JURNAL KOMUNITAS
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Abstract
The objective of this research is to determine the implementation of Collaborative Forest
Resource Management (in Indonesian is called PHBM) by Perhutani in Bodeh Village and
constraints encountered in the implementation. The study used a qualitative approach. Re-
search sites is in Bodeh Village, Randublatung, Blora District.The results showed that the
PHBM program is conducted by embracing forest communities to manage forests together
with the spirit of sharing the role, land use or space, and forest products with the profit shared
with the community as compensation for their involvement in the implementation of PHBM.
Participation of rural communities in the implementation of PHBM in Bodeh resulted in
the reduction of vacant land for the community get involved in forest management and re-
forestation activities; reduction of the levels of damage and the level of illegal logging in the
forest because the community are also involved in maintaining the forest, thus increasing the
sustainability and security of the forest . The constraints faced by perhutani and society in the
implementation of PHBM is a constraint in the activity of field preparation, planting, plant
maintenance, and safeguarding of forests.
71
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
72
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 24 tisipasi tersebut akan berkontribusi besar da-
Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Sumber- lam menjaga kelestarian hutan.
daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pertama, keuntungan pengelolaan
di Propinsi Jawa Tengah. Sistem PHBM lahan, ini berarti masyarakat memperoleh
mulai disosialisasikan oleh Perhutani kepa- ruang untuk bekerja. Kedua, dari pekerjaan
da penduduk Desa Bodeh Kabupaten Blora bertani tanaman palawija dan emon-empon
sejak tahun 2003. Melalui PHBM Perhutani di bawah tegakan lahan hutan BKPH Boto
berupaya merangkul dan bermitra dengan KPH Randublatung Kabupaten Blora, pe-
masyarakat sekitar hutan dalam melaksa- tani memperoleh keuntungan pasca panen.
nakan pengelolaan hutan. Dampak positif Ketiga, keuntungan masyarakat desa hutan
dari kemitraan yang dilakukan oleh Bagian dari pembagian hasil yang diperoleh BKPH
Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Boto Boto KPH Randublatung Kabupaten Blora
Perhutani KPH Randublatung Kabupaten sesuai dengan ketentuan. Keempat, dalam
Blora dengan masyarakat desa hutan bersifat konteks sosial, kemitraan tersebut mengha-
simbiosis mutualisme. silkan penghargaan dalam kaitannya dengan
Nasikh (2009) dalam penelitiannya kedudukan masyarakat atas perubahan pe-
menyebutkan dua dampak dari partisipasi ranan-peranan yang terjadi antardua pihak.
masyarakat terhadap pengelolaan hutan di Terakhir terciptanya konformitas sehingga
Pasuruan Jawa timur, yaitu dampak pada as- stabilitas dalam masyarakat semakin lebih
pek ekonomi dan aspek ekologi. Kemitraan baik.
antara BKPH Boto KPH Randublatung Ka- Kegiatan yang dilakukan dalam menja-
bupaten Blora dan masyarakat menghasila- lin hubungan kemitraan antara BKPH Boto
kan keuntungan pada tiga aspek. Dua aspek KPH Randublatung Kabupaten Blora dan
sama seperti yang dihasilkan Nasikh yaitu masyarakat Desa Bodeh yaitu untuk mem-
dampak ekologi dan ekonomi. Dampak lain berikan pemanfaatan sosial, ekonomi, dan
dari temuan penelitian ini adalah dampak so- lingkungan. Dengan semangat jiwa berba-
sial. Keuntungan kemitraan yang diperoleh gi, baik berbagi peran, berbagi pemanfaatan
BKPH Boto KPH Randublatung Kabupaten lahan atau ruang, maupun berbagi manfaat
Blora adalah semakin menurunnya pencuri- hasil hutan dengan masyarakat sekitar hu-
an tanaman jati karena masyarakat menjadi tan menunjukkan bahwa perhutani berupaya
ikut berpartisipasi dalam menjaga hutan, se- untuk membuka diri untuk tidak lagi memo-
lain itu penjarahan lahan hutan juga sema- nopoli peran sebagai pemain tunggal dalam
kin menurun karena kebijakan yang dibuat pengelolaan hutan. Di sini masyarakat desa
BKPH Boto KPH Randublatung Kabupaten hutan dianggap sebagai mitra kerja yang di-
Blora memberikan kesempatan masyarakat sejajarkan, seperti yang dikemukakan oleh
mengelola lahan hutan secara legal. Mela- Asper Perhutani Boto yaitu Bapak Haryanto
lui kemitraan ini kelestarian hutan menjadi (52 tahun) pada hari rabu, 3 Oktober 2007
meningkat. Bagi masyarakat Desa Bodeh pukul. 20.10 WIB bahwa:
Kabupaten Blora sistem PHBM memberi- “Masyarakat sekarang diposisisikan
kan keuntungan secara ekonomis dan sosial sebagai mitra kerja, sedangkan dulu hanya
Dalam konteks ini masyarakat memperoleh dianggap sebagai tenaga kerja, sehingga se-
lima keuntungan. karang masyarakat benar-benar di hargai.
