangat tinggi biasannya tidak menggunakan gasket
tetapi sambungan antara flange diperkuat.
3.      Welding ( las )

a.       Las
digunakan untuk menyambung pipa yang diameternya lebih dari 2”, dan merupakan
metode standar untuk menyambung pipa pada flange dengan tekanan tinggi. Macam –
macam las yaitu Butt Welding dan Lap Welding. Keuntungan dari sambungan menggunakan
metode las yaitu :
1.      Merupakan sambungan yang kuat dan tidak melemahkan dinding pipa.
2.      Murah dan tahan kebocoran.
3.      Lebih enteng dibandingkan tipe sambungan lain.
4.      Tidak mengganggu aliran dengan sambungan uliran.
Kerugiannya yaitu sambungan dengan las tidak dapat dilepas kecuali dengan memotong atau
merusak sambungan tersebut.

b.      Soldering
Untuk pipa dan tube dengan permukaan yang sangat kecil biasannya disambung
dengan cara solder. Seperti halnya dengan cara welding, maka sambungan ini tidak akan
melemahkan dinding pipa. Sambungan dengan menggunakan solder ini dapat dibuka kembali
dengan melebur bahan solder (remelting) tanpa merusak pipa. Biasannya bahan solder yang
digunakan adalah timah.
c.       Brazing
Digunakan untuk melekatkan flange ke pipa induknya. Begitu juga untuk
menyambung flange dengan tube nya. Bahan brazing yang biasannya digunakan adal
tembaga atau perak.

2.     VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran dan
bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan menutup
penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju aliran fluida, ada pula
valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida cair terjadi pada satu arah saja. Berikut
beberapa jenis valve yang paling sering digunakan :

1.      Gate Valve


Gate Valve adalah valve yang paling sering dipakai pada sistem perpipaan. Fungsinya
untuk membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak untuk mengatur besar kecil aliran
(throttling). Kelebihan Gate Valve, minimnya halangan/ resistan saat valve ini dibuka penuh,
sehingga aliran bisa maksimal. Gate Valve mengontrol aliran melalui badan valve yang
berbentuk pipa, dengan sebuah lempengan atau baji vertikal (lihat gambar dibawah ini) yang
bisa bergeser naik turun saat handel valve diputar. Valve ini didesain untuk posisi terbuka
penuh, atau tertutup penuh. Jika valve ini dalam keadaan setengah terbuka, maka akan
menyebabkan pengikisan pada badan valve, dan turbulensi aliran zat bisa menyebabkan
getaran pada baji valve sehingga menghasilkan suara gemeretak.
2.      Globe Valve
Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil aliran
(throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve, besarnya aliran zat yang
melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, membuat globe valve
efisien ketika mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan dudukan.
Namun demikian tahanan didalam valve cukup besar. Desain Globe Valve yang sedemikian
rupa, memaksa adanya perubahan arah aliran zat didalam valve, sehingga tekanan menurun
drastis dan menyebabkan turbulensi di dalam valve itu sendiri. Dengan demikian, Globe
Valve tidak disarankan diinstal pada sistem yang menghindari penurunan tekanan, dan sistem
yang menghindari tahanan pada aliran.

3.      Angle Valve


Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana pengaturan
besar kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat dengan sudut 90°, hal ini
untuk mengurangi pemakaian elbow 90° dan fitting tambahan.

4.      Ball Valve


Ball Valve adalah alternatif murah dari jenis valve-valve yang lain. Ball valve
menggunakan bola logam yang tengahnya ada lubang tembus, diapit oleh dudukan valve
untuk mengontrol aliran. Sering dipakai pada proses hydrocarbon, ball valve mampu
mengatur besar kecil aliran gas dan uap terutama untuk tekanan rendah. Valve ini dapat
dengan cepat ditutup dan cukup kedap untuk menahan fluida/ zat cair. Ball valve tidak
menggunakan handwheel, tetapi menggunakan ankle untuk membuka atau menutup valve
dengan sudut 90°. Disainnya yang simpel, meminimalkan turunnya tekanan pada saat valve
dibuka penuh.

5.      Butterfly Valve


Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve
yang lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang dioperasikan dengan ankel
untuk posisi membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90°. Wafer ini tetap berada
ditengah aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan tertutup,
wafer tersebut tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan saat valve
terbuka wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui valve.
Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop) yang
minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan bagus untuk
mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian valve ini
biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem
yang memiliki tekanan rendah (low-pressure).

6.      Relief Valve


Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang lain. Valve
ini didesain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment dan sistem
perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting lagi cedera pada
pekerja, relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum menjadi lebih ekstrim. Relief
valve menggunakan pegas baja yang secara otomatis akan terbuka jika tekanan mencapai
level yang tidak aman. Level tekanan pada valve ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan
pada level tekanan berapa valve ini akan terbuka. Ketika tekanan kembali normal, relief valve
secara otomatis akan tertutup kembali.

7.      Check Valve


Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe Valve.
Valve ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check valve, tapi ada 2
jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check Valve biasanya
dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa pabrikan
digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check Valve
tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan
dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow)
Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem
perpipaan.
Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa, antara lain:

1.      Pipa-pipa harus sejajar dengan belokan-belokan tegak lurus pipa-pipa disusun
sedemikian sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti pipa yang rusak
atau membersihkannya.
2.      Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada seharusnya
dan belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran saluran sangat
mengganggu bila aliran berlangsung dengan gravitasi saja, karena tinggi tekan
fluida tidak dapat ditambah untuk meningkatkan laju aliran saat pipa mengecil
karena fouling.
3.      Kebocoran valve harus selalu diperhtungkan. Valve harus dipasang vertikal
dengan batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan didukung tanpa
mengalami regangan, dan diberi allowance untuk menampung ekspansi termal pipa di
sebelahnya.

3.     POMPA
Pompa adalah alat untuk memindahkan zat cair. Istilsh pompa (pump), kipas (fan),
blower (penghembus) dan compressor tidaklah mempunyai arti yang tepat. Misalnya pompa
angin (air pump) dan pompa vakum (vacuum pump) adalah mesin-msin untuk memampatkan
gas. Namun demikian, pompa adalah alat untuk memindahkan zat cair, sedangkan kipas,
blower atau kompressor berfungsi untuk menambahkan energi pada gas. Kipas membuang
gas (biasanya udara) dalam volume besar ke ruang terbuka atau talang besar, biasanya berupa
mesin putar kecepatan rendah dan tekanan yang dibangkitkannya hanyalah beberapa inchi air
saja.
Setiap pompa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung pabrik yang
membuatnya. Pompa dapat digolongkan m enjadi 2 golongan :
1.      Positive Displacement Pump (PDP)
a.       Reciprocating pump
b.       Rotary pump
2.      Variable Head Capacity Pump (VHCP)
a.       Pompa sentrifugal
b.      Pompa turbin
Perbedaan kedua golongan pompa itu antara lain :
1.      Pada VHCP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya putaran kipas
2.      Pada PDP, kapasitas dan head terbentuk karena adanya gerakan perpindahan
3.      Pada PDP, tidak memerlukan priming, sedangkan pada VHCP sangat diperlukan priming.

Priming
Priming atau pemula (pemancing) adalah cara yang dilakukan di pompa VHCP agar
dapat terjadi aliran. Cara-cara priming :
1.      Dengan jalan pengisian : secara langsung atau secara tak langsung
2.      Dengan cara vakum : pengaliran berlangsung karena adanya vakum. Keadaan vakum ini
diciptakan dengan melakukan penyedotan atau menggunakan jet ejektor.

