Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH

KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN IDEOLOGI


GURU PEMBIMBING : WA ODE INDRAWATI S.Pd

Kelompok 1:

1. La Ode Fadly Kurniawan


2. Haven Musyafar
3. Wa Ode Rostia
4. Wd Windi Astuti
5. Ezra Melyanda Ode

KELAS XII MIPA 2

SMA NEGERI 1 SAMPOLAWA


TAHUN AJARAN
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan
DI/TII, dan peristiwa G30s/PKI. Ideology yang diusung oleh PKI tentu saja
komunisme, sedangkan pemberontakan PI/DII berlangsung dengan membawa
ideologi agama.
Perlu kita ketahui bahwa menurut Herbert Feith, seorang akademisi Australia, aliran
politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan (terutama
dapat dilihat sejak pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok: nasionalisme radikal
(diwakili antara lain oleh PNI), Islam (NU dan Masyumi), komunis (PKI), sosialisme
democrat (Partai Sosialis Indonesia/PSI), dan tradisionalis Jawa (Partai Indonesia
Raya/PIR, kelompok teosofis/lebatinan, dan birokrat pemerintah/pamong praja).
Pada masa itu kelompok-kelompok tersebut nyatanya memang saling bersaing
dengan mengusung ideologi masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah sejarah kali ini antara lain
sebagai berikut:
1. Mengapa PKI memberontak?
2. Dampak yang ditimbulkan oleh pemberontakan DI/TII yang berkait dengan
penderitaan rakyat?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembahasan rumusan masalah di atas
antara lain:
1. Mengetahui pemberontakan PKI yang ada di Madiun
2. Mengetahui penderitaan yang dialami rakyat yang diakibatkan oleh
pemberontakan DI/TII
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembahasan rumusan masalah di atas
antara lain:
1. Kita dapat mengetahui pemberontakan PKI yang ada di Madiun
2. Kita dapat mengetahui penderitaan rakyat selama pemberontakan DI/TII
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun


Selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang
didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI bukan partai baru, karena sudah
ada sejak zaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah Hindia
Belanda akibat memberontak pada tahun 1926.
Sejak merdeka sampai awal tahun 1948, PKI masih bersifat mendukung
pemerintah, yang kebetulan memang dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini terkait
dengan Doktrin Dimitrov, yang menyatakan bahwa gerakan komunis harus bekerja
sama dengan kapitalis dalam rangka menghadapi kekuatan fasis. Namun ketika
golongan kiri terlempar dari pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan
bergabung dengan partai serta organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi rakyat
(FDR) yang didirikan Amir Syarifudin pada bulan Februari 1948. Pada awal
September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa berita bahwa Doktrin
Dimitrov telah diganti dengan Doktrin Zhdanov dimana komunis harus bekerja sama
dengan golongan nasionalisprogresif untuk menghadapi golongan kapitalis borjuis.
Muso lalu membawa PKI kedalam pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di
Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso,
bahkan sampai mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka,
untuk meredam gerak ofensif PKI Muso. Namun kondisi politik sudah terlanjur
panas, sehingga pada pertengahan September 1948, pertempuran antara kekuatan-
kekuatan bersenjata yang memihak PKI dengan TNI mulai meletus. PKI kenudian
memusatkan kekuatannya di Madiun, pada tanggal 18 September 1948, Muso
memproklamirkan Republik Soviet Indonesia.
Di awal pemberontakan, pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan para
pemimpin partai yang antikomunis terjadi. Kaum santri juga menjadi korban. Tetapi
pasukan pemerintah yang dipelopori Divisi Siliwangi kemudian berhasil mendesak
mundur pemberontak. Puncaknya adalah ketika Muso tewas tertembak. Amir
Syarifudin juga tertangkap. Ia akhirnya dijstuhi hukuman mati. Tokoh-tokoh muda
PKI seperti Aidit dan Lukman berhasil melarikan diri. Mereka lah yang kelak pada
tahun 1965, berhasil menjadikan PKI kembali menjadi partai besar di Indonesia
sebelum terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ribuan orang tewas dan
ditangkap pemerintah akibat pemberontakan Madiun ini. PKI gagal mengambil alih
kekuasaan.

B. Pemberontakan DI/TII
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau
DI) yang artinya adalah “Rumah Islam” adalah gerakan politik yang diproklamasikan
pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar,
Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Diproklamirkan saat Negara
Pasundan buatan belanda mengangkat Raden Aria Adipati Wiranatakoesoema
sebagai presiden.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara
Kerajaan Belanda sebagai negarateokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara.
Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia
adalah Hukum Islam”, lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa
“Negara berdasarkan Islam” dan “Hukum yang tertinggi adalah Al Qurandan Hadits“.
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara
untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan
yang keras terhadap ideologi selain Alqur’an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut
dengan “hukum kafir“, sesuai dalam Qur’aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.
Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama
Jawa Barat (berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi
Selatan, Aceh dan Kalimantan. SetelahKartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi
pada 1962, gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam
meskipun dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.
1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ( Darul Islam/Tentara Islam Indonesia )
Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa melakukan
gerakannya dengan membakar Rumah – Rumah Rakyat, Membongkar Rel Kereta
Api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan
Siliwangi mengadakan Long March kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini
harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi. Pada tanggal 7 Agustus 1949
di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya ( Jawa Barat ). Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya di
namakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia ( TII
). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat di tinggal oleh Pasukan Siliwangi yang
berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam Rangka melaksanakan ketentuan
dalam Perundingan Renville.
Usaha Untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :

 Medannya berupa daerah pegunungan – pegunungan sehingga sangat


mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
 Pasukan Kartosuwirjo dapat bergerak dengan leluasa di Kalangan Rakyat,
 Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain
pemilik – pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
 Suasana Politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik
telah mempersulit usaha – usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI
untuk menumpas gerombolanini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama
rakyat melakukan operasi “ Pagar Betis “ dan operasi “ Bratayudha “ Pada tanggal 4
Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat
ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “ Bratayudha “ di Gunung Geber,
daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh
Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII
di Jawa Barat dapa di padamkan.
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.
Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga
muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa
Tengha di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan
Pekalongan. Dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman ( Kiai Sumolangu ).
Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah
melakukan operasi kilat yang disebut “ Gerakan Banteng Negara “ ( GBN ) di bawah
Letnan Kolonel Sarbini ( Selanjut – nya di ganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan
Kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani ). Gerakan operasi ini dengan pasukan “
Banteng Raiders “.
Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan
bagian dari DI/TII , yakni dilakukan oleh “ Angkatan Umat Islam ( AUI ) “ yang
dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “ Romo Pusat “
atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu
kurang lebih Tiga Bulan.
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan
oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk
menumpas pemberontakan ini Pemerintah melakukan “ Operasi Merdeka Timur “
yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo.
Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak tersebut dapat
dihancurkan dan sisa – sisanya melarikan diri ke Jawa Barat.
3. Pemberontokan DI/TII di Aceh.
Gerombolan DI/TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh
Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh
adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan
dari daerah istimewa menjadi kresidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada
tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai
Gubernur Militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam
Indonesa di bawah Pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiyo.
Dalam menghadapi pemberontakan DI/TII di Aceh ini semula pemerintah
menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin,
Panglima Daerah Militer 1/Iskandar Muda, Pada tanggal 17 – 21 Desember 1962
diselenggarakan “ Mustawarah Kerukunan Rakyat Aceh “ yang mendapat dukungan
tokoh – tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/TII di Aceh dapat
dipadamkan.
4. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar
Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah
agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan
dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ).
Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi
pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar
beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan
melakukan teror terhadap rakyat.
Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah
melakukan Operasi Militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil
ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat
dipadamkan.
5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.
Pada bulan oktober 1950 DI/TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan
Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan
dengan menyerang pos – pos kesatuan TNI.
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya
melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk
menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan
tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.
Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959
Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya pun tertangkap.

C. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)


7 Teori Konspirasi Dalang Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30S PKI)
Bagi sebagian orang, teori konspirasi merupakan suatu hal bodoh hanya karangan
semata yang tidak pernah terbukti kebenarannya, akan tetapi pernyataan seperti itu
adalah salah, karena beberapa teori konspirasi ada yang terbukti kebenarannya,
percaya atau tidak, ini dia 7 Teori Konspirasi Dalang Peristiwa Gerakan 30 September
1965 (G 30S PKI).
Partai Komunis Indonesia atau yang disingkat PKI adalah partai komunis non-
penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan Tiongkok sebelum akhirnya PKI
dihancurkan pada tahun 1965 dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada tahun
setelah revolusi. PKI di indonesia di pimpin oleh Amir Syarifudin dengan tujuan PKI
adalah untuk menyama ratakan status sosial. Simak penjelasan lengkapnya disini
Sejarah Partai Komunis di Indonesia dan Kronologi Terjadinya Gerakan 30S PKI
Dalang Peristiwa Gerakan 30 September 1965 hingga kini masih menyimpan
kontroversi. Banyak yang mengatakan bahwa sejarah sudah di modifikasi oleh
penguasa saat itu sehingga kebenarannya masih diragukan. Utamanya adalah
berhubungan dengan pertanyaan “Siapa dalang dari Gerakan 30 September tahun
1965 sebenarnya?”.Simak terus makalah ini, berikut Teori – Terori Konspirasi Dalang
Peristiwa G 30S PKI
7 Teori Konspirasi Dalang Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30S PKI)
1. Dalang Gerakan 30 September merupakan persoalan internal Angkatan Darat
(AD)
Dikemukakan antara lain oleh Ben Anderson, W.F.Wertheim, dan Coen Hotsapel,
dalam teori ini menyatakan bahwa peristiwa Gerakan 30 September 1965
merupakan suatu peristiwa yang timbul akibat adanya persoalan di kalangan
Angkatan Darat itu sendiri. hal ini misalnya didasarkan pada pernyataan pemimpin
gerakan PKI, yaitu Letnan Kolonel untung yang menyatakan bahwa para pemimpin
AD hidup bermwah mewahan dan memiliki perbedaan pendapat. Dalam teori ini
disebutkan bahwa para petinggi Angkatan Darat saat ini terbagi menjadi 2 kubu (ada
yang ingin mengkudeta Soekarno karena Partai Komunis Semakin merajalela dan
kubu satunya tetap mendukung keputusan presiden Soekarno tentang ide
NASAKOM nya)
2. Dalang Gerakan 30 September adalah Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Teori ini dikemukakan oleh penulis yang bernama Peter Dale Scott atau Geoffrey
Robinson. Dalam bukunya tertulis bahwa Amerika Serikat sangat khawatir indonesia
jatuh ke tangan komunis, karena Ideologi AS bertentangan dengan Ideologi
Komunis. PKI pada masa itu memang sedang kuat kuatnya menanamkan pengaruh
di indonesia, terbukti lebih dari 3 Juta penduduk Indonesia bergabung dalam
Organisasi komunisme tersebut. Karena itu Dinas Intelijen Amerika Serikat kemudian
bekerjasama dengan suatu kelompok dalam tubuh Angkatan Darat untuk
memprovokasi PKI agar melakukan gerakan kudeta, setelah itu gantian, PKI yang di
hancurkan dengan tujuan akhir skenario CIA ini adalah menjatuhkan Kekuasaan sang
proklamator SOEKARNO. Lalu ada juga yang mengaitkannya CIA melakukan ini untuk
mendapatkan tambang emas Freeport di Papua
