Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No.

1 : 7-15
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2016.17.1.7
Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 online pada http://ejournal.unud.ac.id/php.index/jvet.

Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Tinja Orangutan


Penderita Gangguan Gastrointestinal
(BACTERIAL ISOLATION AND IDENTIFICATION IN FAECES
OF ORANGUTAN WITH GASTROINTESTINAL DISTURBANCE)

Michael Haryadi Wibowo1, Antasiswa Windraningtyas Rosetyadewi2,


Agustina Dwi Wijayanti2, Claudia Mona Airin3.

1
Bagian Mikrobiologi, 2Bagian Farmakologi, 3Bagian Fisiologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada.
Jl. Fauna No 2, Karangmalang, Yogyakarta, 55281.
Telp: 0274-560862; Email: mhwibowo@ugm.ac.id

ABSTRAK

Orangutan merupakan salah satu satwa yang dilindungi undang-undang. Salah satu permasalahan
kesehatan yang sering didapati pada orangutan adalah adanya gangguan gastrointestinal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Sejauh ini data mikrobiologi penyebab penyakit pada orangutan belum banyak
dipublikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit
pada kasus gangguan gastrointestinal pada orangutan. Sampel ulas feses pada kasus gangguan
gastrointestinal pada orangutan diperoleh dari Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta dan Yayasan Borneo
Orangutan Survival, Semboja, Kalimantan Timur. Isolasi dilakukan dengan teknis agar gores pada media
selektif Gram negatif untuk memperoleh biakan murni. Konfirmasi biakan murni untuk mengamati
morfologi sel dilakukan dengan pengecatan Gram. Identifikasi biokimia bakteri enterik mengacu pada
Bergey’s Manual Determinative Bacteriology. Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai uji biokimia
bahwa sampel feses dari kasus penyakit gastrointestinal orangutan yang ditangkarkan di Yayasan
Konservasi Sumberdaya Alam Yogyakarta, dapat diidentifikasi tiga jenis bakteri yaitu: Citrobacter
amalonaticus, Providensia rustigianii, dan Proteus mirabilis. Sampel dari Borneo Orangutan Survival,
Semboja, Kalimantan Timur dapat diidentifikasi tiga bakteri yaitu: Klebsiella planticola, Enterobanter
agglomerans, dan Escherichia coli.

Kata-kata kunci: bakteri enterik, biakan murni, reaksi biokimia, orangutan.

ABSTRACT

Orangutans are among protected animals by the law. One of orangutans’ main health problems is
gastrointestinal disease due to bacterial infection. Microbiological data of causative agent of illness in
orangutan still not much reported scientifically. This research aim was to identify causative agent of
bacterial infection on gastrointestinal disorder in orangutan isolated from stool samples. The samples
were collected from Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta and Borneo Orangutan Survival, Semboja,
Kalimantan Timur. Fresh fecal samples were collected using sterile swab and put them into a sterile
transport media. To achieve pure cultures, bacterial isolation was performed by using plate streaking on
selective media. Gram stain was done to confirm the cell uniformity and morphology. Bacterial
identification was performed according to Bergey’s Manual Determinative Bacteriology on some biochemical
characters to determine the isolated bacteria. The result showed that three bacteria were identified from
stool samples orangutan from Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta, i.e.: Citrobacter amalonaticus,
Providensia rustigianii, and Proteus mirabilis. Meanwhile, three bacteria, which were Klebsiella planticola,
Enterobanter agglomerans and Escherichia coli, were also identified in samples taken from Borneo orangutan.

Key words: enteric bacteria, pure culture, biochemical reaction, orangutan.

7
Wibowo et al. Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN CITES tersebut. Sebagai implementasinya


adalah menetapkan pelarangan penangkapan
Orangutan adalah satu-satunya kera besar satwa liar dari alam, dan apabila karena sesuatu
yang ditemukan di wilayah Asia, tepatnya di hal yang amat penting hal tersebut harus
Pulau Sumatera dan Kalimantan. Habitat dilakukan maka ijin hanya bisa diberikan oleh
orangutan sebagian besar berada di wilayah Presiden (Harahap, 1989).
Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), dan Berbagai upaya untuk melindungi orang-
sebagian kecil di wilayah Malaysia (Sabah dan utan tersebut belum sepenuhnya dapat dicapai,
Serawak), tetapi tidak ditemukan di Brunei oleh karena upaya pendekatan bidang kesehatan
(Rijksen, 1978; Acrenaz et al., 2004; Singleton orangutan belum diterapkan secara optimal.
et al., 2008). Orangutan (Pongo pygmaeus) Berbagai kasus infeksi baik virus (Warren et
dalam bahasa lokal sering disebut sebagai al, 1999; Grethe et al, 2000; Verschoor et al,
kahiyu di Kalimantan atau mawas di Sumatera. 2001; Sa-nguanmoo et al., 2010), bakteri
Orangutan sumatera dan borneo merupakan (Lawson et al., 2006; Pazzaglia et al., 1994;
dua spesies yang berbeda. Orangutan sumatera Rahmi et al., 2014), dan parasit (Rianawati dan
disebut P. abelii (Singleton et al., 2008) Prastowo, 2003; Supriadi et al., 2012; Nasution
sementara orangutan borneo disebut P. et al., 2013; Rahmah et al., 2013) terbukti
pygmaeus (Acrenaz et al., 2004, Brandon-Jones menjadi kendala pelestarian orangutan. Pada
et al., 2004). Orangutan borneo selanjutnya orangutan kasus infeksi bakteri yang banyak
dikelompokkan ke dalam sub populasi dalam dilaporkan dominan pada kasus penyakit
tiga sub spesies, yaitu: P. pygmaeus pygmaues, respirasi (Iverson dan Cornelly, 1981; Shin et
P. pygmaeus wurmbii, dan P. pygmaeus morio al., 1995; Lawson et al., 2006; Zimmer-mann et
(Acrenaz et al., 2004). Berdasarkan umur al., 2011).
orangutan Rijksen (1978) membagi kelompok Penelitian medis pada orangutan meru-
usia orangutan sebagai: infant (kurang dari 2,5 pakan penelitian yang kurang mendapatkan
tahun), juvenile (2,5-5,0 tahun), adolescent (5,0- perhatian di Indonesia. Sejauh ini penelitian
8,0 tahun), sub adult (8,0-15,0 tahun, khusus orangutan lebih banyak pada bidang tingkah
pada jantan), dan adult (di atas 15 tahun untuk laku, fisiologi, ekologi, dan survival, serta
jantan atau delapan tahun untuk betina). biodiversitas. Data mikrobiologi penyebab
Habitat alami orangutan adalah hutan penyakit pada orangutan belum banyak
dataran rendah, daerah rawa, wilayah kaki diungkap, meskipun penelitian penyakit parasit
gunung maupun di lembah alluvial dengan pada orangutan di Indonesia telah lebih banyak
ketinggian di bawah 400 meter di atas dilaporkan. Hal ini menyebabkan informasi
permukaan laut (van Schaeik dan Azwar, 1991). medis terkait mikroorganisme penyebab
Secara umum orangutan jarang ditemukan di penyakit yang merupakan penunjang penting
atas ketinggian 1200 meter, namun demikian dalam penyelamatan satwa tersebut, belum
terdapat pengecualian dengan ditemukannya banyak dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan
orangutan pada ketingigan tersebut di Sumatera mengisolasi dan mengidentifikasi mikroor-
dan Sabah (Sugardhito dan van Schaik, 1991). ganisme penyebab penyakit pada kasus
Pada dasarnya orangutan adalah pemakan buah gangguan gastrointestinal orangutan, dalam
(frugivora), tetapi orangutan juga makan daun, usaha mempertahankan kehidupan orangutan
kulit kayu, umbut maupun serangga (Rijksen, yang dilindungi.
1978; Galdikas, 1981; Acrenaz et al., 2004;
Singleton et al., 2008).
Upaya perlindungan orangutan sebenarnya METODE PENELITIAN
sudah dinilai cukup, dengan dikeluarkannya
Peraturan dari Pemerintah Hindia Belanda Persiapan Sampel dan Bahan Isolasi
pada tahun 1925 yang melarang perburuan, Sampel ulas tinja (swab feces) yang
memelihara, tindakan yang membahayakan, dikoleksi dan disiapkan oleh petugas kesehatan
dan pembunuhan orangutan. Pada tahun 1975, dari Yayasan Konservasi Alam (YKA)
orangutan masuk dalam kategori Appendix-1 Yogyakarta, Kulon Progo, Yogyakarta,
dari Convention on International Trade in ditempatkan dalam bacterial transport media
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (Transport swabs®, Oxoid). Sampel swab feses
(CITES). Sejak tahun 1978, pemerintah Indo- juga diperoleh dari Yayasan Borneo Orangutan
nesia telah menandatangani dan meratifikasi

® a
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 7-15

Survival (BOS), Semboja, Kalimantan Timur. dilakukan kultur bakteri untuk mencari
Swab feses disiapkan oleh petugas kesehatan penyebab penyakit pada kasus diare tersebut.
Yayasan BOS dari orangutan dengan kasus Tahap isolasi menggunakan media selektif
gangguan pencernaan yang teramati gejala Gram negatif, seperti media BGA, EMB, atau
klinis diare, dalam periode pengamatan bulan MCA untuk memperoleh biakan murni. Streak
Juli sampai Agustus 2014. Media isolasi dan dilakukan dengan metode T, yang merupakan
identifikasi bakteri enterik, disesuaikan dengan metode terbaik untuk memisahkan koloni
referensi Bergey’s Manual Determinative bakteri. Pasase koloni terduga bakteri penyebab
Bacteriology (1994). penyakit pada kultur primer tersebut, dilakukan
untuk memperoleh biakan murni. Dalam setiap
Isolasi dan Identifikasi Sampel tahapan plating dilakukan pengecatan untuk
Proses isolasi dan identifikasi dilakukan di konfirmasi bentuk sel bakteri. Hasil pengecatan
Laboratorium Mikrobiologi, FKH, UGM. Isolasi bakteri teramati bakteri bentuk batang dan
dikerjakan dengan metode streak plate T tersifat sebagai Gram negatif. Bakteri enterik
method yang diawali dengan menggoreskan ose merupakan bakteri Gram negatif dan secara
atau swab sampel ke atas permukaan media umum berbentuk batang (Bergey’s Manual,
selektif Gram negatif. Sampel dari YKA 1994; Simmons dan Gibson, 2012). Hasil
Yogyakarta digoreskan pada media brilliant pengecatan disajikan pada Gambar-1.
green agar (BGA), sedangkan sampel dari BOS Identifikasi biokimia mengacu pada Bergey’s
digoreskan pada media Eosin Methylene Blue Manual Determinative Bacteriology (1994). Hasil
Agar (EMB) atau Mac Conkey agar (MCA) berbagai uji identifikasi bakteri disajikan pada
sampai didapatkan koloni tunggal yang Tabel 1 dan Tabel 2.
diteruskan untuk memperoleh biakan murni. Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 1)
Untuk mengetahui bentuk bakteri maka tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
dikonfirmasi dengan pengecatan Gram. Biakan sampel feses dari kasus penyakit gastrointes-
murni yang diperoleh disimpan dalam agar tinal yang diperoleh dari Yayasan Konservasi
miring sebagai stok. Identifikasi bakteri Alam Yogyakarta tersebut dapat diisolasi tiga
dilakukan dengan pengujian sifat-sifat jenis bakteri, yaitu: Citrobacter amalonaticus
biokimiawi bakteri. Identifikasi biokimiawi (sampel 1), Providensia rustigianii (sampel 2),
berdasarkan Differentiation of Entero- dan Proteus mirabilis (sampel 3 dan 4). Uji
bacteraceae menurut Bergey’s Manual sukrosa menunjukkan hasil positif yang
Determinative Bacteriology (1994). Uji yang menurut referensi 76% sampai 89% sampel
dilakukan meliputi: uji triple sugar iron (TSI), adalah negatif. Demikian juga hasil uji laktosa
karakter fermentasi karbohidrat pada media: menunjukkan hasil negatif, sedangkan
glukosa, laktosa, sukrosa, mannitol, dulcitol, berdasarkan data referensi menunjukkan nilai
adonitol, inositol, sorbitol, arabinosa, rafinosa, “d”, yang berarti bahwa sebanyak 11% sampai
serta uji biokimiawi yang lain yaitu: uji indol,
Methyl Red, Voges-Proskauver, sitrat, uji urea,
uji gelatin, dan motilitas. Penentuan spesies
bakteri didasarkan pada hasil reaksi biokimia
bakteri pada media uji dan dikonfirmasi dengan
acuan pustaka (Bergey’s Manual Determinative
Bacteriology, 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data sampel yang diperoleh menunjukkan


bahwa pada umumnya orangutan menunjukkan
gejala- gejala sebagai berikut: lesu, kurang aktif
bermain, nafsu makan, minum, dan bobot badan Gambar 1. Contoh hasil pengecatan Gram,
turun. Gejala klinis lain yang teramati adalah bakteri yang diisolasi dari sampel
diare dengan feses cair. Pada umumnya YKA Yogyakarta, tersifat sebagai
orangutan tersebut pernah mengalami kasus Gram negatif, dan berbentuk
diare berulang. Sejauh ini belum pernah batang. Perbesaran 1000 kali.

9
Wibowo et al. Jurnal Veteriner

Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri sampel feses yang diperoleh dari Yayasan Konservasi Alam
Yogyakarta.

No Jenis Uji Sampel 1 Ref. Sampel 2 Ref. Sampel 3 Sampel 4 Ref.

1 BGA NFL NFL NFL NFL NFL NFL NFL


2 Sifat Gram Gram- Gram- Gram - Gram- Gram - Gram - Gram-
3 Bentuk bakteri batang batang batang batang batang batang batang
4 Uji TSI Merah/ Merah/ Merah/ Merah/ Merah/ Merah/ Merah/
(miring/tegak) kuning kuning merah merah kuning kuning kuning
5 Glukosa + + - d + + +
6 Laktosa - D - - - - -
7 Sukrosa + (-) - d - - (-)
8 Mannitol + + - - - - -
9 Dulsitol - - - - - - -
10 Adonitol - - - - - - -
11 Inositol - - - - - - -
12 Sorbitol + + - - - - -
13 Arabinosa + + - - - - -
14 Rafinosa + - - - - - -
15 Indol + + + + - - -
16 Methyl Red + + - d - - +
17 Voges- - - - - - - d
Proskauver
18 Citrat + (+) - (-) - - d
19 Urea + (+) - - + + +
20 Motilitas - + + d - - +
21 KCN + + + + + + +
22 Gelatin - - - - + + +
Kesimpulan Ca Ca Pr Pr Pm Pm Pm

