net/publication/316485628
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Pemerintah dalam Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Indonesia
CITATION READS
1 5,686
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Riset Kesehatan Dasar 2013 - Riskesdas (Baseline Health Research 2013) View project
All content following this page was uploaded by Max Joseph Herman on 16 May 2017.
Abstrak
Infeksi nosokomial merupakan masalah penting di dunia. Rumah Sakit (RS) dituntut untuk memberikan pelayanan
bermutu, efektif dan efisien untuk menjamin patient safety. Kementerian Kesehatan telah melakukan revitalisasi
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Program PPI) di RS yang merupakan salah satu pilar menuju patient
safety. Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi kesiapan RS untuk melaksanakan Program PPI. Studi ini merupakan
bagian kajian ‘Implementasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di RS’ tahun 2014. Sumber data adalah
Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes RI. Aspek yang dikaji meliputi sarana,
prasarana, tenaga, kelengkapan organisasi, pedoman, kepatuhan penulisan resep, ketersediaan air bersih dan
pengolahan limbah. Hasil studi menunjukkan bahwa banyak RS yang belum siap melakukan PPI, terutama dalam
sarana dan prasarana sterilisasi, air bersih dan pengolahan limbah, khususnya RS kelas C dan D. Pengolahan limbah
RS berperan penting dalam pengendalian atau pencegahan penyebaran resistensi antimikroba. Program ini memberi
banyak manfaat khususnya mencegah terjadinya total resistensi atau kembalinya dunia kedokteran ke era sebelum
antibiotik. Program PPI memang membutuhkan biaya yang besar sehingga seringkali manajemen RS kurang setuju,
tetapi hasil analisis biaya yang ada menunjukkan bahwa PPI sangat cost-effective.
Kata kunci: Sarana; Prasarana; Infeksi rumah sakit
Abstract
Nosocomial infections is an important issue around the world. Hospitals are required to provide qualified, efficient
and effective service to ensure patient safety. The Ministry of Health has revitalized prevention and control of
infection program (PPI) in hospitals which is one of the cornerstones towards patient Safety. The purpose of this
study is to identify the preparedness of hospitals to implement the PPI program. The data source is Health Facility
Research of 2011 which was done by National Institute of Health Research and Development. The aspects examined
include facility, infrastructure, human resource, organization, guidelines, compliance in prescribing, the availability
of clean water and hospital sewage treatment. The results show that many hospitals are not yet ready to conduct
PPI, especially in terms of infrastructure, clean water sterilization and processing waste, mostly hospitals of classes
C and D. Sewage treatment is important in the control or prevention of spread of antimicrobial resistance. This
program gives many benefits especially in preventing the occurrence of total resistance or back to the era before
antibiotics. The PPI program does require a large fee such that hospital management often disapproves, although
the result of available cost analysis indicates that PPI is highly cost-effective.
Keywords: Facility; Infrastructure; Hospital infection
137
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):137-146
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia menghadapi beban Rumah Sakit sebagai sarana yang
ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu memberi pelayanan kesehatan promotif,
meningkatnya kembali beberapa penyakit preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada
menular sementara penyakit degeneratif masyarakat memiliki peran penting dalam
mulai meningkat. Penyakit infeksi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
merupakan masalah kesehatan terbesar di Infeksi nosokomial dapat menjadi penyebab
seluruh dunia. Infeksi terbanyak (18%) langsung maupun tidak langsung kematian
terutama pada anak di bawah lima tahun pasien. Beberapa kejadian mungkin tidak
adalah infeksi saluran nafas akut yang menyebabkan kematian namun
sebagian berasal dari komunitas (Community menyebabkan pasien dirawat lebih lama di
Acquired Pneumoniae) dan sebagian lagi Rumah Sakit. Ini berarti pasien membayar
dari rumah sakit (Hospital Acquired lebih mahal dan dalam kondisi tidak
Pneumoniae).1 produktif, sedangkan pihak Rumah Sakit
Infeksi nosokomial atau infeksi yang juga akan mengeluarkan biaya besar.2
berhubungan dengan pelayanan kesehatan Mereka yang berada di lingkungan Rumah
atau Health Care Associated Infections Sakit seperti pasien, petugas kesehatan,
(HCAIs) adalah penyakit infeksi yang pengunjung dan penunggu pasien berisiko
pertama muncul dalam waktu antara 48 jam mendapatkan infeksi nosocomial
dan empat hari setelah pasien masuk rumah atau HCAIs.
sakit atau tempat pelayanan kesehatan Pedoman yang dikeluarkan oleh
lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah Kementerian Kesehatan RI antara lain
pasien keluar dari rumah sakit. Dalam hal ini Pedoman Manajerial Pencegahan dan
termasuk infeksi yang didapat dari rumah Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
sakit tetapi muncul setelah pulang dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta Jejaring
infeksi akibat kerja pada petugas di fasilitas Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi
pelayanan kesehatan.2 Rumah Sakit dituntut New-emerging dan Re-emerging.4-6
untuk memberikan pelayanan yang bermutu, Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
efektif dan efisien untuk menjamin Patient disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan
safety yang telah menjadi program surveilans.7 Hasil surveilans ini penting
pemerintah. Kementerian Kesehatan untuk perencanaan, penerapan, evaluasi,
melakukan revitalisasi Program Pencegahan praktek pengendalian infeksi dalam
dan Pengendalian Infeksi (Program PPI) di mencapai tujuan utama dari program yaitu
Rumah Sakit yang merupakan salah satu mengurangi risiko terjadinya endemi dan
pilar menuju Patient safety dengan harapan epidemi infeksi nosokomial pada pasien.8
kejadian infeksi di Rumah Sakit dapat Program Pencegahan dan Pengendalian
diminimalkan serendah mungkin. Studi dari Infeksi (PPI) dalam Standar Pelayanan
tahun 1995-2008 menunjukkan prevalensi Minimal dan Akreditasi Rumah Sakit9
HCAIs di negara maju berkisar antara 5.1% menuntut tiap Rumah Sakit harus
dan 11.6%. Di negara-negara Eropa melaksanakan PPI secara optimal dalam
dilaporkan rata-rata prevalensi HCAIs 7.1%. rangka untuk melindungi pasien, petugas,
Penelitian yang dilakukan di negara sedang pengunjung dan keluarga dari risiko
berkembang menunjukkan tingkat infeksi di tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas
Rumah Sakit yang tinggi (5-19%) dan rata- juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau
rata di atas 10%.3 fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Keberhasilan program PPI membutuhkan
138
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit ....(MJ Herman dkk)
keterlibatan lintas bidang seperti klinis, dari reservoir ke penderita, pintu masuk agen
keperawatan, laboratorium, kesehatan serta pejamu rentan yang dipengaruhi oleh
lingkungan, farmasi, gizi, sanitasi umur, status gizi dan imunisasi, penyakit
& housekeeping. Berbagai badan akreditasi/ kronis, luka bakar, trauma atau pembedahan,
komite mutu selalu mempersyaratkan nilai obat imunosupresan dan faktor lain seperti
yang baik untuk PPI. jenis kelamin, ras tertentu, status ekonomi,
Adanya infeksi endemik atau epidemik gaya hidup, pekerjaan dan herediter.
memicu penggunaan antimikroba yang lebih Pelaksanaan surveilans HCAIs yang
masif pada bangsal rawat inap terutama di dilakukan oleh sebagian negara di Eropa dan
Intensive Care Unit. Di rumah sakit, sekitar Amerika Serikat telah terbukti dapat
190 juta dosis antibiotik diberikan setiap hari menurunkan kejadian infeksi meskipun
ke pasien dan untuk pasien yang tidak terdapat perbedaan atau variasi metoda
dirawat di rumah sakit, lebih dari 133 juta surveilans.13 Karena infeksi bergantung
program antibiotik yang diresepkan oleh kepada interaksi antara kerentanan pejamu,
dokter setiap tahun. Diperkirakan 50 persen agen infeksi dan cara penularan, maka
dari resep yang diberikan untuk pasien rawat identifikasi faktor risiko pada pejamu dan
jalan ini tidak diperlukan.10 pengendaliannya dapat mengurangi insiden
Data hasil Riset Fasilitas Kesehatan terjadinya infeksi. Strategi yang dapat
tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar dilakukan adalah peningkatan daya tahan
51,7% RSU pemerintah telah dilengkapi pejamu, inaktivasi agen penyebab infeksi,
dengan komite penanggulangan infeksi pemutusan mata rantai penularan dan
nosokomial, meskipun tidak semuanya aktif pencegahan paska pajanan terhadap petugas
(sekitar 84% yang aktif).11 Di Indonesia kesehatan. Dalam hal ini pemutusan rantai
beberapa rumah sakit atau fasilitas infeksi paling mudah, tetapi hasilnya
pelayanan kesehatan seringkali merupakan bergantung pada ketaatan petugas dalam
lahan praktik bagi siswa serta peserta melaksanakan prosedur yang telah
magang dan pelatihan. Oleh karena itu ditetapkan (Kewaspadaan Isolasi). Dua lapis
penting dipahami proses terjadinya infeksi, kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standard
mikroorganisme terkait yang umumnya dan kewaspadaan transmisi) sesuai gejala
sudah multiresisten, serta bagaimana klinis harus diterapkan sementara menunggu
pencegahan dan pengendaliannya. Harus hasil laboratorium keluar serta harus
diingat bila terjadi infeksi nosokomial. didukung oleh sarana dan prasarana RS yang
Infeksi biasanya dijumpai dalam bentuk dibutuhkan.
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran Studi ini bertujuan untuk
darah (blood stream infections) dan mengidentifikasi permasalahan dalam
pneumonia.12 penerapan program pengendalian resistensi
Penularan infeksi membutuhkan unsur antimikroba di Rumah Sakit Pemerintah
mikroorganisme penyebab yang dipengaruhi khususnya dalam hal sarana dan prasarana
oleh faktor patogenitas, virulensi, dan untuk mendukung upaya pencegahan dan
jumlah (dosis atau load), reservoir, pintu pengendalian infeksi di Indonesia.
keluar agen, transmisi yaitu transport agen
139
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):137-146
METODE
Studi ini merupakan bagian dari belum melakukan akreditasi dalam 5 tahun
penelitian potong lintang kajian terakhir (Tabel 1) dan belum siap melakukan
‘Implementasi Program Pengendalian PPI di RS, terutama dalam hal infrastruktur,
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit’ seperti sarana dan prasarana sterilisasi, air
tahun 2014.14 Data Rumah Sakit Pemerintah bersih dan pengolahan limbah, khususnya
terkait pencegahan dan pengendalian infeksi RS kelas C dan D. Undang Undang RI No.
dalam Riset Fasilitas Kesehatan tahun 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40
201111 yang dilakukan oleh Badan ayat 1 mewajibkan RS melakukan akreditasi
Litbangkes RI dianalisis secara deskriptif secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali
berdasarkan kelas rumah sakit dan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
selanjutnya dikaji berdasarkan telaah Rumah Sakit.15
kepustakaan baik dari dalam mapun luar
negeri dari aspek kebijakan/peraturan, Sarana, Prasarana, SDM dan Kelengkapan
pelaksanaan program pencegahan dan Organisasi RS yang dibutuhkan untuk
pengendalian infeksi di Rumah Sakit, mendukung Program Pencegahan dan
pedoman yang ada, kepatuhan penulisan Pengendalian Infeksi di RS
resep, sarana dan prasarana termasuk sumber Keberadaan SDM masih sangat kurang
daya manusia dan kelengkapan organisasi, untuk melakukan PPI, terutama SDM
sterilisasi, kemampuan laboratorium farmasi klinik dan mikrobiologi klinik
mikrobiologi, ketersediaan air bersih serta (Tabel 2). Meskipun demikian sesungguhnya
pengolahan limbah RS. PPI masih dapat dilakukan dengan
memberdayakan apoteker dan dokter
HASIL DAN PEMBAHASAN patologi klinik dengan memberikan
Dari total 685 RS pemerintah sampel pelatihan yang ada kaitannya dalam
Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011, pelaksanaan PPI. Sejalan dengan hal
sebagian besar kepemilikan RS adalah milik tersebut, RS yang memiliki kemampuan
Pemda (72%). melakukan kultur bakteri, jamur, virus dan
Hasil Rifaskes tahun 2011 menunjukkan uji resistensi sebagian besar adalah RS tipe
bahwa masih banyak Rumah Sakit yang A (Tabel 3).
140
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit ....(MJ Herman dkk)
142
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit ....(MJ Herman dkk)
143
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):137-146
Sejak tahun 2014, pemerintah Indonesia Penelitian dari Wright, dkk menunjukkan
telah menerapkan program Jaminan bahwa infeksi aliran darah yang terjadi
Kesehatan Indonesia yang pada masa dalam 48 jam setelah pemakain kateter
Kabinet Kerja menjadi program unggulan intravaskular (Central Line-Associated
Indonesia Sehat. Program ini mendekatkan Blood Stream Infections, CLABSIs)
masyarakat terhadap akses untuk berobat ke menurun tajam pada penggunaan sumbat
RS, sehingga kunjungan ke RS khususnya dengan spons jenuh alkohol di ujung kateter
RS Pemerintah meningkat secara signifikan. dan terbukti dengan biaya $2.07 per pasien
Kalau hal ini tidak diimbangi dengan kateterisasi per hari dapat mencegah 21
infrastruktur RS yang memenuhi syarat kejadian infeksi dan 4 kematian.29,30 Rumah
untuk melakukan program Sakit sekarang lebih efektif mengendalikan
stewardship/pengendalian dikhawatirkan HCAIs dengan kemajuan terakhir dalam
penyebaran bakteri resisten makin meluas, CLABSIs dan infeksi bedah tertentu (SSIs)
sehingga dapat meningkatkan biaya yang menurun sebanyak 46% dan 19%
kesehatan. dalam kurun 2008-2013.31,32 Demikian pula
Program higiena dan sanitasi RS hasil analisis biaya oleh Dick, dkk
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, menunjukkan bahwa PPI multidimensi
sehingga seringkali direktur/manajemen RS sangat cost-effective dan menekankan
kurang setuju dengan alasan keterbatasan pentingnya keberlangsungan investasi
27
anggaran. Padahal program pengendalian pencegahan HCAIs yang ada.
resistensi antimikroba ini sebetulnya
memberi banyak manfaat, misalnya KESIMPULAN
mengurangi risiko pada pembedahan, Sesungguhnya memutus mata rantai
kemoterapi, serta manfaat jangka panjang
penularan merupakan hal yang paling mudah
untuk mencegah terjadinya total resistensi untuk mencegah penularan penyakit infeksi,
atau kembalinya dunia kedokteran ke era tetapi harus didukung dengan kepatuhan dan
sebelum antibiotik.27 Di samping higiena ketaatan dalam melaksanakan prosedur yang
tangan yang merupakan kunci utama, telah ditetapkan dalam Standar Prosedur
keamanan, kebersihan permukaan- Operasional. Pemutusan mata rantai
permukaan sepanjang waktu, akses yang penularan infeksi tersebut dilakukan melalui
mudah, pemanasan, ventilasi dan pendingin Kewaspadaan Isolasi, yaitu Kewaspadaan
ruangan, serta tata kelola air yang digunakan Standar dan Kewaspadaan Transmisi.
memegang peran penting dalam melindungi
petugas dan pasien.28
144
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit ....(MJ Herman dkk)
145
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2016;6(2):137-146
MRSA rates in English hospitals. British 27. Dick AW, Perencevich EN, Pogorzelska-
Journal of Nursing. 2006;15(12):656-60. Maziarz M, Zwanziger J, Larson EL, Stone
21. Keegan AD. Hospital bed occupancy: more PW. A decade of investment in infection
than queuing for a bed. Med J Aust prevention: A cost-effectiveness analysis.
2010;193(5):291-3. American journal of infection control.
22. Alp E, Leblebicioglu H, Doganay M, Voss 2015;43(1):4-9.
A. Infection control practice in countries 28. McFarlane M. Infection Control Risk
with limited resources. Ann clin microbiol Assessments, Prevention Across the
Antimicrob. 2011;10(1):36. Construction Continuum. 2014(June).
23. Carter EJ, Pouch SM, Larson EL. Common 29. Horan TC. Criteria to define CLABSI and
infection control practices in the emergency SSI. Available from: http://www.tsicp.org/
department: A literature review. American web_documents/tsicp_clabsi_and_ssi_criteri
journal of infection control. 2014;42(9):957- a_slides_handouthoran.pdf
62. 30. Wright M-O TJ, Schora DM, Dillon-Grant
24. Qibtiyah M. Monitoring dan Evaluasi PPRA M, Peterson K, Boehm S, et al. Continuous
Rumah Sakit Pengampuan Tahun 2012. passive disinfection of catheter hubs
Loknas ke V Program Pengendalian prevents contamination and bloodstream
Resistensi Antimikroba; Batam, 2012. infection. American journal of infection
25. Ogwang M PD, Molteni T, Ochola E, Okello control. 2013;41(1):33-8.
T, Salgado JO, et al. Prevalence of hospital- 31. Leins C. Hospitals Lower Health Care-
associated infections can be decreased Associated Infections. 2015. Available from:
effectively in developing countries Journal http://health.usnews.com/healthnews/hospita
of Hospital Infection 2013;84(2):138-42. l-of tomorrow/articles/2015/01/16/hospitals-
26. Kwak Y-K CP, Byfors S, Giske CG, Möllby lower-health-care-associated-infections
R, Kühn I. Surveillance of antimicrobial 32. Centers for Disease Control and Prevention.
resistance among Escherichia coli in National and State Healthcare Associated
wastewater in Stockholm during 1 year: Infections Progress Report 2015.
Does it reflect the resistance trends in the
society? International journal of
antimicrobial agents. 2015;45(1):25-32.
146