Nasikh (2009) tentang Partisipasi Ma- Masyarakat sekarang bisa diajak bekerjasa-
syarakat pada Pengelolaan Hutan di Kawa- ma dan ada kemauan untuk mengelola hu-
san Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan tan bersama-sama dengan perhutani”.
(Gerhan) Pasuruan Jawa Timur, ditemukan Upaya yang digalakkan perhutani da-
simpulan bahwa partisipasi masyarakat yang lam meningkatkan kelestarian hutan yang
tinggi pada pengelolaan hutan jati akan ber- melibatkan masyarakat melalui pelaksanaan
dampak pada dua aspek, yaitu aspek eko- sistem PHBM dimulai dari kegiatan sosiali-
nomi dimana pendapatan masyarakat akan sasi sebagai tahap awal dari kegiatan PHBM.
meningkat, serta aspek ekologi dimana par- Dalam sosialisasi ini masyarakat diajak dia-
73
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
log dan diberi pembekalan antara lain visi, karena bibit tanaman terutama jati membu-
misi, pengertian, maksud dan tujuan PHBM tuhkan banyak air dan di desa Bodeh sendiri
juga arah kegiatan PHBM. Guna mendo- pada musim kemarau selalu kesulitan dalam
rong proses kerjasama, maka masyarakat memperoleh air, sehingga sebelum masa pe-
desa hutan dalam penelitian ini yaitu masya- nanaman dimulai bibit sudah harus tersedia
rakat Desa Bodeh membentuk lembaga pen- di lahan petak area PHBM yang akan dita-
gelolaan hutan yaitu Lembaga Masyarakat nami.
Desa Hutan (LMDH). Jenis tanaman yang ditanam oleh ma-
LMDH di Desa Bodeh bernama syarakat yang mengikuti sistem PHBM ter-
“Ngudi Jati lestari” yang berdiri sejak tahun sebut adalah a) Tanaman pokok kehutanan
2003 yang di sahkan oleh perhutani bersama yaitu tanaman jati, tanaman mindi, dan ta-
masyarakat dan berakta notaris atau berba- naman acasia magnium; b) Untuk tanaman
dan hukum. Anggota LMDH terdiri dari pengisi selain tanaman pokok kehutanan
seluruh warga masyarakat desa Bodeh yang yaitu tanaman kesambi dan jati londo; c) Ta-
mempunyai kepedulian terhadap kelestari- naman tepi berupa pohon mahoni; d) Untuk
an sumberdaya hutan. Setiap anggotanya tanaman sela yang ditanam di sela-sela ta-
mempunyai hak dan kewajiban. Hak seba- naman pokok yaitu kemlanding; e) Tanaman
gai anggota LMDH yaitu ikut mengelola, sisipannya yaitu buah-buahan seperti pisang,
menikmati, dan mendapatkan hasil sharing. mangga; f) Tanaman empon-empon yang di-
Sedangkan kewajiban anggota LMDH yai- tanam di bawah tegakan tanaman pokok yai-
tu ikut mengelola dan menjaga kelestarian tu kunyit, temu ireng, porang; g) Tanaman
hutan serta ikut menjaga keamanan hutan. tumpangsari yaitu tanaman palawija seperti
Sebagaimana yang dikatan Dassir (2008) kacang, cabe, padi, jagung dan ketela. Seba-
mengenai komunitas Ammatoa di Kajang Su- gaimana yang diungkapkan oleh Bapak Su-
lawesi Selatan terkait dengan sistem hubun- yadi (53 tahun), senin 1 oktober 2007 pukul
gan makro dan mikro kosmos dalam harmo- 11.35 WIB yang menggarap lahan PHBM
nisasi alam-manusia-Tuhan, maka apa yang dengan sistem tumpangsari bahwa:
dilakukan oleh masyarakat Desa Bodeh
dengan sistem kemitraan yang salah satunya Taneman sing di tanem ingkang pokok
melahirkan LMDH dengan nama “Ngudi niku nggih jati sanese niku wonten tane-
Jati lestari” merupakan wujud dari bagaima- man penghijauan kados kesambi, secang,
na hubungan manusia- alam dan hubungan mahoni. Yen wonten mriki kan ngangge
manusia-manusia dalam konteks hutan diua- tumpangsari, mila taneman sing di tanem
yakan dalam kedudukan yang seimbang. nggih kados jagung, telo lan sebangsane ta-
Setelah tahapan sosialisasi, maka ta- neman polowijo.
