Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BUDDHISME
“SITUASI DAN KONDISI INDIA SEBELUM SIDHARTA
GAUTAMA LAHIR”

DOSEN : Prof. Dr. Hj. Syamsudduha Saleh, M.Ag.

DI SUSUN OLEH :
(Kelompok 1)
1. Nur Faizi Hasyim (30500118008)
2. Arahman (30500118012)
3. Nur Jannah .HM (30500118014)
4. Nurmajedah (30500118020)
5. Wardah Syamha (30500118022)
6. Ian Oktaviani Salman (30500118023)

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT, DAN POLITIK


JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Tahun Pelajaran : 2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmatNYA


sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 19 September 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
Bab II PEMBAHASAN...........................................................................................5
A. Sejarah Lahirnya Sidharta Gautama sampai menjadi seorang Buddha........5
B. Kondisi dan Situasi India sebelum Sidharta Gautama lahir........................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Kritik dan Saran..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Buddha adalah agama yang memiliki dasar ajaran yang berusia lebih
dari 2000 tahun dan berasal dari India. Sekitar 350-550 juta orang di seluruh dunia
saat ini menjadi penganut agama Buddha. Arti dari Buddha sendiri yaitu “Yang
Telah Sadar”, “Yang Telah Terjaga”, atau “Yang Telah Cerah”. Asal kata Buddha
yaitu dari kata Budh yang artinya terjaga, menyadari, dan memahami dan juga
menjadi akar dari kata – kata seperti bodhi, bodha, bodhati, dan buddhi. Di
Indonesia juga terdapat beberapa bukti penyebaran agama Buddha, seperti candi
peninggalan Budha dan candi Budha di Indonesia.

Buddha adalah sebuah gelar untuk seseorang yang telah mencapai


pencerahan sempurna. Ajaran agama ini mengedepankan mengenai cinta kasih
dan kebijaksanaan, yang dianggap sesuai dengan pengertian filsafat atau jalan
hidup oleh sebagian orang. Karena itulah istilah “isme” yang sering ditambahkan
pada ajaran filsafat juga kerap disandingkan dengan kata Buddha, sehingga kata
Buddhisme menjadi sebutan lain untuk agama Buddha.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah lahirnya Sidharta Gautama sampai menjadi seorang


Buddha ?
2. Bagaimana Situasi dan Kondisi India sebelum lahirnya Sidharta Gautama ?

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui sejarah lahirnya Sidharta Gautama sampai menjadi


seorang Buddha.
2. Agar dapat mengetahui Situasi dan Kondisi India sebelum lahirnya Sidharta
Gautama.

4
Bab II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Sidharta Gautama sampai menjadi seorang Buddha

Buddha Gautama dilahirkan dengan nama Siddhārtha


Gautama (Sanskerta: Siddhattha Gotama; Pali: "keturunan Gotama yang
tujuannya tercapai"), dia kemudian menjadi Sang Buddha (secara harfiah: orang
yang telah mencapai Penerangan Sempurna). Dia juga dikenal
sebagai Sakyamuni ('orang bijak dari kaum Sakya') dan sebagai Tathagata.
Siddhartha Gautama adalah guru spiritual dari wilayah timur laut India yang juga
merupakan pendiri Agama Buddha1 2 Ia secara mendasar dianggap oleh pemeluk
Agama Buddha sebagai Buddha Agung (Sammāsambuddha) pada masa sekarang.
Waktu kelahiran dan kematiannya tidaklah pasti: sebagian besar sejarawan dari
awal abad ke 20 memperkirakan kehidupannya antara tahun 800sm+- c. 680, ada
juga yang menyebut tahun 623 SM sampai 543 SM; baru-baru ini, pada suatu
simposium para ahli akan masalah ini,3 sebagian besar dari ilmuwan yang
menjelaskan pendapat memperkirakan tanggal berkisar antara 20 tahun antara
tahun 400 SM untuk waktu meninggal dunianya, sedangkan yang lain menyokong
perkiraan tanggal yang lebih awal atau waktu setelahnya.

Membahas tentang keberadaan agama Buddha tidak dapat dilepaskan dari


sosok Siddharta Gautama sebagai penemu dan juga penyebar ajaran Buddha.
Siddharta Gautama menemukan dan mengajarkan agama Buddha setelah
mencapai suatu pencerahan secara sempurna atau disebut penyadaran penuh.
Tahun kelahirannya bervariasi dan tidak ada sumber yang pasti.

Siddharta Gautama atau Buddha lahir sekitar abad 4 hingga 6 SM di


kerajaan kecil yang terletak di bawah kaki gunung Himalaya, tepatnya di
Lumbini, Nepal. Ayahnya, Raja Suddhodana, adalah seorang kepala suku klan
Shakya. Ibunya meninggal tidak lama setelah Siddharta lahir. Dikatakan bahwa 12
1
 "Lumbini, the Birthplace of the Lord Buddha". UNESCO. Diakses tanggal 26 May 2011.
2
The Buddha
3
The Dating of the Historical Buddha: A Review Article

5
tahun sebelum kelahirannya, para Brahmana telah meramalkan bahwa ia akan
menjadi pendeta legendaris atau seorang raja yang agung. Ia akan menjadi pertapa
apabila melihat orang sakit, orang tua, orang meninggal dan seorang pertapa.
Karena ia termasuk ke dalam wangsa Ksatriya, maka ayahnya tidak ingin
Siddharta menjadi pertapa dan tidak meneruskan tahta sang ayah.

a) Kelahiran

Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM4 di Taman Lumbini, saat


Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sala. Pada saat ia lahir, dua arus
kecil jatuh dari langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus
tersebut membasuh tubuh Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih
tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat
yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa


Pangeran kelak akan menjadi seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan
menjadi seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan tegas
meramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan
tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Pangeran menjadi Buddha,
tidak ada yang akan mewarisi tahta kerajaannya. Oleh pertanyaan Raja, para
pertapa itu menjelaskan agar Pangeran jangan sampai melihat empat macam
peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam
peristiwa itu adalah:

1. Orang tua,
2. Orang sakit,
3. Orang mati,
4. Seorang pertapa.

Untuk mencegahnya menjadi seorang pertapa, ayahnya menjaga agar


Siddharta tetap berada di dalam lingkungan istana sehingga Gautama hidup di
lingkungan kemewahan sebagai seorang pangeran dari sukunya, dilindungi dari

4
L. S. Cousins (1996), "The dating of the historical Buddha: a review article", Journal of
the Royal Asiatic Society (3)6(1): 57–63.

6
dunia luar, diajar oleh para Brahmana, serta dilatih dalam bidang panahan,
keahlian berpedang, gulat, berenang, dan lari.

Kata-kata pertapa Asita membuat Raja Suddhodana tidak tenang siang dan


malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan istana dan
menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu Baginda memilih
banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta, agar putra tunggalnya
menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk penderitaan berusaha disingkirkan
dari kehidupan Pangeran Siddharta, seperti sakit, umur tua, dan kematian,
sehingga Pangeran hanya mengetahui kenikmatan duniawi.

Suatu hari Pangeran Siddharta meminta izin untuk berjalan di luar istana, di
mana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya "Empat Kondisi" yang sangat
berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci. Pangeran
Siddhartha bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri, "Apa arti kehidupan
ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua dan kematian. Lebih-lebih
mereka yang minta pertolongan kepada orang yang tidak mengerti, yang sama-
sama tidak tahu dan terikat dengan segala sesuatu yang sifatnya sementara ini!".
Pangeran Siddharta berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan
semua jawaban tersebut.

