Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

(BENDING)

Oleh:

Martin Adi Nugraha (118170053)

Asisten Praktikum:

Kevin Ignatius Sitinjak (17117020)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Uji bending pada suatu material dilakukan dengan menggunakan beban


dimana tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Nilai modulus elastisitas
pada uji bending dan uji tarik atau uji tekan akan mengalami sedikit perbedaan
meskipun spesimennya sama. Hal itu disebabkan karena modulus elastisitas
pada uji tarik atau uji tekan berada pada satu arah, yaitu arah tarik atau tekan.
Sedangkan pada uji bending, modulus elastisitasnya berada pada dua arah,
yaitu tarik dan tekan. Dalam bending biasanya terdapat beban direct stress dan
transverse shear.

Melalui uji bending ini, kita dapat melihat perilaku material yang mengalami
jenis pembebanan tersebut. Standar pengujian lentur untuk material logam
yang berbentuk pelat mengacu pada ASTM E Pengujian bending dilakukan
khusus untuk material yang getas, karena material getas tidak cocok
digunakan untuk uji tarik.

Bentuk spesimen uji tarik terlalu rentan untuk material getas. Selain itu, grip
pada uji tarik dapat membuat material getas patah terlebih dahulu. Oleh karena
itu pengujian bending ini perlu dilakukan. Contoh nyata dari benda yang
mengalami bending sendiri yaitu jembatan
penyebrangan, meja, kursi, chassis mobil, excavator, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut ;


Menentukan modulus elastisitas material dan Menentukan kekuatan flexural
material dengan metode 3 point.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis.


Modulus elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah
elastis. Modulus elastis juga berarti perbandingan tegangan dengan regangan
pada daerah elastis. Material yang lentur (tidak kaku) adalah material yang
dapat mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban tertentu. Pengujian
lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap spesimen dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai
konstruksi atau komponen yang akan menerima pembebanan lengkung
maupun proses pelengkungan dalam pembentukan. Bending merupakan proses
pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah tengah dari bahan
yang ditahan diatas dua tumpuan. Pengujian lengkung beban ialah pengujian
lengkung yang bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek kemampuan bahan
uji dalam dalam menerima pembebanan lengkung yakni :

a. Kekuatan atau tegangan lengkung (σ).


b. Lenturan atau defleksi (δ) Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut
defleksi.
c. Elastisitas (E).

Pengujian Kekuatan Bending dapat dilakukan dengan Metode Three Point


Bending atau Metode Four Point Bending menurut kondisi dari benda uji
yang dipergunakan.
a. Metode Three Point Bending
Pada three point bending, spesimen atau benda dikenai beban pada satu
titik yaitu tepat pada bagian tengah batang (½ L). Pada metode ini material
harus tepat berada di ½ L, agar mendapatkan momen maksimum karena
saat mecari σ dibutuhkan momen maksimum tersebut. Berikut ini adalah
ilustrasi dari pengujian kekuatan bending dengan Metode Three Point
Bending.

Gambar 2.1 Contoh pengujian bending three point

Akibat Pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan,


sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Karena tidak
mampu menahan beban yang diterima, spesimen tersebut akan patah, hal
tersebut mengakibatkan kegagalan pada pengujian komposit. Kekuatan
lentur pada sisi bagian atas sama nilai dengan kekuatan lentur pada sisi
bagian bawah. Sehingga kekuatan lentur (flexural strength) dapat
dirumuskan sebagai berikut:

...................1
σ 12 FLh
flexural= ....................
8 b h3

Dimana :
σ = Flexural stress (MPa)
F = Force /Load (N)
L = Panjang Span / Support span(mm)
b = Lebar/ Width (mm)
h = Tebal / Depth (mm)

Untuk mencari Flexural strain :

Dimana :
= Flexural strain (%)
s = Defleksi (mm)
L = Panjang Span / Support span(mm)
h = Tebal / Depth (mm)

Untuk Modulus Elastisitas :

Keakuratan dari nilai modulus elastisitas tersebut bergantung pada


orientasi spesimen terhadap arah pengerolan, besar butir, tegangan sisa,
sejarah regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya,
orientasi butir terdeformasi terhadap arah tegangan normal, serta kondisi
pengujian (temperatur, peralatan, dan standarisasi).

Kekakuan adalah ketahanan suatu material terhadap deformasi elastis.


Modulus elastisitas (E) adalah harga kekakuan suatu material pada daerah
elastis. Modulus elastis juga berarti perbandingan tegangan dengan
regangan pada daerah elastis. Material yang lentur (tidak kaku) adalah
material yang dapat mengalami regangan bila diberi tegangan atau beban
tertentu. Tegangan atau beban yang diberikan pada specimen uji (ST 37)
haruslah dibawah harga beban maksimum agar specimen tidak mengalami
deformasi plastis. Pada praktikum uji bending kali ini metode yang dipakai
adalah three point bending.
Terdapat karat pada spesimen uji bending yang melapisi sebagian besar
permukaan specimen yang digunakan. Adanya karat ini mengindikasikan
bahwa telah terjadi reaksi kimia pada permukaan specimen yang berarti
ikatan antar atom pada material telah mengalami perubahan. Hal ini
mengakibatkan adanya perubahan energi ikat antar atom yang tentu saja
mempengaruhi modulus elastisitas dari material tersebut. Energi ikat
menjadi lebih kecil sehingga modulusnya pun semakin kecil.

Perbedaan harga modulus elastisitas ini juga bisa disebabkan karena


kesalahan prosedur dalam praktikum (misalnya peletakkan spesimen yang
tidak tepat ditengah atau penempatan diameter specimen yang kurang
tepat). Hal-hal lain yang juga dapat mempengaruhi adalah kesalahan
dalam membaca nilai pada dial serta proses pembacaan nilai yang
dilakukan secara manual sehingga memungkinkan adanya jeda waktu
antara pembacaan nilai beban dengan nilai defleksi yang dicatat. Hal ini
berakibat pada nilai tan α dari kurva yang dibuat yang dapat
mempengaruhi nilai E melalui perhitungan.

Pada praktikum uji bending kemarin, terdapat karat yang melapisi


sebagian besar permukaan specimen uji yang digunakan. Adanya karat ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada permukaan
specimen yang berarti ikatan antar atom pada material telah mengalami
perubahan. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan energi ikat antar
atom yang tentu saja mempengaruhi modulus elastisitas dari material
tersebut. Energi ikat menjadi lebih kecil sehingga modulusnya pun
semakin kecil.

Perbedaan harga modulus elastisitas ini juga bisa disebabkan karena


kesalahan prosedur dalam praktikum (misalnya peletakkan spesimen yang
tidak tepat ditengah atau penempatan diameter specimen yang kurang
tepat). Hal-hal lain yang juga dapat mempengaruhi adalah kesalahan
dalam membaca nilai pada dial serta proses pembacaan nilai yang
dilakukan secara manual sehingga memungkinkan adanya jeda waktu
antara pembacaan nilai beban dengan nilai defleksi yang dicatat. Hal ini
berakibat pada nilai tan α dari kurva yang dibuat yang dapat
mempengaruhi nilai E melalui perhitungan.

Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami


tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan
dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul
retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld
metal. HAZ atau difusion line (garis perbatasan WM dan HAZ). Dikatakan
Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las. Pengujian ini
dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ
atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ). Face Bend jika
bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan. Pengamatan dilakukan pada
permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak di manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ
atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Penentuan gaya geser aksial pada sebuah irisan balok harus memenuhi dua
syarat statika yang harus dipenuhi oleh segmen yaitu Fx = 0 dan Fy = 0.
Selain itu ada pula  syarat M = 0 yang harus dipenuhi dengan menbuat
sebuah kopel atau momen perlawanan dalam pada luas penampang dari
irisan untuk menghadapi momen akibat gaya-gaya luar. Dengan merujuk
syarat yang harus dipenuhi maka diperoleh bahwa besar momen
perlawanan dalam adalah sama dengan momen luar. Momen ini cenderung
melenturkan balok sehingga disebut momen lentur. Untuk menentukan
momen ini perlu dijaga keseimbangan segmennya, tidak terkecuali gaya V
dan P. Misalkan terdapat sebuah batang ditumpu pada titik A dan B
menerima beban transfersal P ditunjukkan
Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian
kekuatan lengkung ( bending ) pada suatu bahan atau material. Pada
umumnya alat uji bending memiliki beberapa bagian utama, seperti:
rangka, alat tekan, point bending dan alat ukur. Rangka berfungsi sebagai
penahan gaya balik yang terjadi pada saat melakukan uji bending. Rangka
harus memiliki kekuatan lebih besar dari kekuatan alat tekan, agar tidak
terjadi kerusakan pada rangka pada saat melakukan pengujian

Alat tekan berfungsi sebagai alat yang memberikan gaya tekan pada benda
uji pada saat melakukan pengujian. Alat penekan harus memiliki kekuatan
lebih besar dari benda yang di uji (ditekan). Point bending berfungsi
sebagai tumpuan benda uji dan juga sebagai penerus gaya tekan yang
dikeluarkan oleh alat tekan. Panjang pendek tumpuan point bending
berpengaruh terhadap hasil pengujian. Alat ukur adalah suatu alat yang
yang menunjukan besarnya kekuatan tekan yang terjadi pada benda uji.

Benda uji adalah suatu benda yang di uji kekuatan lengkungnya dengan
menggunakan alat uji bending. Jenis material benda uji yang digunakan
sebagai benda uji sangatlah berpengaruh dalam pengujian bending. Karena
tiap jenis material memiliki kekuatan lengkung yang berbeda beda, yang
nantinya berpengaruh terhadap hasil uji bending itu sendiri. Point bending
adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan pengujian lengkung
( bending ). Point bending ini memiliki 2 tipe, yaitu:three point bending
dan four point bending.

Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya terletak dari bentuk dan
jumlah point yang digunakan, three point bending menggunakan 2 point
pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan dan 1 point pada
bagian atas yang berfungsi sebagai penekan sedangkan four point bending
menggunakan 2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan
dan 2 point (penekan) pada bagian atas yang berfungsi sebagai penekan.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

a. Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR (250 kN)

Gambar 3.1 Universal Testing Machine Swick Roell All Round Z250SR

3.2 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

a. Memastikan grounding listrik dibawah 1 volt dan hidupkan saklar MCB 2


unit pada panel.
b. Memastikan kunci sudah terpasang pada Power Pack dan Mesin UTM.
c. Memutar Switch ON pada TestControl II, pastikan lampu berwarna
kuning.
d. Menghidupkan PC (Tanda PC dengan UTM connect adalah lampu pada
TestControl II) berwarna hijau dan muncul notif 2 segitiga hijau pada PC.
e. Kemudian membuka aplikasi TextXpert III atau dapat membuka file yang
sudah pernah dibuat (lihat gambar 4.3 untuk tampilan aplikasi).

Gambar 3.2 Tampilan Aplikasi TextXpert III

f. Memastikan kunci pada TestControl II posisi Set Up dan kunci pada


Power Pack ON.
g. Menekan Tombol ON pada TestControl II.
h. Memilih menu SET UP TESTING SYSTEM berisi flow chart. Atur dan
sesuaikan sesuai garis pada gambar. Catatan Pada Gambar 3.5 Flow chart
tanpa Extensometer, apabila menggunakan Extensometer, arahkan garis
panah DigiClip SN:255864 ke Standard Extensometer.

