Anda di halaman 1dari 14

Fungsi Dan Peran Bahasa Indonesia Dalam Era Globalisasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium III
perhitungan Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan
membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan
struktur kebudayaan dunia.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah
terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler
sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultiur) dan
gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya
pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah,
kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang ketiga) kepada
penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian
diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu,
antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng
pertahanan dan merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses
perubahan.

B.     BATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas
dibatasi pada masalah :

1.      Gambaran bahasa Indonesia dalam era globalisasi.

2.      Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia

3.    Eksistensi bahasa indonesia

4.      Menyikapi Bahasa Indonesia

5.      Tantangan Dan Peluang Pada Era Globalisasi

BAB II
PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM ERA
GLOBALISASI
A.    POTRET BAHASA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa
yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang
pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya denga bidang-bidang
kehidupan laian, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991) dalam bukunya
Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen
kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya
semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat
juga memempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di Erpa,
yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam
berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua,
negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh
bahasa Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian
ini mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang
diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti
Ukraina, Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan
semua papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.

B.     KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum
pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan , bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai  bahasa nasional ; kedudukannya berada diatas
bahasa – bahasa daerah. Selain itu , didalam undang – undang dasar 1945 tercantum
pasal khusus ( BAB XV , pasal 36 ) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang
menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahsa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda
1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan
undang – undang dasar 1945.

Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan
dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era
globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-
konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah
bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan
sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
iptek itu.

Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia)
iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan
sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat
dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi


sebagai (1) Lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3)
alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya,dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang
social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping
bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa
Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi
dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki
identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsure – unsure bahasa
lain.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga – sebagai bahasa nasional – adalah sebagai alat
perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya
bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa
sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya
dan bahasa tidak perludikhawatirkan.kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke
pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai
– bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang social budaya dan bahasa yang
berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini
bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai social budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional
itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau
golongan.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan , (2) bahasa pengantar didalm dunia pendidikan, (3)
alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala


upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraanbaik dalam bentuk lisan maupun dalam
bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan
dokumen – dokumen dan putusan – putusan serta surat – surat yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan badan – badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato
kenegaraan.

Sebagai fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara ,


bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga – lembaga pendidikan
mulai taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia ,
kecuali di daerah – daerah, seperti daerah aceh, batak , sunda , jawa , Madura , bali ,
dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar
sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara,
bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan
pelaksanaan pemerintah . didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia
dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar
suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama
latar belakang social budaya dan bahasanya.

Akhirnya , didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia


berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional , ilmu pengetahuan , dan
teknologi . didalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu – satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional
sedemikian rupa sehingga ia memikili cirri – ciri dan identitasnya sendiri , yang
membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama , bahasa Indonesia
kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai – nilai social budaya nasional
kita.

Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa . media massa cetak dan
elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa
Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah , bahasa
Indonesia berperanana sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia
ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak
memiliki kata untuk sebuah konsep.
Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai.
Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis
bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia
internasional.

Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin
ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat
untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak
yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang
telah disepakati bersama.  Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong
dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang
paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak
dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh.
Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan
bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti
berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan
bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk
berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita
cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan
bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau
istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat
manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan
tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa.
Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar
dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.

a.      Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri


Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati
dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa
tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi
pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa
hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya,
yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka
segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk
memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara
lain :

§  agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,

§  keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi


Pada taraf  permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang  sebagai alat
untuk menyatakan dirinya sendiri.

b.      Bahasa sebagai Alat Komunikasi


Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak
akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai
oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman
dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita
ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau
pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan
bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

c.       Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial


Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan
dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial
yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi
yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna
bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).

d.      Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial


Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan
pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi,
maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-
buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol
sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat
kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol
sosial.
Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi
dan radio. klan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud
penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan
berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru,
sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk
menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan
marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita
berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas
dan tenang.

C.    EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI


Eksistensi Bahasa Indonesia Pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa
Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia.
Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat
komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri
bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut
tentang kedisiplinan berbahasa nasional,pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin
adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan
pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin
berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan
dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.

Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini,
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.

Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang


banyak masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah
bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan
punya prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah
bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban
yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan
banggakah para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?

Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya
belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak,
pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau,
kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat
sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).

Melihat persoalan di atas, tidak ada kata lain, kecuali menegaskan kembali
pentingnya pemakaian bahasa Indonesia dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini
–disamping dapat dimulai dari diri sendiri- juga perlu didukung oleh pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah.

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis,


menyimak, berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan
awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, mahasiswa dilatih
mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya.
Selain itu, mahasiswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya.

D.    MENYIKAPI BAHASA INDONESIA


Arus global tanpa kita sadari berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan
bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya, facebook
misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh
beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Di era
global dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya
bisa kita manfaatkan dalam pemertahanan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and
Technology).

Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi
misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa
Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan
dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam
pendidikan. Menurut Indrajut (2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi
dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu,
(2) sebagai alat bantu pembelajaran, (3) sebagai fasilitas pendidikan, (4) sebagai
standar kompetensi, (5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat bantu
manajemen sekolah, dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam
pengajarannya. Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan
berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena
yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan
kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Globalisasi memang tidak dapat dihindari. Akulturasi bahasa nasional dengan


bahasa dunia pun menjadi lebih terasa perannya. Menguasai bahasa dunia dinilai
sangat penting agar dapat bertahan di era modern ini. Namun sangat disayangkan
jika masyarakat menelan mentah-mentah setiap istilah-istilah asing yang masuk
dalam bahasa Indonesia. Ada baiknya jika dipikirkan dulu penggunaannya yang
tepat dalam setiap konteks kalimat. Sehingga penyusupan istilah-istilah tersebut
tidak terlalu merusak tatanan bahasa nasional.