Pada usia 29 tahun, Siddharta meninggalkan kerajaannya, istri dan anaknya


yang baru lahir untuk menjadi seorang pertapa dan bertujuan untuk menemukan
cara untuk menghilangkan penderitaan universal yang dipahaminya sebagai salah
satu ciri kehidupan manusia. Simak juga mengenai sejarah patung buddha
tidur, sejarah candi sewu, sejarah kerajaan Mataram kuno yang berkaitan dengan
penyebaran agama Buddha di Indonesia di zaman lampau.

b) Kehidupan Pertapaan dan Pencerahan

Selama enam tahun berikutnya Siddharta menjalani kehidupan pertapaan


dan mengambil bagian dalam prakteknya, belajar dan bermeditasi menggunakan
ajaran berbagai guru spiritual yang membimbingnya yaitu pertapa Alara Kalama
dan Udaka Ramputra. Ia belajar cara baru untuk hidup dengan sekelompok yang
terdiri dari lima pertapa yang kemudian menjadi pengikutnya berkat dedikasinya

7
yang sangat tinggi. Ketika jawaban untuk pertanyaan – pertanyaannya tidak juga
muncul, ia menggandakan usahanya, menahan rasa sakit, berpuasa hingga hampir
kelaparan, dan menolak minum air.

Apapun yang dicobanya, Siddharta tidak dapat mencapai tingkat kepuasan


yang dicarinya, sampai suatu saat ketika seorang gadis muda menawarinya
semangkuk susu. Ketika ia menerima, kemudian menyadari bahwa menahan diri
secara jasmani bukanlah cara untuk mencapai kemerdekaan diri, dan bahwa hidup
dibawah kekangan fisik yang keras tidak akan membantunya mencapai pelepasan
spiritual. Jadi ia menerima susu tersebut, minum air dan mandi di sungai.  Sejak
saat itu, Siddharta mendorong orang – orang untuk mengikuti jalan keseimbangan
daripada mengikuti jalan yang ekstrim. Jalan tersebut dinamakannya The Middle
Way. Berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Buddha di Indonesia, simak
juga  peninggalan kerajaan Majapahit dan peninggalan kerajaan Sriwijaya.

c) Kemunculan Sang Buddha

Sejarah Buddha Gautama mencapai waktunya ketika suatu malam Siddharta


duduk di bawah pohon Bodhi, bersumpah tidak akan bangun sampai kebenaran
yang dicarinya datang dan bermeditasi sampai matahari terbit keesokan harinya.
Ia tetap disana selama beberapa hari untuk memurnikan pikirannya, menelaah
seluruh hidupnya dan kehidupan sebelumnya di dalam pikiran. Pada pertapaan ini
ia diganggu oleh Mara, dewa penggoda yang berkekuatan dahsyat. Ia
menaklukkan dan melawan Mara ketika bintang pagi tampak di ufuk timur
dengan kemauan yang keras dan keyakinan yang kukuh.

Sehingga pada saat itu Ia mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi


Samyaksam Buddha, tepat ketika waktu bulan Purnama Siddhi di usianya yang ke
35 tahun di bulan Waisak. Dari tubuhnya memancar enam sinar Buddha ketika
mencapai pencerahan sempurna. Keenam sinar Buddharasmi tersebut adalah
warna biru/nila yang artinya bhakti, kuning/pita yang artinya kebijaksanaan dan
pengetahuan, merah/lohita artinya kasih sayang dan belas kasih, putih/avadata
yang berarti suci, jingga/mangasta yang artinya semangat, dan campuran semua
sinar tersebut yang dinamakan prabhasvara.

8
d) Penyebaran Ajaran Buddha

Sejarah Buddha Gautama kemudian mendapatkan gelar setelah mencapai


pencerahan sempurna, antara lain Buddha Gautama, Sakyamuni, Tathagata (Ia
Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava
(Yang Agung) dan masih banyak lagi gelar lainnya. Khotbah pertamanya yang
disebut Dhammacakka Pavattana Sutta didengarkan oleh kelima pertapa
pengikutnya. Isi khotbah tersebut adalah penjelasan mengenai Jalan Tengah yang
ditemukannya, yaitu berupa Delapan Ruas Jalan Kemuliaan dan juga Empat
Kebenaran Mulia yang menjadi pilar dari ajaran Buddha.