Keterangan : positif/+: 90 % lebih strain positif; negatif/-: 90% lebih strain negatif. Notasi (+) dan (-): 76
sampai 89% strain positif atau negatif; notasi “d” adalah bahwa 11 sampai 75% strain
positif. Ref.: Referensi, NFL: non lactose fermenter, BGA: Briliant Green Agar, TSI: TripleSugar
Iron, KCN: Kaldu potassium cyanide; Ca: Citrobacter amalonaticus; Pr: Providensia rustigianii;
Pm: Proteus mirabilis.

75% positif laktosa (Bergey’s Manual, 1994). bakteri enterik bersifat motil, oleh karena itu
Kondisi tersebut menunjukkan hasil uji hasil uji pada penelitian ini meneguhkan ada
memungkinkan diperoleh positif pada uji bakteri enterik yang bersifat non motil. Hal
sukrosa, ataupun hasil negatif pada uji laktosa. yang sama disampaikan oleh Simons dan Gibson
Beberapa uji yang lain yang menunjukkan hasil (2012) yang menyatakan bahwa tidak semua
yang berbeda dengan referensi, misalnya hasil bakteri enterik adalah motil, beberapa strain
Voges-Proskauver dan sitrat pada sampel 3 dan bersifat non motil.
4 adalah negatif, sedangkan referensi Menurut data hasil uji sampel lain (Tabel
menunjukkan hasil “d”, yang berarti 11 sampai 2), menunjukkan bahwa sampel feses dari
75% dapat menunjukkan reaksi positif. Kondisi Yayasan BOS, Semboja berhasil diidentifikasi
tersebut juga memberikan alasan bahwa sebanyak tiga jenis bakteri yaitu: Klebsiella
sebanyak 25 sampai 89% di antara isolat planticola (sampel 1), Enterobacter agglomerans
menunjukkan peluang hasil negatif. (sampel 2 dan 3), dan Escherichia coli (sampel
Uji motilitas semua bakteri menunjukkan 4). Beberapa uji biokimiawi untuk bakteri
non motil, namun demikian menurut Bergey’s Klebsiella, menunjukkan hasil berbeda dengan
Manual (1994) dinyatakan bahwa secara umum referensi yaitu: dulcitol dan indol adalah positif
bakteri enterik bersifat motil. Kondisi tersebut sedangkan menurut referensi adalah negatif
memberikan argumen bahwa tidak semua (-). Namun demikian, penjelasan dari referensi

10
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 7-15

Tabel 2. Hasil identifikasi bakteri sampel feses yang diperoleh dari Yayasan Borneo Orangutan
Survival, Semboja, Kalimantan Timur.

No Jenis Uji Sampel 1 Ref. Sampel 2 Sampel3 Ref. Sampel 4 Ref.

1 MCA/EMB Merah/ Merah/ Merah/ Merah/ Merah/ Metallic Metallic


LF LF LF LF LF sheen sheen
2 Sifat Gram Gram- Gram- Gram- Gram- Gram- Gram- Gram-
3 Bentuk bakteri batang batang batang batang batang batang batang
4 Uji TSI KK/gas KK/gas KK/gas KK/gas KK/gas KK/gas KK/gas
5 Glukosa + + + + + + +
6 Laktosa + + + + d + (+)
7 Sukrosa + + + + (+) + d
8 Mannitol + + + + + + +
9 Dulsitol + (-) + + (-) + d
10 Adonitol + + - - - - -
11 Inositol + + - - (-) - -
12 Sorbitol + + + + d (+) (+)
13 Arabinosa + + + + + (+) (+)
14 Rafinosa + + + + d + d
15 Indol + (-) + + (-) + (+)
16 Methyl Red + + + + d + +
17 Voges- - + - - d - -
Proskauver
18 Citrat + + - - d - -
19 Urea + + - - (-) - -
20 Motilitas - - - - (+) - (+)
21 KCN + + + + d - -
22 Gelatin + - + + - - -
Kesimpulan Kp Kp Ea Ea Ea E.coli E.coli

Keterangan :positif/+: 90 % lebih strain positif; negatif/-: 90% lebih strain negatif. Notasi (+) dan (-): 76
sampai 89% strain positif atau negatif; notasi “d”: bahwa 11 sampai 75% strain positif. Ref:
Referensi, NFL: non lactose fermenter; EMB: Eosin Methylen Blue; MCA: Mac Concey Agar;
TSI: TripleSugar Iron, KCN: Kaldu potassium cyanide; Kp: Klebsiella planticola, EA:
Enterobacter agglomerans; E. coli: Escherichia coli; LF: Lactose fermenter; KK: Kuning kuning

bahwa kode (-), menyatakan persentase hasil maupun respirasi pada orangutan di Indonesia
negatif adalah 76 sampai 89%. Kondisi tersebut sangat terbatas. Namun demikian, pernah
memberikan alasan bahwa sebanyak 24 sampai dilaporkan bahwa beberapa kasus infeksi bakteri
11% bakteri uji dapat menunjukkan hasil positif. pada orangutan, seperti: infeksi Pseudomonas
Demikian juga beberapa hasil uji yang lain, sp, Campylobacter sp, dan Klebsiella pneumonia
berdasarkan penjelasan lebih lanjut dari (Pazzaglia et al., 1994; Lawson et al., 2006).
referensi yang diacu, di antara strain bakteri Beberapa kasus identifikasi bakteri pada hewan
dimaksud dapat menujukkan variasi atau hasil primata yang pernah dilaporkan antara lain:
yang berbeda, meskipun persentase data tersebut infeksi Yersinia enterocolitica telah dilaporkan
lebih sedikit, misalnya hasil referensi positif sebagai penyebab fatal enteritis primata di
tetapi hasil uji negatif menunjukkan 90% atau kawasan Karibia (Soto et al., 2013). Kasus
lebih hasil adalah positif (Bergey’s Manual, infeksi E. coli galur enteroinvasif dan
1994). Kondisi tersebut dapat dimaknai masih enterohemoragik telah dilaporkan terjadi dalam
ada di antara galur bakteri yang populasinya kasus diare monyet Rhesus. Kasus tersebut juga
kurang lebih 10% dapat menujukkan hasil dilaporkan terjadi ko-infeksi oleh Campylobacter
negatif. spp dan Helicobacter bilis (Kolappaswamy et al.,
Data mikrobiologi yang terkait erat dengan 2014). Bakteri C. jejuni dan C. coli dilaporkan
kasus penyakit, baik penyakit gastrointestinal dapat diisolasi dalam kasus diare berulang pada

11
Wibowo et al. Jurnal Veteriner

orangutan yang dipelihara di kebun binatang rans, dan E. coli. Bakteri tersebut secara umum
(Pazzaglia et al., 1994). Hasil kultur teriden- merupakan mikroflora normal dalam saluran
tifikasi beberapa bakteri penyebab airsakulitis pencernaan, kecuali E. agglomerans. Strain E.
pada orangutan di suatu lembaga konservasi di agglomerans dikenal sebagai Erwinia herbicola
Kalimantan, yaitu: Pseudomonas sp, Campy- yang banyak terdapat pada tanaman atau biji
lobacter sp, dan Klebsiella pneumonia yang tanaman. Bakteri tersebut juga ditemukan di
menyebabkan timbulnya gejala batuk, halitosis, alam, air, tanah, dan sayuran. Ditemukannya
serta adanya leleran hidung dan cairan eksudat bakteri ini pada kasus gastroenteritis pada
di dalam rongga kantong hawa (Lawson et al., orangutan sangat masuk akal, karena
2006). Rahmi et al. (2014) melaporkan hasil kebiasaan makan buah-buahan atau daun
monitoring sampel feses pelepasliaran muda memungkinkan penularan penyakit,
orangutan di Cagar Alam Pinus Jantho, Aceh. meskipun dalam kasus ini tidak bisa ditentukan
Hasil isolasi dari sampel tersebut diketahui sebagai penyebab primer atau infeksi sekunder.
bakteri dari genus Salmonela sp. dan Shigella Rodriquez-Rodriquez (2007) melaporkan
sp., serta E.coli. Iverson dan Cornelly (1981) sejumlah bakteri yang berhasil diisolasi dari
melaporkan kasus yang diduga tuberkulosis cavum buccalis pada squirell monkey, termasuk
pada orangutan ternyata terisolasi bakteri Enterobacter dan merupakan bakteri yang
Acinetobacter calcoaceticus. Bakteri tersebut terbanyak diisolasi, mencapai 42%. Lawson et
mampu menyebabkan bronchopneumonia al. (2006) melaporkan salah satu penyebab
fibrinosa dan airsacculitis. Mycobacterium airsakulitis pada anak-anak orangutan adalah
tuberculosis dilaporkan dapat diisolasi dari hati Enterobacter sp, K pneumonia, dan Pseudo-
dan dikonfirmasi dengan teknik deteksi reaksi monas sp. Enterobacter dapat diisolasi dari
polimerasi berantai pada orangutan yang sampel 2/9 orangutan dan 2/11 sediaan ulas
dipelihara di Kebun Binatang Yongin, Cina, oleh pada kasus yang didiagnosis airsakulitis.
Shin et al. (1995). Sebelum penggunaan antibiotik meluas,
Bakteri enterik yang dapat diisolasi dari jarang ditemukan Enterobacter yang patogen
sampel feses YKAY, yaitu: Citrobacter dan dewasa ini patogenisitas mikro-organisme
amalonaticus, Providensia rustigianii, dan tersebut meningkat, mampu menimbulkan
Proteus mirabillis. Bakteri C. amalonaticus kasus penyakit, seperti infeksi nasokomial,
terdistribusi di tanah, air, dan makanan. Bakteri infeksi saluran kencing, dan bakteriemia. Kasus
tersebut merupakan bakteri enterik yang pada E. agglomerans pernah dilaporkan teriden-
umumnya sebagai mikroflora normal saluran tifikasi dari sampel darah, urin, dan luka pada
pencernaan, tetapi dapat diisolasi dari sampel manusia. Sementara itu, di Amerika Serikat E.
klinik dan dianggap sebagai bakteri patogen agglomerans dilaporkan sebagai penyebab
oportunistik (Bergey’s Manual, 1994). Bakteri Enterobacter bakteriemia pada manusia
P. rustigianii telah dilaporkan diisolasi dari (Grimont dan Grimont, 2006).
feses manusia dan hewan, termasuk burung Klebsiella sp merupakan bakteri komensal
pinguin. Spesies bakteri tersebut dapat dalam saluran pencernaan hewan dan manusia,
berkolonisasi pada saluran pencernaan dan telah serta dapat ditemukan di alam baik dalam air
dibuktikan dapat sebagai sumber infeksi dan di tanah. Pada hewan nonhuman primata
sejumlah kasus diare pada manusia (Manos dan Klebsiella sp merupakan mikroflora normal
Belas, 2006). Bakteri P. mirabillis merupakan dalam feses dan mulut. Beberapa galur
mikroorganisme normal dari berbagai spesies Klebsiella telah dikenal dan dilaporkan bersifat
hewan dan mamalia. Bakteri tersebut patogenik dan mampu menyebabkan sakit pada
terdistribusi secara luas di alam, seperti: di manusia. Faktor virulensi bakteri berhubungan
tanah, air, limbah, dan feses. Bakteri P. dengan adanya fimbria yang berperan sebagai
mirabillis telah dilaporkan dapat sebagai adhesin, phili, dan kapsula bakteri (Simmons
penyebab beberapa kasus infeksi pada manusia, dan Gibson, 2012). Podschun et al. (2000),
termasuk infeksi nasokomial. Infeksi Proteus melaporkan patogenesitas K. planticola mirip
mampu menyebabkan derajat kerusakan sel dengan patogenisitas dengan K. pneumonia,
yang lebih parah dibandingkan dengan infeksi oleh karena itu berdasarkan data penelitian
E.coli (Manos dan Belas, 2006). tersebut dinyatakan bahwa K. planticola sebagai
Bakteri yang dapat diisolasi dari sampel patogenik Klebsiella. Peneliti lain menyatakan
yang berasal dari Yayasan BOS, yaitu: Klebsiella dan Citrobacter dilaporkan dapat
Klebsiella planticola, Enterobanter agglome- diisolasi dari rongga pipi dan merupakan

12
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 7-15

mikroflora mulut pada squirell monkey di Kosta feses dari kasus penyakit gastrointestinal pada
Rika (Rodriquez-Rodriquez, 2007). orangutan yang diperoleh dari YKA Yogyakarta,
Bakteri E. coli merupakan mikroflora dapat diidentifikasi tiga jenis bakteri yaitu: C.
normal saluran pencernaan hewan berdarah amalonaticus, P. rustigianii, dan P. mirabilis.
panas dan manusia. Beberapa galur meng- Sampel feses dari Yayasan BOS Samboja,
hasilkan enterotoksin dan faktor virulensi untuk Kalimantan Timur dapat diidentifikasi tiga
dapat menginvasi jaringan dan mampu bakteri yaitu: K. planticola, E. agglomerans,
menyebabkan diare (Bergey’s Manual, 1994). dan E. coli.
Pada primata beberapa kasus infeksi E. coli
strain enteroinvasif dan enterohemoragik
SARAN
pernah dilaporkan dalam kasus diare monyet
Rhesus, yang diikuti ko-infkesi oleh
Hasil penelitian ini menambah informasi
Campylobacter spp dan Helicobacter bilis
dan data bakteri penyebab penyakit pada kasus
(Kolappaswamy et al., 2014). Kasus terkait gangguan gastrointestinal pada orangutan.
infeksi E. coli, Salmonella dan Shigella pada Selanjutnya perlu dilakukan uji sensitivitas
orangutan juga dilaporkan oleh Rahmi et al. dengan berbagai antibiotik terutama yang
(2014). Data penelitian tersebut menunjukkan digunakan dalam penanganan kasus tersebut,
bahwa semua sampel feses orangutan yang agar dapat diketahui efektivitas pengobatan
diperiksa positif terisolasi E. coli, meskipun yang dilakukan.
tidak ada informasi lebih lanjut tentang
patogenisitas bakteri tersebut.
Beberapa faktor penting penyebab infeksi UCAPAN TERIMA KASIH
bakteri enterik pada orangutan dalam
rehabilitasi adalah lingkungan dan kualitas Penelitian ini dapat dilaksanakan atas
makanan. Dalam rehabilitasi orangutan dapat dukungan dana DIPA Nomor: 001/SP/LPPM-
kesulitan mencari makan sendiri karena dalam DIT.KEU/DIPA/UGM/2014. Terima kasih
tataran latihan, dan akibatnya akan mengambil penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal
sisa makanan yang jatuh dan terkontaminasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
feses (Rahmi et al., 2014). Kasus diare koloni Kementerian Kehutanan, Republik Indonesia,
orangutan yang disebabkan Campylobacter spp. atas ijin pengambilan sampel pada orangutan
terjadi karena infeksi feko-oral melalui yang digunakan dalam penelitian ini. Kepada
makanan orangutan tersebut karena kolega Yayasan Borneo Orangutan Survival,
penyebaran bakteri oleh lalat (Pazzaglia et al., Samboja, Kalimantan Timur dan Yayasan
Konservasi Alam Yogyakarta, Kulon Progo,
1994). Zimmerman et al. (2011) menekankan
Yogyakarta, yang telah membantu proses
pentingnya sanitasi dan desinfeksi dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini. Terima
kandang dan linkungan orangutang di kebun
kasih juga disampaikan kepada Dr. drh. AETH
binatang. Pencucian lantai kandang dengan Wahyuni, MSi yang telah membantu koleksi
detergen dan pemberian desinfektan merupakan sampel.
langkah penting untuk mengurangi patogen
penyebab penyakit. Faktor kebersihan kandang,
kualitas makanan dan minuman menjadi DAFTAR PUSTAKA
penting untuk dijaga agar orangutan terhindar
dari penyakit gangguan pencernaan karena Acrenaz M, Marshall A, Goossens B, van Schaik
infeksi bakteri enterik patogen. Dalam kasus C, Sugardjito J, Gumal M, Wich S. 2008.
ini tidak ada informasi mengenai kualitas Pongo pygmaeus. The IUCN Red List of
makanan, praktek sanitasi, dan desinfeksi yang Treathened Species. Version 2014.3.
dilakukan, dan lingkungan orangutan yang www.iucnredlist.org. Diunduh tanggal 02
telah diambil sampelnya, tetapi analisis ini dapat Mei 2015.
dijadikan bahan evaluasi lebih lanjut. Bergey’s Manual Determinative Bacteriology,
1994. Facultatively Anaerobic Gram-
Negative Rods. 9th edition. (Eds). Holt JG,
SIMPULAN et al., Williams & Wilkins, 423, East
Preston Street, Baltomore, Maryland, USA.
Berdasarkan data yang diperoleh dalam Hlm. 175-289.
penelitian ini dapat disimpulkah bahwa, sampel

13
Wibowo et al. Jurnal Veteriner

Brandon-Jones D, Eudey AA, Geissmann T, Rahmi E, Agustina D, Jamin F. 2014. Isolasi


Groves CP, Melnick DJ, Morales JC, dan Identifikasi Genus Salmonella dan
Steward CB. 2004. Asean Primate Shigella dari Faeses Orangutan Sumatera
Classification. Inter J Primatol 25(1): 97- (Pongo abelii) di Pusat Reintroduksi
155. Orangutan Jantho. Jurnal Medika
Veterinaria 8: 5-8.
Galdikas BMF. 1981. Wild Orangutan Studies
at Tanjung Putting Reserve, Central Rianawati, Pratowo J. 2003. Infeksi Nematoda
Indonesian Borneo, 1971-1977. National Gastrointestinal pada Orangutan (Pongo
Geographic Society Research Report 13: 1- pygmaeus) di Kebun Binatang Gembiraloka
10. Zoo Yogyakarta. J Sain Vet 21(1): 64-67.
Grethe S, Heckel J, Rietschel W, Hufert F. 2000. Rijksen HD. 1978. A Field Study on Sumatran
Molecular Epidemiology of Hepatitis B Virus Orang Utans (Pongo pgymaeus abelii)
Variant in Nonhuman Primates. J of Virol Lesson 1827: Ecology, Behavior and
74(11): 538-5381. Conservation. (Thesis). Wagenigen.
Agriculture University of Wagenigen. Hlm.
Grimont F, Grimont PD. 2006. The Genus
22, 38-42, dan 52-62.
Enterobcater. Prokaryotes 6: 197-214.
Rodriguez- Rodriguez CE, Cavalin ER, Coronado
Harahap H. 1989. Keputusan Menteri
M, Cuadra SJ, Porras RS, Espeleta G, 2007.
Kehutanan No. 556/Kpts-II/1989. Jakarta.
Flora Bacteriana de la Cavidad Oral del
Departemen Kehutanan.
Mono Titi (Samiri Oerstedii) Y Superfil de
Iverson WO, Cornelly R. 1981. Acinetobacter Sensibilidad a Antibioticos. Neotropical
Infection Associated with Pneumonia in Primates 14(3): 103-109.
Orangutan. Primates 22(4): 587-589.
Simmons J, Gibson S, 2012. Bacterial and
Kolappaswamy K, Nazareno J, Porter WP, Klein Mycotic Diseases of Nonhuman Primates,
HJ. 2014. Outbreak of Pathogenic Eschericia Nonhuman Primates in Biomedical
coli in an Outdoor Houshed Non Human Research, 32 Jamestown Road, London NW1
Primate Colony, J Med Primatol 43: 122- 7BY UK. Elsevier Inc. Hlm. 126-130.
124.
Singleton I, Wich SA, Griffifths M. 2008. Pongo
Lawson B, Garriga R, Galdikas BMF. 2006. abelii. The IUCN Red List of Trathened
Airsaculitis in Fourteen Juvenile Southern Species. Version 2014.3. www.iucnredlist.
Bornean Orangutans (Pongo pygmaeus org. Diunduh tanggal 02 Mei 2015.
wurmbii). J Med Primatol 35(1): 49-54.
Shin NS, Kwon SW, Han DH, Bai GH, Yoon J,
Manos J, Belas R. 2006. The Genera Proteus, Cheon DS, Yon YS, AHn K, Chae C, Lee
Providencia, and Morganella. Prokaryotes YS. 1995. Mycobacterium tuberculosis
6: 245-269. infection in orangutan (Pongo pygmaeus).
Nasution IT, Fahrimal Y, Hasan M. 2013. J Vet Med Sci 57(5): 951-953.
Identifikasi Parasit Nematoda Gastroin- So-nguanmo P, Thawornsuk N, Rianhavorn P,
testinal Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Sommanustweechai A, Ratanakorn P,
di Karantina Batu Mbelin, Sibolangit, Poovoravan Y. 2010. High Prevalence of
Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Medika Antibodies against Hepatitis A Virus among
Veterinaria 7(2): 67-70. Captive Nonhuman Primates. Primates 51:
Pazzaglia G, Widjaja S, Soebekti D, Tjaniadi D, 167-170.
SImanjutak L, Lesamana M, Jennings G. Soto E, Griffin M, Verma A, Alcala FC,
1994. Persistent, Recuring Diarrhea in a Beierschimitt A, Marfisi JB, Arauz M,
Colony of Orangutans (Pongo pygmaeus) Illanes O. 2013. An Outbreak of Yersinia
caused by Multiple Strains of Campylobacter entercolitica in a Captive Colony of African
spp. Acta Tropica 57(1): 1-10. Green Monkeys (Chlorocebus aethiops
Podschun R, Fisher A, Ullman U. 2000. sabaeus) in the Caribbean. Comparative
Expression of Putative Virulence Factors by Medicine 5(63): 439-444.
Clinical Isolates of Klebsiella planticola. J
Med Microbiol 49: 115-119.

14
Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 7-15

Sugardjito J, van Schaik CP. 1991. Orangutans: Verschoo EJ, Warren KS, Langenhuijzen,
Current Population Status, Threats and Heriyanto S, Swan RA, Heeney JL. 2001.
Conservation Methods. Procedings of the Analysis of Two Genomic Variant of
Great Aps Conference, Jakarta. Departemen Orangutan Hepadnavirus and Their
Kehutanan dan Departemen Pariwisata. Relationship to Other Primate Hepatitis B-
Hlm. 142-145. like Viruses. J of Gen Virol 82: 893-897.
Supriadi W, Fitria RW, Nurcahyo RW. 2012. Zimmermann N, Pirovino M, Zingg R, Clauss
Balantidium sp. Infection in Faeces Samples M, Kaup FJ, Heistermann M, Hatt JM,
of Orangutan (Pongo pygmaeus) from Care Steinmets HW. 2011. Upper Respiratory
Center and Tanjung Putting National Park Tract Disease in Captive Orangutans (Pongo
Area, Central Borneo. Biologi, Medicine & sp): Prevalence in 20 Eurepean Zoos adn
Natural Product Chemistry 1(1): 47-52. Predispoing Factors. J Med Primatol 40:
365-375.
Warren KS, Heeney JL, Swan RA, Heriyanto,
Verschoor EJ. 1999. A New Group of
Hepadnavirus Naturally Infecting Orang-
utan. J of Virol 73(9): 7860-7865.
Van Schaik CP, Azwar. 1991. Orangutan
Densities in Different Forest Types in the
Gunung Leuser National Park (Sumatera),
as Determined by Nest Counts, Medan.
Report for Department Kehutanan/Leuser
Development Program.

15

Anda mungkin juga menyukai