Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan lembaga keuangan dan perbankan yang semakin pesat dengan

berbagai jenis produk dan sistem usaha telah menciptakan suatu sistem dan

pesaingan baru antar dunia perbankan maupun antar lembaga keuangan. Fenomena

nyata ini mau tidak mau menuntut manajer keuangan bank untuk lebih antisipatif

dalam menggerakan investasi dunia perbankan yang tepat sasaran, memberikan

keuntungan, inovasi dan memudahkan dengan tidak keluar dari koridor bingkai

syari’ah dunia perbankan.

Lembaga keuangan diatur dalam Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan juncto UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

juncto UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Ashari 2008: 15), sementara

untuk perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

(Mardani, 2015: 2) dalam UU terakhir ini tersirat bahwa prinsip syariah dalam

perbankan syariah meliputi aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank

dan pihak lain untuk melakukan penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha,

atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan

berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).1

1
Anshari, Abdul Ghafur. 2008. Penerapan Prinsip Syariah dalam
Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah salah satu lembaga keuangan

perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah

ataupun muamalah islam.

Keberadaan Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan memiliki prospek yang

cukup menjanjikan dikarenakan selain merupakan Bank milik Pemda juga memiliki

produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat

menengah kebawah. PT. BPRS Bahari Berkesan yang beroperasi dengan prinsip

syariah yang cocok dengan struktur masyarakat kota Ternate khususnya dan Maluku

Utara umumnya yang mayoritas muslim, namun demikian konsep perbankan syariah

yang dibangun adalah konsep syariah yang universal sehingga tidak terbatas kepada

nasabah yang beragama Islam saja namun terbuka untuk semua agama, yang

terpenting adalah transaksi yang dijalankan, sumber dana dan usaha yang dibiayai

tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam.

Sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan PT. BPRS

Bahari Berkesan semakin meningkat terbukti dengan bagaimana masyarakat mulai

memanfaatkan produk-produk PT. BPRS Bahari Berkesan.

Bagi masyarakat yang ingin meninggalkan sistem riba dan beralih ke sistem

syariah PT. BPRS dapat menjadi pilihan, karena di kolala menganut prinsip

keterbukaan dan keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Sehingga

dengan adanya PT. BPRS Bahari Berkesan diharapkan memiliki andil yang cukup

signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi islam. Hal ini terbukti dengan

2
banyaknya jumlah rekening yang melakukan transaksi baik simpanan maupun

pembiayaan.

Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari’ah untuk

mobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk

menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha.

Mudharabah merupakan salah satu aqad kerjasama kemitraan berdasarkan prinsip

profit and loss sharing, dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana pihak

pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan pihak kedua

memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas pengelolaan dana/manajemen

usaha halal tertentu disebut mudharib.

Secara substansi akad mudharabah merupakan kolaborasi yang

menggabungkan antara harta dengan usaha (kerja) dalam sebuah kegiatan ekonomi

yang saling melengkapi untuk merealisasikan laba bagi pemilik modal dan juga bagi

pengelola modal secara bersamaan.

Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang

diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola

dana. Distribusi pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada aqad mudharabah,

dimana pembagian hasil usaha didasarkan pada nisbah yang telah disepakati di awal

akad. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis 2

(bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan
2
.( Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: UII
Press, 2002, Hal. 32 )

3
menanggung kerugian manakala mudharib akan menanggung kerugianmanagerial

skilldan waktu serta nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya. Pihak

yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha adalah “selalu mudharib”, karena

salah satu aturan dalam prinsip mudharabah mutlaqah pemilik dana memberi kuasa

penuh kepada mudharib untuk mengelola dana untuk mendapatkan hasil usaha:

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dengan

secara sederhana rumusan pokok masalah ini adalah ;

1. Apa pengertian dari mudharabah ?

2. Bagaimana mekanisme prodak mudharabah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme prodak

mudharabah pada PT. Bank BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate.

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Untuk memberikan masukan bagi pihak perbankan terkait dengan prodak

mudharabah PT. Bank BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate

4
2. Secara Praktis

Secara Praktis dapat memberikan masukan dan rujukan bagi penelitian

kemudian terkait dengan judul tersebut

E. Metodologi penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Bank BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate

pada saat kegiatan Pelatihan Praktikum Profesi Jurusan Syariah Diploma

Tiga (D3). Jurusan Syariah. Penelitian di laksanakan selama 1 (satu)

bulan, terhitung pada tanggal 17 juni-12 Juli 2019.

2. Metode Pengelolaan Data

Data yang terkumpul ditinjau kembali untuk mengetahui kelengkapan dan

ketepatan data tersebut, kemudian data dikelompokkan berdasarkan

masalah penelitian dan kategorinya. Data tersebut kemudian dianalisa

secara kualitatif untuk menggambarkan tentang “Mekanisme Prodak

Mudharabah PT. Bank BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate

3. Sumber Data

a) Data primer

Yaitu data langsung atau data yang didapat dari pengamatan

terhadap objek yang diteliti.

b) Data Sekunder

5
Yaitu data yang diperoleh dari pihak luar bank dan data-data yang

berkaitan dengan tulisan ini

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung

pada PT. Bank BPRS Kota Ternate

b. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada pihak bank secara langsung data yang

dijadikan sebagai sumber pemasalahan.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara menelaah dari dokumen dari PT.

Bank BPRS Kota Ternate

5. Teknik Analisis Data

Keseluruhan data-data yang penulis kumpulkan akan dianalisa secara

deskriptif, kualitatif, dengan penjelasan terhadap data-data Produk

Mudharabah Pada PT. Bank BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate.

Metode analisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisa data kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu

menggambarkan makna data atau fenomena yang ditangkap peneliti

dengan mengajukan bukti-bukti melalui observasi, wawancara, dan

dokumen.

6
F. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan

apabila terjadi kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si

pengelola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena

kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik

modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga keahlian yang telah dicurahkan.

Apabila kerugian karena kelalian dan kecurangan pengelola, maka pengelola

bertanggungjawab sepenuhnya

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pengertian akad

adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lainnya yang

memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip

Syariah.

Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling

menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk

diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentkan dari keuntungan, seperti

setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

7
G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari empat bab sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Teori : Bab ini menjelaskan tentang pengertian mudharabah,

landasan hukum mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, jenis-jenis

mudharabah, fatwa DSN-MUI, prodak-prodak mudharabah.

Bab III Pembahasan dan Analisis : Bab ini mengemukakan pembahasan

dan analisis isi laporan selama dilokasi penelitian.

Bab IV Penutup : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang

diharapkan menjadi sumbangan berharga bagi pembaca.3

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharaba, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hal 136

8
memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu penabung

disebut mudharib. Mudharib sebagaimana enterpreneur adalah sebagian orang-orang

yang melakukan darb (perjalanan) untuk mencari karunia Allah dari keuntungan

investasinya.1

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan

apabila terjadi kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si

pengelola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena

kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik

modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga keahlian yang telah dicurahkan. 4

Apabila kerugian karena kelalian dan kecurangan pengelola, maka pengelola

bertanggungjawab sepenuhnya. 2

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105 tentang

Akuntansi Mudharabah, dijelaskan karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:

4
Didiek Ahmad Sepadie, Sistem Lembaga Keangan Ekonomi Syariah Cet 1, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hal 55
5
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah Cet 4,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 60-61)
6
Rizal Yaya,et al, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Edisi 2, Jakarta:
Selemba Empat, 2014, h. 115. )

9
a. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik

dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut

kesepakatan di muka.

b. Jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh

pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh

pengelola dana (mudharib) seperti penyelewengan, kecurangan, dan

penyalahgunaan dana.

c. Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqoh (investasi

tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat).

d. Mudharabah muthlaqoh adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam

pengelolaan investasinya.

e. Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana

memberikan batasan kepada pengelola dana (mudharib) mengenai

tempat,cara, dan obyek investasi. Sebagai contoh, pengelola dana(mudharib)

dapat diperintahkan, yakni:

a. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya.

b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan,

tanpa penjamin, atau tanpa jaminan.

c. Mengharuskan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan

investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga.

10
f. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana

(mudharib). Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana yang disalurkan

disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana

(mudharib) maka dana yang diterimanya adalah sebagai berikut:

a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan

investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah.

b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam necara sebagai

investasi tidak terikat.3

B. Landasan Hukum Mudharabah

1. Al-Qur’an5

Akad mudharabah diperbolehkan dalam Islam bertujuan untuk saling

membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli dalam

memutarkan (usaha/dagang).

Allah SWT berfirman:

Berdasarkan Q.S Al-Muzammil 20






Artinya:

5
Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Lembaga Keuangan Islam ,
Yogyakarta: Kaukaba, 2014,h.123.

11
“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia

Allah SWT dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan

Allah.”

Berdasarkan Q.S Al-Jumuah 10








Artinya :

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka

bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung.”4

2. Al-Hadist

 H.R.Thabrani

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul

Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia

mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, munuruni

lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan

tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut.

Disampaikanlah syarat- syarat tersebut kepada Rasullullah saw. dan

Rasullullah pun membolehkannya. (H.R.Thabrani)

 HR. Ibnu Majjah No 2280, kitab Tijarah

12
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasullullah saw. bersabda, “Tiga

hal yang didalamnya terdapat keberkatan:jual beli secara tangguh,

muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung

keperluan rumah, bukan untuk dijual.” 5

3. Ijma

Mudharabah telah ada sejak masa jahiliyah dan pada masa islam tetap

dibenarkan sebagai praktek. Ibnu Hajar mengatakan :

“Yang kita pastikan adalah bahwa mudharabah telah ada pada masa

Nabi SAW. Beliau mengetahui dan mengakuinya. Seandainya tidak

demikian, niscaya ia sama sekali tidak boleh.”

Para sahabat banyak melakukan akad mudharabah dengan cara

memberikan harta anak yatim sebagai modal kepada pihak lain, dan tidak

ada riwayat yang mengatakan bahwa para sahabat yang lain

mengingkarinya. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan sebagai ijma.

C. Rukun dan Syarat Mudharabah

Adapun Rukun mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Pelaku, terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana

b. Objek Mudharabah berupa modal dan kerja

c. Ijab Qabul atau Serah Terima

d. Nisbah Keuntungan

Ketentuan Syariah adalah sebagai berikut:

1. Pelaku

13
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.

b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukaan sesama muslim atau dengan non

muslim.

c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh

mengawasi

2. Objek Mudharabah (Modal dan Kerja)

Objek mudharabah konsekuensi logis dengan dilakukannya akad mudharabah.

a. Modal

1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai

sebesar nilai wajar) harus jelas jumlah dan jenisnya.6

2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti

pemilik dana tidak memberikan kontribusi apapun padahal pengelola

dana harus bekerja.

3) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat

dibedakan dari keuntungan.

4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali

modal mudharabah dan apabila terjadi maka dianggap terjadi

pelanggaran kecuali atas ijin dari pemilik dana.

b. Kerja

1) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, keterampilan,

seliing skill, management skill dan lain-lain.


Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah,
6

Yogyakarta:UII Press Yogyakarta, 2009,h.102

14
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh

pemilik dana

3) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah

4) Pengelola harus mematuhi semua ketetapan yang ada dalam kontrak

5) Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan

pelanggaran terhadap kesepakatan,pengelola dana sudah menerima

modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapat

imbalan/ganti rugi/upah.

3. Ijab Qabul

Ijab Qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak-pihak

pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis, melalui korespondensi atau

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

4. Nisbah keuntungan

a. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan,

mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang

bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapat

imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui

dengan jelas oleh kedua pihak mengenai cara pembagian keuntungan.

b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

c. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan dengan

menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.6

Sedangkan syarat bagi mudharabah yaitu:

15
1) Pihak yang terkait dalam akad harus cukup hukum.

2) Syarat dana (modal) yang digunakan harus berbentuk uang (bukan

barang) jelas jumlahnya, tunai (bukan berbentuk hutang) dan

langsung diserahkan kepada mudharib.

3) Keuntungan dibagi dengan jelas sesuai dengan nisbah yang

disepakati bersama diawal.7

D. Jenis-jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua jenis yaitu mudharabah

mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Adapun pengertiannya adalah sebagai

berikut:

1. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah mutlaqah yaitu pengelola diberi kuasa penuh untuk

menjalankan usahanya tanpa larangan/gangguan apapun hal-hal yang

berkaitan dengan usaha tersebut dan tidak terikat dengan waktu, tempat,

jenis, perusahaan, dan pelanggan. Dalam hal ini, pemilik dana memberikan

kewenangan yang sangat luas kepada pengelola dana untuk menggunakan

dananya yang diinvestasikan.

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah yaitu pemilik dana (shahibul maal)

membatasi/memberi syarat kepada pengelola (mudharib) dalam

pengelolaan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan kegiatan di

bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Bank dilarang

16
mencampurkan rekening investasi terikat dengan dana rekening lainnya

pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada transaksi

penjualan cicilan tanpa penjamin atau jaminan. Bank diharuskan

melakukan investasi sendiri tidak melalui pihak ketiga. Jadi, dalam

invetasi terikat ini pada dasarnya kedudukan bank sebagai agen saja atas

kegiatannya tersebut bank menerima imbalan berupa fee.7

a. Al mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restriced

invesment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat

tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan

digunakan untuk bisnis tertentu atau disyaratkan digunakan dengan

akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

b. Al-mudharabah muqayyadah of balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah

langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai

perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana

dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-

syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan

usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.7

E. Fatwa DSN-MUI tentang Pembiayaan Mudharabah

Sri Nurhayati , Wasilain, Akutansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: Selemba Empat, 2013, h.
77

132-133

17
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Pembiayaan Mudharabah Menimbang, Mengingat, Memperhatikan,

Memutuskan, Menetapkan: tentang Pembiayaan Mudharabah:

Pertama Ketentuan Pembiayaan:

1) Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS

(Lembaga Keuangan Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang

produktif.

2) Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana)

membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha

(nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

3) Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian

keuntungan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan

pengusaha).

4) Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati

bersama dan sesuai dengan syariah dan LKS tidak ikut serta dalam

managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk

melakukan pembinaan dan pengawasan.

5) Jumlah dan pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai

dan bukan piutang.

6) LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah kecuali jika mudharib(nasabah) melakukan kesalahan yang

disengaja, atau menyalahi perjanjian.

18
7) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,

namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat

meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya

dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran

terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

8) Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme pembagian

keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN (Dewan

Syariah Nasional).

9) Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

10) Dalam hal ini penyandang dana LKS (Lembaga Keuangan Syariah) tidak

melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan,

mudharib berhak mendapatkan ganti rugi atau biaya yang dikeluarkan.

Kedua: Rukun Dan Syarat Pembiayaan:

1) Penyedia dana(shahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cukup

hukum.

2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan

memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawawan dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukan tujuan

kontrak(akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

19
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern.

3) Modal ialah sejumlah uang dan dana atau aset yang diberikan oleh

penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai

berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal

diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada

waktu akad.

c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada

mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan

kesepakatan dalam akad.

4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan

dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan

hanya untuk satu pihak.

b. Bagian keuntungan proposional bagi setiap pihak harus diketahui dan

dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk

presentase(nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan

nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

20
5) Kegiatan usaha oleh pengelola(mudharib), sebagai perimbangan (muqabil)

modal yang disediakan oeh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal

berikut:

a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan

penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan

pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola

sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan

mudharabah, yaitu keuntungan.

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syariah Islam dalam

tindakannya yang berhubungan dengan Mudharabah, dan harus

mematuhi kebiasaan yang berlalu dalam aktivitas itu.

Ketiga: Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:

1. Akad Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan(muallaq) dengan sebuah kejadian di

masa depan yang belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam Mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada

dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari

kesalahan disengaja,kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya

21
dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.8

F. Produk Mudharabah Pada PT. BPRS

1. Produk Penghimpunan Dana PT BPRS sebagai berikut:

a. Tabungan Wadi’ah adalah simpanan pihak ketiga pada bank, yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-

cara tertentu.

b. Tabungan yang diperuntukan bagi masyarakat umum, berbentuk

tabungan biasa dengan setoran awal minimal Rp. 50.000 hingga

100.000,

c. Tabungan Pelajar adalah tabungan yang diperuntukan bagi pelajar dan

santri dengan setoran awal minimal Rp. 10.000

d. Tabungan Haji dan Umroh (TAHAROH) adalah tabungan yang

berfungsi untuk investasi dana bagi masyarakat yang akan

melaksanakan ibadah haji dan umroh.

e. Deposito adalah simpanan berupa investasi tidak terikat pihak ketiga

pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada wakt tertentu

berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik dana (shahibul maal)

dengan bank (mudharib), jangka waktu tersebut adalah 1,3,6 dan 12

bulan, dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

8
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar
Grafika,2008,h .250

22
Median promosi produk dan kegiatan operasional perbankan syariah pada

umumnya baru sebatas penyediaan brosur, melalui pelayanan dan pemasaran

langsung petugas bank dengan pelayanan jemput bola, dan memanfaatkan peran alim

ulama serta toko masyarakat dalam memasarkan produk perbankan syariah.9

Penggunaan medis cetak dan elektronik tampaknya belum menjadi

alternative promosi bagi BPRS. Dana promosi yang terbatas yang dialokasikan

dalam anggaran belanja BPRS terkait dengan masih kecilnya skala operasional

BPRS itu sendiri.

BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. GAMBARAN UMUM PT BRPS BAHARI BERKESAN KOTA

TERNATE

1. Sejarah berdirinya Bank Syariah PT.BPRS Bahari Berkesan

Afifah, Asobari, H Hakiem, Anilisis Produk Deposito Mudharabah dan


9

Penerapannya pada PT.BPRS Amanah Ummah Bogor, jurnal BPRS Amanah


Ummah, h. 74

23
PT. BPRS Bahari Berkesan didirikan oleh pemerintah Kota Ternate dan

menjadi Bank Syariah pertama milik Pemerintah Daerah di propinsi Maluku Utara

yang beroperasi sejak tahun 2012 yang di dirikan atas prakarsa Bapak Dr. H Burhan

Abdurahman SH., MM. Walikota ternate saat itu, bersama Ir. Arifin Djafar Wakil

Walikota yang juga sebagai ketua Tim Pendiri PT. BPRS Bahari Berkesan beserta

para pejabat teras dilingkungan pemerintah daerah kota ternate, Bank indonesia

Perwakilan Maluku Utara, MES Provinsi Maluku Utara, dan MUI kota ternate

dengan Modal dasar saat itu sebesar Rp. 8 Milyar.

Sebelum menempati gedung kantor sendiri sekarang saat ini yang beralamat

di Jl. Sultan I.M. Djabir Sjah, dahulunya PT. BPRS Bahari Berkesan menempati

salah satu bangunan Ruko milik Pemerintah Kota Ternate untuk beroperasi yang

masih dalam kawasan jalan yang sama.

Mengacu pada Undang-Undang No.21/2008 tentang perbankan Syariah

dimana Bank Syariah menurut jenisnya adalah Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan dimulai pada tahun 2011 dengan Perda

Kota Ternate No.27 tanggal 15 juni 2011 di tetapkan tentang pendirian PT BPRS 10

Bahari Berkesan yang kemudian diaktakan pendiriannya oleh Notaris Tatiek

Nurdjanti, SH. Dengan No.48 tanggal 27 Desember 2011 yang mendapatkan

pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM RI AHU-02172.AH.01.01 tahun 2012.

Sementara untuk sahnya beroperasi PT> BPRS Bahari Berkesan mendapatkan izin

10
Data primer: Data yang diambil dari PT BPRS Bahari Berkesan Kota
Ternate

24
prinsip dan izin usaha dari Bank Indonesia masing-masing dengan surat

No.13/2622/DPbs tanggal 20-12-2011 dan No. 14/17/KEP. GBI/Dpg/2012 tanggal

27-03-2012, maka pada tanggal 19 april 2012 resmi dimulai operasional PT BPRS

Bahari Berkesan yang ditandai dengan Ceremony penandatangan prasasti dan

pengguntingan pita oleh Walikota Ternate saat itu Bapak Dr. H. Burhan

Abdurahman, SH., MM. Didampingi Kepala Walikota Bank Indonesia Bapak

Marsaoli Hakim, Forkopinda Kota Ternate dan Kepala-Kepala SKPD lingkup

Pemerintah Kota Ternate, anggota DPRD Kota Ternate, Tokoh Agama, Tokoh

masyarakat dan berbagai komponen masyarakat turut dalam peresmian tersebut.

Sejarah baru bagi masyarakat Kota Ternate dengan pendirian Bank Syariah

PT BPRS Bahari Berkesan, Asset Daerah yang diharapkan dapat memberi kontribusi

PAD bagi Daerah. Diawali dengan mengelola modal disetor sebesar Rp.

2.010.000.000,- dan penyertaan modal tahun 2012 sebesar Rp. 1.000.000.000,-

BPRS Bahari Berkesan menjalankan fungsi sebagai Bank yaitu sebagai mediasi

dalam menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan sesuai dengan

amanat dari Perda Kota Ternate No.27/2011. Suatu awal yang belum terlalu baik

dalam operasional Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan karena beban

operasional yang tinggi dibanding pendapatan yang saat itu masih rendah, yang pada

akhirnya di periode tahun buku 2012 PT. BPRS Bahari Berkesan mencatat rugi.

Hasil awal yang kurang baik membuat management dijajarkan pengurus

(Direksi) diawal tahun melakukan evaluasi dibawah bimbingan Bank Indonesia

Perwakilan Maluku Utara. Disaat yang sama salah satu Direksi yakni Direktur

25
Utama mengundurkan diri dari jabatannya dan terjadi kekosongan sehingga

operasional PT. BPRS Bahari Berkesan hanya dikendalikan oleh Direktur sampai

dengan akhir tahun 2013.

Dengan kondisi yang ada saat itu, strategi yang dipakai oleh pihak

management dalam hal ini Direktur yang dijabat oleh Risdan Harly memberikan

motivasi kepada seluruh pegawai yang berjumlah 5 pegawai organik, 7 pegawai

kontrak dan 4 pegawai dasar dibantu oleh komisaris Alwi Albaar, untuk fokus tetap

dalam kebersamaan dan membangun team work yang solid serta upaya membangun

mental pegawai dengan menanamkan rasa memiliki terhadap PT. BPRS Bahari

Berkesan sehingga tumbuh rasa royal dalam diri seluruh pegawai.

Disamping itu upaya Direksi/Direktur melakukan sosialisasi dan membangun

jaringan pada semua komponen masyarakat untuk berbank di PT. BPRS Bahari

Berkesan dan ditahun itu juga (tahun 2013) pencatatan dalam pelaporan keuangan

periode 31 Desember 2013 PT. BPRS Bahari Berkesan mencatatkan laba sebesar Rp.

401 juta dan bisa menutupi kerugian ditahun 2012 dan mencatat BEP, satu jawaban

dari Allah SWT atas doa dan kerja keras semua jajaran di PT. BPRS Bahari Berkesan

selama tahun 2013.

Menjadi titik bangkit bagi perkembangan PT. BPRS Bahari Berkesan

kedepan, hasil tahun 2013 memberikan dampak positif pada tahun 2014 dan 2015

dimana PT. BPRS Bahari Berkesan dapat mencatat laba masing-masing Rp. 279 juts

dan Rp. 909 juta,- sekaligus memberikan kontribusi terhadap PAD secara langsung

kepada Pemerintah Kota Ternate.

26
Walau secara riil memberikan kontribusi terhadap Pemda Kota Ternate

namun dengan hasil tersebut masih belum dirasakan puas oleh Pengurus dan Pegawai

PT. BPRS Bahari Berkesan, komitmen untuk memberikan yang lebih baik terhadap

Daerah menjadi motivasi kerja keras dalam operasional PT. BPRS Bahari Berkesan.

Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut berbagai kendala

masih terus dihadapi baik dari dalam maupun dari luar mulai dari mutu SDM, IT dan

pemahaman masyarakat yang belum terlalu memahami konsep perbankan Syariah

sehingga perlu adanya sosialisai secara terus menerus.

Keseluruhan hasil yang dicapai sangatlah ditentukan dari kerja keras dan

kebersamaan yang dibangun dari dalam internal PT. BPRS Bahari Berkesan, juga

tidak lepas dari dukungan Pemkot Ternate selaku pemegang saham pengendali

dengan berbagai kebijakan dan rekomendasinya sehingga terbuka berbagai

kesempatan baik dalam pengimpunan data maupun penyaluran pembiayaan serta

kepercayaan lembaga lain seperti Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dalam

hal pinjaman dana bergulir dari Kementrian Koperasi dan UKM RI.

Kepercayaan yang tidak disia-siakan oleh pengurus untuk memanfaatkan

fasilitas pembiaayaan tersebut dan menjadi tambahan dana segar untuk penyaluran

pembiayaan kepada UKM yang tersebar di Kota Ternate sesuai amanat dari

Pemerintah Pusat melalui Kementrian Koperasi dan UKM. Fasilitas yang dinikmati

sejak tahun 2014 itu dapat dikelola dengan baik sehingga pada akhir tahun 2015

kembali ditawarkan untuk pengajuan untuk kedua kalinya.

27
Komitmen yang ditunjukan oleh Pemerintah Kota Ternate slaku Pemegang

Saham Pengendali cukup serius, tercermin dari beberapa pendekatan yang

disampaikan oleh pengelola dalam hal pengimpunan dana ditanggapi secara serius

oleh Walikota Ternate dan mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya adalah:

1. Himbauan kepada PNS dijajaran Pemkot Ternate membuka rekening dan

menabung di PT. BPRS Bahari Berkesan.

2. Pembayaran uang makan-minum dibayarkan melalui PT. BPRS Bahari

Berkesan.

3. Pembayaran Dana Pembanguna Kelurahan yang disalurkan oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat Kota Ternate, dibayarkan melalui PT. BPRS

Bahari Berkesan.

4. Bantuan pembangunan rumah layak huni warga Kota Ternate, oleh Dinas

NakerSos dibayarkan melalui PT. BPRS Bahari Berkesan.

5. Bantuan Korban bencana alam banjir bandang, pembayarannya melalui

PT. BPRS Bahari Berkesan.

6. Pembayaran gaji PNS Kota Ternate diwacnakan melalui PT. BPRS

Bahari Berkesan dengan persyaratan harus memiliki layanan ATM. Untuk

hal tersebut saat ini telah dilakukan proses pelayanan ATM yang sudah

memasuki tahapan pemasangan dan permohonan Izin ke Bank Indonesia.

7. Pencairan termyn bagi rekanan Jasa Konstruksi pelaksana proyek

penunjukan langsung PT. BPRS Bahari Berkesan.

28
Sementara disisi lain PT. BPRS Bahari Berkesan menjalankan fungsi bank

dalam hal penyaluran pembiayaan, baik kepda UKM maupun PNS yang

membutuhkan pembiayaan konsumtif (Pendidikan anak, membangun rumah,

kesehatan, kepemilikan kendaraan dll). Diharapkan konsistensi kerja sama antara

Pemerintahan Daerah dengan PT. BPRS Bahari Berkesan sebagaiman disebutkan

diatas maka tidak menutup kemungkinan mendongkrak PT. BPRS Bahari Berkesan

untuk memperoleh profit laba yang tinggi dan peningkatan asset, dan dari pencapaian

hasil yang baik dengan sendirinya apa yang diharapkan dari pemegang saham dan

pengelola PT. BPRS Bahari Berkesan dalam memberikan kontribusi PAD langsung

kepada Pemda Kota Ternate dapat terwujud dan dapat menunjang pembangunan

Daerah dimasa yang akan datang.

Keberadaan Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan memiliki prospek yang

cukup menjanjikan dikarenakan selain merupakan Bank milik Pemda juga memiliki

produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat

menengah kebawah. PT. BPRS Bahari Berkesan yang beroperasi dengan prinsip

syariah yang cocok dengan struktur masyarakat kota Ternate khususnya dan Maluku

Utara umumnya yang mayoritas muslim, namun demikian konsep perbankan syariah

yang dibangun adalah konsep syariah yang universal sehingga tidak terbatas kepada

nasabah yang beragama Islam saja namun terbuka untuk semua agama, yang

terpenting adalah transaksi yang dijalankan, sumber dana dan usaha yang dibiayai

tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam.

29
Sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan PT. BPRS

Bahari Berkesan semakin meningkat terbukti dengan bagaimana masyarakat mulai

memanfaatkan produk-produk PT. BPRS Bahari Berkesan.

Bagi masyarakat yang ingin meninggalkan sistem riba dan beralih ke sistem

syariah PT. BPRS dapat menjadi pilihan, karena di kolala menganut prinsip

keterbukaan dan keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Sehingga

dengan adanya PT. BPRS Bahari Berkesan diharapkan memiliki andil yang cukup

signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi islam. Hal ini terbukti dengan

banyaknya jumlah rekening yang melakukan transaksi baik simpanan maupun

pembiayaan.

2. Kepengurusan

Berdasarkan Akta Notaris Tatiek Nurdjanti, SH. No.48 tanggal 27 Desember

2011, Bertalian dengan perubahan Anggaran Dasarnya terakhir telah diubah dengan

Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bahari

Berkesan No. 136 tanggal 27 juli 2015 dibuat dihadapan Notaris Helmy, SH.,M.kn.

tentang perubahan kepengurusan, maka susunan pengurus dan DPS. PT. BPRS

Bahari Berkesan adalah Sebagai Berikut:

a. Dewan Komisaris

- Komisaris Utama : Drs. M Tauhid Soleman, Msi.

- Komisaris : Alwi Albaar, SE

b. Direksi

30
- Direktur Utama : Risadan Harly, SH., CIRBH

- Direktur : Rita Yasin, Amd. Pbs

c. Dewan Pengawas Syariah

- Ketua : Rosita Alting, S.Ag M.Ag

- Anggota : Iqbal M. Aris Ali,SE.,S.Psi.,Ak.,CA

Dewan komisaris melakukan pengawas terhadp pengurusan perusahaan yang

dilakukan oleh direksi serta memberikan nasihat berkenaan dengan kebijakan direksi.

Sedangkan tugas direksi yaitu melakukan pengurusan sesuai dengan maksud dan

tujuan perusahan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Dewan oengawas syariah memiliki peran ahli syariah yang diangkat oleh Rapat

Umum Pengemang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia, dengan tugas

memberikan nasihat dan saran kepada direksi mengawasi kegiatan perusahaan agar

sesuai dengan prinsip syariah.

Tabel

PROFIL PERUSAHAAN

No INDIKATOR KETERANGAN
1 Nama Perusahaan PT. BPRS Bahari Berkesan
2 Mulai Berdiri 27 Desember 2011
3 Pemilik Saham - Pemda Kota Ternate (98,10%)

31
- Pemegang Saham Lainnya (1,90%)
4 Alamat Jl. Sultan I.M Djabir Sjah, Kelurahan Gamalama,
Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate,
Propinsi Maluku Utara
5 Nama Sebelumnya PT. BPRS Bahari Berkesan
6 Alamat Sebelumnya -
7 Dewan Komisaris 1. Drs. Tauhid Soleman, Msi
2. Alwi Albaar, SE
8 Dewan Pengawas Syariah 1. Rosita Alting, S. Ag.,M.Ag
2. Iqbal M. Aris Ali,SE.,S.Psi.,Ak.,CA
9 Direksi 1. Risadan Harly, SH., CIRBH
2. Rita Yasin, Amd. Pbs
10 Pegawai 1. Kepala Bagian 2 Orang
2. Pegawai Tetap 17 Orang
3. Kontrak 5 Orang

B. Visi Misi & Motto

1. Visi

Menjadii Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang menguntungkan,

berkembang dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

2. Misi

Menjalankan usaha dalam bidang keuangan dan perbankan berdasarkan

prinsip-prinsip syariah

3. Motto

“Bersama Meraih Hasil, Bersama Meraih Keberkahan”

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan sebagai berikut:

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

33
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan

apabila terjadi kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si

pengelola, maka si pengelola harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.

Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena

kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik

modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga keahlian yang telah dicurahkan.11

Apabila kerugian karena kelalian dan kecurangan pengelola, maka pengelola

bertanggungjawab sepenuhnya

Hadirnya produk mudharabah dalam dunia perbankan syariah membuka

pilihan baru bagi para nasabah yang ingin ikut serta mengembangkan produk

perbankan syariah, setelah sebelumnya berperan serta dalam produk perbankan

konvensional. Sekaligus juga menambah produk perbankan, sehingga menjadikan

para nasabah memiliki aneka ragam opsi dalam pemanfaatan produk

perbankan.Mudharabah sebagai salah satu kontak bisnis Islam mempersilahkan para

nasabah memperluas sayap usaha dengan menjalani kontak yang sesuai akad Islam,

baik itu dalam bidang penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

B. Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan tersebut maka penulis memberikan

saran-saran sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan memajukan PT

BPRS Bahari Berkesan.


11

34
PT BPRS Bahari Berkesan harus mampu mengembangkan produk yang dapat

mencakup semua kebutuhan masyarakat. Sehingga melalui produk-produk tersebut

Bank BPRS dapat menjalin kerjasama dengan calon-calon nasabah dengan ruang

lingkup yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Abdul Ghafur. 2008. Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga


Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, Yogyakarta:
UII Press, 2002, Hal. 32
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal 136

35
Didiek Ahmad Sepadie, Sistem Lembaga Keangan Ekonomi Syariah Cet 1,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), hal 55
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah Cet 4,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 60-
61)
Rizal Yaya,et al, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Edisi
2, Jakarta: Selemba Empat, 2014, h. 115.
Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Lembaga Keuangan Islam , Yogyakarta:
Kaukaba, 2014,h.123.
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta:UII Press
Yogyakarta, 2009,h.102
Sri Nurhayati , Wasilain, Akutansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: Selemba Empat,
2013, h. 132-133
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,2008,h .250
Afifah, Asobari, H Hakiem, Anilisis Produk Deposito Mudharabah dan
Penerapannya pada PT.BPRS Amanah Ummah Bogor, jurnal BPRS
Amanah Ummah, h. 74
Data primer: Data yang diambil dari PT BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate

36

Anda mungkin juga menyukai