hap berikutnya adalah pelaksanaan sistem
PHBM. Dalam pelaksanaan PHBM seluruh (Tanaman yang ditanam untuk ta-
kegiatan yang ada selalu melibatkan masya- naman pokoknya yaitu jati selain itu
rakat desa hutan. Kegiatan yang dilakukan ada tanaman penghijauan seperti ke-
antara lain kegiatan berbasis lahan dan bu- sambi, secang, mahoni. Karena disini
kan lahan. Kegiatan berbasis lahan dimulai petani menggarap lahan dengan sis-
sejak persiapan lapangan antara lain pem- tem tumpangsari, maka tanaman yang
buatan pembatasan (pembuatan patok batas), ditanam seperti jagung, ketela atau
persiapaan babat pada tumbuhan liar, gebrus yang lainnya yang termasuk palawija).
jalur (mengolah tanah) bersamaan pasang
acir, dan pembuatan lubang untuk tanam Sistem tanam yang dilaksanakan ma-
(koak). syarakat desa bodeh dalam melaksanakan
Selanjutnya mendekati masa pena- sistem PHBM ada dua yaitu banjar harian
naman, bibit dikirim ke desa karena bibit dan tumpangsari. Di Desa Bodeh khususnya
tanaman jati diperoleh dari persemaian dan di BKPH Boto pada umumnya sekarang
maupun dari perhutani. Hal ini disebabkan melaksanakan sistem tanam banjar harian,
74
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
75
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
ra pihak Perhutani maupun masyarakat desa memperoleh 75% dari hasil produksi kayu.
Bodeh. Keuntungan yang diperoleh Perhu- Bagi hasil (sharing) yang diterima masyara-
tani dengan adanya sistem tanam tumpang- kat ada dua yaitu dari hasil produksi kayu
sari yaitu karena tanaman jati yang ditanam penjarangan dan hasil produksi kayu tebang
biasanya masih muda saat dilaksanakannya habis.
tumpangsari, maka tanaman jati akan tetap Sharing atau bagi hasil yang diberikan
terawat dan dijaga oleh masyarakat sela- kepada masyarakat dianggap sebagai wujud
ma masyarakat juga merawat dan menjaga kompensasi perhutani. Kompensasi ini dibe-
tanaman tumpangsari yang ditanamnya. rikan perhutani kepada masyarakat karena
Sedangkan keuntungan masyarakat desa masyarakat sekitar hutan Desa Bodeh telah
Bodeh dengan adanya sistem tumpangsari berperan serta dalam bekerjasama mengelo-
adalah hasil panen yang diperoleh masyara- la hutan. Bagi hasil (sharing) yang diterima
kat dari tanaman tumpangsari menjadi hak LMDH “Ngudi Jati Lestari” Desa Bodeh
masyarakat secara utuh tanpa harus dibagi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
dengan Perhutani. Sistem tumpangsari ini seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
menjadi bagian dari sistem diversivikasi ke-
bijakan pemerintah untuk mengupayakan Tabel 1. Peningkatan Dana Sharing yang
peningkatan penghasilan dan mengurangi diterima oleh LMDH “Ngudi Jati Lestari”
tingkat kemiskinan masyarakat di daerah Desa Bodeh dari tahun 2003 s/d 2006
pertanian (Wijaya, 2009).
