Oleh;
Moto;
Kemauan dan keyakinan (willing and belief) adalah kunci dalam proses
pengembangan diri dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Persembahan;
Laporan ini kami persembahkan
untuk:
1. Almamater
2. Orang Tua
3. Guru dan teman, dan
4. Pembaca yang budiman
BAB I
Pendahuluan
1. Hipotesis
- - konsetrasi asam dapat ditentukan dengan percobaan titrasi
asam basa
- - penentuan jenis larutan dapat dilakukan dengan percobaan
perkiraan ph dengan indikator tertentu.
- - reaksi warna pada larutan yang diujikan berbeda-beda sesuai
dengan ketentuan indikator.
BAB II
Dasar Teori
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Adi Gunawan : 2004)
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut. (Umi L Baroroh :2004 )
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain: 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalen”.
1. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak
seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang
terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein. (J.E. Bredy : 1999)
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
METODOLOGI PENELITIAN
a.
3.3 Prosedur Kerja
Analisis Data
Pada percobaan titrasi ini kami menentukan konsentrasi HCl
dengan cara mentitrasikannya dengan NaOH hingga berubah warna
menjadi merah muda (titik ekuivalen). Pada pengulangan satu kami
mendapatkan volume NaOH sebesar 1,5 ml. Pada pengulangan dua
mendapatkan volume NaOH sebesar 1,7 ml. Dan pada proses
percobaan pengulangan satu dan dua menggunakan PP
(phenolphthalein) sebanyak 1 tetes.
Dengan menggunakan rumus:
V 1 +V 2 +V 3
V rata−rata=
3
Pembahasan :
Pada percobaan ini larutan yang akan kami tentukan konsentrasinya adalah
HCl, larutan NaOH dan tambahan phenophtalein sebagai indikatornya, volume
NaOH yang dihasilkan sebagai indikator tidak sama yaitu 1,5 ml pada
pengulangan pertama dan 1,7 ml pada pengulangan kedua. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari tidak berwarna menjadi merah muda, pada pengulangan
pertama dengan NaOH sebanyak 1,5 ml dan HCl sebanyak 10 ml menghasilkan
warna merah muda sedangkan pada pengulangan kedua dengan NaOH sebanyak
1,7 ml serta HCl sebanyak 10 ml warna merah mudanya sedikit lebih gelap dari
percobaan pertama, berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui
sesuai dengan teoritis yang ada bahwa percobaan pertama lebih tepat dengan
menggunakan NaOH sebanyak 1,5 ml dan PP sebanyak 1 tetes karena
menghasilkan warna merah muda yang akurat sehingga menunjukkan ketepatan
warna larutan pada acuan titik ekuivalen.
Analisis data :
Nilai pH 8 2 1 6 2
2 B Warna Tak Merah Merah Kunin Orange
indikator berwarn (asam) (asam) g (netral)
a (asam ≤5
(netral )
Nilai pH 8 3 2 5 1
3 C Warna Merah Kuning Kuning Biru Biru pekat
indikator keungua (basa) (basa) (basa (netral)
n (netral ) 9 – 13
Nilai pH 10 5 6,5 9 13
4 D Warna Pink Kuning Kuning Biru Biru
indikator cenderu (basa) (basa) (basa (netral)
ng tak ) 10-12
berwarn
a(netral
Nilai pH 8 5 6,5 10 12
5 E Warna Tak Kuning Kuning Kunin Biru
indikator (netral) (netral) g (netral) 7,0
berwarn
(netra
a l)
(netral)
Nilai pH 9 4 5 7 12
Pembahasan :
Dari percobaan 1 yang telah saya lakukan bersama kelompok yang
menguji larutan A, B, C, D, dan E dengan kertas lakmus sebagai indikator.
Didapatkan hasil sebagai berikut:
Larutan A dan B bersifat asam karena lakmus merah berubah
menjadi merah dan lakmus biru menjadi merah larutran A memiliki PH 3
dan B memiliki pH 2. Sedangkan larutan E merupakan larutan yang
bersifat netral karena kertas lakmus merah dan biru tidak mengalami
perubahan warna. Larutan E memiliki pH=7. Kemudian larutan C dan D
bersifat basa karena lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru menjadi
biru. Larutan C memiliki PH 9 dan D memiliki pH 10.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis
atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan tentang titrasi asam basa harus di
perhatikan sungguh-sungguh saat asisten dosen menjelaskan tentang cara
melakukan percobaan tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan serta alat yang
akan digunakan dalam percobaan ini harus dikeringkan terlebih dahulu, sebab jika
tidak maka akan mempengaruhi konsentrasi dari suatu larutan serta dalam
menuangkan beberapa indikator ke dalam pelat tetes yang telah berisi beberapa
larutan harus dilakukan secara terampil agar indikator tidak tumpah ke dalam
larutan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ruangguru.com/apa-itu-titrasi-asam-basa
https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/
https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi