19–27
Amos Lukas
PTA – BPP Teknologi
e-mail: amoslukas2010@gmail.com
Diajukan: 9 Februari 2011; Disetujui: 20 Mei 2011
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan gambir sebagai bahan pewarna
pada kain kapas dengan kondisi percelupan tertentu dan mendapatkan konsentrasi
gambir yang terbaik. Konsentrasi larutan gambir yang digunakan adalah 7,5; 12,5; 17,5;
22,5 (g/l). Proses pencelupan dimulai dengan perendaman kain kapas dalam larutan
gambir selama 15 menit, suhu di 40–100 °C, kemudian dikeringkan dan diletakkan pada
suhu kamar selama 10 menit. Proses pengulangan fiksasi sampai tujuh kali dengan 5%
b/v kalsium hidroksida selama 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala abu-
abu untuk color fastness berkisar antara 1–3. Skala pewarnaan pada kapas berkisar
antara 3,5–4,5, sedangkan pada poliester berkisar antara 4–5. Pewarnaan skala untuk
menggosok kering berkisar 4–5; untuk menggosok basah berkisar antara 2,5–4. Nilai L*
berkisar antara 40,5–64,84, nilai a* berkisar antara 10,71–19,76, dan nilai b* berkisar
antara 16,99–24,51. Konsentrasi terbaik larutan gambir adalah 2,5% dengan nilai L*
adalah 64,84, nilai a* adalah 12,04; b* adalah 17,38. Skala Grey adalah 3. Skala
pewarnaan pada kapas dan polyester adalah 5. Skala Pewarnaan dalam menggosok
kering adalah 5, dan menggosok basah adalah 4.
Abstract
The objective of this research was to study the use of gambir as coloring agent on cotton
fabric by using specific dipping condition and to obtain the best gambir concentration.
Concentrations of gambir solution used in this study were 7.5, 12.5, 17.5, and 22.5 g/l,
respectively. Dipping process was started by soaking of cotton fabric in gambir solution for
15 minutes at 40–100 °C temperature which was subsequently dried and put in room
temperature for 15 minutes. The fixation process was repeated seven times using 5%
weight/volume of calcium hydroxide for 15 minutes. The results showed that grey scale for
colorfastness was in the range of 1 to 3. Coloring scale in cotton fabric was in the range of
3.5 to 4.5 and it was 4 to 5 on polyesther fabric. Coloring scale on dry ironing was in the
range of 4 to 5 and it was 2.5 to 4 on wet ironing. The L* value was in the range of 40.5 to
64.84, a* value was in the range of 10.71 to 19.76 and b* value was in the range of 16.99
to 24.51. The best concentration of gambir solution was 2.5% with L* value of 64.84, *
value of 12.04 and b* value of 17.38. The grey scale was 3, coloring scale on cotton and
polyesther fabrics was 5, coloring scale for dry ironing was 5 and coloring scale for wet
ironing was 4.
19
Amos Lukas Pemanfaatan Gambir sebagai …
20
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 19–27
Gambir bubuk
Yij = µ +Ai+Eij
i = 1,2,3,4,5
j = 1,2
dengan
Yij = Nilai pengamatan karena
Pelarutan gambir : air pengaruh konsentrasi larutan
2,5; 7,5 ; 12,5; 17,5; 22,5 g/l
pewarna ke i pada ulangan ke
j.
µ = Pengaruh rata-rata
Ai = Pengaruh perlakuan
Pemanasan konsentrasi larutan gambir.
40 - 100 C A = 2,5; 7,5 12,5; 17,5; 22,5 g/l
Eij = Pengaruh kesalahan
percobaan akibat perlakuan
ke i dan ulangan ke j
Sentrifugasi
3000 rpm 15 menit 4. Analisis Kain Berwarna
Analisis kain hasil penelitian
dilakukan dengan mengukur nilai-nilai
Kain Fraksi notasi warna Hunter (L*, a* dan b*) dan
padatan
kapas ketahanan luntur warna kain terhadap
pencucian maupun gosokan. Nilai L*, a*,
Larutan pewarna b* dan 6E kain berwarna diukur dengan
menggunakan spektrofotometer CM-
3600D merk Minolta.
Hasil pengukuran dibaca dengan
Pencelupan, t=15 menit; mengoperasikan software spectramagic.
vlot 1:30 Pengujian ketahanan luntur warna kain
Pengulangan 7 x terhadap pencucian dilakukan sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI) 08-
0285-1989 sedangkan terhadap gosokan
Penirisan, t=10 menit sesuai SNI 08-0289-1984 atau di SNI
0561 : 2008.
40
gambir dan nilai L*, a* dan b*.
Nilai 6 E merupakan perbedaan
20
antara dua warna yang dapat dihitung
0
dari perbedaan nilai L*, a*, b* contoh
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 kain uji dengan contoh kain uji target
Konsentrasi gambir (%) yaitu kain hasil pencelupan dengan
konsentrasi larutan gambir 2,5%.
Gambar 3. Hubungan nilai L* dengan
Perhitungan 6 E merupakan akar dari
konsentrasi gambir. jumlah kuadrat dari perbedaan nilai L*, a*
dan b* tersebut. Hubungan konsentrasi
Nilai a* yang diperoleh berkisar larutan gambir dengan nilai 6 E dapat
antara 10,71–19,76. Nilai a* semakin dilihat pada Gambar 6. Nilai 6 E tertinggi
besar dengan semakin besarnya sebesar 26,52 untuk warna kain yang
konsentrasi larutan gambir. Nilai a* yang dicelup dengan menggunakan gambir
positif ini menunjukkan bahwa warna dengan konsentrasi 22,5%. Konsentrasi
coklat kain hasil pencelupan dengan zat 2,5% memberikan nilai 6 E terendah
warna gambir didominasi oleh warna yaitu sebesar 1,38. Semakin besar
merah. konsentrasi larutan gambir, nilai 6 E juga
meningkat.
30 Berdasarkan hasil sidik ragam
konsentrasi gambir berpengaruh nyata
20
Nilai a
30
Gambar 4. Hubungan nilai a* dengan 25
konsentrasi gambir. 20
15
E
20
10
yang terserap oleh serat kapas masih
0
belum optimal. Ketika konsentrasi
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5
dinaikkan menjadi 7,5%, konsentrasi zat
warna dalam serat kapas sudah
Konsentrasi gambir (%)
mengalami keseimbangan sehingga
penambahan konsentrasi menjadi 12,5%
Gambar 5. Hubungan nilai b* dengan sudah tidak mempengaruhi penyerapan
konsentrasi gambir. zat warna ke dalam serat. Pada
konsentrasi 17,5% dan 22,5%, zat warna
Berdasarkan nilai a* dan b* dapat
sudah tidak dapat terserap ke dalam
diketahui bahwa warna coklat pada kain
serat kapas melainkan hanya menempel
23
Amos Lukas Pemanfaatan Gambir sebagai …
pada permukaan. Hal ini dapat diamati Nilai ketahanan luntur tertinggi yaitu
pada nilai L yang menurun maupun pada 3, diperoleh dari kain yang dicelup pada
nilai 6 E yang terus meningkat. larutan gambir dengan konsentrasi paling
Disamping sebagai larutan penguat rendah yaitu 2,5%. Nilai ketahanan luntur
atau iring, reaksi kapur tohor dengan terendah yaitu 1 diperoleh dari kain yang
tanin pada gambir memberikan warna dicelup pada larutan gambir dengan
coklat yang semakin jelas. Reaksi kapur konsentrasi 12,5%.
tohor dengan tanin pada hakikatnya Hasil sidik ragam menunjukkan
merupakan reaksi logam bervalensi dua bahwa faktor konsentrasi berpengaruh
yaitu Ca2+ dengan tanin (Sjafi’i, 1968). nyata pada ketahanan luntur warna
Larutan kapur tohor Ca(OH)2 yang karena pencucian. Semakin tinggi
bersifat basa, mempunyai kemungkinan konsentrasi larutan gambir maka nilai
mengeliminir tannin apabila tanin ketahanan luntur cenderung mengalami
dilarutkan dalam air dan ditambahkan penurunan. Keadaan ini disebabkan oleh
logam Mg atau Ca akan terjadi endapan penyerapan molekul zat warna ke dalam
garam, reaksi ini sangat kompleks dan serat selulosa yang sebagian besar
garam yang terjadi adalah garam tannat. merupakan proses imbibisi (Luftinor,
Proses pencelupan selain 1997).
dipengaruhi suhu, juga dipengaruhi oleh Proses imbibisi adalah
proses pengeringan kain hasil celupan berpindahnya molekul zat warna dari
(Hasanuddin, 2001). Proses pencelupan larutan yang konsentrasinya tinggi
pada penelitian ini dilakukan secara menuju larutan dengan konsentrasi
bertahap. Hal ini memungkinkan rendah, yaitu dari larutan pewarna
masuknya zat warna ke dalam serat menuju serat (Djufri et al., 1973).
secara bertahap. Proses penirisan Semakin besar konsentrasi zat warna
sebelum pencelupan kembali akan gambir, maka konsentrasi zat warna
menghasilkan kain yang lebih kering dan dalam serat akan semakin tinggi, sampai
menyebabkan proses imbibisi zat warna suatu saat akan terjadi keseimbangan.
ke dalam serat kain menjadi lebih besar, Kenaikan konsentrasi hanya
sehingga jumlah zat warna yang terserap menyebabkan zat warna menempel pada
akan semakin besar pula dan warna permukaan, karena konsentrasi zat
yang dihasilkan semakin tua. warna pada sumbu serat sudah jenuh.
Dengan demikian, semakin banyak zat
C. Ketahanan Luntur Warna Kain warna yang menempel akan
Terhadap Pencucian mengakibatkan nilai tahan luntur warna
Ketahanan luntur warna kain uji yang terus menurun.
terhadap pencucian menunjukkan nilai Selain proses imbibisi, pada
1–3 pada skala abu-abu. Pada gambar 7 pencelupan selulosa umumnya terbentuk
dapat dilihat hubungan konsentrasi ikatan hidrogen ataupun ikatan Van Der
gambir dengan skala perubahan warna Waals. Gaya tarik menarik terjadi karena
pada kain uji. Nilai ini menunjukkan adanya gugus hidroksil pada zat warna
bahwa ketahanan luntur pada kain uji yang dapat membentuk ikatan hidrogen
tersebut rendah hingga cukup. dengan serat. Serat selulosa dalam air
bermuatan negatif, demikian juga zat
4 warna alam bermuatan negatif, sehingga
skala abu-abu
4.5
4 gambir.
3.5
3
2.5 Hasil sidik ragam menunjukkan
2
1.5 bahwa perlakuan konsentrasi gambir
1
0.5 tidak memberikan pengaruh yang nyata
0
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 pada penodaan kain kapas maupun
poliester. Pada proses pengujian
Konsentrasi gambir (%)
ketahanan terhadap pencucian
mengakibatkan zat warna terlepas dari
Gambar 8. Hubunganaskala penodaan kain kain kemudian terlarut dalam larutan
kapas dengan konsentrasi sabun. Zat warna yang terlarut ini
gambir. menyebabkan penodaan kain pelapis
Analisis ketahanan luntur terhadap putih dengan skala penodaan yang tidak
pencucian juga dilakukan terhadap kain berbeda nyata.
pelapis putih yang dicuci bersama
25
Amos Lukas Pemanfaatan Gambir sebagai …
5
4.5
4 ini akan nampak semakin tua dengan
3.5 semakin tinggi konsentrasi gambir yang
3
2.5
2
1.5 digunakan sedangkan konsentrasi air
1 kapur tetap. Hal ini disebabkan oleh
0.5
0
adanya zat warna yang terlarut ke dalam
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 air kapur, sehingga jumlah zat warna
Konsentrasi gambir (%) yang menempel di permukaan serat dan
bereaksi dengan air kapur akan tetap.
Proses pencucian dengan sabun
Gambar 10. Hubungan skala penodaan
pada tahap akhir merupakan salah satu
gosokan kering dengan
konsentrasi gambir. upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki ketahanan gosokan.
Berdasarkan skala tersebut, Proses pencucian dengan sabun akan
ketahanan luntur warna terhadap menghilangkan zat warna yang
gosokan kering umumnya baik, di mana menempel di permukaan. Dengan waktu
hampir tidak ada perubahan atau noda pencucian yang sama, kain hasil
yang ditimbulkan akibat gosokan kering. pencelupan dengan konsentrasi tertinggi
Gosokan basah memberikan skala akan memiliki jumlah molekul yang lebih
penodaan yang lebih rendah dari banyak, sehingga masih terdapat zat
gosokan kering dengan nilai 2,5–4. warna yang tertinggal di permukaan. Hal
ini menyebabkan nilai ketahanan
terhadap gosokan pada kain tersebut
Skala Penodaan
6
lebih rendah dibandingkan kain lain
4 namun tidak berbeda nyata antar
2 perlakuan.
0
2.5 7.5 12.5 17.5 22.5 KESIMPULAN
Konsentrasi gambir (%) 1. Zat warna dari gambir dapat
digunakan sebagai pewarna pada
Gambar 11. Hubungan skala penodaan kain kapas. Warna kain yang
gosokan basah dengan dihasilkan mengarah pada warna
konsentrasi gambir. kecoklatan. Proses iring
menggunakan kapur tohor dapat
Hasil pengujian tersebut membangkitkan warna coklat pada
menunjukkan bahwa ketahanan luntur kain yang telah dicelup dengan
warna hasil gosokan kering lebih baik larutan gambir.
dibandingkan gosokan basah. Hal ini 2. Berdasarkan hasil pengujian,
dapat disebabkan oleh air yang perlakuan terbaik untuk
menempel pada kain penggosok. menghasilkan kain dengan
Menurut Suprijono (1974), air membuka karakteristik terbaik adalah perlakuan
pori-pori kain sehingga zat warna menggunakan konsentrasi gambir
26
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 19–27
sebesar 2,5%. Pada konsentrasi ini, Standar Nasional Indonesia. (2000). SNI
nilai tahan luntur warna sebesar 3 01-3391-2000.Jakarta: Departemen
pada skala abu-abu dan nilai Perindustrian dan Perdagangan.
penodaannya sebesar 5. Nilai Sunarto. (2008). Teknik Pencelupan dan
ketahanan gosok kering sebesar 5 Pencapan. Jakarta: Departemen
dan ketahanan gosok basah sebesar Pendidikan Nasional.
4. Nilai L* sebesar 64,84. Suprijono, P., Purwanti dan Widayat.
(1974). Serat-Serat Tekstil.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
27