Head
Head merupakan besaran energi yang terdapat di dalam persamaan neraca energi dari
sistem aliran fluida, yaitu persamaan Bernoulli. Satuan dari setiap head adalah energi per
satuan berat fluida, misalnya ft-lb/lb atau cm-gr/gr. Secara umum satuan yang biasa dipakai
adalah satuan panjang dari kolom fluida, ft atau cm.
Di dalam sistem aliran fluida terdapat dua macam head, yaitu :
1.      Static Head : energi yang diakibatkan adanya perbedaan tinggi antara permukaan liquid
dengan pusat pompa (∆Z). Berdasarkan perbedaan dengan posisi pompa, maka static head
dibedakan atas : static head dan static discharge head.

2.      Dynamic Head ; terdiri dari :


-          Tekanan pada discharge yang diinginkan
-          Velocity discharge yang diinginkan
-          Hf pada sistem (friksi)
Dynamic Head adalah energi yang diakibatkan oleh adanya sifat air fluida, seperti
velocity head, pressure head, dan friction head (energi yang diakibatkan oleh adanya
kecepatan air fluida atau tekanan fluida atau energi yang hilang karena adanya friksi dari
fluida).

Net Positive Suction Head (NPSH)

Definisi dari NPSH adalah selisih tekanan pada pompa inlet dengan tekanan uap
likuid, yang dinyatakan dalam ft dari likuid. Ada dua harga NPSH yang dikenal, yaitu :
NPSH available (NPSHav) yaitu NPSH yang dibentuk karena sitem pengaliran fluida., dan
NPSH required (NPSHreq) yaiutu NPSH yang tentukan oleh pabrik pembuatnya.
Dimana :
PB = tekanan pada pompa inlet
PB, = tekana upa dari liquid
Harga NPSHav harus lebih besar dari NPSHreq. Bila hal ini terjadi kebalikannya, maka
akan terjadi pemutusan aliran ( aliran tidak ada ). Bila PB > PB, maka harga NPSHav positif.
Pada keadaan ini akan terjadi aliran. Bila P B’ > PB maka harga NPSHav akan negatif
sehingga cairan pada pompa casing akan menguap. Bila terjadi penguapan akan terjadi :
pemutusan aliran atau kerusakan pada bagian pompa. Besarnya P B dan PB’ tergantung dari
jenis dan rancangan pompa. 

WHP dan BHP


WHP adalah likuid horse power, merupakan tenaga yang dibawa oleh fluida
keluar dari suatu pompa, yang satuanya HP (horse power). Sedangkan BHP (brake horse
power) adalah tenaga yang digunakan untuk mengerakan pompa, yang berasal dari steam
atau power.

Kavitasi
Kavitasi adalah kondisi dari pompa dimana terjadi lokal pressure drop sehingga
ruangan pompa menjadi terisi oleh uap air. Kavitasi ini terjadi karena harga NPSH = 0. Hal
ini terjadi karena :
1.      Static suction lift bertambah (Zb>>)
2.      Fraksi antara permukaan fluida yang akan dipompakan dengan pomnpa inlet (Hfs>>)
3.      Menurunnya tekanan atau karena ketingggian (Pa>>)
4.      Naiknya temperatur dari pompa likuid (Pv>>)
5.   Terjadinya penurunan tekanan absolut dari sistem fluida itu sendiri, misalnya : pemompaan
dari vessel yang vakum.
Tanda-tanda kavitasi :
1.      Adanya noise dan vibrasi dari pompa.
2.      Terjadi penurunan kurva dari head capcity dan efisiensi sehingga karakteristik pompa akan
lebih rendah dari semula (yang akan merugikan operasi).
3.      Terjadinya lobang-lobang pada impeller, karena adanya uap air.
4.      Korosi terhadap logam pompa, yang akan merusak pompa tersebut.