Selain melakukan penanaman, pihak Tahun Sharing
Perhutani juga melakukan program pengem- 2003 Rp 26.275.830
bangan hutan rakyat yaitu dengan menana-
2004 Rp 43.915.897
mi lahan milik masyarakat yang seluruhnya
dibiayai oleh Perhutani. Pembagian area 2005 Rp 76.660.853
pada sistem PHBM dilakukan secara merata 2006 Rp 93.640.960
kepada masyarakat dengan luas area untuk Jumlah Rp 240.493.540
masing-masing anggota LMDH kurang le- Sumber: Data Sharing KPH Randublatung,
bih 0,25 Ha. Hal ini sesuai dengan yang di tahun 2006
ungkapkan oleh salah satu informan dalam
penelitian ini yaitu Bapak Suyadi (53 tahun) Dalam kegiatan penebangan dibagi
sebagai penggarap. Bapak Suyadi mengata- menjadi dua, yaitu penjarangan dan teban-
kan bahwa: gan habis. Penjarangan dilakukan jika ta-
naman sudah berusia 9-15 tahun dan dibagi
Saben penggarap niku pikantuk seprapat dalam dua tahap, yaitu pada tahap I penja-
hektar lahan area PHBM saking perhutani rangan dilakukan saat tanaman berusia 9
sakmangke diken garap kalih petani. tahun, 12 tahun, 15 tahun (setiap 3 tahun
sekali), pada tahap II penjarangan dilakukan
(Setiap penggarap memperoleh 0,25 saat tanaman berusia 20 tahun, 25 tahun (se-
Ha lahan area PHBM dari perhutani tiap 5 tahun sekali). Untuk tebangan habis
yang nantinya digarap oleh petani). dilakukan pada tanaman yang sudah berusia
antara 60-80 tahun.
Perhutani telah berperan aktif dalam Dilakukan penjarangan karena ada be-
melibatkan peran serta masyarakat dalam berapa alasan yang di ungkapkan oleh Asper
pengelolaan hutan dan hutan mampu mem- Perhutani BKPH Boto yaitu Bapak Haryan-
berikan kontribusi yang tidak sedikit bagi to (52 tahun) bahwa:
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khu-
susnya yang bertempat tinggal di sekitar hu- Penjarangan itu ya Mbak dilakukan
tan. Adapun ketentuan bagi hasil dalam sis- untuk mengurangi tanaman yang tum-
tem PHBM yaitu masyarakat memperoleh buhnya kurang baik yang dapat meng-
25% dari hasil produksi kayu dan perhutani hambat pertumbuhan tanaman lain
76
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
yang bagus, agar sinar matahari da- tanaman liar atau ilalang yang tumbuh dila-
pat masuk ke tanaman, selain itu juga han tempat bibit jati ditanam, selain itu jarak
karena tanaman cacat, mempunyai antara lahan petak area PHBM dengan per-
penyakit, dapat juga karena tanaman kampungan sangat jauh sehingga penggarap
tertekan sehingga tidak dapat tumbuh banyak yang malas menggarap tanah karena
maksimal dan karena tanaman beng- dirasa kurang efektif dan efisien.
kok sehingga dilakukan penjarangan. Kendala lain yang dihadapi masyara-
kat juga muncul dalam proses penanaman,
Dikatakan pula oleh seorang pengga- antara lain kendala dari alam, yaitu ketika
rap lahan PHBM yaitu Bapak Amir (23 ta- bibit baru ditanam ternyata hujan turun le-
hun) bahwa: bat maka menyebabkan tanaman terhanyut
dan ketika tanaman ditanam ternyata hujan-
Penjarangan dilakukan setiap tanaman nya pendek atau bibit baru dibawa ke lahan
berumur 9 tahun, biasanya dilakukan ternyata hujan belum turun (mundur) dan
sampai 3 kali karena pertumbuhan kering sehingga banyak yang mati.
untuk tanaman yang bagus tidak da- Dalam pemeliharaan tanaman, kenda-
pat maksimal jika jaraknya berdekatan la yang sering dihadapi oleh masyarakat yai-
selain itu ya agar sinar matahari dapat tu adanya kebakaran hutan yang diakibatkan
masuk sehingga dilakukan penjaran- oleh terbakarnya tanaman liar (ilalang) ke-
gan. ring sedangkan yang membakar hutan tidak
diketahui pelakunya. Jika tanaman muda
Kegiatan yang berbasis lahan dalam ke- sudah terbakar biasanya untuk pertumbu-
mitraan antara BKPH Boto KPH Randubla- hannya menjadi terganggu dan terhambat
tung Kabupaten Blora dengan masyarakat kemudian mati. Seperti yang diungkapkan
Desa Bodeh dirasa menguntungkan karena oleh Bapak Subakir (39 tahun), minggu 23
masyarakat memperoleh upah dari setiap september 2007 pukul 10.00 WIB bahwa:
kegiatan atau setiap komponen pekerjaan Pada waktu musim kemarau biasanya
yang dilakukan, seperti kegiatan persiapan ada kebakaran hutan sedangkan yang mem-
lapangan, kegiatan penanaman, kegiatan pe- bakar hutan tidak diketahui apakah anak
meliharaan tanaman, kegiatan penebangan nakal atau penggembala atau masyarakat
sampai pada kegiatan pengamanan hutan, iseng atau memang disengaja kita tidak bisa
selain itu juga memperoleh sharing atau bagi mengontrol secara langsung karena luasnya
hasil yang diterima masyarakat (LMDH) se- wilayah hutan.