Kemudian Siddharta membentuk Sangha, suatu komunitas untuk para


pertapa yang tidak mengacuhkan semua pembatas antara kelas, ras, jenis kelamin
dan latar belakang manusia dengan hanya satu tujuan untuk mencapai pencerahan.
Pada akhirnya ia bertemu kembali dengan ayahnya. Istrinya, Yasodhara, menjadi
murid dan pertapa juga, sementara anaknya Rahula menjadi rahib di usia 7 tahun
dan tinggal bersama ayahnya seumur hidup.

Selama empat puluh lima tahun kemudian Buddha Gautama menyebarkan


Dharma dengan berkelana, kepada umat manusia lainnya dan menyebarkan
dengan cinta dan kasih sayang hingga usianya 80 tahun dan menyadari bahwa tiga
bulan setelahnya ia akan mencapai Parinibbana atau Parinirvana yaitu
meninggalkan bentuk fisik tubuhnya. Tubuh Buddha kemudian dikremasi, dan
sisa abunya ditempatkan di kubah berbentuk stupa yang merupakan bentuk umum
dalam agama Buddha, dan disebarkan dalam banyak lokasi termasuk China,
Myanmar dan Srilanka. Selama 2500 tahun kemudian ajaran Buddha tetap diikuti
oleh banyak orang di dunia, terus menarik banyak pengikut dan merupakan salah
satu agama yang tumbuh dengan cepat, walaupun banyak yang tidak
menganggapnya sebagai agama namun sebagai ajaran hidup atau filosofi.

e) Kehidupan Buddha Gautama

Ketika Buddha dilahirkan, wilayah India masih terpecah-pecah menjadi


kerajaan-kerajaan yang menguasai masyarakat dalam bidang sosial politik
maupun moral keagamaan. Waktu itu India juga belum memiliki kesatuan bahasa.

9
Pada umumnya yang ada adalah bahasa-bahasa lokal yang berbeda-beda dan
hanya dipakai oleh suku bangsa tertentu, seperti bahasa Pali yang dipergunakan di
kerajaan kapilawastu. Bahasa Sansekerta waktu itu merupakan satu-satunya
bahasa suci yang hanya berlaku terutama di kalangan pemuka agama.

Di bidang kehidupan agama timbul kekacauan dalam segi pemikiran, yang


diwarnai oleh perdebatan teologis seperti tentang apakah roh itu, bagaimana nasib
manusia setelah mati, bagaimana cara mencapainya dan sebagainya. Keadaan
demikian agaknya berpangkal pada ketakhayulan para brahmana yang mewujud
dalam aneka ragam upacara korban yang dipersembahkan para dewa atau dewi,
bukan saja berupa ternak benda-benda tertentu, tetapi juga sering berupa manusia,
terutama gadis-gadis. Praktek-praktek korban tersebut berlangsung sedemikian
lama sehingga para brahman semakin kuat kedudukan mereka dalam masyarakat.
Akhirnya rakyat mulai menyaksikan manfaat upacara-upacara tersebut karena
ternyata tidak juga menghasilkan keadaan yang lebih baik bagi kehidupan mereka.
Situasi ini kemudian ini merangsang timbulnya tokoh-tokoh keagamaan dengan
konsep-konsep yang baru yang dari satu sisi dapat dilihat sebagai reaksi terhadap
situasi keagamaan pada waktu itu.

10
D. Kondisi dan Situasi India sebelum Sidharta Gautama lahir

Sejarah kehidupan manusia tidak akan lepas dari sebuah sistem


kepercayaan. Mulai dari masyarakat primitif hingga masyarakat modern memiliki
sebuah sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan masyarakat primitif dimulai dari
kepercayaan akan benda-benda mati ataupun binatang-binatang tertentu
(dinamisme) sampai kekuatan-kekuatan roh (animisme). Seiring majunya pola
pikir masyarakat, kepercayaan dinamisme maupun animisme lambat laun
mengalami pergeseran.

Agama Buddha berasal dari India bagian utara diajarkan oleh Buddha
Sakyamuni. Beliau juga dikenal dengan sebutan Buddha Gautama, Bhagava,
Tathagata, Sugata, dan sebagainya. Pada masa kecil, Beliau adalah seorang
pangeran, bernama Siddharta. Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623
sebelum Masehi, jadi sekitar 2600 tahun yang lalu.

Berdasarkan catatan sejarah, agama-agama yang dianut sebagian besar umat


manusia di dunia ini lahir di daratan Asia. Demikian pula tradisi Brahmanisme
lahir di daratan India. Sebagai sebuah kepercayaan yang dianut oleh umat manusia
dalam perkembangannya tradisi Brahmanisme pun mengalami perubahan dilihat
dari segi religiusitas dan segi sosialnya.

Sebelum lahirnya agama Buddha, masyarakat India telah mengenal berbagai


kepercayaan agama. Saat itu terdapat beberapa pandangan hidup di India. Pada
periode awal, masyarakat India bercorakkan tradisi pertapaan dengan pertapa-
pertapa berambut panjang yang telanjang. Periode berikutnya, masyarakat
mengenal upacara-upacara keagamaan dan ritus kurban dari kaum Brahmana.

Selanjutnya, masyarakat India mengenal agama dari kaum Upanishad.


Menurut kaum ini, manusia memiliki suatu diri atau jiwa yang kekal.
Kebahagiaan kekal hanya dapat diraih jika manusia dapat bersatu dengan alam
semesta. Untuk bersatu dengan alam semesta, mereka mengembangkan meditasi
yoga.

11
Pandangan ini mendapat reaksi keras dari kaum materialis. Kaum materialis
menganggap bahwa tidak ada jiwa yang kekal. Menurut kaum ini, jiwa tidak lain
tidak bukan adalah badan jasmani itu sendiri. Setelah kematian, kehidupan
manusia berakhir, tidak ada lagi kehidupan berikutnya. Kebahagiaan kekal itu
tidak ada. Kebahagiaan hanya dapat diraih selagi hidup. Mereka yang mengikuti
kaum materialis menjalani hidup bersenang-senang untuk menikmati kebahagiaan
duniawi.

Perkembangan selanjutnya, masyarakat India mengenal tradisi pertapaan


keras dari kaum Jaina. Kaum ini percaya bahwa setiap manusia sesungguhnya
memiliki jiwa yang suci dan bersih dalam dirinya. Jiwa yang murni ini menjadi
kotor karena perasaan-perasaan indera. Menurut kaum ini, kebahagiaan kekal
dapat dicapai bila dapat membunuh perasaan-perasaan indera melalui cara-cara
penyiksaan diri.

Adapun kepercayaan-kepercayaan maupun Agama-Agama yang


berkembang di India sebelum kemunculan Agama Buddha adalah sebagai berikut:

1. Jainisme

Menurut para Sejarawan Timur, dasar Jainisme dibuat oleh Vardhamana


Mahavira. Namun kepercayaan orang-orang Jaina sendiri, Mahavira bukanlah
peletak dasar pertama Jainisme, tetapi rangkaian terakhir dari Tirthankara yang
terdiri dari dua puluh empat garis yang ada sejak zaman prasejarah.

Jainisme menolak otoritas Veda dan tradisi-tradisi ortodoks dalam


Hinduisme. Oleh karena itu, Jainisme dianggap sebagai Agama Heterodoks.
Jainisme tidak berasal dari Brahman – Arya, tetapi mereflesikan kosmologi dan
antropologi kelas atas pra-Arya.

2. Sankhya dan Yoga

Sankhya dan Yoga mengajarkan kedisiplinan. Sankhya memberikan


paparan teoritis mendasar tentang watak manusia dengan merinci dan
mendefinisikan bagian-bagiannya tentang moksa. Sementara Yoga memaparkan
keteruraian secara khusus; tekhnik-tekhnik praktis dalam moksa, atau isolasi-

12
integrasi (kaivalya).Sankhya dan Yoga memiliki asal-usul yang berbeda, tetapi
keduanya berkaitan dengan sistem Jaina.

3. Brahmanisme

Pada awal kedatangannya, bangsa Arya kagum akan keindahan alam di


daratan India. Fenomena alam yang mereka lihat dianggap memiliki karakter
seperti manusia (antroporphopisme). Kemudian mereka mulai melakukan
pemujaan(dinamisme). Fenomena alam dianggap memiliki kekuatan di luar diri
mereka. Ketidakmampuan menanggapi fenomena alam memunculkan konsep
persembahan, disebut Yajña.

Kerpercayaan akan benda-benda mati yang dianggap memiliki kekuaan dan


fenomena alam berubah wujud menjadi pemujaan kepada banyak dewa
(polyteisme).

Dalam perkembangannya, mereka mulai memilah-milah dewa yang dipuja.


Paham monoteisme berkembang kemudian setelah manusia memiliki keyakinan
akan adanya tuhan pencipta (Pajapati) dan pada akhirnya bangsa Arya meyakini
satu kekuatan yang menjadi sumber dari segala sesuatu (Monisme).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Siddharta Gautama atau Buddha lahir sekitar abad 4 hingga 6 SM di


kerajaan kecil yang terletak di bawah kaki gunung Himalaya, tepatnya di
Lumbini, Nepal. Ayahnya, Raja Suddhodana, adalah seorang kepala suku
klan Shakya. Ibunya meninggal tidak lama setelah Siddharta lahir.
Dikatakan bahwa 12 tahun sebelum kelahirannya, para Brahmana telah
meramalkan bahwa ia akan menjadi pendeta legendaris atau seorang raja
yang agung. Ia akan menjadi pertapa apabila melihat orang sakit, orang tua,
orang meninggal dan seorang pertapa. Karena ia termasuk ke dalam wangsa
Ksatriya, maka ayahnya tidak ingin Siddharta menjadi pertapa dan tidak
meneruskan tahta sang ayah.
2. Berdasarkan catatan sejarah, agama-agama yang dianut sebagian besar umat
manusia di dunia ini lahir di daratan Asia. Demikian pula tradisi
Brahmanisme lahir di daratan India. Sebagai sebuah kepercayaan yang
dianut oleh umat manusia dalam perkembangannya tradisi Brahmanisme
pun mengalami perubahan dilihat dari segi religiusitas dan segi sosialnya.
Sebelum lahirnya agama Buddha, masyarakat India telah mengenal berbagai
kepercayaan agama. Saat itu terdapat beberapa pandangan hidup di India.
Pada periode awal, masyarakat India bercorakkan tradisi pertapaan dengan
pertapa-pertapa berambut panjang yang telanjang. Periode berikutnya,
masyarakat mengenal upacara-upacara keagamaan dan ritus kurban dari
kaum Brahmana.

E. Kritik dan Saran

“Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak salah dan kurangnya. Untuk
itu demi kemajuan dan perbaikan kedepan penulis mengharap saran dan
kritiknya.”

14
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Tuti Nuriah. 1990. Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Prijohutomo. 1953. Sedjarah Kebudajaan Indonesia I Bangsa Hindu.Djakarta

Zimmer, Heinrich. 2003. Sejarah Filsafat India. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Devita Retno, “Sejarah Buddha Gautama Secara Singkat dan Lengkap”,


https://sejarahlengkap.com/agama/buddha/sejarah-buddha-gautama

Tina Safta Martiana, “Perkembangan Kepercayaan-kepercayaan dan Agama-


agama di India”,
https://imthehistorian.wordpress.com/2016/12/11/perkembangan-kepercayaan-
kepercayaan-dan-agama-agama-di-india/

“Asal Usul Sejarah Agama Buddha”,


http://sejarahagamadunia.blogspot.com/2013/11/asal-usul-sejarah-agama-
buddha.html

“Siddhartha Gautama”, https://id.wikipedia.org/wiki/Siddhartha_Gautama

15

Anda mungkin juga menyukai