Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BIOLOGI

TITRASI DAN RANGE PH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


Mapel Kimia
Guru: Dra. Hj. Satri Fatmawati, M.Pd

Oleh;

Zilva Karimah Azahra

SMA NEGERI 1 KENDAL


Jl. Raya Soekarno Hatta, Kendal
Maret, 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah kepada penulis, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan yang berarti.
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu
Mapel Kimia tentang Titrasi Asam-Basa dan Range PH . Selain itu juga
melatih siswa untuk membudayakan menulis laporan. Pada proses
penyusunan laporan ini, berbagai pihak yang terlibat. Pada kesempatan
yang baik ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bpk Sunarto, S.Pd, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Kendal yang
telah memberikan izin dan menyediakan fasilitas dalam proses
penyusunan laporan,
2. Ibu Dra. Hj. Satri Fatmawati, M.Pd selaku pembimbing dan sekaligus
guru mapel Kimia,
3. Bpk Nur Hanif Laili, S.Ag selaku wali kelas yang telah memotivasi
kami,
4. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
proses penyusunan laporan ini,
5. Pihak-pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Semoga, segala bantuan baik berupa material dan nonmaterial
mendapatkan balasan yang setimpal.

Kendal, Maret 2019


Penulis
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto;
Kemauan dan keyakinan (willing and belief) adalah kunci dalam proses
pengembangan diri dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Persembahan;
Laporan ini kami persembahkan
untuk:
1. Almamater
2. Orang Tua
3. Guru dan teman, dan
4. Pembaca yang budiman
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi


merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya
suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis
bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui
kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan
konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan di dalam
labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” atau “titrat”  dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa
maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside alkalimetri, titrasi redox
untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya.
Indikator adalah suatu senyawa yang dapat memberikan warna
berbeda dalam suasana yang berbeda, misalnya lakmus yang dalam
suasana asam berwarna merah sedangkan dalam suasana basa
berwarna biru.
Di sekitar kita, terdapat beberapa zat warna alami yang dapat
digunakan sebagai indikator, seperti kunyit, ekstrak daun mahkota bunga
berwarna, dengan syarat dapat mengalami perubahan warna dalam
suasana yang berbeda.
Dengan indikator, kita dapat menentukan suatu larutan
bersifat asam, basa, atau netral. Dengan indikator universal kita dapat
menentukan pH suatu larutan. Indikator universal adalah campuran dari
beberapa macam indikator yang telah distandarisasi warnanya pada pH 0-
14. Oleh karena itu, dengan mencocokkan warna indikator universal
dalam suatu larutan dengan warna standart, kita dapat memperkirakan pH
larutan tersebut.
Di laboratorium, terdapat beberapa indikator misalnya phenolptalien
(PP), brom timol biru (BTB), metil merah (MM), metil jingga (MJ) dengan
trayek perubahan tertentu.
Warna indikator berubah secara gradual. Indikator lakmus
berwarna merah dalam larutan yang memiliki  pH sampai dengan 5,5 dan
berwarna biru dalam larutan yang memiliki pH lebih dari 8, sedangkan
dalam larutan yang pH-nya antara 5,5-8, warna lakmus adalah kombinasi
dari kedua warna tersebut, yaitu berubah dari merah menjadi ungu
kemudian menjadi biru. Batas-batas pH ketika indikator mengalami
perubahan warna, kita sebut dengan trayek perubahan warna indikator,
dan dengan memperhatikan trayek pH perubahan warna indikator
tersebut, kita dapat memperkirakan harga pH suatu larutan.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana cara menghitung konsentrasi asam dengan percobaan titrasi


asam basa?

- Bagaimana cara menenetukan jenis larutan dengan varian indikator


tertentu?

- jenis larutan apa yang termasuk asam ?

- jenis larutan apa yang termasuk basa ?

- jenis larutan apa yang termasuk netral ?

1. Hipotesis
- - konsetrasi asam dapat ditentukan dengan percobaan titrasi
asam basa
- - penentuan jenis larutan dapat dilakukan dengan percobaan
perkiraan ph dengan indikator tertentu.
- - reaksi warna pada larutan yang diujikan berbeda-beda sesuai
dengan ketentuan indikator.
BAB II
Dasar Teori

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang
biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik
akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik
akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Adi Gunawan : 2004)

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan  konsentrasi titer maka bisa
dihitung konsentrasi titran tersebut. (Umi L Baroroh :2004 )

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu


contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium
hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya
sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq)    NaCl(aq) + H2O(l)

contoh lain yaitu:

NaOH(aq) + H2SO4(aq)      Na2SO4(aq) + H2O(l)


Gambar set alat titrasi

A. Cara mengetahui titik ekuivalen

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa,
antara lain: 1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama
titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalen”.

1. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan
berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun tidak
seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan warna yang
terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein. (J.E. Bredy : 1999)
              

Sebelum mencapai titik ekuivalen              Setelah mencapai titik ekuivalen

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna


indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. ( Adi Gunawan : 2004)

B. Rumus Umum Titrasi

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan


volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH
bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan
standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.[1]

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren


Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa
p berasal dari singkatan untuk powerp[2] (pangkat), yang lainnya merujuk
kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat)[3], dan ada pula
yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah
karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah
tetapan yang berarti "logaritma negatif"[4].

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan


sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat
asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa
atau alkali. (Wikipedia)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum percobaan melde ini dilakukan pada :

Hari, tanggal : Rabu, 23 Januari 2019

Waktu : 08.30 – 10.00

Tempat : Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Kendal

3.2 Alat dan Bahan

Percobaan Titrasi Asam - Basa


a. Buret
b. Statif dan klem statif
c. Elenmeyer
d. Pipet tetes
e. HCl
f. NaOH 0,5 M
g. Larutan Phenoftalin (pp)

Percobaan Menentukan Range PH

a.
3.3 Prosedur Kerja

Percobaan Titrasi Asam - Basa


1. -----
Percobaan Menentukan Range PH
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data (hasil penelitian) percobaan titrasi asam basa

Percobaan Volume HCl Volume NaOH 0,5 M (ml) Jumlah PP


1 10 ml 1,5 1 tetes
2 10 ml 1,7 1 tetes
 Volume rata-rata NaOH yang diperlukan adalah 1,6 ml
 Perhitungan konsentrasi HCl
V1M1 = V2M2
10 . M1 = 1,6 . 0,5
10 M1 = 0,8
M1 = 0.08 M
 Persamaan reaksinya = HCl + NaOH NaCl + H2O

 Analisis Data
Pada percobaan titrasi ini kami menentukan konsentrasi HCl
dengan cara mentitrasikannya dengan NaOH hingga berubah warna
menjadi merah muda (titik ekuivalen). Pada pengulangan satu kami
mendapatkan volume NaOH sebesar 1,5 ml. Pada pengulangan dua
mendapatkan volume NaOH sebesar 1,7 ml. Dan pada proses
percobaan pengulangan satu dan dua menggunakan PP
(phenolphthalein) sebanyak 1 tetes.
Dengan menggunakan rumus:

V 1 +V 2 +V 3
V rata−rata=
3

Diperoleh volume rata-rata NaOH sebesar 1,6 ml. Sehingga dapat


dihitung Konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus :
V1 M1 n = V2 M2 n
Dan diperoleh Molaritas HCl sebesar 0,08 M

 Pembahasan :

o Kami melakukan percobaan titrasi asam basa meliputi percobaan


menentukan konsentrasi larutan HCl dengan NaOH (ditambah indikator
phenophtalein).

Pada percobaan ini larutan yang akan kami tentukan konsentrasinya adalah
HCl, larutan NaOH dan tambahan phenophtalein sebagai indikatornya, volume
NaOH yang dihasilkan sebagai indikator tidak sama yaitu 1,5 ml pada
pengulangan pertama dan 1,7 ml pada pengulangan kedua. Perubahan warna yang
terjadi adalah dari tidak berwarna menjadi merah muda, pada pengulangan
pertama dengan NaOH sebanyak 1,5 ml dan HCl sebanyak 10 ml menghasilkan
warna merah muda sedangkan pada pengulangan kedua dengan NaOH sebanyak
1,7 ml serta HCl sebanyak 10 ml warna merah mudanya sedikit lebih gelap dari
percobaan pertama, berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui
sesuai dengan teoritis yang ada bahwa percobaan pertama lebih tepat dengan
menggunakan NaOH sebanyak 1,5 ml dan PP sebanyak 1 tetes karena
menghasilkan warna merah muda yang akurat sehingga menunjukkan ketepatan
warna larutan pada acuan titik ekuivalen.

Indikator warna acuan pada titik


ekuivalen
4.2 Data (hasil penelitian) percobaan menentukan range PH

Indikato Traye Perubah Warna Warna Warna Warna Warna


r k PH an larutan A larutan larutan larutan D larutan
Warna B C E
PP 8,0 – Tak Tak Tak Merah Pink Tak
10,0 berwarna berwarna berwarn keungua cenderu berwarn
- merah a n ng tak a
berwarn
a
MO 3,1 – Merah - Merah Merah Kuning Kuning Kuning
4,4 kuning
MR 4,2 – Merah - Mer Merah Kuning Kuning Kuning
6,2 kuning ah
BTB 6,0 – Kuning - Kuning Kuning Biru Biru Kuning
7,6 biru
Lakmus 6,0 – Merah - Merah Merah Biru Biru Netral
(Merah 8,0 biru
dan
Biru)
Kertas 1,0 – Merah - Merah Orange Biru Biru Biru
Univers 13,0 biru pekat
al

Analisis data :

No Larutan Lakmus merah Lakmus biru Perkiraan pH


1. A Merah Merah 3
2. B Merah Merah 2
3. C Biru Biru 9
4. D Biru Biru 10
5. E Merah ( Netral) Biru (Netral) 7
No Larutan PP MO MR BTB Kertas Perkir
Universal aan
pH
1 A Warna Tak Merah Merah Kunin Merah
indikator berwarn (asam) g (asam)
a (netr ≤5
(netral) (asam) al)

Nilai pH 8 2 1 6 2
2 B Warna Tak Merah Merah Kunin Orange
indikator berwarn (asam) (asam) g (netral)
a (asam ≤5
(netral )

Nilai pH 8 3 2 5 1
3 C Warna Merah Kuning Kuning Biru Biru pekat
indikator keungua (basa) (basa) (basa (netral)
n (netral ) 9 – 13

Nilai pH 10 5 6,5 9 13
4 D Warna Pink Kuning Kuning Biru Biru
indikator cenderu (basa) (basa) (basa (netral)
ng tak ) 10-12
berwarn
a(netral
Nilai pH 8 5 6,5 10 12
5 E Warna Tak Kuning Kuning Kunin Biru
indikator (netral) (netral) g (netral) 7,0
berwarn
(netra
a l)
(netral)
Nilai pH 9 4 5 7 12
Pembahasan :
Dari percobaan 1 yang telah saya lakukan bersama kelompok yang
menguji larutan A, B, C, D, dan E dengan kertas lakmus sebagai indikator.
Didapatkan hasil sebagai berikut:
Larutan A dan B bersifat asam karena lakmus merah berubah
menjadi merah dan lakmus biru menjadi merah larutran A memiliki PH 3
dan B memiliki pH 2. Sedangkan larutan E merupakan larutan yang
bersifat netral karena kertas lakmus merah dan biru tidak mengalami
perubahan warna. Larutan E memiliki pH=7. Kemudian larutan C dan D
bersifat basa karena lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru menjadi
biru. Larutan C memiliki PH 9 dan D memiliki pH 10.

Dari percobaan 2 yang kami lakukan dengan menggunakan


beberapa indikator seperti bromtinol biru, metil jingga, metil merah dan
fenolftalein didapatkan hasil sebagai berikut :
Larutan A ketika ditetesi PP tak berwarna, ditetesi metil MO
berwarna merah, ditetesi MR berwarna merah, ditetesi BTB berwarna
kuning dan diuji kertas universal menjadi berwarna merah. Larutan A
memiliki perkiraan pH ≤ 5 (asam).
Larutan B ketika ditetesi PP tak berwarna, ditetesi metil MO
berwarna merah, ditetesi MR berwarna merah, ditetesi BTB berwarna
kuning dan diuji kertas universal menjadi berwarna orange. Larutan B
memiliki perkiraan pH ≤ 5 (asam).
Larutan C ketika ditetesi PP merah keunguan , ditetesi metil MO
berwarna kuning, ditetesi MR berwarna kuning, ditetesi BTB berwarna
biru dan diuji kertas universal menjadi berwarna biru pekat. Larutan C
memiliki perkiraan pH 7,6 – 13 (basa).
Larutan D ketika ditetesi PP berwarna pink cenderung tak
berwarna, ditetesi metil MO berwarna kuning, ditetesi MR berwarna
kuning, ditetesi BTB berwarna biru dan diuji kertas universal menjadi
berwarna biru. Larutan D memiliki perkiraan pH 7,6-10 (basa)
Larutan E ketika ditetesi PP tak berwarna, ditetesi metil MO
berwarna kuning, ditetesi MR berwarna kuning, ditetesi BTB berwarna
kuning dan diuji kertas universal menjadi berwarna biru. Larutan E
memiliki perkiraan pH 7 (netral).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis
atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya.

2. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator


yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin.
3. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai
“titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” atau “titrat”  dan biasanya diletakkan di dalam “buret”.

4. Dalam menentukan pH digunakan beberapa indikator karena setiap


indikator mempunyai trayek perubahan warna yang berbeda.
5. Indikator yang digunakan dalam menentukan pH antara lain lakmus
merah dan biru, fenolftalein (PP), metil orange (MO), dan
bromtimol biru (BTB), Metil Merah (MR) dan kertas universal.
6. Sifat larutan yang diuji berbeda-beda, yaitu bersifat asam, basa dan
netral.
7. Suatu larutan memiliki pH yang berbeda. Larutan asam pH < 7 ;
larutan basa pH > 7 ; larutan netral pH = 7.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan tentang titrasi asam basa harus di
perhatikan sungguh-sungguh saat asisten dosen menjelaskan tentang cara
melakukan percobaan tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan serta alat yang
akan digunakan dalam percobaan ini harus dikeringkan terlebih dahulu, sebab jika
tidak maka akan mempengaruhi konsentrasi dari suatu larutan serta dalam
menuangkan beberapa indikator ke dalam pelat tetes yang telah berisi beberapa
larutan harus dilakukan secara terampil agar indikator tidak tumpah ke dalam
larutan yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ruangguru.com/apa-itu-titrasi-asam-basa

https://www.studiobelajar.com/titrasi-asam-basa/

1. ^ Compendium for basal practice in biochemistry, 2008 ed.. Aarhus University


2. ^ \ publisher=Sci-Tech Dictionary "titrand" Periksa nilai |url= (bantuan).

https://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi

Anda mungkin juga menyukai