tiap tahunnya. Sedangkan untuk kegiatan pengama-
Selain keuntungan yang diterima, ma- nan hutan, masyarakat ikut dilibatkan dalam
syarakat juga harus menghadapi kendalai usaha pengamanan hutan yang dilaksanakan
dari kemitraan tersebut. Adapun kendala oleh perhutani, sehingga masyarakat seka-
yang dihadapi oleh Perhutani maupun masy- rang tidak lagi mencuri hutan dan mengan-
arakat dalam pelaksanaan PHBM terutama tisipasi adanya pencurian di hutan. Dengan
dalam kekiatan berbasis lahan, antara lain: adanya PHBM ini masyarakat desa Bodeh
kendala dalam persiapan lahan; kendala be- sudah disadarkan akan pentingnya kelesta-
rupa tumbuhnya tanaman liar seperti ilalang rian hutan sehingga tingkat pencurian kayu
di lahan yang akan ditanami jati dan kendala di hutan sekarang sudah berangsur-angsur
jarak lahan petak area PHBM yang dikelola menurun. Untuk mengantisipasi dan men-
masyarakat jauh dari perkampungan sehing- gurangi jumlah pencurian di hutan maka
ga petani malas untuk mengolah lahan. Hal perhutani bekerjasama dengan masyarakat
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ba- dalam mengamankan hutan.
pak Amir (23 tahun), bahwa: Partisipasi masyarakat dalam menga-
Biasanya kendala yang dihadapi oleh mankan hutan diwujudkan dalam LMDH
penggarap dalam melakukan persiapan la- dengan dibentuknya seksi keamanan yang
han ya dari dulu itu-itu saja yaitu adanya bernama PAMSWAKARSA. Tugas seksi
77
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
Gambar 3. Patroli bersama antara masyarakat dengan pihak perhutani dalam mengamank-
an hutan.
keamanan ini adalah menjaga lingkungan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung Ka-
hutan melalui kegiatan patroli. Kegiatiatan bupaten Blora mencapai 7.051 pohon dalam
patroli ini dilakukan secara bergiliran ber- satu tahun. Kondisi ini terjadi karena ma-
sama-sama dengan tim keamanan dari per- syarakat sekitar hutan masih merasa bahwa
hutani yang bernama Polisi Teritorial (POL- adanya Perhutani tidak memberikan keuntu-
TER). Sebagaimana yang dikemukakan oleh gan yang berarti bagi kesejahteraan masyara-
salah satu informan yaitu Bapak Ngadri (50 kat desa hutan. Dalam pandangan masyara-
tahun), kamis 27 september pukul 12.30 kat Perhutani terlalu memonopoli peran dan
WIB: seperti tidak mau melibatkan masyarakat
sekitar hutan dalam kegiatan pengelolaan
Dhateng LMDH mriki dibentuk seksi hutan. Kekecewaan masyarakat inilah yang
keamanan ingkang sareng kalih perhuta- mendorong terjadinya penjarahan hutan. Se-
ni ngamanke wana Mbak namine niku lain itu masyarakat juga merasa berrhak un-
PAMSWAKARSA sing tugase dibagi-bagi tuk memanfaatkan dan mendapatkan keun-
angger tigang wong patroli sareng perhu- tungan dari hutan yang ada di sekitar tempat
tani teng wana. lha niku nggih pikantuk tinggal mereka.
upah saben wong rong puluh ewu. Setelah diselenggarakan sistem PHBM
pada tahun 2003, tingkat kerusakan hutan
(Di LMDH telah dibentuk seksi kea- akibat pencurian menurun menjadi 428 po-
manan yang bersama-sama dengan hon dan tingkat pencurian kayu di hutan
perhutani mengamankan hutan Mbak pada tahun 2004 juga menurun menjadi 54
yang namanya PAMSWAKARSA pohon. Pada tahun 2005, tingkat pencurian
yang tugasnya dibagi-bagi setiap 3 di hutan yang dilakukan oleh masyarakat
orang patroli bersama perhutani di hu- desa hutan telah berkurang, namun jumlah
tan. Dari partisipasi masyarakat terse- pencurian kayu justru meningkat dari tahun
but perhutani memberikan upah setiap 2004 yakni 170 pohon. Kasus pencurian ini
orang Rp 20.000,00). dicurigai dilakukan oleh oknum-oknum dari
luar msyarakat Desa Bodeh yang tidak ber-
Pada tahun 2002 tingkat pencurian tanggungjawab. Pada tahun 2006 tingkat
kayu di Desa Bodeh wilayah Bagian Kesatu- pencurian di hutan menurun menjadi 75 po-
an Pemangku Hutan (BKPH) Boto Kesatuan hon dan pada tahun 2007 ini pencurian di
78
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
hutan menurun lagi yang tercatat sebanyak Blora. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan
28 pohon. tidak selalu dilaksanakan di balai pelatihan,
Jika kasus di atas dibuat grafik, maka kadang juga dilaksanakan di masing-masing
grafik kasus pencurian pohon berjalan menu- desa.
run sangat lambat. Penurun ini terjadi karena Materi pelatihan dan penyuluhan yang
setiap kasus pencurian kayu yang dilakukan diberikan oleh Perhutani KPH Randubla-
oleh orang di luar Desa Bodeh itu terungkap, tung Kabupaten Blora tidak hanya berkaitan
maka pelaku tersebut akan membawa massa dengan masalah kehutanan saja. Materi-ma-
dari desanya ke kantor POLTER. Cara-cara teri pelatihan dan penyuluhan di luar kehuta-
tersebut membuat POLTER dan masyarakat nan antara lain seperti pelatihan pembuatan
desa Bodeh yang berpatroli di hutan merasa kompos, pelatihan penggemukan ternak baik
ketakutan dan kewalahan menangani pencu- sapi maupun kambing, pelatihan perlebahan,
rian kayu tersebut, sehingga pencurian kayu pelatihan tanaman empon-empon, pelatihan
berikutnya seperti dibiarkan begitu saja. dan penyuluhan mengenai koperasi. Usulan
Hal tersebut merupakan bagian dari materi-materi tersebut datang dari masyara-
kendala yang dihadapi Perhutani BKPH kat, karenanya partisipasi masyarakat dalam
Boto Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan
Randublatung Kabupaten Blora dan masya- oleh Perhutani di KPH Randublatung Ka-
rakat sekitar hutan. Sampai sekarang masih bupaten Blora menjadi semakin meiningkat
terdapat pencurian kayu di hutan yang dila- dari waktu ke waktu. Materi di luar kehuta-
kukan oleh orang-orang dari luar Desa Bo- nan tidak disampaikan sendiri oleh ahli dari
deh. Melihat fenomena tersebut betapa ke- Perhutani KPH Randublatung Kabupaten
pedulian masyarakat terhadap hutan sangat Blora. Karena itu Perhutani KPH Randubla-
diperlukan, karena bagaimanapun bentuk- tung Kabupaten Blora bekerjasama dengan
nya masyarakat turut menentukan kualitas instansi lain yang berkompeten dapat mem-
kelestarian hutan. Seberapa besar peranan berikan materi seperti di atas sebagaimana
masyarakat mampu menjaga kelestarian hu- yang dibutuhkan oleh masyarakat desa hu-
tan bergantung pada kontribusi yang diberi- tan.
kannya. Bentuk pelatihan dan penyuluhan di
Namun demikian kemitraan antara atas merupakan upaya meningkatkan sum-
Perhutani BKPH Boto Kesatuan Pemang- ber daya manusia yang diperlukan dalam
ku Hutan (KPH) Randublatung Kabupaten pembangunan hutan. Banowati (2009) men-
Blora dan masyarakat sekitar hutan dalam gatakan bahwa semakin rendah pendidikan
bidang keamanan hutan masih terus dija- masyarakat, maka semakin sempit wawasan
lankan. Kesadaran masyarakat untuk ikut dan pengetahuan masyarakat. Hal ini beraki-
melestarikan hutan terbangun dari adanya bat pada tingkat ketergantungan masyarakat
sistem PHBM yang diwujudkan melalui or- yang berpendidikan rendah terhadap hutan
ganisasi LMDH. Masyarakat umum di desa semakin tinggi. Sistem yang dikembangkan
Bodeh ikut berpartisipasi dalam menjaga Perhutani di KPH Randublatung Kabupa-
keamanan hutan. Masyarakat dapat mem- ten Blora dengan pelatihan dan penyuluhan
berikan informasi kepada petugas perhutani di luar konteks kehutanan rupanya sejalan
yang ada di pos-pos penjagaan jika mengeta- dengan apa yang dikatakan Banowati. Den-
hui adanya pencurian di hutan. gan demikian masyarakat Desa Bodeh tidak
Pelaksanaan PHBM juga dilakukan sepenuhnya tergantung pada kemitraan in,
dalam kegiatan berbasis bukan lahan, antara karena mereka juga mendapatkan banyak
lain dalam bentuk pelatihan dan penyulu- keterampilan hidup. Pada akhirnya perlaku-
han. Kegiatan ini dilakukan untuk menam- an masyarakat Desa Bodeh terhadap penge-
bah wawasan, menunjang dan meningkatkan lolaan hutan semakin lebih meperhitungkan
pendapatan masyarakat. Pelatihan dan pe- fungsi hutan sebagai penyedia sumber daya
nyuluhan ini biasanya diselenggarakan oleh yang harus terlanjutkan (Banowati, 2009).
Perhutani di KPH Randublatung Kabupaten Usaha lain dalam rangka peningkatan
79
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
kesejahteraan masyarakat di Desa Bodeh kat Desa Bodeh dalam pelaksanaan PHBM
adalah dengan didirikannya koperasi simpan sebagai upaya peningkatan pelestarian hutan
pinjam. Upaya perolehan modal oleh kope- yaitu didorong oleh adanya rangsangan dari
rasi agar dapat mencukupi kebutuhan masy- pihak luar yaitu adanya ajakan dari perhutani
arakat, maka pihak koperasi menjalin ker- dan LMDH, sehingga masyarakat desa Bo-
jasama dengan PUKK (Perkreditan Usaha deh mau terlibat dalam sistem PHBM kare-
Kecil dan Koperasi) dalam hal permodalan na adanya perjanjian kerjasama yang saling
yang dalam perkembangannya berubah men- menguntungkan antara perhutani dengan
jadi PKBL (Program Kemitraan dan Bina masyarakat. LMDH mengajak masyarakat
Lingkungan). Dalam kegiatan ini masyara- terlibat dalam sistem PHBM melalui kegia-
kat ikut berpartisipasi dalam kegiatan kope- tan rapat maupun pertemuan rutin dalam
rasi. Sebagai anggota koperasi, masyarakat lembaga. Tidak ada unsur paksaan baik dari
Desa Bodeh terlibat dalam setiap kegiatan perhutani maupun LMDH dalam mengajak
perkoperasian misalnya simpan pinjam, dan masyarakat berpartisipasi walaupun ada se-
dibidang usaha seperti pertokoan. bagian kecil masyarakat desa Bodeh yang be-
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat lum mau ikut berperan serta dalam LMDH
dalam kemitraan ini menunjukan bagaima- maupun pelaksanaan sistem PHBM. Tetapi
na pengelolaan hutan oleh masyarakat seca- masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam
ra sistemis dan terarah sebagaimana yang di- mengelola hutan pada intinya mempunyai
katakan oleh Sribudiani (2005). Masyarakat kepedulian besar terhadap kerusakan hutan
Desa Bodeh telah berpartisipasi secara aktif sehingga mau terlibat dalam pelaksanaan
dalam upaya peningkatan pelestarian hutan, PHBM sebagai upaya peningkatan pelestari-
baik menjadi anggota LMDH maupun juga an hutan.
terlibat dalam setiap kegiatan yang dilaksa- Partisipasi di atas dalam tipologi yang
nakan perhutani yaitu dalam sistem PHBM. digagas oleh Koentjaraningrat mengenai
Partisipasi masyarakat desa Bodeh dalam partisipasi masyarakat pedesaan dalam pem-
LMDH yaitu sebagai anggota memberikan banguanan (2002) merupakan kategori par-
masukan dan dukungan yang positif terha- tisipasi dalam aktivitas-aktivitas bersama
dap adanya PHBM serta mau terlibat mu- dalam proyek pembangunan yang khusus.
lai dari menentukan perencanaan program, Dalam katageori ini Koentjaraningrat men-
mengikuti sosialisasi PHBM, mengikuti per- gatakan bahwa rakyat pedesaan diajak, di-
temuan-pertemuan sampai mengikuti kegia- persuasi, diperintah oelh wakil-wakil dari be-
tan yang dilaksanakan dalam sistem PHBM. ranekawarna Departemen atau oleh Pamong
Selain itu, dalam pelaksanaan PHBM masy- Praja untuk berpartisipasi menyumbangkan
arakat terlibat dalam setiap kegiatan baik itu tenaga atau harta kepada proyek-proyek
kegiatan yang berbasis lahan maupun kegia- pembangunan yang khusus yang bersifat fi-
tan yang berbasis bukan lahan. sik. Lebih lanjut Koentjaraningrat mengata-
Dengan adanya keterlibatan masya- kan bahwa jika proyek tersebut bermanfaat
rakat dalam upaya peningkatan pelestarian bagi masyarakat, maka mereka akan berpar-
hutan tersebut dirasakan perhutani maupun tisipasi dengan semangat dan spontanitas
masyarakat telah membuahkan hasil. Hal ini yang besar tanpa mengharapkan upah yang
terbukti dengan berkurangnya lahan kosong tinggi (2002:79-80).
