Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN OBSERVASI

ANAK AUTIS

Dosen Pengampu:

Dra. Kasiyati, M.Pd.

Disusun Oleh:

SEFIRA DWI CAHYA NINGRUM

(19003104)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi ini
guna menyelesaikan tugas mata kuliah “Anak Autisme” tepat waktu. Sholawat
beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita ke alam yang berilmu pengetahuan.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah “Anak Autis” yang telah memberikan berbagai
masukan dan bimbingan selama mengikuti kegiatan pembelajaran guna membantu
dalam memahami pelajaran dan pembuatan laporan ini. Selanjutnya terima kasih juga
kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan laporan ini.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan yang mendasar pada
laporan ini, baik pada teknik penulisan maupun materi. Dengan demikian, penulis
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
laporan selanjutnya.

Pasaman Barat, September 2020

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................1

PENDAHULUAH.....................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................3

KAJIAN TEORI........................................................................................................3

A. Pengertian Anak Autis................................................................................3

B. Penyebab Anak Autis..................................................................................3

C. Gejala Anak Autis.......................................................................................4

D. Karakteristik Anak Autis.............................................................................5

BAB III......................................................................................................................7

HASIL OBSERVASI.................................................................................................7

A. Identitas Anak..........................................................................................7

B. Laporan Observasi...................................................................................7

BAB IV......................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................9

A. Kesimpulan..........................................................................................9

B. Saran....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAH

A. Latar Belakang

Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang menyangkut masalah


kognitif, komunikasi dan interaksi sosial. Istilah autis hingga saat ini masih banyak
masyarakat yang belum mengenal secara baik apa yang dimaksut dengan
penyandang autis, sehingga seringkali penyandang autisme dianggap tidak memiliki
kemampuan.
Autis merupakan kelainan perilaku penderita hanya tertarik pada aktivitas
mentalnya sendiri, seperti melamun atau berkhayal. Gangguan perilakunya dapat
berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, kesulitan dalam
mengembangkan bahasa dan pengulangan tingkah laku.
Autis pertama kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun 1943 oleh
seorang psikiatris Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia Menemukan sebelas anak
yang memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu tidak Mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan individu lain dan sangat tak Acuh terhadap lingkungan di luar
dirinya, sehingga perilakunya seperti tampak hidup di dunia sendiri. Hampir pada
seluruh kasus, autisme muncul saat anak lahir atau pada usia tiga tahun pertama.
Pada prinsipnya gangguan – gangguan yang terjadi diotak tidak dapat
disembuhkan. Jika anak autistik terlambat atau bahkan tidak mendapat intervensi
hingga dewasa, maka gejala autis bisa semakin parah. Hal ini yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya banyak kasus anak autis yang gagal dalam mengembangkan
kemampuan sosial dan komunikasi. Untuk itu, perlu dilakukan terapi secara dini,
terpadu, dan intensif sehingga Anak mampu bergaul layaknya anak – anak yang lain
yang tumbuh secara normal.
Sehubungan dengan itu penulis melaksanakan observasi menggunakan media
sosial untuk mengetahui bagaimana perilaku yang tampak pada anak autis. Oleh

1
2

karena ini laporan observasi kali ini, menjelaskan bagaimana gejala, karakteristik
dan bagaimana perilaku yang tampak pada anak autis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Yang Dimaksud Dengan Anak Autis?


2. Bagaimana Penyebab Anak Autis
3. Bagaimana Gejala Anak Autis?
4. Bagaimana Karakteristik Anak Autis?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Anak Autis


2. Untuk Mengetahui Penyebab Anak Autis
3. Untuk Mengetahui Gejala Anak Autis
4. Untuk mengetahui Karakteristik Anak Autis
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Anak Autis

Istilah “autisme” pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943,
selanjutnya ia juga memakai istilah “Early Infantile Autism”, atau dalam bahasa
Indonesianya diterjemahkan sebagai “Autisme masa kanak-kanak” . Hal ini untuk
membedakan dari orang dewasa yang menunjukkan gejala autisme seperti inisme‟
orientation/stateorientasi/keadaan. Maka autisme dapat diartikan sebagai kondisi
seseorang yang secara tidak wajar terpusat pada dirinya sendiri; kondisi seseorang
yang senantiasa berada di dalam dunianya sendiri (Nugraheni, 2016).
Autisme adalah gangguan perkembangan saraf berat yang dapat berpengaruh pada
cara seseorang untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan berperilaku. Penyandang
autisme tidak bisa melakukan hubungan dengan orang lain, serta kemampuannya
dalam menjalankan hubungan dengan orang lain terganggu karena ia tidak bisa untuk
berkomunikasi dan juga tidak memahami perasaan orang lain. Lebih jelas lagi
penyandang autisme memiliki gangguan Pada interaksi sosial, komunikasi (baik
verbal maupun non verbal), imajinasi, Pola perilaku repetitive dan resistensi terhadap
perubahan pada rutinitas (Biran & Nurhastuti, 2018).
Jadi gangguan spektrum autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang
kompleks dan berat menyangkut komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi
yang dapat dilihat pada anak sebelum umur 3 tahun (Larete et al., 2016).