Gambar 3.3 Tampilan menu SET UP TESTING SYSTEM


i. Setelah dipilih, langkah selanjutnya adalah memasang sampel. Mengatur
crosshead menggunakan remote crosshead (pastikan jarak crosshead atas
dan bawah sesuai dengan gage length spesimen). Untuk melihat jarak
sesuai dengan aktual lihat gambar 3.4 tekan icon A.
j. Memasang bagian atas dahulu, untuk mencekam material menggunakan
remote power pack, m
k. emastikan tekanan disesuaikan dengan spesimen (Bar), kemudian baru
tekan grip bawah. Pastikan grip sebelah kanan atas dan bawah rata dan
sejajar.
l. Perlu diperhatikan dalam pemasangan ini posisi spesimen harus tegak
lurus untuk menghindari spesimen lepas atau slip.
m. Pada saat penekanan spesimen, tekan tombol sambil tidak berbunyi lagi.
n. Menu Configure Test berisi tentang flow chart.

1. Start Position berisi tentang pengaturan (lihat gambar 3.6) :


Grip to grip separation at the start position untuk mengukur jarak
antar grip dengan tekan icon A. Speed, start position untuk mengatur
kecepatan awal pada saat penyesuain posisi.

Gambar 3.4 tampilan pada Start Position

2. Pre-Load
Digunakan untuk mengatur kekuatan awal sebelum pengujian, atau
angka minimal yang ter record pada aplikasi.
3. Spesimen Data :

Gambar 3.5 Tampilan pada Spesimen Data

Input about the spesimen untuk memberikan identitas seperti


Spesimen ID, Type, Part no, Removal dan Note. Spesimen shape
for cross-section calculation untuk menentukan bentuk dari spesimen
seperti bar, plat dan lainlain. Kemudian menu Diameter (diameter
spesimen) dan test length (panjang gage length).

4. Test
Pada menu ini kita dapat mengatur kecepatan masing-masing pada
saat modulus young, yield point atau kita dapat mengatur kecepatan
konstan pengujian tarik.

Gambar 3.6 tampilan pada menu Test.

5. End of test
Force shutdown threshold merupakan ambang batas untuk
mematikan paksa % Fmax.

Gambar 3.7 tampilan menu End of test.

6. Menu untuk menampilkan data apa saja yang akan diambil.

Gambar 3.8 Menu tampilan Result

7. Break investigation
Berisi Number of capture for break detection yakni seberapa banyak
titik yang akan di deteksi, force transition, negatif elogation step dan
positif elogation step.

8. Action after the test


Input after the test digunakan untuk memberikan optical assesment,
detail about break, findings dan comment. Set the start position after
the test
Gambar 3.9 tampilan menu Action after the test
9. Measurement value storage
Travel save interval up to break, time to save interval dan force save
interval digunakan untuk mengukur pada saat interval preset.

10. Control parameters

11. Parameter for the report

Gambar 3.10 tampilan menu untuk Report

12. Report
13. Export interfaces

Gambar 3.11 tampilan data apa saja yang didapat

14. RUN TEST :

Gambar 3.12 Tampilan hasil pengujian tarik.

o. Untuk memulai pengujian, putar kunci pada TestControl II dari Setup ke


Test, kemudian tekan Start, setelah spesimen patah tekan Stop.
p. Kemudian EXPORT TEST DATA untuk mengambil data hasil
pengujian.
q. Setelah pengujian selesai lepaskan spesimen, close aplikasi (lampu
berubah dari hijau ke kuning), matikan komputer (lampu berubah dari
kuning ke putih)
r. Matikan Power Pack dan putar saklar di TestControl II ke OFF
s. Turunkan 2 unit MCB kemudian bersikan, rapihkan dan kembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan. Pastikan isi log book penggunaan alat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 4.1 Spesifikasi mesin uji

SPESIFIKASI MESIN
Mesin : Universal Testing Machine
Merk/Type : Universal Testing Machine Zwick Roell All Round Z250SR
Serial Number : 255863
Beban Skala Penuh 250 kN
Test Speed :2 mm/min
Grip to Grip : 64 Bentuk
Material Uji : Plastik Bentuk Plat spesifikasi DIN EN
ISO 178
Dimensi material
Length (L) : 64 mm Width (b) : 10 mm Thickness (h) : 4 mm

Dimensi spesimen uji

Gambar 4.1 Spesimen uji bending


Perhitungan
1. Flexural Stress
Diketahui : F = 82.20433 , b = 10 , L = 64 , h = 4

3PL
f 
Rumus : 2bh 2

3  82, 20433  64
 flexural   49,32 Mpa
Perhitungan : 2  10  42

2. Flexural Strain
Diketahui : S = 2.9761 , h = 4 , L = 64

600sh
f 
Rumus : L2

600  2,9761
f  %  1, 74%
Perhitungan : 642

3. Modulus Elastis
 f  49,32 Mpa
Diketahui :  f  1,74%
f
E
Rumus : f
49,32
E  28,34
Perhitungan : 1, 74

4.3 Pembahasan

Pengujian bending (Kekuatan lengkung) adalah tegangan bending terbesar


yang dapat diterima suatu benda akibat pembebanan luar tanpa mengalami
deformasi yang besar atau kegagalan. Besar kekuatan bending tergantung
pada jenis spesimen dan pembebanan yang diberikan. Berdasarkan pengujian
yang dilakukan dengan metode three point bending dapat dilihat bahwa benda
akan mengalami kegagalan jika sudah melewati batas tegangan bending
terbesar yang dapat diterima suatu benda.

Gambar 4.2 Kurva force dan defleksi

Pada kurva terlihat bahwa peningkatan force yang meningkat secara bertahap
hingga mencapai titik maksimum benda tersebut ter deforrmasi plastis hingga
membuat nilai pada variabel di grafik turun kembali.

flexural stress vs flexural strain


180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-2 0 2 4 6 8 10 12 14
-20

flexural stress vs flexural strain

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Flexural Strain dan Flexural Stress


Pada Perhitungan Flexural stress dan Flexural strain terlihat bahwa tingkat
deformasi pada material tersebut akan mencapai puncak ketika material mulai
patah dan akan turun tingkat elastisitasnya. Flexural strain dan flexural stress yang
terjadi pada specimen sebelum patah adalah semakin besar flexural strain maka
flexural strain juga akan semakin besar, tetapi ketika specimen tersebut tidak
dapat menahan gaya tekan yang diberikan makan specimen maka specimen
tersebut akan patah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum yang telah


dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Nilai tegangan (Force) berbanding lurus terhadap defleksi dari suatu


speciment uji dan nilai Flexural stress berbanding lurus terhadap flexural
strain.
2. Nilai maksimum flexural stress yang didapat pada spesimen uji ini adalah
79,426 Mpa. Nilai ini didapatkan ketika nilai force-nya maksimum.
3. Nilai flexural strain pada saat force nya maksimum pada spesimen uji ini
didapatkan sebesar 2,863% dari panjang awal spesimen.
4. Deformasi elastis terjadi lumayan panjang dilihat dari grafik, hal ini karena
metrial yang digunakan berbahan plastik.

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum kali agar praktikum selanjutnya menjadi lebih
baik adalah adalah sebagai berikut:

1. Praktikum uji bending akan lebih baik jika spesimen yang di gunakan
lebih beragam material dan bentuknya dan memperluas pengetahuan
praktikan
2. Sebaiknya praktikan diberikan kebebasan dan diizinkan untuk
menggunakan mesin penguji.
3. Praktikum akan lebih efektif ketika mahasiwa dapat ikut melaksanakan
praktikum semua untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Material ITERA. (2020). Bending three point. Lampung Selatan.


ITERA

Nunung. (2013, 04 Mei). Bending. Retrieved 29 Juli 2020, ERLANGGA


JAKARTA

Taufiq. (2015, 11 Februari). Uji Bendding. Retrieved 29 Juli 2020Universitas


Udayana. (2014, 23 Januari). Praktikum Uji Bending. Retrieved 29 Juli 2020,
DENPASAR BALI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai