Anda di halaman 1dari 11

Tugas Pengganti Ujian Akhir Semester

Pengantar Ilmu Filsafat dan Pemikiran Modern

KONSEP SEKULARISME

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA

DESEMBER 2018

Nama : Nur Hizzah Pulungan

NPM : 1706073490

Prodi : Sastra Jerman


I. Pendahuluan

Istilah sekularisme sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Namun


seringkali pemahaman akan sekularisme itu menjadi salah. Masyarakat menilai
sekularisme sebagai suatu konsep yang anti-agama bahkan sebagai musuh agama.
Sebagian besar masyarakat tidak mengkaji lebih dalam tentang konsep sekularisme,
sehingga pengetahuan seadanya kerap menyesatkan pemikiran masyarakat.
Sekularisme sendiri adalah konsep tentang pemisahan antara agama dan
negara. Pemisahan dalam hal ini bukan berarti untuk membuat negara menjadi negara
yang tidak beragama atau tidak memiliki kepercayaan, melainkan untuk menjaga agar
agama tidak tercampuradukkan dengan negara. Karena dapat menyebabkan wilayah
suci dalam lingkup agama tersebut menjadi tidak suci lagi.
Meskipun di masa lalu konsep sekularisme pernah mengalami masa yang
ekstrem, namun tetap saja negara sama sekali tidak melarang penduduknya untuk
beragama atau menganut suatu kepercayaan. Yang diharapkan pada konsep
sekularisme ini adalah kedamaian di suatu negara tanpa ada pertentangan antara yang
satu dan yang lainnya. Begitulah para tokoh-tokoh sekularisme menjunjung konsep ini
demi kebaikan bersama, meskipun dalam perjalanan sejarahnya tidaklah mudah.
II. Pembahasan

A. Pengertian Sekularisme

Secara Etimologi Sekularisme berasal dari bahasa Latin, yaitu saeculum yang
artinya sekaligus ruang dan waktu, yang dibedakan dengan sacred (suci). Yang mana,
ruang merujuk pada duniawi sedangkan waktu menunjukkan makna zaman sekarang.
Namun secara konseptual, sekularisme adalah suatu paham tentang pemisahan antara
agama (sacred) dan non-agama (sekuler), sehingga agama tidak boleh terbawa pada
urusan umum yang dapat menggoyahkan wilayah yang suci tersebut. Istilah
Sekularisme sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1846 oleh George Jacob
Holyoake. Ia mengatakan bahwa sekularisme adalah suatu sistem etik yang
didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama-wahyu dan
supranaturalis.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia dikenal pula istilah sekularisasi. Secara
etimologi sekularisasi adalah suatu proses penduniawian, profanisasi dan pelepasan
dari nilai-nilai keagamaan. Istilah sekularisasi kemudian mengalami perkembangan
secara konseptual yang panjang, sehingga memiliki makna dan arti yang beragam
namun tetap mengandung nuansa makna tentang perubahan peran agama dalam
masyarakat. Sekularisasi dan sekularisme adalah dua hal yang berbeda, meski tidak
bisa dipungkiri bahwa diantara keduanya terdapat hubungan. Sekularisasi merupakan
suatu proses sedangkan sekularisme adalah suatu ideologi. Sekularisasi sebagai
sebuah proses adalah niscaya karena pada kenyataannya, sekularisasi adalah sebuah
gerakan perubahan atau sebuah perkembangan pada sistem kepercayaan atau sistem
religius yang terjadi pada masyarakat sebagai akibat dari adanya interaksi sosial.
Menurut Barry Kosmin, terdapat dua jenis sekularisme, yaitu sekularisme
aliran keras dan sekularisme aliran lunak. Sekularisme keras menganggap bahwa
pernyataan keagamaan tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tidak
dijamin baik oleh akal maupun pengalaman. Sedangkan dalam konsep sekularisme
lunak dikatakan bahwa “pencapaian kebenaran mutlak adalah mustahil. Oleh karena
itu, toleransi, skeptisme yang sehat, dan bahkan agnositisme harus menjadi prinsip
dan nilai yang dijunjung dalam diskusi antara ilmu pengetahuan dan agama”.
B. Sejarah Sekularisme

Sekularisme pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18. Pada
masa itu, raja menerapkan sistem pemerintahan Monarki Absolut yang menguasai
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk gereja dengan mencampuradukkan
hukum pemerintahan dan agama. Hal itu menjadi protes masyarakat karena dianggap
tidak sesuai dengan ajaran agama. Jauh sebelum itu, Eropa mengalami masa yang
terpuruk, yang dikenal dengan istilah “Dark ages” (masa kegelapan). Gereja berada
dalam kebodohan yang memusuhi ilmu pengetahuan, pemikiran dan bertindak
sewenang-wenang dengan menentang kebebasan. Menurut Yusuf Qardhawi
kemunculan sekularisme di Eropa terjadi karena beberapa Faktor, di antaranya ialah:
 Faktor Agama, yaitu berkenaan dengan ajaran Bibel sendiri.
 Faktor Pemikiran, yaitu pertentangan doktrin Gereja dan ilmu pengetauhan
yang berkembang pada waktu itu.
 Faktor Psikologi, yaitu yang berhubungan dengan trauma sejarah ketika
Gereja berkuasa. Eropa berada dalam kemunduran, perpecahan, dan
keterpurukan ilmu pengetauhan.
 Faktor Sejarah, yaitu yang berhubungan dengan sejarah Gereja khususnya
ketika Gereja berkuasa pada abad pertengahan.
 Faktor realitas kehidupan Empiris.

Dengan dorongan dari faktor-faktor tersebut, sedikit demi sedikit urusan


keduniawian mendapat kemerdekaan dari pengaruh Gereja. Lambat laun konsep
sekularisme tersebar ke berbagai penjuru dunia terutama dalam bidang politik dan
pemerintahan. Hingga pada abad ke-20 konsep itu pun sampai di Indonesia dibawa
oleh penjajah dan missionaris Kristen.

C. Periodisasi Sekularisme

Secara garis besar terdapat dua periode sekularisme, yaitu sekularisme moderat
(antara abad ke-17 dan ke-18) dan sekularisme ekstrem (berkembang pada abad ke-
19).
 Periode Sekularisme Moderat
Pada periode ini, agama dianggap sebagai masalah individu yang tidak
ada kaitannya dengan negara, namun negara masih berkewajiban untuk
memelihara gereja. Dalam hal ini, agama tidak sepenuhnya dipisahkan dari
negara. Meskipun hal itu berarti bahwa agama mengingkari sebagian
ajarannya, namun agama di sini berusaha untuk mengikuti perkembangan akal
manusia dan prinsip-prinsip alam. Paham ini kemudian disebut dengan aliran
“Deisme”, yang mengakui adanya Tuhan sebagai Sang Pencipta, tetapi
mengingkari adanya mukjizat dan menggolongkan Tuhan ke dalam “alam”.
Contoh Filsuf yang menganut paham ini adalah Francois Voiltare (1694-
1778), seorang Filsuf Perancis dan Lessing (1729-1781), yang merupakan
Filsuf Jerman. Lessing mengatakan bahwa agama bukanlah terminal akhir,
melainkan sebagai batu loncatan menuju kehidupan manusia yang lebih baik.
Tuhan bermaksud memberikan manusia petunjuk kepada kebenaran, namun
kebenaran abadi tidaklah ada, yang ada hanyalah usaha menuju kepada
kebenaran.
Selain itu, juga terdapat beberapa tokoh penting yang termasuk dalam
periode sekularisme moderat dan sekaligus ikut mendorong sekularisme pada
periode ini dengan pemikiran-pemikirannya, yaitu
a. Thomas Hobbes (1588-1679)
Hobbes berpendapat bahwa negara merupakan “akad” atau kesepakatan,
dimana negara berkewajiban mendorong manusia secara paksa ke dalam
akad tersebut. Artinya adalah negara memiliki kewajiban penting, yang
menjadikan negara sebagai sumber undang-undang, moral dan agama.
b. John Locke (1632-1704)
Filsuf Inggris ini berpendapat bahwa negara yang modern telah
menghapuskan wasiat gereja. Karena memandang kepercayaan terhadap
agama merupakan hasil pemikiraan individual dan persaudaraan dalam
agama sebagai hubungan yang bebas, yang harus dijaga dan
dipertahankan selama tidak mengancam kehancuran undang-undang
negara.
c.  G.W. Leibniz (1646-1716)
Leibniz memiliki pendapat yang sama dengan Locke, bahwa agama
menjadi masalah perorangan yang hanya berurusan dengan individu saja
tanpa ada suatu hubungan dengan negara. Bahkan ia menganjurkan
penghapusan sebagian ajaran agama Masehi yang tidak sesuai dengan akal
budi manusia.

d. David Hume (1701-1776)


Hume berpendapat bahwa agama bukanlah suatu ilmu melainkan hanya
intuisi belaka. Ia mengingkari adanya roh yang kekal, akan tetapi ia tetap
menganggap agama sebagai kepercayaan.
e. J.J. Rosseau (1712-1778)
Menurut Filsuf Perancis ini, agama bertentangan dengan alam jika dilihat
dari aspek ilmu pengetahuan. Rousseau tidak menerima paham ateisme,
tetapi ia juga menolak bukti-bukti metafisis tentang adanya Tuhan yang
diajarkan ilmu ketuhanan Gereja. Namun setiap orang tetap berhak untuk
memilih kepercayaannya atas akal sehatnya sendiri.
 Periode Sekularisme Ekstrem
Periode ini merupakan periode materialisme (revolusi sekuler). Jika
pada periode sekularisme moderat, agama masih diberi tempat dalam
suatu negara, maka pada periode sekularisme akstrem agama justru
menjadi musuh bagi negara. Filsuf-filsuf yang termasuk dalam periode
sekularisme ekstrem adalah
a. Ludwig Feurbach (1804-1872),
Menurut pendapat Feuerbach, manusia dapat mengkaji periode
perpindahan dari agama alamiah yang bersih dan jauh dari pengaruh
agama lain menuju materialisme ekstrem. Ia mengatakan bahwa Tuhan
dan agama bukanlah dasar negara, tetapi dasarnya adalah manusia dan
kebutuhan. Dengan demikian negara adalah kandungan semua kenyataan,
yakni alam semesta atau kemanusiaan yang memelihara kenyataan
manusia. Dengan begitu agama menjadi musuh negara.
b. Karl Marx (1818-1883), 
Sekularisme Marx adalah materialisme historis ateis, yang bertujuan untuk
menghancurkan agama sebagai permulaan penting berdirinya alam, yang
mana manusia sendirilah pemilik dirinya dan bukan zat yang lain.
Pandangan yang dikemukakan oleh Karl Marx adalah “Anti-Tuhan” dan
menggunakan metode ilmiah dalam mencari bukti kebenaran.
c. Lenin (1870-1924)
Menurut Lenin, agama itu candu rakyat, yang menutup kemajuan berpikir.
Meskipun Lenin setuju dengan pendapat bahwa “agama itu urusan
pribadi”, akan tetapi untuk partai (golongan), anggotanya harus anti-
Tuhan, karena anggotanya yang masih beragama menjadi musuh
bebuyutan bangsa. Negara harus netral, dalam arti negara tidak
memperhatikan agama. Agama tidak ada nilainya bagi penduduk, maka
tidak perlu memperdulikan aliran agama, dan kenetralan terhadap agama
itulah pemisah sempurna antara negara dan Gereja.

D. Ajaran Sekularisme

Perkembangan sekularisme pada akhirnya menghasilkan beberapa paham


yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia, yaitu
a. Paham Sekuler Tentang Etika
Sekularisme lahir di masa pertentangan antara ilmu (sains) dan agama
sangat tajam. Kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui pengalaman yang
telah menghasilkan kemajuan ilmu-ilmu sekuler seperti matematika, fisika
dan kimia telah berhasil membawa kemajuan bagi kehidupan manusia.
Ilmu pengetahuan semakin berkembang sehingga bersifat sekuler. Dengan
demikian, kebenaran ilmiah itu harus mendasari etika, tingkah laku, dan
perikehidupan manusia.
b. Paham Sekuler Tentang Agama
Sekularisme memandang bahwa simbol-simbol agama harus dihilangkan
demi kedamaian bersama, karena dapat memicu terjadinya pertentangan
atau perpecahan antar golonngan. Cohn (1969) mengemukakan tiga
konsep sekularisasi agama, yaitu
o Sekularisasi agama konstitusioanl, yang dapat terwujud melalui
terjadinya kemerosotan atau kemunduran wibawa lembaga agama
atau yang disebut sebagai decline of religion, rutinisasi,
diferensiasi, dan pemisahan lembaga agama (disengagement of
religion).
o Sekularisasi agama normatif, yang dapat terjadi karena proses
transformasi, generalisasi, desakralisasi, dan sekularisme itu
sendiri.
o Sekularisasi kategori kognitif, yaitu sekularisasi yang diacuhkan
kepada definisi agama yang diakarkan pada kategori kognitif yang
berkaitan dengan pengetahuan atau pengalaman

c. Paham Sekuler Tentang Prinsip-prinsip Rasio dan Kecerdasan


Sekularisme meyakini bahwa ilmu pengetahuan mampu mengajarkan
aturan-aturan yang berkenaan dengan kebahagiaan. Dalam hal ini
sekularisme berpendapat bahwa dalam kemapanan situasi dan kondisi
kehidupan material, ilmu pengetahuan dapat menghilangkan kemiskinan
dan kebejatan moral.
d. Paham Sekuler Tentang Toleransi
Meskipun paham sekularisme memiliki pemikiran yang realistis, namun ia
tetap memegang teguh sikap toleransi, baik itu terhadap golongan
penganut agama maupun yang atheis.

E. Hubungan antara Agama, Negara dan Sekularisme.

Sekularisme sebenarnya bukan anti agama, melainkan untuk memisahkan


antara agama dan negara. Sekularisme dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara
agama, dan negara sekaligus untuk membedakan otoritas yang dimiliki masing-
masing. Indonesia sendiri tidak dapat menutup diri terhadap konsep ini. Sebagai
negara demokrasi, Indonesia tidak dapat terlepas dari pluralisme dengan empati yang
besar terhadap agama. Maka dengan adanya konsep sekularisme, Indonesia
memberlakukan kesetaraan agama, sehingga tidak ada minoritas dan mayoritas,
semua golongan mempunyai hak-hak yang sama.
F. Sekularisme sebagai Jalan Pembuka Lahirnya Sistem Pemerintahan yang Baru

Pemisahan antara agama dan negara mulai terjadi di masa Renaisans, yaitu
dengan membentuk sistem pemerintahan Monarki Konstitusional. Konstitusi dibuat
dengan maksud sebagai pembatas antara agama dan agama sehingga dapat menjaga
agar wilayah yang suci (sacred) tetap suci. Dalam menjaga sekularitas, dibangunlah
masyarakat demokrasi agar mencapai kebahagiaan (eudomonia). Beberapa tokoh
demokrasi, yaitu
a. Thomas Hobes
Filsuf Inggris ini merupakan penegak dasar demokrasi yang membuat
istilah Machstaat (kekuasaan) dan Rechstaat (keadilan). Ia merupakan
seorang penganut konsep Realistis. Menurut Hobes, manusia substansinya
adalah ingin menguasai (Homo homini lupus), manusia adalah makhluk
yang jahat dan peperangan adalah wujud dari kejahatan. Hal itu
menyebabkan munculnya insting ketakutan dalam masyarakat, sehingga
timbullah kesadaran demokratis dan kemudian membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Hobes juga berpendapat bahwa pemimpin
harus bersifat Leviatus (keras, kuat, adil).
b. Jean Jaeques Rosseau.
Rosseau merupakan seorang Filsuf Perancis dan menganut paham idealis.
Ia berpendapat bahwa manusia itu baik adanya, namun ia menjadi jahat
setelah mengenal orang lain. Rosseau juga mengemukakan konsep
sacrifie, yaitu konsep yang menyatakan “kebaikan dapat ditetapkan dalam
suatu negara dengan doktrin kehendak bersama. Kebaikan suatu
masyarakat adalah pengorbanan untuk kebaikan bersama (back to the
nature). Dengan kehendak bersama, maka tidak ada lagi mayoritas dan
minoritas.
c. John Locke
Filsuf yang berasal dari Inggris ini mengangkat HAM dalam
pemikirannya. Ia mengatakan bahwa manusia berhak atas hak-hak
kemanusiaan dan negara hendaknya berpusat pada antroposentris. Karena
pada masa Monarki Absolut, manusia tidak benar-benar mendapatkan
haknya, melainkan hanya sebatas kaum rohaniawan dan penguasa.
Namun pada perkembangan selanjutnya, teknologi semakin maju. Ekonomi
menempati posisi yang agung dalam kehidupan, sehingga muncullah paham
kapitalisme oleh Adam Smith. Namun, pada praktiknya sistem kapitalisme tidak
sesuai dengan landasan fairness dan asas free yang dikemmukakan oleh Adm Smith.
Kapitalisme justru menyebabkan kesenjangan ekonomi antara Proletar dan Borjouis.
Paham ini bahkan mematikan nilai kemanusiaan dengan memperlakukan buruh
dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu Karl membahas konsep “Keterasingan
Kerja” sebagai wujud pemberontakannya terhadap eksploitasi Sumber Daya Manusia
(SDM). Dengan dukungan dari partai sosialis-komunis, kapitalisme akhirnya runtuh
dan digantikan oleh pemerintahan yang komunis. Kemudian Sosialisme itu sendiri
baru dibentuk oleh Robert Owen. Sekarang ini manusia telah memasuki masa, dimana
segalanya menggunakan teknologi dan pemikiran sekarang bermuara pada “speed”.
Karena informasi membutuhkan kecepatan.

III. Kesimpulan

Pada dasarnya konsep sekularisme bertujuan baik untuk memisahkan antara


agama dan negara agar menjaga wilayah suci (agama) tidak ternodai oleh tindakan-
tindakan yang sekuler. Selain itu juga agar tercipta kedamaian dalam suatu negara,
terlebih lagi terhadap pluralisme. Perjalanan sejarah sekularisme membawa para tokoh
yang terlibat di dalamnya ke dalam pemikiran yang modern dan berwawasan yang
luas. Dalam perkembangannya sekularisme telah menghasilkan beberapa paham yang
berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan manusia seperti etika, agama, kecerdasan
dan toleransi. Selain itu, sekularisme juga telah menjadi pembuka jalan lahirnya
demokrasi yang kemudian juga berdampak pada paham pemerintahan setelahnya,
seperti kapitalisme dan sosialis-komunis.
DAFTAR REFERENSI

https://www.republika.co.id/berita/shortlink/8088/
https://media.neliti.com/media/publications/145768-ID-kritik-terhadap-
sekularisme-pandangan-yu.pdf
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious/article/download/1372/pdf_4
https://budieagung.wordpress.com/2011/10/23/pemikiran-filsafat-sekularisme/
https://thedimasprabu.wordpress.com/2016/09/23/sekularisme/
https://www.academia.edu/6906488/sekularisme

Anda mungkin juga menyukai