E.     TANTANGAN DAN PELUANG PADA ERA GLOBALISASI


Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut
oara pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih
menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan
masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam
Lee, 1996), globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas
perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan)
ke berbagai negara.

Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,


perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir
menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia
(Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat
setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di
Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di
satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin
besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain
adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara
itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantang
eksternal. Tantang internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datanga dari
pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggria) berupa masuknya
kosakata tanpa proses pembenukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa
Inggris.
                      1)  Berbagai Peluang bagi Pengembangan Bahasa Indonesia
Pada masa-masa mendatang, terutama pada era global ini, sumber daya manusia
memegang peranan yang sangat menentukan kadar keberhasilan sesuatu, termsuk
keberhasilan pembinaan dan pengembangan bahas. Oleh karena itu, para pemegang
kebijakan dan pelaksana di lapangan harus pandai-pandai memanfaatkan peluang
sebaik-baiknya, sekecil apa pun peluang itu. Di antara sekian peluang yang ada,
peluang berikut kiranya perlu dipertimbangkan.

a.       Adanya Dukungan Luas

Telah dikemukakan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu


memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini disebabkan oleh
adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat kita lihat
dengan terbitnya surat dan program berikut.
1)      Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28
Oktober 1991, tentang Pemsyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka Pemantapan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa;

2)      Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor


I/U/1992, tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan
Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa;

3)      Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh
Indonesia, Nomor 1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995, tentang Penertiban Pangginaan
Bahasa Asing;

4)      Pencangan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995
yang salah satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar; dan

5)      Kegiatan Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

b.      Peran Serta Media Massa

Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih awal diakai oleh
media massa, apakah di media surat kabar, radio, atau televisi. Media massa
memang memiliki kelebihan. Di samping memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan
pemirsa yang banyak, media mass mempunyai pengaruh yang besar di kalangan
masyarakat. Oleh karena itu, media massa merupakan salah satu mitra kerja yang
penting dalam pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan
itu, pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna
menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah
kebahasaan. Kalangan memdia massa harus diyakinkan bahwa mereka juga
pembinan bahasa seperti kita.

         2)      Berbagai Tantangan dan Upaya Penanggulangannya


Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tidak berarti di seputar itu tidak ada
hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang serius. Pada masa-
masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa dihadapkan kepada
berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh
akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang dapat menghambat usaha tersebut.

Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut:

a.       Sumber Daya Manusia (SDM)

Keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber daya
manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangana bahasa pu antara lain
juga bergantung kepada manusia pelaksananya. Sehubungan dengan itulah, sosok
yang memegang kendali dalam pembinaan dan pengembangan bahasa padamasa-
masamendatang dituntut lebih profesional lagi di bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai dampak
kemajuan ilmu dan teknologi menuntut fungsi optimal bahasa Indonesia sebagai
saranan komunikasi masyarakat Indoesia. Bahasa Indonesia dituntut lebih efektif
dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep yang diperlukan masyarakat Idonesia
yang semakin terbuka dan modern. Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi
keperluan masyarakat pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi,
pendidikan, pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, 1985).
Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya sebagai
bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) (Lihat GBHN 1998).
b.      Bahasa Asing dan Gengsi Sosial

Salah satu butir tujuan pembinaan bahasa Indonesia ialah membina sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Hal ini memberikan isyarat bahwa madsalah sikap
merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilab pembinaan tersebut. Dari
sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan kebanggan berbahasa Indonesia.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah menampak,
walaupun belum seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa pembinaan bhasa
Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai bentuknya telah
menmpakkan hasil yang cukup menggembirakan. Bahasa Indonesia telah
memperlihatkan peranannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai
sarana komunikasi maupun sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-
benar menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia.

Jika kita berbicara tentang gengsi sosial dalam huungannya dengan bahasa
Indonesia secar jujur masih memerlukan penanganan yang serius, baik yang
menyangkut pembinaan maupun pengembangannya. Gengsi sosial bahasa Indonesia
masih kalah tinggi dengan gengsi sosial bahasa asing (terutamabahasa Inggris)
memang kita akui, dan ahal ini merupakan tantangan. Namun, hal ini janganlah kita
tinggal diam dan pesimis. Sebaliknya, kita harus nelakukan upaya-upaya yang dapat
mengangkat gengsi sosial atau martabat bahasa Indonesia sehingga dapat sejajat
dengan bahasa-asinhg asing yang sudah maju,mempunyai nama (prestise), dan
berpengaruh besar di kalangan masyarakat.Salahsatu cara yang bisa dilakukan agar
bahasa Indonesia mempunyai gengsi sosial yang tinggi di kalangan masyatakat
Indonesia adalah memberikan penghargaan yang proporsional kepada anggota
masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia (baik lisan maupun tulis) dengan baik
dan benar, sebagai bagian dari porestasi yang bersangkutan. Misalnya, sedbagai
persyaratan pengangkatan pegawai negeri atau karyawan, sebagai perssuaratan
promosi jabatan, pemberian royalti yang layak kepada penulis/pengarang di bidang
masing-masing dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
LITERATUR
1.      http://angel.ngeblogs.com/2009/11/01/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia/
2.      http://saifurublog.blogspot.com/2011/10/peranana-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html
3.      http://rahmat-aufklarung.blogspot.com/2011/04/eksistensi-bahasa-indonesia-
di-era.html
4.      http://simpleon7.wordpress.com/2011/06/11/bahasa-indonesia-tantangan-
dan-peluang-pada-era-globalisasi/
5.      http://santri-ppsd.blogspot.com/2011/06/makalah-bahasa-dan-sastra-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai