Anda di halaman 1dari 9

Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak

di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19


Lampiran Anjuran mengenai penggunaan
masker dalam konteks COVID-19
21 Agustus 2020

Tujuan dokumen ini


Dokumen ini memberikan panduan bagi para pengambil keputusan serta tenaga kesehatan masyarakat dan anak sebagai masukan
bagi kebijakan penggunaan masker untuk anak-anak dalam konteks pandemi COVID-19. Dokumen ini tidak membahas penggunaan
masker untuk orang dewasa yang bekerja berdampingan dengan anak-anak atau orang tua/pengawas atau penggunaan masker bagi
anak-anak di lingkungan perawatan kesehatan. Panduan interim ini akan direvisi dan diperbarui seiring munculnya bukti-bukti baru.

Latar belakang
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan agar masker digunakan sesuai
pendekatan berbasis risiko, sebagai bagian dari rangkaian lengkap intervensi kesehatan masyarakat yang dapat mencegah dan
mengendalikan transmisi penyakit-penyakit saluran pernapasan akibat virus, termasuk COVID-19. Mematuhi langkah-langkah lain
seperti menjaga jarak fisik, membersihkan tangan, menjalankan etiket bersin dan batuk, serta menyediakan ventilasi yang memadai
di lingkungan dalam ruangan penting untuk mengurangi penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Panduan ini memberikan pertimbangan-pertimbangan spesifik untuk penggunaan masker nonmedis, yang juga dikenal sebagai
masker kain, oleh anak-anak sebagai suatu cara pengendalian sumber dalam konteks pandemi COVID-19 saat ini. Dokumen ini
merupakan lampiran panduan WHO yang berjudul Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-191, yang berisi
informasi lebih lanjut tentang masker kain. Lampiran ini juga menganjurkan agar anak-anak menggunakan masker medis dalam
keadaan-keadaan tertentu. Dalam panduan ini, anak-anak didefinisikan sebagai setiap orang yang berusia kurang dari 18 tahun2.

Metodologi penyusunan panduan ini


World Health Organization Infection Prevention and Control (IPC) Guidance Development Group (GDG) dan para pakar dari
UNICEF dan International Paediatric Association (IPA) bersama-sama mengkaji bukti yang tersedia untuk menyusun panduan
mengenai penggunaan masker untuk anak-anak dalam konteks pandemi saat ini. Diadakan lima pertemuan pakar internasional antara
bulan Juni dan Agustus 2020. Tanpa adanya bukti ilmiah yang kuat, konsensus antara kelompok-kelompok ini menjadi dasar utama
untuk panduan ini. Selain itu, draf panduan ini dikaji oleh suatu kelompok multidisipliner yang terdiri dari pakar-pakar eksternal
lain sebelum difinalisasi.

Bukti yang tersedia


Transmisi COVID-19 pada anak-anak
Saat ini, tingkat kontribusi anak-anak pada transmisi SARS-CoV-2 belum dipahami secara lengkap. Menurut basis data WHO untuk
surveilans kasus terkonfirmasi laboratorium secara global yang disusun dari laporan kasus yang diserahkan kepada WHO oleh
Negara-Negara Anggota3 serta penelitian-penelitian lain, 1-7% kasus COVID-19 dilaporkan terjadi pada anak-anak, dengan jumlah
kematian yang relatif rendah dibandingkan kelompok-kelompok usia lainnya4-8. European Centre for Disease Prevention and
Control (ECDC) baru-baru ini melaporkan distribusi COVID-19 pada anak-anak di Uni Eropa (EU), European Economic Area
(EEA), dan Inggris, di mana per 26 Juli 2020, 4% kasus di EU/EEA dan Inggris terjadi pada anak-anak6.
Hingga saat ini, bukti yang tersedia mengindikasikan bahwa sebagian besar kasus pada anak yang dilaporkan diakibatkan oleh
transmisi dalam rumah tangga, meskipun pengamatan ini mungkin dipengaruhi penutupan sekolah dan langkah-langkah tetap di
rumah lain yang diberlakukan oleh beberapa negara7,9. Meskipun virus yang kompeten telah dapat diisolasi pada kultur dari anak-
anak yang bergejala dan tingkat beban virusnya diketahui mirip dengan yang tersedia pada orang dewasa10, bukti dari penelitian-
penelitian yang tersedia tentang kontak kasus COVID-19 dan investigasi klaster mengindikasikan bahwa anak-anak kemungkinan
bukanlah pendorong utama transmisi COVID-197,9,11-14. Hingga saat ini, transmisi pada anak-anak dan staf yang terdokumentasi
dalam lingkungan pendidikan bersifat terbatas15-20. Bukti terkait prevalensi infeksi SARS-CoV-2 pada anak-anak, berdasarkan
pengukuran penelitian seroepidemiologi, juga terbatas. Namun, bukti yang tersedia mengindikasikan bahwa seroprevalensi pada
anak-anak kecil tampak lebih rendah dibandingkan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa17,21-25.
Penelitian beban dan durasi peluruhan virus infeksius pada anak-anak dibandingkan orang dewasa juga terbatas. Sebuah penelitian
yang sudah diterbitkan mengindikasikan bahwa beban virus pada pasien yang terinfeksi dapat berbeda berdasarkan usia dan bahwa
-1-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

durasi peluruhan virus pada anak-anak bergejala lebih lama dibandingkan pada anak-anak yang tidak bergejala25. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa anak-anak di bawah lima tahun dilaporkan memiliki jumlah RNA virus di sekresi saluran pernapasan
dan feses yang lebih rendah dibandingkan anak-anak sekolah, remaja, dan orang dewasa26,27. Namun, sebuah penelitian dari Amerika
Serikat menemukan bahwa anak-anak di bawah usia lima tahun yang mengalami COVID-19 ringan hingga sedang memiliki RNA
virus pada sampel saluran pernapasan atas dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang lebih tua dan orang
dewasa28, sedangkan sebuah penelitian pracetak (belum menjalani peer review) dari Jerman melaporkan bahwa tidak ada perbedaan
jumlah RNA virus pada orang dewasa dan anak-anak29.
Secara ringkas, terlepas dari gejala, seberapa berdampaknya usia pada beban virus dan transmisi belum dipahami dengan baik.

Bukti yang tersedia mengenai penggunaan masker pada anak-anak untuk COVID-19 dan penyakit-penyakit saluran
pernapasan lainnya
Bukti mengenai manfaat dan bahaya penggunaan masker oleh anak-anak untuk memitigasi transmisi COVID-19 dan jenis-jenis
coronavirus lain masih terbatas. Namun, beberapa penelitian telah mengevaluasi efektivitas penggunaan masker pada anak-anak
untuk influenza dan virus-virus saluran pernapasan lain30-34. Sebuah penelitian tentang penggunaan masker selama wabah influenza
musiman di Jepang mencatat bahwa penggunaan masker lebih efektif di kelas-kelas yang lebih tinggi (anak-anak usia 9-12 tahun
pada kelas 4-6) dibandingkan di kelas-kelas yang lebih rendah (anak-anak usia 6-9 tahun pada kelas 1-3)34. Sebuah penelitian yang
dilakukan dalam kondisi laboratorium dan menggunakan non-betacoronavirus mengindikasikan bahwa perlindungan dari
penggunaan masker pada anak-anak usia antara 5 dan 11 tahun jauh lebih rendah dibandingkan pada orang dewasa, yang mungkin
berhubungan dengan kurang sesuainya bentuk dan ukuran masker35. Penelitian-penelitian lain menemukan bukti adanya tingkat
tertentu efek perlindungan untuk influenza baik untuk pengendalian sumber30 maupun perlindungan pada anak-anak34, meskipun
secara keseluruhan kepatuhan anak-anak usia di bawah 15 tahun dalam menggunakan masker secara konsisten masih buruk.
Sebagian penelitian, termasuk penelitian yang dilakukan dalam konteks influenza dan polusi udara, mendapati bahwa penggunaan
dan penerimaan masker sangat berbeda-beda di antara anak-anak, mulai dari sangat rendah hingga wajar dan menurun seiring waktu
menggunakan masker30,31,33,36-38. Sebuah penelitian dilakukan pada anak-anak sekolah dasar selama COVID-19 dan melaporkan
tingkat kepatuhan 51,6%.31 Beberapa penelitian menemukan bahwa saat menggunakan masker, anak-anak melaporkan faktor-faktor
seperti rasa panas, iritasi, kesulitan bernapas, ketidaknyamanan, rasa terganggu, kurangnya penerimaan sosial, dan bentuk serta
ukuran masker yang tidak sesuai30,33,36,37. Sejauh ini, efektivitas dan dampak masker untuk anak saat bermain dan berkegiatan
jasmani belum diteliti; namun, sebuah penelitian pada orang dewasa menemukan bahwa respirator N95 dan masker bedah
mengurangi kapasitas kardiopulmoner saat berkegiatan berat39.

Kesimpulan-kesimpulan utama
Menurut bukti terbatas yang tersedia, anak-anak kecil kemungkinan lebih tidak rentan terhadap infeksi dibandingkan orang
dewasa11,14, tetapi data yang tersedia mengindikasikan adanya perbedaan sesuai usia pada anak-anak17,21-25. Data dari penelitian-
penelitian seroepidemiologi dan penelitian-penelitian transmisi mengindikasikan bahwa anak-anak yang lebih tua (seperti remaja)
memiliki peran yang lebih penting dalam transmisi virus ini dibandingkan anak-anak yang berusia lebih muda11,14,17,21-25.
Manfaat penggunaan masker pada anak-anak untuk pengendalian COVID-19 harus dipertimbangkan dengan kemungkinan kerugian
terkait, seperti kelayakan dan ketidaknyamanan, serta kekhawatiran sosial dan komunikasi. Faktor-faktor perlu dipertimbangkan
juga mencakup kelompok usia, pertimbangan sosiokultural dan kontekstual serta ada atau tidaknya pengawasan orang dewasa dan
sumber-sumber daya lain untuk mencegah transmisi.
Dibutuhkan data penelitian-penelitian prospektif yang berkualitas di berbagai jenis lingkungan tentang peran anak-anak dan remaja
dalam transmisi SARS-CoV-240, tentang cara-cara meningkatkan penerimaan dan kepatuhan penggunaan masker, dan tentang
efektivitas penggunaan masker pada anak-anak. Penelitian-penelitian ini harus diprioritaskan dan mencakup penelitian prospektif
tentang transmisi dalam lingkungan pendidikan dan rumah tangga yang dibagi sesuai kelompok usia (idealnya usia <2, 2-4, 5-11,
dan >12 tahun) dan dengan pola prevalensi dan transmisi yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian di sekolah di wilayah
berpendapatan rendah dan menengah perlu diberi perhatian khusus.

Anjuran bagi pengambil keputusan tentang penggunaan masker oleh anak-anak di tengah masyarakat
Prinsip-prinsip mendasar
Karena terbatasnya bukti mengenai penggunaan masker pada anak-anak untuk COVID-19 atau penyakit-penyakit saluran
pernapasan lainnya, yang mencakup bukti-bukti terbatas tentang transmisi SARS-CoV-2 pada anak-anak pada usia-usia tertentu,
perumusan kebijakan oleh otoritas-otoritas nasional harus berpedoman prinsip-prinsip kesehatan masyarakat dan sosial mendasar
berikut:
• Jangan merugikan (do no harm): kepentingan, kesehatan, dan kesejahteraan anak harus diprioritaskan.
• Panduan tidak boleh berdampak negatif pada perkembangan dan hasil belajar.
• Panduan harus mempertimbangkan keterlaksanaan rekomendasi-rekomendasi di berbagai konteks sosial, budaya, dan
geografis, termasuk tempat-tempat dengan sumber daya yang terbatas, tempat kegiatan kemanusiaan, dan lingkungan anak-
anak dengan disabilitas atau kondisi kesehatan tertentu.

-2-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

Anjuran mengenai penggunaan masker pada anak


WHO dan UNICEF menganjurkan agar para pengambil keputusan menerapkan kriteria-kriteria ini untuk penggunaan masker pada
anak-anak saat menyusun kebijakan nasional, di negara-negara atau daerah-daerah di mana diketahui atau dicurigai terjadi transmisi
komunitas a SARS-CoV-2 dan di tempat-tempat di mana penjagaan jarak fisik tidak dapat dicapai.
1. Berdasarkan pendapat para pakar yang dikumpulkan melalui pertemuan dan proses konsultasi daring, anak-anak usia
bawah lima tahun sebaiknya tidak menggunakan masker untuk tujuan pengendalian sumber. Anjuran ini didorong oleh
pendekatan “jangan merugikan” dan mempertimbangkan:
• tahap-tahap penting dalam masa pertumbuhan anak b 41
• kesulitan dalam hal mematuhi penggunaan masker
• perlunya kemandirian untuk menggunakan masker secara tepat
Para pakar (dengan mengikuti metode-metode yang dideskripsikan di atas) menyadari keterbatasan bukti-bukti yang mendukung
pilihan batas usia; keputusan ini secara umum merupakan hasil konsensus. Alasannya mencakup pertimbangan bahwa pada usia
lima tahun, anak-anak biasanya sudah mencapai tahap-tahap penting pertumbuhan, termasuk deksteritas manual dan gerakan
koordinasi motorik halus yang diperlukan untuk menggunakan masker tanpa banyak dibantu.
Panduan dan kebijakan di beberapa negara merekomendasikan batas usia penggunaan masker yang berbeda dan lebih rendah42-45.
Diakui bahwa anak-anak dapat mencapai tahap-tahap penting pertumbuhan pada usia yang berbeda-beda dan anak-anak berusia
lima tahun ke bawah mungkin telah memiliki deksteritas yang diperlukan untuk menangani masker. Berdasarkan pendekatan jangan
merugikan, jika batas usia dua atau tiga tahun digunakan untuk rekomendasi penggunaan masker pada anak, harus dipastikan adanya
bahwa anak diawasi dengan sesuai dan konsisten, termasuk pengawasan langsung oleh orang dewasa yang mampu, dan bahwa anak
mematuhi penggunaan masker, terutama jika diperkirakan masker akan digunakan untuk waktu yang lama. Hal ini memastikan
masker digunakan dengan tepat dan kemungkinan bahaya pada anak terkait penggunaan masker dicegah.
Anak-anak dengan gangguan kognitif atau pernapasan yang kesulitan menggunakan masker tidak boleh diminta memakai masker
sama sekali.
Langkah-langkah PPI, kesehatan masyarakat, dan sosial lainnya harus diprioritaskan untuk meminimalisasi risiko transmisi SARS-
CoV-2 pada anak-anak usia lima tahun ke bawah, khususnya menjaga jarak fisik minimal 1 meter jika memungkinkan, mengedukasi
anak-anak untuk sering membersihkan tangan, dan membatasi jumlah murid dalam kelas. Pertimbangan-pertimbangan spesifik lain
seperti keberadaan orang-orang rentan atau anjuran medis dan kesehatan masyarakat setempat juga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan apakah anak-anak yang berusia lima tahun ke bawah perlu memakai masker.

2. Untuk anak-anak usia antara enam dan 11 tahun, keputusan penggunaan masker menggunakan pendekatan berbasis risiko.
Pendekatan ini harus mempertimbangkan:
• intensitas transmisi di daerah di mana anak berada dan data termutakhir/bukti yang tersedia akan risiko infeksi
dan transmisi dalam kelompok usia ini;
• lingkungan sosial dan budaya seperti kepercayaan, adat, atau norma-norma perilaku dan sosial yang
mempengaruhi komunitas dan interaksi sosial penduduk, terutama interaksi dengan dan di antara anak-anak;
• kemampuan anak mematuhi penggunaan masker yang tepat dan adanya pengawasan orang dewasa yang cukup;
• kemungkinan dampak pemakaian masker pada kegiatan belajar dan pertumbuhan psikososial; dan
• pertimbangan-pertimbangan spesifik serta adaptasi-adaptasi tambahan lainnya sesuai keadaan seperti rumah
tangga dengan anggota keluarga yang berusia lanjut, sekolah, kegiatan olahraga, atau anak-anak dengan disabilitas
atau penyakit penyerta.

3. Anjuran mengenai penggunaan masker pada anak dan remaja berusia 12 tahun ke atas sebaiknya mengikuti panduan WHO
untuk penggunaan masker pada orang dewasa1 dan/atau pedoman nasional pemakaian masker untuk orang dewasa.
Di negara-negara dengan pedoman nasional sekalipun, pertimbangan-pertimbangan spesifik serta adaptasi-adaptasi
tambahan lainnya sesuai keadaan seperti rumah tangga dengan anggota keluarga yang berusia lanjut, sekolah, kegiatan
olahraga, atau anak-anak dengan disabilitas atau penyakit penyerta perlu dijelaskan.

4. Penggunaan masker biasanya direkomendasikan untuk anak dengan imunokompromi atau untuk pasien anak dengan
fibrosis kistik atau penyakit-penyakit lain tertentu (seperti kanker) tetapi perlu dinilai dengan berkonsultasi dengan
penyedia layanan medis anak46,47.

a
Didefinisikan WHO sebagai “wabah transmisi lokal yang lebih besar yang ditetapkan berdasarkan penilaian faktor-faktor yang
mencakup, tetapi tidak terbatas pada: jumlah besar kasus yang tidak dapat dikaitkan dengan rantai-rantai penularan; jumlah besar
kasus dari surveilans sentinel; dan/atau banyak klaster yang tidak saling terkait di beberapa daerah di negara/wilayah/area”
(https://www.who.int/publications-detail/global-surveillance-for-covid-19-caused-by- human-infection-with-covid-19-virus-interim-guidance)
b
Contoh pertimbangan tahap-tahap penting dalam masa pertumbuhan anak menurut definisi CDC dapat dilihat di sini:
https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/pdf/checklists/Checklists-with- Tips_Reader_508.pdf
-3-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

Untuk anak-anak segala usia yang mengalami gangguan pertumbuhan, disabilitas, atau kondisi-kondisi kesehatan tertentu
lain yang dapat mengganggu pemakaian masker, pemakaian masker sebaiknya tidak diwajibkan dan dinilai secara kasus
per kasus oleh pendidik dan/atau penyedia layanan medis anak tersebut.

Pertimbangan implementasi
Hal-hal epidemiologis dan kontekstual setempat, seperti intensitas transmisi, kemungkinan penjagaan jarak fisik, atau kemungkinan
penerapan langkah-langkah ventilasi yang sesuai di lingkungan dalam ruangan, keberadaan anak-anak berbagai usia dan kontak
dengan orang-orang rentan perlu menjadi pertimbangan di samping kemungkinan kerugian dan dampak buruk penggunaan masker
dalam menerapkan anjuran penggunaan masker pada berbagai kelompok usia.
Komunikasi sesuai usia yang bertujuan meningkatkan pemahaman akan tujuan pemakaian masker, pemakaian masker yang aman
dan sesuai, serta pemeliharaan masker perlu diberikan melalui teladan oleh orang tua/pengawas, guru, pendidik, dan anggota
masyarakat yang terpercaya. Materi, pesan-pesan, dan mekanisme-mekanisme komunikasi tentang masker untuk anak harus tetap
fleksibel dan diadaptasi serta dikaji secara sistematis dan diperbarui berdasarkan perubahan bukti dan kebutuhan serta pertanyaan
masyarakat48,49. Pandangan dan setiap kekhawatiran anak-anak tentang pemakaian masker juga perlu didengar. Komunikasi yang
disesuaikan perlu tersedia untuk berbagai lingkungan sosial, budaya, dan bahasa, yang disertai adanya mekanisme umpan balik
untuk menanggapi pertanyaan dan ekspektasi anak.
Pesan-pesan pendidikan dan komunikasi khusus perlu disusun guna memastikan bahwa penggunaan masker tidak menimbulkan
perasaan aman yang semu atau pengabaian langkah-langkah kesehatan masyarakat lain oleh anak-anak. Penting untuk ditekankan
bahwa penggunaan masker adalah salah satu alat dan bahwa anak-anak harus mematuhi penjagaan jarak fisik, menjaga kebersihan
tangan, dan etiket bersin dan batuk. Orang tua, anggota keluarga, guru, dan pendidik berperan penting dalam memastikan bahwa
pesan-pesan ini konsisten disampaikan kepada anak-anak.
Strategi-strategi untuk membantu anak-anak terutama yang masih kecil dalam menangani masker secara aman dan efektif harus
dimasukkan dalam implementasi anjuran ini, seperti proses yang aman menyimpan masker yang akan digunakan lagi oleh anak
yang sama setelah makan atau berolahraga, penyimpanan masker kotor (misalnya, dalam kantong atau wadah khusus) sebelum
dicuci, dan penyimpanan serta penyediaan masker bersih tambahan jika masker seorang anak menjadi kotor, basah, atau hilang.
Masker harus disediakan bebas biaya bagi anak-anak yang hidup di tengah rumah tangga dan daerah dengan kerentanan sosial dan
sumber daya yang terbatas guna memastikan akses yang setara bagi semua anak. Penyediaan masker untuk perjalanan dari dan ke
sekolah juga perlu dipertimbangkan.
Desain masker untuk anak sebaiknya mempertimbangkan kualitas keseluruhan kain, kemudahan bernapas dan kenyamanan selama
penggunaan1, serta kesesuaian untuk anak (ukuran, warna, desain, dll. yang sesuai) untuk meningkatkan penerimaan dan
penggunaan masker oleh anak. Perawatan masker dan penggantian masker saat basah atau kotor perlu mendapat perhatian khusus.
Langkah-langkah khusus perlu diadakan bagi anak-anak berusia di bawah 12 tahun yang berada dalam situasi di mana mereka
diminta memakai masker.
Batas usia pemakaian masker sebaiknya disesuaikan dengan lingkungan sosial atau sekolah guna menghindari stigma dan perasaan
terasing pada anak-anak yang berada dalam kelompok campur usia di mana mungkin ada anak-anak lain yang berusia di bawah
batas usia pemakaian masker. Sebagai contoh, jika ada anak-anak yang berusia lebih tua yang dianjurkan memakai masker di kelas
yang sama dengan anak-anak yang berusia di bawah batas usia pemakaian masker, anak-anak yang lebih tua ini dapat tidak memakai
masker.

Pertimbangan-pertimbangan tambahan untuk anak-anak dengan disabilitas


Anak-anak dengan gangguan pertumbuhan atau disabilitas dapat menghadapi hambatan, keterbatasan, dan risiko tambahan sehingga
perlu diberi alternatif-alternatif penggunaan masker, misalnya pelindung wajah (face shield) (lihat di bawah). Kebijakan tentang
masker perlu diadaptasi untuk anak-anak dengan disabilitas berdasarkan pertimbangan sosial, budaya, dan lingkungan.
Beberapa anak dengan disabilitas membutuhkan kontak fisik erat dengan terapis, pendidik, atau petugas layanan sosial. Dalam
konteks ini, semua pemberi rawat harus menggunakan langkah-langkah PPI utama, termasuk penggunaan masker, dan lingkungan
harus disesuaikan untuk memperkuat PPI.
Pemakaian masker oleh anak-anak dengan kehilangan pendengaran atau masalah pendengaran dapat memberikan hambatan dalam
belajar dan tantangan-tantangan lebih lanjut yang diperburuk dengan perlunya mematuhi penjagaan jarak fisik yang
direkomendasikan50. Anak-anak ini dapat kehilangan kesempatan-kesempatan belajar karena berkurangnya isyarat ujaran akibat
pemakaian masker, hilangnya pembacaan bibir dan ekspresi wajah saat berbicara, dan penjagaan jarak fisik. Masker yang
disesuaikan sehingga memungkinkan pembacaan bibir (misalnya, masker transparan) atau penggunaan pelindung wajah (lihat di
bawah) dapat dipertimbangkan menjadi alternatif masker kain51.

Pertimbangan-pertimbangan tambahan untuk lingkungan sekolah


Untuk memfasilitasi pelaksanaan panduan ini di lingkungan sekolah (sesuai standar nasional) disarankan agar kategori-kategori usia
disesuaikan dengan struktur tingkat pendidikan nasional/setempat.

-4-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

Penggunaan masker oleh anak-anak dan remaja di sekolah harus menjadi bagian dari strategi komprehensif untuk membatasi
penyebaran COVID-19. Panduan-panduan berikut dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun kebijakan dan program baik
untuk strategi komprehensif keamanan sekolah saat sekolah kembali dibuka atau untuk dilaksanakan dalam konteks COVID-19.
• WHO considerations for school-related public health measures in the context of COVID-19
• WB/WFP/UNESCO/UNICEF framework for school reopening
• WHO/UNICEF/IFRC Interim Guidance for COVID-19 Prevention and Control in Schools
Sebagai bagian dari strategi komprehensif keamanan sekolah saat pembukaan kembali, pandangan guru dan pendidik tentang
persepsi risiko dan beban waktu yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan pada kebijakan-kebijakan COVID-19 di sekolah dan
ruang kelas–termasuk penggunaan masker oleh anak-anak–sebaiknya dipertimbangkan. Situasi-situasi di mana pemakaian masker
dapat banyak mengganggu proses pembelajaran dan berdampak negatif pada kegiatan-kegiatan sekolah yang penting seperti
pendidikan jasmani, program penyediaan makanan, waktu bermain, dan olahraga – serta kegiatan belajar mengajar – memerlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus.
Jika masker kain direkomendasikan untuk dipakai di sekolah, sebaiknya diberikan instruksi dan suplai khusus agar masker kain
disimpan, ditangani, dan tersedia secara aman (lihat di atas). Perlu dipastikan bahwa masker yang sesuai cukup tersedia untuk semua
anak-anak di sekolah. Persyaratan dasar air, sanitasi, dan kebersihan harus dipenuhi di gedung sekolah sehingga langkah-langkah
PPI yang komprehensif dapat diterapkan dan dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan sesuai usia.
Jika masker medis atau sekali pakai digunakan dalam situasi-situasi tertentu, sistem pengelolaan limbah termasuk pembuangan
masker bekas perlu disusun untuk mengurangi risiko dibuangnya masker terkontaminasi di sekolah dan tempat bermain.
Tidak boleh ada anak yang terhalangi mendapatkan pendidikan karena pemakaian masker atau karena kurangnya masker akibat
sumber daya yang rendah atau tidak tersedianya masker50.

Alternatif masker kain untuk anak-anak


Pelindung wajah
Pelindung wajah (face shield) dirancang untuk digunakan52 untuk memberikan perlindungan dari cipratan cairan biologis (terutama
sekresi saluran pernapasan), bahan kimia, dan debu53,54 ke mata. Dalam konteks perlindungan dari transmisi SARS-CoV-2 melalui
droplet (percikan) saluran pernapasan, pelindung wajah digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai alat pelindung diri (APD) untuk
melindungi mata yang dikombinasikan dengan masker medis atau respirator55,56. Dalam konteks COVID-19 di masyarakat, beberapa
anak mungkin tidak dapat memakai masker karena berbagai alasan (seperti masalah kesehatan dan rasa takut terhadap masker), dan
karenanya pelindung wajah dapat dipertimbangkan sebagai alternatif masker sebagai pelindung dari droplet saluran pernapasan atau
sebagai pengendalian sumber, jika pelindung wajah tersedia dan lebih mungkin serta dapat digunakan57,58. Beberapa negara seperti
Australia59 merekomendasikan pelindung wajah sebagai alternatif masker. Negara-negara lain seperti Singapura60 menganjurkan
agar masker dan pelindung wajah digunakan bersamaan sambil menyadari bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dapat
dikecualikan dari memakai baik masker maupun pelindung wajah.
WHO dan UNICEF telah mengkaji bukti-bukti yang saat ini tersedia mengenai penggunaan pelindung wajah untuk melindungi dari
droplet saluran pernapasan dan/atau pengendalian sumber dalam konteks pandemi COVID-19. Meskipun pelindung wajah dapat
memberikan perlindungan sebagian55 area wajah dari droplet saluran pernapasan serta mudah digunakan, efektivitas pelindung
wajah untuk pengendalian sumber belum cukup diteliti. Droplet dapat terembus atau terhirup dari celah-celah antara bagian depan
pelindung dan wajah52. Celah-celah ini adalah salah satu kelemahan inheren pada rancangan pelindung wajah53. Kelemahan-
kelemahan lain termasuk pantulan cahaya, pengembunan, gangguan optik, dan ukurannya yang lebih besar dibandingkan kacamata
goggle dan kacamata keamanan61. Ada banyak rancangan pelindung wajah yang mencoba mengatasi batasan-batasan ini, tetapi
standar tes laboratorium saat ini baru menguji kemampuan pelindung wajah melindungi mata dari cipratan bahan kimia61,62.
Penelitian lebih lanjut dan standar-standar laboratorium merupakan kebutuhan mendesak untuk menginvestigasi efektivitas
pelindung wajah dalam melindungi dari droplet saluran pernapasan dan/atau pengendalian sumber56. Saat ini, pelindung wajah
dipandang memberikan hanya perlindungan bagi mata dalam tingkat tertentu dan sebaiknya tidak dipandang setara dengan masker
dalam hal perlindungan dari droplet saluran pernapasan dan/atau pengendalian sumber.
WHO dan UNICEF akan terus memantau informasi baru tentang penggunaan masker wajah untuk pencegahan transmisi virus
saluran pernapasan. WHO dan UNICEF menyarankan bahwa jika penjagaan jarak fisik tidak dapat dilakukan dan jika terdapat
situasi-situasi khusus di mana pemakaian masker menjadi tidak praktis (misalnya, pada anak-anak dengan kehilangan pendengaran
atau disabilitas atau kondisi kesehatan lain yang membatasi kepatuhan pemakaian masker kain atau medis dan yang alhasil
membatasi manfaat masker), pelindung wajah dapat digunakan sambil mempertimbangkan hal-hal berikut:
• Pelindung wajah merupakan penghalang fisik yang tidak lengkap dan tidak memiliki lapisan filtrasi seperti masker.
• Pelindung wajah harus menutupi seluruh wajah, melengkung ke samping wajah, dan mencapai bawah dagu58.
• Pelindung wajah berulang pakai perlu dibersihkan dengan tepat (dengan sabun atau detergen dan air), didisinfeksi (dengan
70-90% alkohol) dan disimpan setelah digunakan44. Sebaiknya pelindung wajah yang dipilih untuk digunakan adalah
pelindung wajah yang tahan terhadap penggunaan disinfektan tanpa kerusakan sifat-sifat optiknya.
• Penjagaan jarak minimal 1 m harus dilakukan di mana memungkinkan, sambil terus dipromosikannya kebiasaan sering
mencuci tangan dan etiket bersin dan batuk56.
• Pengenaan, pemakaian, dan pelepasan masker harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari cedera pada anak.
-5-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

Pemantauan dan evaluasi dampak penggunaan masker pada anak-anak


Jika pihak-pihak yang berwenang memutuskan untuk merekomendasikan pemakaian masker bagi anak-anak, informasi-informasi
penting harus dikumpulkan secara teratur untuk menyertai dan memantau intervensi ini. Pemantauan dan evaluasi harus sudah
tersusun sejak awal dan mencakup indikator-indikator yang mengukur dampaknya pada kesehatan anak, termasuk kesehatan jiwa;
penurunan transmisi SARS-CoV-2; pendorong dan penghalang pemakaian masker; dan dampak sekunder pada pembelajaran anak
dalam pertumbuhan, kehadiran anak di sekolah, kemampuan anak berekspresi atau mengakses pendidikan; serta dampak pada anak-
anak dengan keterlambatan pertumbuhan, kondisi kesehatan, disabilitas, atau kerentanan lain.
Sebaiknya data digunakan sebagai masukan dalam strategi komunikasi; pelatihan dan dukungan bagi guru, pendidik, dan orang tua;
kegiatan pelibatan anak-anak; dan distribusi materi yang memberdayakan anak-anak untuk menggunakan masker dengan tepat.
Analisis sebaiknya mencakup stratifikasi jenis kelamin, usia, serta kondisi fisik, sosial, dan ekonomi untuk memastikan bahwa
implementasi kebijakan memberikan sumbangsih dalam pengurangan ketimpangan kesehatan dan sosial.

WHO dan UNICEF terus memantau dengan cermat kemunculan bukti-bukti mengenai topik ini dan perubahan situasi yang dapat
berdampak pada panduan interim ini. Jika ada faktor apa pun yang berubah, WHO dan UNICEF akan menerbitkan pembaruan lebih
lanjut. Jika tidak, panduan interim ini akan habis masa berlakunya enam bulan setelah tanggal penerbitan.

Ucapan terima kasih


Penyusunan dokumen ini dikonsultasikan dengan anggota-anggota dari:
1. WHO Health Emergencies Programme (WHE) Ad-hoc COVID-19 Guidance Development Group:
Jameela Alsalman, Kementerian Kesehatan, Bahrain; Anucha Apisarnthanarak, Thammsat University Hospital,
Thailand; Baba Aye, Public Services International, Perancis; Roger Chou, Oregon Health Science University, AS; May
Chu, Colorado School of Public Health, AS; John Conly, Alberta Health Services, Kanada; Barry Cookson, University
College London, Inggris; Nizam Damani, Southern Health & Social Care Trust, Inggris; Dale Fisher, Goarn, Singapura;
Tiouiri Benaissa Hanene, CHU La Rabta Tunisia; Joost Hopman, Radboud University Medical Center, Belanda; Mushtuq
Husain, Institute of Epidemiology, Disease Control & Research, Bangladesh; Kushlani Jayatilleke, Sri Jayewardenapura
General Hospital, Sri Lanka; Seto Wing Jong, School of Public Health, Hong Kong SAR, Tiongkok; Souha Kanj,
American University of Beirut Medical Center, Lebanon; Daniele Lantagne, Tufts University, AS; Fernanda Lessa,
Centers for Disease Control and Prevention, AS; Anna Levin, University of São Paulo, Brazil; Yuguo Li, The University
of Hong Kong, Tiongkok; Ling Moi Lin, Sing Health, Singapura; Caline Mattar, World Health Professions Alliance, AS;
MaryLouise McLaws, University of New South Wales, Australia; Geeta Mehta, Journal of Patient Safety and Infection
Control, India; Shaheen Mehtar, Infection Control Africa Network, Afrika Selatan; Ziad Memish, Kementerian
Kesehatan, Saudi Arabia; Babacar Ndoye, Infection Control Africa Network, Senegal; Fernando Otaiza, Kementerian
Kesehatan, Chile; Diamantis Plachouras, European Centre for Disease Prevention and Control, Swedia; Maria Clara
Padoveze, School of Nursing, University of São Paulo, Brazil; Mathias Pletz, Jena University, Jerman; Marina Salvadori,
Public Health Agency of Canada, Kanada; Ingrid Schoeman, TB Proof, Afrika Selatan; Mitchell Schwaber, Kementerian
Kesehatan, Israel; Nandini Shetty, Public Health England, Inggris; Mark Sobsey, University of North Carolina, AS; Paul
Ananth Tambyah, National University Hospital, Singapura; Andreas Voss, Canisus-Wilhelmina Ziekenhuis, Belanda;
Walter Zingg, University of Geneva Hospitals, Swiss.

2. Para pakar dari UNICEF:


Maya Arii, Gregory Built, Simone Carter, Carlos Navarro Colorado, Anne Detjen, Nada Elattar, Maria Agnese
Giordano, Gagan Gupta, Nagwa Hasanin, Linda Jones, Raoul Kamadjeu, Sarah Karmin, Asma Maladwala, Ana Nieto,
Luwei Pearson Sarah Karmin, Jerome Pfaffmann.

3. Pengulas eksternal:
Susanna Esposito, World Association for Infectious Diseases and Immunological Disorders dan University of Parma,
Italia; Angela Dramowski, Stellenbosch University, Afrika Selatan; Alfredo Tagarro, Universidad Europea de Madrid,
Spanyol.

Pengulas dari IPA:


Berthold Koletzko, Ludwig-Maximilians-Universität München, Jerman; Margaret Fisher, Department of Pediatrics,
Monmouth Medical Center, AS; Jonathan Klein, University of Illinois at Chicago, IPA Executive Committee dan Focal
Point for WHO Collaboration, AS; Jane E Lucas, International Health and Child Development IPA Strategic Advisory
Group on Early Child Development, AS; Mohamad Mikati Division of Pediatric Neurology and Developmental
Medicine, Duke University Medical Center, AS; Aman Pulungan, Universitas Indonesia, dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia dan Asia Pacific Pediatric Association; Susan M Sawyer, International Association for Adolescent Health dan

-6-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

University of Melbourne, Australia; Mortada El-Shabrawi, Cairo University, Mesir; Russell M Viner, Faculty of
Population Health Sciences of University College London dan Royal College of Pediatrics and Child Health, Inggris.

4. WHO Secretariat:
Benedetta Allegranzi, Gertrude Avortri, Mekdim Ayana, Hanan Balkhy, April Baller, Elizabeth Barrera-Cancedda,
Alessandro Cassini, Giorgio Cometto, Ana Paula Coutinho Rehse, Sophie Harriet Dennis, Sergey Eremin, Dennis
Nathan Ford, Jonas Gonseth-Garcia, Rebecca Grant, Tom Grein, Ivan Ivanov, Landry Kabego, Pierre Claver Kariyo,
Ying Ling Lin, Olivier Le Poulin, Ornella Lincetto, Abdi Rahman Mahamud, Madison Moon, Takeshi Nishijima, Pillar
Ramon- PardoAlice Simniceanu, Valeska Stempliuk, Maha Talaat Ismail, Joao Paulo Toledo, Anthony Twywan, Maria
Van Kerkhove, Vicky Willet, Masahiro Zakoji, Bassim Zayed, Wilson Were.

Referensi
1. World Health Organization. Advice on the use of masks in the context of COVID-19. Jenewa: World Health Organization;
2020 (https://apps.who.int/iris/handle/10665/331693 diakses 20 Agustus 2020).
2. UNICEF. Convention on the Rights of the Child text. 1990 (https://www.unicef.org/child-rights-convention/convention- text
diakses 20 Agustus 2020).
3. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports.
4. Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, et al. Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. N Engl J Med.
2020;382(18):1708-20. Epub 2020/02/29.
5. Wortham JM, Lee JT, Althomsons S, et al. Characteristics of Persons Who Died with COVID-19 - United States, February
12-May 18, 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2020;69(28):923-9. Epub 2020/07/17.
6. European Centre for Disease Prevention and Control. COVID-19 in children and the role of school settings in COVID-19
transmission. 6 Agustus 2020 (https://www.ecdc.europa.eu/sites/default/files/documents/COVID-19-schools-transmission-
Agustus%202020.pdf diakses 20 Agustus 2020).
7. CDC COVID-19 Response Team. Coronavirus Disease 2019 in Children - United States, February 12-April 2, 2020. MMWR
Morb Mortal Wkly Rep. 2020;69(14):422-6. Epub 2020/04/10.
8. Ladhani SN, Amin-Chowdhury Z, Davies HG, et al. COVID-19 in children: analysis of the first pandemic peak in England.
Arch Dis Child. 2020:archdischild-2020-320042.
9. Joint IPA-UNICEF COVID-19 Information Brief. Epidemiology, Spectrum, and Impact of COVID-19 on Children,
Adolescents, and Pregnant Women. (https://ipa-world.org/society-resources/code/images/HjNYEyfuM250.pdf diakses 20
Agustus 2020).
10. L'Huillier AG, Torriani G, Pigny F, Kaiser L, Eckerle I. Culture-Competent SARS-CoV-2 in Nasopharynx of Symptomatic
Neonates, Children, and Adolescents. Emerg Infect Dis. 2020;26(10). Epub 2020/07/01.
11. Goldstein E, Lipsitch M, Cevik M. On the effect of age on the transmission of SARS-CoV-2 in households, schools and the
community. medRxiv. 2020. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.07.19.20157362v2 diakses 20 Agustus 2020).
12. Li X, Xu W, Dozier M, et al. The role of children in transmission of SARS-CoV-2: A rapid review. J Glob Health.
2020;10(1):011101. Epub 2020/07/03.
13. Ludvigsson JF. Children are unlikely to be the main drivers of the COVID-19 pandemic - A systematic review. Acta Paediatr.
2020;109(8):1525-30. Epub 2020/05/21.
14. Viner M, Mytton O, Bonnell C, et al. Susceptibility to and transmission of COVID-19 amongst children and adolescents
compared with adults: a systematic review and meta-analysis. medRxiv. 2020.
(https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.05.20.20108126v1 diakses 20 Agustus 2020).
15. Macartney K, Quinn HE, Pillsbury AJ, Koirala A, Deng L, Winkler N, et al. Transmission of SARS-CoV-2 in Australian
educational settings: a prospective cohort study. Lancet Child Adolesc Health. 2020. Epub 2020/08/08.
16. Fontanet A, Grant R, Tondeur L, et al. SARS-CoV-2 infection in primary schools in northern France: A retrospective cohort
study in an area of high transmission. medRxiv. 2020. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.06.25.20140178v2
diakses 20 Agustus 2020).
17. Fontanet A, Tondeur L, Madec Y et al. Cluster of COVID-19 in northern France: A retrospective closed cohort study.
medRxiv. 2020. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.18.20071134v1 diakses 20 Agustus 2020)
18. Stein-Zamir C, Abramson N, Shoob H, et al. A large COVID-19 outbreak in a high school 10 days after schools' reopening,
Israel, May 2020. Euro Surveill. 2020;25(29). Epub 2020/07/29.
19. Torres JP, Pinera C, De La Maza V, et al. SARS-CoV-2 antibody prevalence in blood in a large school community subject to
a Covid-19 outbreak: a cross-sectional study. Clin Infect Dis. 2020. Epub 2020/07/11.
20. Heavey L, Casey G, Kelly C, Kelly D, McDarby G. No evidence of secondary transmission of COVID-19 from children
attending school in Ireland, 2020. Euro Surveill. 2020;25(21). Epub 2020/06/04.
21. Stringhini S, Wisniak A, Piumatti G, et al. Seroprevalence of anti-SARS-CoV-2 IgG antibodies in Geneva, Switzerland
(SEROCoV-POP): a population-based study. Lancet. 2020;396(10247):313-9. Epub 2020/06/15.
22. Public Health England. Weekly Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Surveillance Report. Summary of COVID-19
surveillance systems. 2020.
23. Streeck H, Schulte B, Kümmerer B, et al. Infection fatality rate of SARS-CoV-2 infection in a German community with a
super-spreading event. medRxiv. 2020 (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.05.04.20090076v2 diakses 20
Agustus 2020).

-7-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

24. Shakiba M, Nazari S, Mehrabian F, et al. Seroprevalence of COVID-19 virus infection in Guilan province, Iran. medRxiv.
2020 (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.26.20079244v1 diakses 20 Agustus 2020).
25. Lu Y, Li Y, Deng W, et al. Symptomatic Infection is Associated with Prolonged Duration of Viral Shedding in Mild
Coronavirus Disease 2019: A Retrospective Study of 110 Children in Wuhan. Pediatr Infect Dis J. 2020;39(7):e95-e9. Epub
2020/05/08.
26. Danis K, Epaulard O, Benet T, et al. Cluster of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in the French Alps, February 2020.
Clin Infect Dis. 2020;71(15):825-32. Epub 2020/04/12.
27. Xu Y, Li X, Zhu B, , et al. Characteristics of pediatric SARS-CoV-2 infection and potential evidence for persistent fecal viral
shedding. Nat Med. 2020;26(4):502-5. Epub 2020/04/15.
28. Heald-Sargent T, Muller WJ, Zheng X, Rippe J, Patel AB, Kociolek LK. Age-Related Differences in Nasopharyngeal Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Levels in Patients With Mild to Moderate Coronavirus Disease
2019 (COVID-19). JAMA Pediatr. 2020. Epub 2020/08/04.
29. Jones TC, Mühlemann B, Veith T, et al. An analysis of SARS-CoV-2 viral load by patient age. medRxiv. 2020
(http://medrxiv.org/lookup/doi/10.1101/2020.06.08.20125484 diakses 20 Agustus 2020).
30. Canini L, Andreoletti L, Ferrari P, et al. Surgical mask to prevent influenza transmission in households: a cluster randomized
trial. PLoS One. 2010;5(11):e13998. Epub 2010/11/26.
31. Chen X, Ran L, Liu Q, Hu Q, Du X, Tan X. Hand Hygiene, Mask-Wearing Behaviors and Its Associated Factors during the
COVID-19 Epidemic: A Cross-Sectional Study among Primary School Students in Wuhan, China. Int J Environ Res Public
Health. 2020;17(8). Epub 2020/04/26.
32. Simmerman JM, Suntarattiwong P, Levy J, et al. Findings from a household randomized controlled trial of hand washing and
face masks to reduce influenza transmission in Bangkok, Thailand. Influenza Other Respir Viruses. 2011;5(4):256-67. Epub
2011/06/10.
33. Suess T, Remschmidt C, Schink SB, et al. The role of facemasks and hand hygiene in the prevention of influenza
transmission in households: results from a cluster randomised trial; Berlin, Germany, 2009-2011. BMC Infect Dis.
2012;12:26. Epub 2012/01/28.
34. Uchida M, Kaneko M, Hidaka Y, et al. Effectiveness of vaccination and wearing masks on seasonal influenza in Matsumoto
City, Japan, in the 2014/2015 season: An observational study among all elementary schoolchildren. Prev Med Rep.
2017;5:86-91. Epub 2016/12/17.
35. van der Sande M, Teunis P, Sabel R. Professional and home-made face masks reduce exposure to respiratory infections
among the general population. PLoS One. 2008;3(7):e2618. Epub 2008/07/10.
36. Allison MA, Guest-Warnick G, Nelson D, et al. Feasibility of elementary school children's use of hand gel and facemasks
during influenza season. Influenza Other Respir Viruses. 2010;4(4):223-9. Epub 2010/09/15.
37. Stebbins S, Downs JS, Vukotich CJ, Jr. Using nonpharmaceutical interventions to prevent influenza transmission in
elementary school children: parent and teacher perspectives. J Public Health Manag Pract. 2009;15(2):112-7. Epub
2009/02/10.
38. Smart NR, Horwell CJ, Smart TS, Galea KS. Assessment of the Wearability of Facemasks against Air Pollution in Primary
School-Aged Children in London. Int J Environ Res Public Health. 2020;17(11). Epub 2020/06/06.
39. Fikenzer S, Uhe T, Lavall D, et al. Effects of surgical and FFP2/N95 face masks on cardiopulmonary exercise capacity. Clin
Res Cardiol. 2020. Epub 2020/07/08.
40. World Health Organization. Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions. Jenewa: World
Health Organization; 2020 (https://www.who.int/publications/i/item/modes-of-transmission-of-virus-causing-covid- 19-
implications-for-ipc-precaution-recommendations diakses 20 Agustus 2020).
41. Shelov S AT. Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age 5, Fifth Edition. American Academy of Pediatrics. Elk
Grove Village, IL. . 2009.
42. Centers for Disease Control and Prevention. Considerations for Wearing Masks.Amerika Serikat;2020
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/prevent-getting-sick/cloth-face-cover-guidance.html diakses 14 Agustus 2020).
43. Swiss Federal Office for Public Health. New coronavirus: Masks. Koniz;2020
(https://www.bag.admin.ch/bag/en/home/krankheiten/ausbrueche-epidemien-pandemien/aktuelle-ausbrueche-
epidemien/novel-cov/masken.html diakses 20 Agustus 2020).
44. Department of Health and Social Care. Face coverings: when to wear one and how to make your own. Inggris;2020
(https://www.gov.uk/government/publications/face-coverings-when-to-wear-one-and-how-to-make-your- own/face-
coverings-when-to-wear-one-and-how-to-make-your-own diakses 20 Agustus 2020).
45. American Academy of Pediatrics. Cloth Face Coverings for Children During COVID-19. 2020
(https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/COVID-19/Pages/Cloth-Face-Coverings-for-Children-
During-COVID-19.aspx diakses 20 Agustus 2020).
46. Centers for Disease Control and Prevention. If You Are Immunocompromised, Protect Yourself From COVID-19. Amerika
Serikat;2020 (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/immunocompromised.html diakses 20
Agustus 2020).
47. Cystic Fibrosis Foundation. COVID-19 Community Questions and Answers. 2020 (https://www.cff.org/Life-With- CF/Daily-
Life/Germs-and-Staying-Healthy/CF-and-Coronavirus/COVID-19-Community-Questions-and-
Answers/#:~:text=People%20with%20CF%20should%20continue,cross%2Dinfection%20from%20CF%20germs. diakses 20
Agustus 2020).
48. Esposito S, Principi N. To mask or not to mask children to overcome COVID-19. Eur J Pediatr. 2020. Epub 2020/05/11.
49. Del Valle SY, Tellier R, Settles GS, Tang JW. Can we reduce the spread of influenza in schools with face masks? Am J Infect
Control. 2010;38(9):676-7. Epub 2010/07/08.

-8-
Lampiran: Anjuran mengenai penggunaan masker untuk anak-anak di tengah masyarakat dalam konteks COVID-19

50. American Cochlear Implant Alliance. Consideration of face shields as a return to school option. 2020
(https://www.acialliance.org/page/consideration-of-face-shields-as-return-to-school-option diakses 20 Agustus 2020).
51. United Nations. Transparent masks aid communication for hard of hearing. 2020
(https://www.un.org/en/coronavirus/transparent-masks-aid-communication-hard-hearing diakses 20 Agustus 2020).
52. Lindsley WG, Noti JD, Blachere FM, Szalajda JV, Beezhold DH. Efficacy of face shields against cough aerosol droplets from
a cough simulator. J Occup Environ Hyg. 2014;11(8):509-18. Epub 2014/01/29.
53. Hirschmann MT, Hart A, Henckel J, Sadoghi P, Seil R, Mouton C. COVID-19 coronavirus: recommended personal
protective equipment for the orthopaedic and trauma surgeon. Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc. 2020;28(6):1690-8.
Epub 2020/04/29.
54. Anon JB, Denne C, Rees D. Patient-Worn Enhanced Protection Face Shield for Flexible Endoscopy. Otolaryngol Head Neck
Surg. 2020;163(2):280-3. Epub 2020/06/10.
55. Kähler CJ, Hain R. Fundamental protective mechanisms of face masks against droplet infections. Journal of Aerosol Science
148, 105617. (https://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2020.105617 diakses 20 Agustus 2020).
56. World Health Organization. Rational use of personal protective equipment for coronavirus disease 2019 (COVID-19).
Jenewa: World Health Organization; 2020 (https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/1274340/retrieve diakses 20 Agustus
2020).
57. Tony Blair Institute for Global Change. The Role of Face Shields in Responding to Covid-19. 2020
(https://institute.global/sites/default/files/articles/The-Role-of-Face-Shields-in-Responding-to-Covid-19.pdf diakses 20
Agustus, 2020).
58. Perencevich EN, Diekema DJ, Edmond MB. Moving Personal Protective Equipment Into the Community: Face Shields and
Containment of COVID-19. JAMA. 2020. Epub 2020/04/30.
59. Victoria State Health and Human Services. Face coverings: whole of Victoria. 2020 (https://www.dhhs.vic.gov.au/face-
coverings-covid-19#what-does-wearing-a-face-covering-mean diakses 20 Agustus 2020).
60. Ministry of Health. Guidance for use of masks and face shields. Singapura;2020 (https://www.moh.gov.sg/news-
highlights/details/guidance-for-use-of-masks-and-face-shields diakses 20 Agustus 2020).
61. Roberge RJ. Face shields for infection control: A review. J Occup Environ Hyg. 2016;13(4):235-42. Epub 2015/11/13.
62. World Health Organization. Disease Commodity Package v5. Jenewa: World Health Organization; 2020
(https://www.who.int/emergencies/what-we-do/prevention-readiness/disease-commodity-packages/dcp-ncov.pdf?ua=1
diakses Agustus 20, 2020).

WHO dan UNICEF terus memantau perubahan situasi yang dapat berdampak pada panduan interim ini. Jika ada faktor apa pun
yang berubah, pembaruan akan diterbitkan. Jika tidak, panduan interim ini akan habis masa berlakunya dua tahun setelah tanggal
penerbitan.

© World Health Organization dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), 2020. Sebagian hak dilindungi. Karya ini tersedia
berdasarkan lisensi CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
Nomor referensi WHO: WHO/2019-nCoV/IPC_Masks/Children/2020.1

-9-

Anda mungkin juga menyukai