3. Gerakan 30 September merupakan pertemuan antara kepentingan Inggris –
Amerika Serikat
Teori ini diutarakan oleh Greg Poulgrain. Menurut teori ini Gerakan 30 September
1965 adalah suatu titik temu antara keinginan inggris yang ingin sikap konfrontatif
soekarno terhadap malaysia bisa di akhiri melalui kudeta kekuasaan soekarno,
Inggris bekerjasama dengan AS agar Indonesia terbebas dari komunisme.
4. Soekarno adalah dalang Gerakan 30 September
Teori ini di katakan oleh Anthony dake dan john hughes. ini beranjak dari asumsi
bahwa soekarno berkeinginan melenyapkan kekuatan yang menentang dirinya,
kekuatan tersebut berasal dari sebagian perwira tinggi Angkatan Darat saat itu.
Karena PKI sangat dekat dengan Soekarno, partai ini pun terseret, adapun dasar
teori ini antara lain berasal dari kesaksian Shri Biju Patnaik, seorang pilot asal india
yang menjadi sahabat banyak pejabat indonesia sejak masa revolusi. ia mengatakan
bahwa pada 30 September 1965 tengah malam soekarno memintanya untuk
meninggalkan jakarta sebelum subuh menurut patnaik, soekarno berkata “sesudah
itu saya akan menutup lapangan terbang”
Teori ini mendapatkan pertentangan dari keluarga sang proklamator Bung Karno,
karena teori ini tidak terbukti kebenarannya
5. Teori Chaos (Tidak ada pemeran tunggal).
Dikemukakan antara lain oleh Ir Soekarno pasca kejadian dan dibenarkan oleh
John D. Legge, teori ini menyatakan bahwa tidak ada dalang tunggal dan tidak ada
skenario besar dalam Gerakan 30 September 1965. kejadin ini hanya merupakan
hasil dari perpanduan antara, seperti yang disebut Soekarno :”Unsur unsur nekolim
(Negara bara), pemimpin PKI yang keblinger serta oknum oknum Angkatan Darat
yang tidak benar”. semuanya pecah dalam improvisasi di lapangan
6. Dalang Gerakan 30 September adalah PKI
Teori yang paling diyakini masyarakat Indonesia adalah teori ini, karena setelah
revolusi pemerintahan Soeharto menanamkan teori ini di semua kalangan
masyarakat saat itu. Menurut teori ini tokoh tokoh pki adalah penanggung jawab
peristiwa tersebut, PKI dianggap ingin melakukan kudeta, dengan cara memperalat
unsur unsur tentara, Dasar lainnya adalah bahwa setelah G30S, beberapa
perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri CC PKI
sempat terjadi di blitar selatan , grobogan dan klaten.
Tapi menurut sebagaian pengamat sejarah, bahwa teori ini tidak benar
sepenuhnya dikarenakan saat itu PKI dan Soekarno sangat dekat dan bersahabat,
pejabat dalam susunan kabinet juga banyak dari PKI, lalu bagaimana mungkin bisa
dikatakan PKI ingin melakukan kudeta. Baca selengkapnya disini Kronologi dan
Penyebab Terjadinya Gerakan 30S PKI
7. Dalang Gerakan 30 September adalah Soeharto
Jika ditanya, siapa orang yang paling diuntungkan setelah peristiwa G 30S PKI?,
maka jawabannya adalah Soeharto. Pasca kejadian tersebut ia langsung terpilih
menjabat sebagai pengganti Soekarno. Teori ini diyakini oleh beberapa masyarakat,
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai jendral AD menghilang dan tidak diculik
oleh PKI, pasca kejadian kemudian ia muncul dalam menumpas PKI, kemungkinan
strategi yang ia buat ialah strategi adu domba.