B. Penyebab Anak Autis

Anak autisme disebabkan karena adanya gangguan pada sitem saraf pusat. Hal ini
terjadi karena adanya kelainan struktur otak yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan dibawah usia 3 bulan. Pada saat kehamilan tersebut mungkin ibu
mengalami atau terkena virus TORCH (tokso, rubella, cytomegali, herpes) atau

3
4

mungkin juga ibu mengonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya atau
menghirup bahan kimia yang mengandung racun, sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan sel otak anak (Rahayu, 2014).

C. Gejala Anak Autis

Beberapa gejala yang dapat diamati dan perlu diwaspadai menurut usia adalah
(Rahayu, 2014):
1. Usia 0-6 tahun
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitif cepat terganggu atau terusik
c. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
d. Tidak pernah terjadi kontak mata atau senyum secara sosial
e. Bila digendong mengepal tangan atau menegangkan kaki secara berlebihan
2. Usia 6-12 bulan
a. Kalau digendong kaku dan tegang
b. Tidak tertarik pada mainan
c. Tidak bereaksi terhadap suara atau kata
d. Selalu memandang suatu benda atau tangannya sendiri secara lama (akibat
terlambatnya dalam perkembangan motorik kasar dan halus)
3. Usia 2 sampai 3 tahun
a. Tahun tuh bersosialisasi terhadap anak-anak lain
b. Tidak ada kontak mata
c. Tidak pernah focus
d. Kaku terhadap orang lain
e. Senang digendong dan malas menggerakkan tubuhnya
4. Usia 4-5 tahun
a. Suka berteriak-teriak
b. Suka membawa atau memberikan suara orang atau mengeluarkan suara-suara
aneh
5

c. Gampang marah atau emosi apabila rutinitasnya diganggu dan kemauannya tidak
dituruti
d. Agresif dan mudah menyakiti diri sendiri

D. Karakteristik Anak Autis

Karakteristik anak autis yaitu:


1. Rendahnya kemampuan komunikasi dan interaksi sosial
2. Ketidak-mampuan berkomunikasi timbal balik
3. Mosi anak yang tidak stabil
4. Hiperaktif atau sangat pasif
5. Senang menyendiri
6. Tertawa atau cekikikan tanpa sebab
7. Tantrum dan menyakiti dirinya sendiri
8. Ketidakmampuan dalam perencanaan gerak
9. Mengalami gangguan sensori integrase
10. Perilaku yang tidak wajar disertai dengan gerakan yang berulang tanpa tujuan
(stereotif).
Menurut powers 1989 karakteristik anak autis adalah adanya enam yaitu masalah atau
gangguan di bidang komunikasi (Biran & Nurhastuti, 2018).
1. Pada bidang komunikasi anak autis lambat dalam perkembangan bahasa atau bisa
juga dikatakan tidak adanya perkembangan bahasa. Anak autis sering sekali
berbicara berulang-ulang tanpa ada arti dari kata tersebut. Anak autis pun suka
dan senang meniru atau membeo kata-kata atau nyanyian yang didengar tanpa ia
mengerti artinya
2. Masalah atau gangguan di bidang interaksi sosial. Pada bidang interaksi sosial
anak autis tidak memiliki kontak mata dan cenderung menghindari tatapan muka
atau mata dengan orang lain. Anak autis juga tidak tertarik bermain dengan teman
sebayanya dan lebih asyik bermain sendiri
6

3. Masalah atau gangguan di bidang sensoris. Pada bidang sensoris anak autis tidak
suka mendengar suara yang keras karena jika ia mendengar suara yang keras
maka dia akan menutup telinganya dan juga iya peka terhadap sentuhan dan tidak
suka dipeluk atau disentuh orang lain. Selain itu anak putih juga senang mencium-
cium atau menjilat-jilat mainan dan benda yang ada disekitarnya.
4. Masalah atau gangguan bidang emosi anak autis sering marah tanpa adanya
alasan yang jelas sering tertawa dan menangis tanpa alasan dapat mengamuk
kadang agresif dan merusak dan anak autis juga sering menyakiti dirinya sendiri.
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Identitas Anak

Nama : FAP
Tanggal Lahir : Selasa, 1 Januari 20213
Ayah : PAS
Ibu : IA
Status Persalinan : Normal
Berat : 2,9 kg
Panjang : 46 cm
Mengosumsi Asi : Ya (6 bulan secara eksklusif)

B. Laporan Observasi

Berdasarkan dari hasil observasi melalui YouTube, penulis mendapatkan


informasi bahwa ibu IA sebelum menikah terkena virus Cytomegali yaitu virus yang
menginfeksi tubuh dengan cara membuat sel membesar dua sampai tiga kali lipat
sampai akhirnya sel pecah dan mati tergabung dalam infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella). Ibu IA menganggap bahwa virus ini tidak akan
mengganggu kehamilannya jika pun mengganggu IA berpikir ini akan membuatnya
keguguran. Tapi ternyata ibu IA dapat hamil dan melahirkan pada usia kandungan 37
minggu 5 hari, dengan persalinan normal.
Ibu IA melahirkan anak perempuan yang diberi nama FAP. Saat lahir tidak
mengalami kelainan apapun bahkan lahir seperti anak pada umumnya. Saat usia 6
bulan sudah mengalami pertumbuhan gigi, saat usia 12 bulan sudah intensif dalam
merangkak dan merambat. Akan tetapi mengalami keterlambatan dalam berjalan. F
baru bisa berjalan saat usianya menginjak 16 bulan. Saat F dan ibunya pindah ke
Yogyakarta karena sang ibu melanjutkan studi setiap hari F dititipkan di PAUD dari

7
8

pukul 8 sampai 11. Butuh waktu 1 sampai 2 minggu hingga mampu beradaptasi di
sana.
Setelah beberapa lama guru PAUD merasa anak tersebut tidak dapat merespon
panggilan dan cenderung asik bermain sendiri. Pada titik ini guru menyarankan untuk
membawa F ke klinik tumbuh kembang anak. Pada Januari 2015 orang tua F
membawanya ke klinik tumbuh kembang untuk melakukan asesmen yang pertama.
Hasil pemeriksaan pertama menggunakan Danver II, F diduga mengalami gangguan
neurologis ke arah ASD (autis spectrum disorder). Setelah itu orang tua F membawa
F untuk terapi. Akan tetapi terapi pertama ini dilakukan secara tidak serius karena
orang tua F menganggap bahwa anaknya baik-baik saja.
Menginjak usia 3,5 tahun, F pindah ke Surabaya saat itu F kembali menjalani
pemeriksaan. Saat di klinik dokter mengatakan bahwa F mengalami ASD dalam
spektrum yang ringan. F melanjutkan terapi okupasi berbasis sensori integrasi dan
setelah itu terapi wicara. Pada tahun 2017, F sekeluarga pindah ke Jakarta kemudian
masuk ke TK A dengan didampingi shadow teacher yang disediakan sekolah. Setelah
itu F kembali mengikuti terapi dengan terapis yang telah terintegrasi. Pada 7 Mei
2018, F melakukan asesmen kelima di klinik RHE. Hasil pemeriksaan kali ini dokter
berani menegakkan diagnosa ASD pada F, karena pada saat itu usia sudah 5 tahun
lebih. Dokter tersebut mengatakan F cenderung dekat ke jenis ASD- PDD NOS
(sesuai DSM IV), Namun karena jenis spectrum autism sudah dihapuskan di DSM V,
F termasuk level 1 untuk kategori ringan.
Dari hasil observasi tersebut perilaku yang tampak pada F yaitu kehilangan
kontak mata, berkurangnya kemampuan komunikasi dua arah, dan cenderung suka
bermain sendiri. Terapi yang diberikan kepada F adalah terapi okupasi (sensori
integrasi), dan juga terapi wicara.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Autis pertama kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun 1943 oleh
seorang psikiatris Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia Menemukan sebelas anak
yang memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu tidak Mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan individu lain dan sangat tak Acuh terhadap lingkungan di luar
dirinya, sehingga perilakunya seperti tampak hidup di dunia sendiri. Hampir pada
seluruh kasus, autisme muncul saat anak lahir atau pada usia tiga tahun pertama.
Anak autisme disebabkan karena adanya gangguan pada sitem saraf pusat. Hal ini
terjadi karena adanya kelainan struktur otak yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan dibawah usia 3 bulan. Pada saat kehamilan tersebut mungkin ibu
mengalami atau terkena virus TORCH (tokso, rubella, cytomegali, herpes) atau
mungkin juga ibu mengonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya atau
menghirup bahan kimia yang mengandung racun, sehingga dapat mengganggu
pertumbuhan sel otak anak.
Hasil observasi tersebut perilaku yang tampak pada F yaitu kehilangan kontak
mata, berkurangnya kemampuan komunikasi dua arah, dan cenderung suka bermain
sendiri. Terapi yang diberikan kepada F adalah terapi okupasi (sensori integrasi), dan
juga terapi wicara.

B. Saran

Demikian pembahasan dalam makalah ini penulis sampaikan. Semoga makalah


ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan para pembaca. Penulis menyarankan
apabila terdapat kesalahan penulisan yang tidak disengaja semoga pembaca akan
mengangkat kembali tema penulisan makalah ini dan dapat memperbaikinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Biran, M. I., & Nurhastuti. (2018). PENDIDIKAN ANAK AUTISME (Tim Pena (ed.);
Vol. 6, Issue 1). Goresan Pena.

Larete, I. J., Kandou, L. F. J., & Munayang, H. (2016). Pola asuh pada anak
gangguan spektrum autisme di sekolah autis, sekolah luar biasa dan tempat
terapi anak berkebutuhan khusus di Kota Manado dan Tomohon. E-CliniC, 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.12660

Nugraheni, S. A. (2016). Menguak Belantara Autisme. Buletin Psikologi, 20(1–2), 9–


17. https://doi.org/10.22146/bpsi.11944

Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis. Jurnal
Pendidikan Anak, 3.

10

Anda mungkin juga menyukai