A.    Positive Displacement Pump ( PDP )

A.1. Reciprocating Pump


Reciprocating Pump adalah suatu jenis dari PDP yang menggunakan aksi
displacement. Pompa ini digunakan untuk :
a.       Proses yang memerlukan head yang tinggi.
b.      Kapasitas fluida yang rendah.
c.       Likuid yang kental (viskos) dan slurries (seperti lumpur)
d.      Likuid yang mudah menguap (high volatile)
Macam-macam tpe dari reciprocating pump antara lain adalah : pompa plugner dan pompa
diafragma.
Material yang digunakan untuk konstruksi reciprocating pump adalah material yang di
standarisasi oleh SHI (Standard of the Hydraulic Institute), yaitu :
1.      Bronze Fitted (BF)
2.      Fully Bronze (FBF)
3.      Acid Recisting (AR)
4.      All Bronze (AB)
5.      All Iron (AI)
6.      Standard
Bagian-bagian dari reciprocating pump :
-          Silinder, ada dua macam, yaitu : liquid silinder dan steam silinder
-          Packing, yang materialnya terdiri dari : asbestos, grafit, karet, gabus, kulit, fiber atau
metalic ring (untuk tekanan tinggi)
-          Kerangan : disc valve, wing valve, ball valve
-          Air Chamber : berisi suatu medium elastis agar aliran menjadi smooth
Kapasitas dari reciprocating pump dibedakan atas kapasitas teoritis dan kapasitas aktual,
dimana kapasitas teoritis tersebut tergantung pada perpindahan dari likuid pistonnya.
Kapasitas teoristis pompa ini tidak pernah tercapai karena adanya slip, yang dapat disebabkan
oleh :
-          Tidak sempurnanya packing, kebocoran pada kerangan
-          Rusaknya kerangan sehingga tidak menutup sempurna pada saat piston bergerak kembali.

1.      POMPA TORAK


Pompa torak merupakan pompa yang banyak digunakan dalam kelompok pompa
desak gerak bolak-balik. Menurut cara kerjanya pompa torak dapat dikelompokkan dalam
kerja tunggal dan kerja ganda. Sedangkan menurut jumlah silinder yang digunakan, dapat
dikelompokkan dalam pompa torak sinder tunggal dan pompa torak silinder banyak.
Cara kerja

Untuk pompa torak kerja tunggal dan silinder tunggal, aliran cairan terjadi sebagai
berikut. Bila batang torak dan torak bergerak ke atas, zat cair akan terisap oleh katup isap di
sebelah bawah dan pada saat yang sama cairan yang ada disebelah atas torak akan
terkempakan ke luar. Jika torak bergerak ke bawah katup isap akan tertutup dan katup kempa
terbuka sehingga cairan tertekan ke atas torak melalui katup kempa. Dengan gerakan ini
maka akan terjadi kerja isap dan kerja kempa secara bergantian. Aliran cairan yang dihasilkan
terputus-putus.
Cara kerja pompa torak kerja ganda pada prinsipnya sama dengan cara kerja pompa
torak kerja tunggal, tetapi pada pompa torak kerja ganda terdapat dua katup isap dan dua
katup kempa yang masing-masing bekerja secara bergantian. Sehingga pada saat yang sama
terjadi kerja isap dan kerja kempa. Karena itu aliran zat cair menjadi relatif lebih teratur.
Untuk memperoleh kecepatan aliran zat cair yang lebih konstan dapat digunakan pompa torak
kerja ganda dengan silinder banyak.

Kegunaan
Pompa torak cocok digunakan untuk pekerjaan pemompaan dengan daya isap (suction
head) yang tinggi disamping itu pompa torak dapat digunakan untuk memompa udara dalam
kapasitas yang besar.

2. POMPA PLUNYER (PLUNGER PUMP)

Cara kerja

Prinsip kerja pompa plunyer sama dengan prinsip kerja pompa torak, tetapi torak
diganti dengan plunyer.

           Kegunaan
Pompa plunyer pada umumnya digunakan untuk aliran volum (kapasitas) yang kecil
tetapi tekanan yang dapat dicapai lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai dengan pompa
torak. Pompa plunyer banyak digunakan untuk pompa bahan bakar motor diesel.

3.      POMPA MEMBRAN

Cara kerja

Pada pompa ini, pembesaran dan pengecilan ruang dalam rumah pompa disebabkan
oleh membran yang kenyal. Seperti halnya pompa torak, pompa membran dapat digunakan
sebagai kerja tunggal dan kerja ganda, dan juga memberikan aliran cairan yang terputus-
putus.

Kegunaan
Pompa membran sering digunakan untuk memompa air kotor (pompa kepala kucing)
dan dapat digunakan untuk pompa bahan bakar.

A.2. Rotary Pump


Rotary Pump adalah suatu jenis dari PDP yang melakukan aksi rotasi. Fluida
di trap dalam suatu expanding chamber di dekat inlet, lalu digerakkan ke outlet dan ditekan
ke luar discharge line. Ciri dari pompa jenis ini adalah :
-          Tidak mempunyai check valve
-          Tidak terjadi kebocoran atau aliran balik
-          Cocok untuk fluida kental (minyak pelumas atau lilin)
-          Tekanan dischargenya sampai 3000 psia atau lebih.
Macam-macam tipe dari rotary pump :
1.      Lobe Pump : seperti gear pump, tapi giginya lebih sedikit
2.      Gear Pump : tipe external dan internal gear pump
3.      Screw Pump : one screw dan double screw pump
4.      Vane Pump : sliding vane and bucke vanet pump
-          Sliding vane : untuk likuid sedikit volatil, dan untuk operasi vakum
-          Bucket vane : untuk non-volatil, sebanyak 1500 gpm fluida pada 500 psia

1.      POMPA LOBE (LOBE PUMP)


Cara kerja
Cara kerja pompa lobe pada prinsipnya sama dengan cara kerja pompa roda gigi
dengan penggigian luar. Pompa jenis ini ada yang mempunyai dua rotor lobe atau tiga rotor
lobe.

Kegunaan
Pompa lobe dapat digunakan untuk memompa cairan yang kental (viskositasnya
tinggi) dan mengandung padatan. Pemilihan dua rotor lobe atau tiga rotor lobe didasarkan
atas ukuran padatan yang terkandung dalam cairan, kekentalan cairan, dan kontinyuitas
aliran. Dua rotor lobe cocok digunakan untuk cairan kental, ukuran padatan yang relatif kasar
dengan kontinyuitas kecepatan aliran yang tidak halus.

2.      POMPA RODA GIGI (GEAR PUMP)

Cara kerja

Ketika roda gigi berputar, terjadi penurunan tekanan pada rumah pompa sehingga
cairan mengalir dan mengisi rongga gigi. Cairan yang terperangkap dalam rongga gigi
terbawa berputar kemudian dikempakan dalam saluran pengeluaran, karena pada bagian ini
terjadi pengecilan rongga gigi

Kegunaan
Saran umum untuk penggunaan gear pumps yaitu: Untuk mencegah terjadinya
kemacetan dan aus saat pompa digunakan maka zat cair yang dipompa tidak boleh
mengandung padatan dan tidak bersifat korosif.
Pompa dengan penggigian luar banyak digunakan untuk memompa minyak pelumas
atau cairan lain yang mempunyai sifat pelumasan yang baik. Pompa dengan penggigian
dalam dapat digunakan untuk memompa zat cair yang mempunyai kekentalan (viskositas)
tinggi, seperti tetes, sirop, dan cat.

3.      POMPA ULIR (SCREW PUMP)


Cara kerja
Oleh gerak putar poros ulir zat cair mengalir dalam arah aksial. Pompa jenis ini hanya
dapat digunakan untuk tekanan pada saluran kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran
isap dan bila zat cair yang dipompa mempunyai kekentalan tinggi. Pada keadaan kering
pompa ini tidak dapat mengisap sendiri, sehingga sebelum digunakan pompa ini harus terisi
cairan yang akan dipompa (dipancing).

Kegunaan
Sama halnya dengan pompa roda gigi, pompa ulir ini cocok untuk memompa zat cair
yang bersih dan mempunyai sifat pelumasan yang baik.
Secara umum pompa rotary mempunyai kecepatan aliran volum yang konstan asal
kecepatan putarannya dapat dipertahankan tetap. Selain itu alirannya lebih teratur (tidak
terlalu pulsatif). Hal ini sangat berbeda dengan pompa reprocating (bandingkanlah setelah
pembahasan pompa reprocating). Pompa rotary cocok untuk operasi pada kisaran tekanan
sedang dan untuk kisaran kapasitas dari kecil sampai sedang (lihat gambar pemilihan jenis
pompa berdasarkan karakteristiknya).

4.      POMPA DINDING (SLIDING-VANE PUMP)

Cara kerja
Pompa berporos tunggal yang di dalam rumah pompa berisi sebuah rotor berbentuk
silinder yang mempunyai alur-alur lurus pada kelilingnya. ke dalam alur-alur ini dimasukkan
sudu-sudu lurus yang menempel pada dinding dalam rumah pompa dan dapat berputar secara
radial dengan mudah. Rotor ini dipasang asimetri dalam rumah pompa. Ketika rotor berputar
tekanan dalam rumah pompa turun sehingga terjadi kerja isap dan pada saluran pemasukkan
terjadi pembesaran ruang kosong, sehingga cairan dapat mengalir dari sumber dan mengisi
rongga kosong dalam rumah pompa. Pada tempat pengeluaran terjadi pengecilan ruang
kosong sehingga pada tempat ini terjadi kerja kempa. Dengan cara ini secara berturut-turut
terjadi kerja isap dan kerja kempa.

Kegunaan
Pompa dinding vane dapat digunakan sebagai pompa vakum.

B.     Variable Head Capacity Pump (VHCP)


B.1. Centrifugal Pump
Centrifugal Pump : Energi mekanis dari pompa sentrifugal naik karena adanya aksi
sentrifugal (VHCP). Fluida masuk melalui bagian suction yang dihubungkan secara
konsentris dengan suatu poros yang mempunyai elemen berputar secara cepat (berupa
impeller) dengan baling-baling radial.

a.       ‘Klasifikasi’ pompa sentrifugal adalah sebagai berikut :


-         Ditinjau dari desain impellernya : volute pump, disfusser pump, propeller pump, turbine
pump
-          Ditinjau dari shape impellernya : close, semi-open, open, mixed flow, axial flow
-          Ditinjau dari jumlah suctionnya : side suction dan double suction
-          Ditinjau dari jumlah stagenya : single dan multi stage
-      Ditinjau dari drivernya : direct motor, gear motor, belt driver, steam turbin, gasoline motor,
diesel, water turbine, direct gas engine

b.      Bermacam ‘kehilangan’ (losses) pada pompa sentrifugal : Mechanical losses (berasal dari
geseran antara impeller, dll), leakage losses (karena kebocoran pada ujung ataupun suction
impeller), recirculation losses (akibat kecepatan fluida), hydraulic losses (akibat friksi atau
geseran likuid).

c.       ‘Keuntungan’ pompa sentrifugal dibanding reciprocating : konstruksinya sederhana dan


murah, fluida yang keluar mempunyai tekanan yang seragam, dapat dihubungkan langsung
dengan motor kendali, discharge line nya dapat ditutup sebagian tanpa merusak pompa, dapat
menangani likuid yang mengandung solid banyak, ongkos perawatannya lebih rendah
dibanding reciprocating, dan dapat dibuat dari bahan yang tahan korosi.

d.      ‘Keuntungan’ reciprocating pump dibanding pompa sentrifugal : Head yang tinggi, first
cost lebih rendah, tidak terjadi air binding, operasinya lebih fleksibel, efisiensi operasi tetap,
dapat menghandel fluida kental

e.       Susunan seri dan paralel pompa : untuk keadaan tertentu sering digunakan susunan seri dan
paralel dari berbagai pompa. Pompa susunan seri digunakan untuk memperoleh head yang
tinggi, yaitu bila untuk sejumlah kenaikan head tidak bisa dicapai oleh satu pompa saja.
Kecepatan alirannya sama dengan pompa tunggal. Pompa susunan paralel digunakan untuk
memperoleh kapasitas yang tinggi, yaitu apabila sejumlah kapasitas itu tidak bisa dicapai satu
pompa saja, tetapi head yang dihasilkan susunan paralel sama seperti pada pompa tunggal.

B.2. Turbine Pump


Turbine pump adalah salah satu jenis dari VHCP dengan menggunak aksi sentrifugal.
Pompa jenis ini digunakan untuk keperluan yang tidak terus menerus dan untuk flushing
(penyemprotan), misalnya pada pemadam kebakaran.
Kelebihan pompa turbin adalah baik digunakan untuk flushing dengan kapasitas
operasi sekitar 1 - 20 gpm. Sedangkan kekurangannya adalah tidak cocok untuk operasi yang
terus-menerus; cairan yang dipompakan harus jernih, karena kalau tidak jernih akan merusak
blade; cairan yang digunakan tidak boleh korosif; dan temperatur cairan tidak boleh > 350 oF.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

Pemindahan solid (handling of solid) dengan jarak dekat dapat dilakukan dengan
bantuan tenaga manusia meliputi penyekopan, pemindahan, dan pengangkatan. Karena ke
ampuan manusia yang terbatas, maka diciptakan peralatan untuk membantu dalam
pemindahan material tersebut. Peralatan tersebut antara lain Screw Conveyor, Belt conveyor,
Bucket elevator, dan Pneumatic Conveyor.

- Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal
dindingnya, dan bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat dialirkan
dalam pipa atau tube yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran dengan berbagai
ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa berdinding tebal,
berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20-40 ft. Sedangkan tube
berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang panjangnya sampai beberapa
ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding pipa umumnya kesat, sedangkan
dinding tube licin. Potongan-potongan pipa disambung dengan menggunakan ulir (screw),
flens (flange), atau las (weld), sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi
(compression fitting), flare fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya
dibuat dengan teknik ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan
teknik las, cor (casting), dan piercing.

-          Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa yaitu : Welding (las),
Piercing (penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.

-          Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :


         Joints : merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari material
yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
         Fitting : merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material ketiga
sebagai penyambung.

-          Dua jenis valve yang paling dikenal adalah gate valve dan globe valve. Pada gate valve,
bukaan tempat aliran fluida cair hampir sama besar dengan pipa sehingga aliran fluida tidak
berubah. Akibatnya, gate valve yang terbuka penuh hanya menyebabkan penurunan tekanan
sedikit. Dalam gate valve terdapat piringan tipis yang berada pada dudukan yang tipis pula.
Bila gate valve dibuka, piring naik ke selongsong atas, sehingga seluruhnya berada di luar
lintasan fluida cair. Valve ini tidak cocok digunakan sebagai pengendali aliran, dan biasanya
dipakai dalam keadaan terbuka atau tertutup penuh.
Sebaliknya, globe valve banyak digunakan sebagai pengendali aliran. Bukaannya bertambah
secara hampir linear menurut posisi batang valve, sehingga keausan di sekeliling piringan
terdistribusi secara seragam. Fluida cair mengalir melalui bukaan yang terbatas dan berubah
arah beberapa kali. Akibatnya, penurunan tekanan pada globe valve cukup besar.

-          Setiap pompa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung pabrik yang
membuatnya. Pompa dapat digolongkan m enjadi 2 golongan :
1.            Positive Displacement Pump (PDP)
a.      Reciprocating pump
b.      Rotary pump

2.           Variable Head Capacity Pump (VHCP)


a.       Pompa sentrifugal
b.      Pompa turbin
DAFTAR PUSTAKA

www.bagasdika.web.id/.../TRANSPROTASI%20PAD.

distantina.staff.uns.ac.id/.../1-materi-transportasi-padat.

http://diditnote.blogspot.com/2013/01/alat-transportasi-industri.html
https://titoaldilaputra.wordpress.com/2013/12/20/resume-peralatan-industri-proses/

Anda mungkin juga menyukai