G30S/PKI (Gerakan 30 September) adalah gerakan pemberontakan yang


dilakukan oleh para anggota PKI yang dilakukan pada malam tanggal 30 september
1965 menjelang 1 oktober 1965 yang bertujuan untuk mengganti ideologis pancasila
menjadi komunis. Gerakan ini dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso yang
dipimpin oleh D.N Aidit.
Sebelumnya pada bulan Desember tahun 1964 terbongkar dokumen rahasia milik
PKI yang berisikan tentang perebutan kekuasaan. Namun PKI tidak mengakuinya dan
mengatakan bahwa dokumen tersebut merupakan dokumen palsu dan malah
menuduh balik bahwa dokumen tersebut merupakan fitnah yang sengaja disebarkan
oleh lawan politiknya.
Dalam rencana untuk menghancurkan ideologi pancasila PKI menyebarkan isu-isu
mengenai dewan jendral secara gencar sampai isu tersebut benar-benar dipercaya
oleh masyarakat. PKI juga mendesak Bung Karno untuk membungkam melawan PKI.
Hari H gerakan 30 September adalah tanggal 1 oktober pukul 4 dini hari.
Operasi Gerakan 30 September akan dibagi menjadi 3 komando yakni komando
penculikan yang dipimpin oleh Letnan 1 Dul Arif yang bertugas untuk menculik
beberapa jendral yang tergabung dalam dewan jendral hidup atau mati.
Komando penyergapan dan penguasaan kota dipimpin oleh Kapten Suradi, dan
komando basis dipimpin oleh Mayor Udara Gatot Sukrisno. Sasaran utama PKI
adalah para jendral yang tergabung dalam dewan jendral atau tokoh-tokoh yang anti
partai.
Sasaran penculikan dari PKI adalah jendral A.H Nasution, Jendral Ahmad Yani,
Jendral Suprapto, Jendral S. Parman, Jendral Haryono, Jendral D.I Pandjaitan, dan
Jendral Sutoyo.
Jendral Ahmad Yani dijadikan target penculikan oleh PKI karena ia menolak
keinginan PKI untuk membentuk angkatan kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Ia
ditembak di ruang makan di rumahnya. Mayatnya pun dibuang di Lubang Buaya.
Jendral A.H Nasution berhasil lolos dari kebiadaban PKI, tetapi anaknya Ade Irma
Suryani Nasution meninggal di rumahnya karena ditembak oleh anggota PKI yang
ingin menculik dirinya. Ajudannya, Pierre Andreas Tendean dengan keberaniannya
menyelamatkan nyawa Nasution dengan mengaku sebagai dirinya ia kemudian
dibawa oleh PKI dan dibunuh oleh PKI di Lubang Buaya.
Jendral Suprapto diculik oleh PKI di kediamannya dan dibunuh di lubang buaya
karena ia menolak pembentukan angkatan kelima oleh D.N Aidit. Jendral S. Parman
dijadikan target oleh PKI karena ia menolak bergabung dengan faham komunis dan
juga karena ia mengetahui banyak rahasia dari PKI. Jendral Haryono menjadi korban
penculikan PKI dan dibunuh di Lubang Buaya, dan mayatnya pun dibuang di tempat
itu juga.
Jendral D. I. Pandjaitan meninggal karena kebiadaban yang dilakukan oleh PKI,
saat itu segerombolan anggota PKI datang ke kediamannya dan membunuh ajudan
dan pelayannya. ia pun langsung menghadapi PKI yang langsung membunuhnya
dengan cara menembakinya. Mayat D. I. Pandjaitan dibawa oleh PKI ke Lubang
Buaya.
Jendral Sutoyo menjadi korban penculikan PKI. Awalnya ia dibohongi oleh PKI
yang mengatakan bahwa ia mendapat panggilan dari presiden dan dengan urusan
yang mendesak.
BAB III
PEMBAHASAN

Mengapa PKI memberontak? Alasan utamanya tentu bersifat ideologis, dimaana


mereka memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
Berbagai upaya dilakukan oleh PKI untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan
Musso, PKI berhasil menarik partai dan organisasi kiri dalam FDR bergabung
kedalam PKI. Partai ini mendorong dilakukannya berbagai demonstrasi dan
pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian kekuatan-kekuatan bersenjata juga
berhasil masuk dalam kekuasaan mereka. Musso juga kerap mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan strategi
diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat (AS).
Pernyataan Musso lebih menunjukkan keberpihakannya pada Uni Soviet yang
komunis.
Dampak yang ditimbulkan dari pemberontakan DI/TII yang berkaitan dengan
penderitaan rakyat? Dampak pemberontakan DI/TII di Indonesia adalah tahun 1951
sampai dengan tahun 1961 pasukan DI/TII cukup intensif dalam melaksanakan
setiap aksi-aksinya terutama di wilayah Maros (para penduduk mengidentifikasi
dengan “geromboan”) yang telah menimbulkan kesengsaraan, keresahan, ketidak-
amanan dan ketidak-kenyamanan. Aksi-aksi penculikan terutama dialamatkan
kepada tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh di suatu kampung dengan
harapan (mereka itu tadi) menjadi kaki tangan DI/TII dalam mobilissi gerakan massa.
Pasukan DI/TII juga melakukan perampokkan barang-barang (tanpa kecuali barang-
barang yang mereka dapati ketika beraksi) kepunyaan penduduk hampir dalam
setiap kali aksi memasuki kampung-kampung.
BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi tentang konflik dan
pergolakan yang berkaitan dengan sistem ideologi, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena keterbatasan pengetahuan dan referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap kepada guru dan teman-teman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami dan guru
pembimbing. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai