PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai jenis produk dan sistem usaha telah menciptakan suatu sistem dan
pesaingan baru antar dunia perbankan maupun antar lembaga keuangan. Fenomena
nyata ini mau tidak mau menuntut manajer keuangan bank untuk lebih antisipatif
keuntungan, inovasi dan memudahkan dengan tidak keluar dari koridor bingkai
tentang Perbankan juncto UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan dan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
juncto UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Ashari 2008: 15), sementara
(Mardani, 2015: 2) dalam UU terakhir ini tersirat bahwa prinsip syariah dalam
perbankan syariah meliputi aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank
dan pihak lain untuk melakukan penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
1
Anshari, Abdul Ghafur. 2008. Penerapan Prinsip Syariah dalam
Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah salah satu lembaga keuangan
Keberadaan Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan memiliki prospek yang
cukup menjanjikan dikarenakan selain merupakan Bank milik Pemda juga memiliki
menengah kebawah. PT. BPRS Bahari Berkesan yang beroperasi dengan prinsip
syariah yang cocok dengan struktur masyarakat kota Ternate khususnya dan Maluku
Utara umumnya yang mayoritas muslim, namun demikian konsep perbankan syariah
yang dibangun adalah konsep syariah yang universal sehingga tidak terbatas kepada
nasabah yang beragama Islam saja namun terbuka untuk semua agama, yang
terpenting adalah transaksi yang dijalankan, sumber dana dan usaha yang dibiayai
Bagi masyarakat yang ingin meninggalkan sistem riba dan beralih ke sistem
syariah PT. BPRS dapat menjadi pilihan, karena di kolala menganut prinsip
keterbukaan dan keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Sehingga
dengan adanya PT. BPRS Bahari Berkesan diharapkan memiliki andil yang cukup
signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi islam. Hal ini terbukti dengan
2
banyaknya jumlah rekening yang melakukan transaksi baik simpanan maupun
pembiayaan.
mobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk
menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para pengusaha.
profit and loss sharing, dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak, dimana pihak
pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan pihak kedua
menggabungkan antara harta dengan usaha (kerja) dalam sebuah kegiatan ekonomi
yang saling melengkapi untuk merealisasikan laba bagi pemilik modal dan juga bagi
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang
diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola
dana. Distribusi pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada aqad mudharabah,
dimana pembagian hasil usaha didasarkan pada nisbah yang telah disepakati di awal
akad. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan konsekuensi bisnis 2
(bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka pihak penyedia dana akan
2
.( Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: UII
Press, 2002, Hal. 32 )
3
menanggung kerugian manakala mudharib akan menanggung kerugianmanagerial
skilldan waktu serta nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya. Pihak
yang melakukan perhitungan distribusi hasil usaha adalah “selalu mudharib”, karena
salah satu aturan dalam prinsip mudharabah mutlaqah pemilik dana memberi kuasa
penuh kepada mudharib untuk mengelola dana untuk mendapatkan hasil usaha:
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas, maka dengan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
4
2. Secara Praktis
E. Metodologi penelitian
berikut:
3. Sumber Data
a) Data primer
b) Data Sekunder
5
Yaitu data yang diperoleh dari pihak luar bank dan data-data yang
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
Metode analisa data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen.
6
F. Defenisi Operasional
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan
Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena
bertanggungjawab sepenuhnya
adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lainnya yang
memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip
Syariah.
Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling
menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk
7
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari empat bab sebagai
berikut:
penulisan.
Bab IV Penutup : Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hal 136
8
memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu penabung
yang melakukan darb (perjalanan) untuk mencari karunia Allah dari keuntungan
investasinya.1
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan
Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena
bertanggungjawab sepenuhnya. 2
4
Didiek Ahmad Sepadie, Sistem Lembaga Keangan Ekonomi Syariah Cet 1, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hal 55
5
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah Cet 4,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 60-61)
6
Rizal Yaya,et al, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Edisi 2, Jakarta:
Selemba Empat, 2014, h. 115. )
9
a. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik
dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut
kesepakatan di muka.
pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh
penyalahgunaan dana.
pengelolaan investasinya.
10
f. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana
1. Al-Qur’an5
memutarkan (usaha/dagang).
Artinya:
5
Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Lembaga Keuangan Islam ,
Yogyakarta: Kaukaba, 2014,h.123.
11
“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah SWT dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan
Allah.”
Artinya :
2. Al-Hadist
H.R.Thabrani
12
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasullullah saw. bersabda, “Tiga
3. Ijma
Mudharabah telah ada sejak masa jahiliyah dan pada masa islam tetap
“Yang kita pastikan adalah bahwa mudharabah telah ada pada masa
memberikan harta anak yatim sebagai modal kepada pihak lain, dan tidak
mengingkarinya. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan sebagai ijma.
d. Nisbah Keuntungan
1. Pelaku
13
a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
b. Pelaku akad mudharabah dapat dilakukaan sesama muslim atau dengan non
muslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi
a. Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya (dinilai
2) Modal harus tunai dan tidak utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti
b. Kerja
14
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana
imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Qabul
Ijab Qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak-pihak
4. Nisbah keuntungan
15
1) Pihak yang terkait dalam akad harus cukup hukum.
D. Jenis-jenis Mudharabah
berikut:
1. Mudharabah Mutlaqah
berkaitan dengan usaha tersebut dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis, perusahaan, dan pelanggan. Dalam hal ini, pemilik dana memberikan
2. Mudharabah Muqayyadah
bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja. Bank dilarang
16
mencampurkan rekening investasi terikat dengan dana rekening lainnya
pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada transaksi
invetasi terikat ini pada dasarnya kedudukan bank sebagai agen saja atas
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan
Sri Nurhayati , Wasilain, Akutansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: Selemba Empat, 2013, h.
77
132-133
17
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
(Lembaga Keuangan Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang
produktif.
pengusaha).
bersama dan sesuai dengan syariah dan LKS tidak ikut serta dalam
5) Jumlah dan pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai
18
7) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,
meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
Syariah Nasional).
10) Dalam hal ini penyandang dana LKS (Lembaga Keuangan Syariah) tidak
hukum.
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
kontrak(akad).
19
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
3) Modal ialah sejumlah uang dan dana atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai
berikut:
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada
waktu akad.
20
5) Kegiatan usaha oleh pengelola(mudharib), sebagai perimbangan (muqabil)
berikut:
pengawasan.
3. Pada dasarnya, dalam Mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada
dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
21
dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai
cara tertentu.
100.000,
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada wakt tertentu
bulan, dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
8
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar
Grafika,2008,h .250
22
Median promosi produk dan kegiatan operasional perbankan syariah pada
langsung petugas bank dengan pelayanan jemput bola, dan memanfaatkan peran alim
alternative promosi bagi BPRS. Dana promosi yang terbatas yang dialokasikan
dalam anggaran belanja BPRS terkait dengan masih kecilnya skala operasional
BAB III
TERNATE
23
PT. BPRS Bahari Berkesan didirikan oleh pemerintah Kota Ternate dan
menjadi Bank Syariah pertama milik Pemerintah Daerah di propinsi Maluku Utara
yang beroperasi sejak tahun 2012 yang di dirikan atas prakarsa Bapak Dr. H Burhan
Abdurahman SH., MM. Walikota ternate saat itu, bersama Ir. Arifin Djafar Wakil
Walikota yang juga sebagai ketua Tim Pendiri PT. BPRS Bahari Berkesan beserta
para pejabat teras dilingkungan pemerintah daerah kota ternate, Bank indonesia
Perwakilan Maluku Utara, MES Provinsi Maluku Utara, dan MUI kota ternate
Sebelum menempati gedung kantor sendiri sekarang saat ini yang beralamat
di Jl. Sultan I.M. Djabir Sjah, dahulunya PT. BPRS Bahari Berkesan menempati
salah satu bangunan Ruko milik Pemerintah Kota Ternate untuk beroperasi yang
dimana Bank Syariah menurut jenisnya adalah Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan dimulai pada tahun 2011 dengan Perda
Kota Ternate No.27 tanggal 15 juni 2011 di tetapkan tentang pendirian PT BPRS 10
Sementara untuk sahnya beroperasi PT> BPRS Bahari Berkesan mendapatkan izin
10
Data primer: Data yang diambil dari PT BPRS Bahari Berkesan Kota
Ternate
24
prinsip dan izin usaha dari Bank Indonesia masing-masing dengan surat
27-03-2012, maka pada tanggal 19 april 2012 resmi dimulai operasional PT BPRS
pengguntingan pita oleh Walikota Ternate saat itu Bapak Dr. H. Burhan
Pemerintah Kota Ternate, anggota DPRD Kota Ternate, Tokoh Agama, Tokoh
Sejarah baru bagi masyarakat Kota Ternate dengan pendirian Bank Syariah
PT BPRS Bahari Berkesan, Asset Daerah yang diharapkan dapat memberi kontribusi
PAD bagi Daerah. Diawali dengan mengelola modal disetor sebesar Rp.
BPRS Bahari Berkesan menjalankan fungsi sebagai Bank yaitu sebagai mediasi
dalam menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan sesuai dengan
amanat dari Perda Kota Ternate No.27/2011. Suatu awal yang belum terlalu baik
dalam operasional Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan karena beban
operasional yang tinggi dibanding pendapatan yang saat itu masih rendah, yang pada
akhirnya di periode tahun buku 2012 PT. BPRS Bahari Berkesan mencatat rugi.
Perwakilan Maluku Utara. Disaat yang sama salah satu Direksi yakni Direktur
25
Utama mengundurkan diri dari jabatannya dan terjadi kekosongan sehingga
operasional PT. BPRS Bahari Berkesan hanya dikendalikan oleh Direktur sampai
Dengan kondisi yang ada saat itu, strategi yang dipakai oleh pihak
management dalam hal ini Direktur yang dijabat oleh Risdan Harly memberikan
kontrak dan 4 pegawai dasar dibantu oleh komisaris Alwi Albaar, untuk fokus tetap
dalam kebersamaan dan membangun team work yang solid serta upaya membangun
mental pegawai dengan menanamkan rasa memiliki terhadap PT. BPRS Bahari
jaringan pada semua komponen masyarakat untuk berbank di PT. BPRS Bahari
Berkesan dan ditahun itu juga (tahun 2013) pencatatan dalam pelaporan keuangan
periode 31 Desember 2013 PT. BPRS Bahari Berkesan mencatatkan laba sebesar Rp.
401 juta dan bisa menutupi kerugian ditahun 2012 dan mencatat BEP, satu jawaban
dari Allah SWT atas doa dan kerja keras semua jajaran di PT. BPRS Bahari Berkesan
kedepan, hasil tahun 2013 memberikan dampak positif pada tahun 2014 dan 2015
dimana PT. BPRS Bahari Berkesan dapat mencatat laba masing-masing Rp. 279 juts
dan Rp. 909 juta,- sekaligus memberikan kontribusi terhadap PAD secara langsung
26
Walau secara riil memberikan kontribusi terhadap Pemda Kota Ternate
namun dengan hasil tersebut masih belum dirasakan puas oleh Pengurus dan Pegawai
PT. BPRS Bahari Berkesan, komitmen untuk memberikan yang lebih baik terhadap
Daerah menjadi motivasi kerja keras dalam operasional PT. BPRS Bahari Berkesan.
Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan keinginan tersebut berbagai kendala
masih terus dihadapi baik dari dalam maupun dari luar mulai dari mutu SDM, IT dan
Keseluruhan hasil yang dicapai sangatlah ditentukan dari kerja keras dan
kebersamaan yang dibangun dari dalam internal PT. BPRS Bahari Berkesan, juga
tidak lepas dari dukungan Pemkot Ternate selaku pemegang saham pengendali
kepercayaan lembaga lain seperti Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dalam
hal pinjaman dana bergulir dari Kementrian Koperasi dan UKM RI.
fasilitas pembiaayaan tersebut dan menjadi tambahan dana segar untuk penyaluran
pembiayaan kepada UKM yang tersebar di Kota Ternate sesuai amanat dari
Pemerintah Pusat melalui Kementrian Koperasi dan UKM. Fasilitas yang dinikmati
sejak tahun 2014 itu dapat dikelola dengan baik sehingga pada akhir tahun 2015
27
Komitmen yang ditunjukan oleh Pemerintah Kota Ternate slaku Pemegang
disampaikan oleh pengelola dalam hal pengimpunan dana ditanggapi secara serius
Berkesan.
Bahari Berkesan.
4. Bantuan pembangunan rumah layak huni warga Kota Ternate, oleh Dinas
hal tersebut saat ini telah dilakukan proses pelayanan ATM yang sudah
28
Sementara disisi lain PT. BPRS Bahari Berkesan menjalankan fungsi bank
dalam hal penyaluran pembiayaan, baik kepda UKM maupun PNS yang
diatas maka tidak menutup kemungkinan mendongkrak PT. BPRS Bahari Berkesan
untuk memperoleh profit laba yang tinggi dan peningkatan asset, dan dari pencapaian
hasil yang baik dengan sendirinya apa yang diharapkan dari pemegang saham dan
pengelola PT. BPRS Bahari Berkesan dalam memberikan kontribusi PAD langsung
kepada Pemda Kota Ternate dapat terwujud dan dapat menunjang pembangunan
Keberadaan Bank Syariah PT. BPRS Bahari Berkesan memiliki prospek yang
cukup menjanjikan dikarenakan selain merupakan Bank milik Pemda juga memiliki
menengah kebawah. PT. BPRS Bahari Berkesan yang beroperasi dengan prinsip
syariah yang cocok dengan struktur masyarakat kota Ternate khususnya dan Maluku
Utara umumnya yang mayoritas muslim, namun demikian konsep perbankan syariah
yang dibangun adalah konsep syariah yang universal sehingga tidak terbatas kepada
nasabah yang beragama Islam saja namun terbuka untuk semua agama, yang
terpenting adalah transaksi yang dijalankan, sumber dana dan usaha yang dibiayai
29
Sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan PT. BPRS
Bagi masyarakat yang ingin meninggalkan sistem riba dan beralih ke sistem
syariah PT. BPRS dapat menjadi pilihan, karena di kolala menganut prinsip
keterbukaan dan keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Sehingga
dengan adanya PT. BPRS Bahari Berkesan diharapkan memiliki andil yang cukup
signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi islam. Hal ini terbukti dengan
pembiayaan.
2. Kepengurusan
2011, Bertalian dengan perubahan Anggaran Dasarnya terakhir telah diubah dengan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bahari
Berkesan No. 136 tanggal 27 juli 2015 dibuat dihadapan Notaris Helmy, SH.,M.kn.
tentang perubahan kepengurusan, maka susunan pengurus dan DPS. PT. BPRS
a. Dewan Komisaris
b. Direksi
30
- Direktur Utama : Risadan Harly, SH., CIRBH
dilakukan oleh direksi serta memberikan nasihat berkenaan dengan kebijakan direksi.
Sedangkan tugas direksi yaitu melakukan pengurusan sesuai dengan maksud dan
tujuan perusahan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Dewan oengawas syariah memiliki peran ahli syariah yang diangkat oleh Rapat
Umum Pengemang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia, dengan tugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi mengawasi kegiatan perusahaan agar
Tabel
PROFIL PERUSAHAAN
No INDIKATOR KETERANGAN
1 Nama Perusahaan PT. BPRS Bahari Berkesan
2 Mulai Berdiri 27 Desember 2011
3 Pemilik Saham - Pemda Kota Ternate (98,10%)
31
- Pemegang Saham Lainnya (1,90%)
4 Alamat Jl. Sultan I.M Djabir Sjah, Kelurahan Gamalama,
Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate,
Propinsi Maluku Utara
5 Nama Sebelumnya PT. BPRS Bahari Berkesan
6 Alamat Sebelumnya -
7 Dewan Komisaris 1. Drs. Tauhid Soleman, Msi
2. Alwi Albaar, SE
8 Dewan Pengawas Syariah 1. Rosita Alting, S. Ag.,M.Ag
2. Iqbal M. Aris Ali,SE.,S.Psi.,Ak.,CA
9 Direksi 1. Risadan Harly, SH., CIRBH
2. Rita Yasin, Amd. Pbs
10 Pegawai 1. Kepala Bagian 2 Orang
2. Pegawai Tetap 17 Orang
3. Kontrak 5 Orang
1. Visi
2. Misi
prinsip-prinsip syariah
3. Motto
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
33
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Sedangkan
Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena
bertanggungjawab sepenuhnya
pilihan baru bagi para nasabah yang ingin ikut serta mengembangkan produk
nasabah memperluas sayap usaha dengan menjalani kontak yang sesuai akad Islam,
B. Saran
34
PT BPRS Bahari Berkesan harus mampu mengembangkan produk yang dapat
Bank BPRS dapat menjalin kerjasama dengan calon-calon nasabah dengan ruang
DAFTAR PUSTAKA
35
Didiek Ahmad Sepadie, Sistem Lembaga Keangan Ekonomi Syariah Cet 1,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), hal 55
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah Cet 4,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 60-
61)
Rizal Yaya,et al, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer Edisi
2, Jakarta: Selemba Empat, 2014, h. 115.
Sugeng Widodo, Moda Pembiayaan Lembaga Keuangan Islam , Yogyakarta:
Kaukaba, 2014,h.123.
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta:UII Press
Yogyakarta, 2009,h.102
Sri Nurhayati , Wasilain, Akutansi Syariah Di Indonesia, Jakarta: Selemba Empat,
2013, h. 132-133
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika,2008,h .250
Afifah, Asobari, H Hakiem, Anilisis Produk Deposito Mudharabah dan
Penerapannya pada PT.BPRS Amanah Ummah Bogor, jurnal BPRS
Amanah Ummah, h. 74
Data primer: Data yang diambil dari PT BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate
36