di petak-petak pangkuan hutan areal PHBM Penjelasan di atas menegaskan bahwa
karena telah digalakkannya penghijauan atau partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat
reboisasi, selain itu tingkat pencurian kayu di Desa Bodeh dalam sistem PHBM yang diga-
hutan juga menurun, dan meningkatnya ke- lakan pemerintah adalah bagian dari proyek
sejahteraan masyarakat dengan adanya sha- pemerintah, yang oleh masyarakat diang-
ring atau bagi hasil maupun berbagai macam gap menguntungkan pada aspek ekonomi.
kegiatan yang dapat meningkatkan pendapa- Namun jauh dari persolan ekonomi, partis-
tan maupun penghasilan masyarakat. pasi yang dilakukan masyarakat Desa Bo-
Keikutsertaan sebagian besar masyara- deh dalam kemitraan melalui sistem PHBM
80
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
81
Prawestya Tunggul Damayatanti / Komunitas 3 (1) (2011) : 70-82
hasil yang cukup signifikan seperti menurun- Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 5 (2): 111–124
nya tingkat kerusakan hutan, menurunnya Luthfi, A. 2010. Akses dan Kontrol Perempuan Petani
Penggarap Pada Lahan Pertanian PTPN. Jur-
kasus pencurian, berkurangnya lahan kos- nal Komunitas, 2 (2): 9-19
ong karena peran aktif masyarakat dalam Nasikh. 2009. Partisipasi Masyarakat pada Pengelo-
mengolah lahan dan melakukan kegiatan laan Hutan di Kawasan Gerakan Rehabilitasi
reboisasi. Dari semua kegiatan yang dila- Hutan dan Lahan (Gerhan) Pasuruan Jawa
Timur. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Poli-
kukan dalam kemitraan, maka kesadaran
tik, 22 (2):35-45
masyarakat yang tinggi untuk peran aktif da- Nugraha, Agung dan Murtijo. 2005. Antropologi Kehu-
lam sistem PHBM menghasikan peningka- tanan. Banten: Wana Aksara
tan kesejahteraan dan kualitas ekologi serta Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. 2002. Petunjuk
hubungan sosial yang lebih baik. Hal itulah Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Ber-
sama Masyarakat Di Unit 1 Jawa Tengah. Sema-
yang menyebabkan semangat berpartisipasi rang: Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah
masyarakat Desa Bodeh dalam kemitraan Sribudiani, E. 2005. Tingkat Pemahaman Penduduk
melalui sistem PHBM ini tinggi, dan ini se- Sekitar Hutan di Kecamatan Sungai Apit Terh-
jalan dengan konsep partisipasi masyarakat adap Hutan dan Pengelolaan Kawasan Hutan.
Jurnal Hutan Tropika, 1 (2): 70-95
pedesaan dalam pembangunan yang digagas
Sujatmiko. 2006. Kerusakan Hutan Jati Di Randublatung
oleh Koentjaraningrat. Kian Parah. http:/www.tempointeraktif.com/
hg / nusa jawa madura / 2006 / 08 / 28 / brk
DAFTAR PUSTAKA ,20060828-82766,id.html (1 nov. 2007).
Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No.
Banowati, E. 2009. Fenomena Alih Orientasi Peman- 143/KPTS/DJ/I/74 Tanggal 10 oktober 1974
faatan Lahan Hutan Di Lereng Gunung Muria. Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati
Jurnal Forum Ilmu Sosial, 36 (1): 53-63 Dan Peraturan Rencana Pengaturan Kelestar-
Dassir, M. 2008. Pranata Sosial Sistem Pengelolaan ian hutan
Hutan Masyarakat Adat Kajang. Jurnal Hutan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 24 Tahun
dan Masyarakat, 3 (2): 111-234 2001 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Bersama Masyarakat Di Propinsi Jawa Tengah
Pembangunan. Jakarta: Gramedia Wijaya, A. 2009. Pembangunan Pertanian sebagai
Kusdamayanti. 2008. Peran Masyarakat Dalam Peny- Upaya Meningkatkan Perekonomian Pede-
usunan Kebijakan Pola Kemitraan Pengelolaan saan. Jurnal Forum Ilmu Sosial, 36 (2): 118–125
Hutan Di Kabupaten Malang. Jurnal Penelitian
82