Anda di halaman 1dari 3

“ Ushul Fiqh”

1. Defenisi
Kata “ushul” yang merupakan jamak dari kata “ashal” secara etimologi berarti
“sesuatu yang dasar bagi yang lainnya”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ushul fiqh
itu adalah ilmu yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara’ dari dlilnya yang
terinci. Atau dalam artian sederhana : kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya. Sebagai contoh didalam kitab-kitab fiqh
terdapat ungkapan bahwa “mengerjakan salat itu hukumnya wajib”. Wajibnya mengerjakan
salat itulah yang disebut “hukum syara’.” Tidak pernah tersebut dalam Al- Qur;an maupun
hadis bahwa salat itu hukumnya wajib. Yang ada hanyalah redaksi perintah mengerjakan
salat. Ayat Al-Qur’an yang mengandung perintah salat itulah yang dinamakan “Dalil syara’”.

2. Ruang lingkup Ushul fiqh


Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa ( tanpa tahun, 1 : 8 ) ruang
lingkup kajian Ushul fiqh ada 4, yaitu:
Hukum-hukum syara’, karena hukum syara’ adalah tsamarah (buah/ hasil)
yang dicari oleh ushul fiqh.
Dalil-dalil hukum syara’, seperti al-kitab, sunnah dan ijma’, karena
semuanya ini adalah mutsmir (pohon).
Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena ini adalah
thariq al-istitsmar (jalan / proses pembuahan). Penunjukkan dalil-dalil ini
ada 4, yaitu dalalah bil manthuq (tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat),
dalalah bil dharurat (kemadharatan), dan dalalah bil ma’na al-ma’qul
(makna rasional).
Mustamtsir (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum
berdasarkan dugaan kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang
wajib mengikuti mujtahid, sehingga harus menyebutkan syarat-syarat
muqallid dan mujtahid serta sifat-sifat keduanya.

3. Objek kajian Ushul fiqh


1)        Sumber-sumber hukum syara’baik yang di sepakati seperti Al-Qur’an dan
sunah,maupun yang di perselisihkan,seperti istihsan dan maslahah m ursalah.
2) Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat orang yang
melakukan ijtihad.
3) Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan secara zahir,ayat
dengan ayat atau sunah dengan sunah ,dan lain-lain baik dengan jalan
pengomromian (Al-Jam’u’wa At-taufiq).meguatkan salah satu
(tarjih),pengguguran salah satu atau kedua dalil yang bertentangan
(nasakh/tatsaqut Ad-dalilain)
4) Pembahasan hukum syara’yang meliputi syarat-syarat dan macam-
macamnya,baik yang bersifat tuntutan,larangan,pilihan atau keringanan
(rukhsah).Juga di bahas tentang hukum,hakim,mahkum alaih (orang di bebani)
dan lain-lain.
5) Pembahasan kaidah-kaidah yang akan di gunakan dalam mengistinbath hukum
dan cara menggunakannya.

4. Sejarah Perkembangan ushul fiqh


1). Zaman Rasulullah
Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-Quran
dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Nabi SAW menunggu turunnya wahyu
yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak turun, maka Rauslullah
SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui sabdanya, yang kemudian dikenal
dengan hadits atau sunnah.
2). Zaman Sahabat
Setelah wafatnya Rasulullah, maka yang berperan besar dalam
pembentukan hukum islam adalah para sahabat nabi. Periode ini dimulai pada tahun
11 H sampai pertengahan abad 50 H. Meninggalnya Rasulullah memunculkan
tantangan bagi para sahabat. Munculnya kasus-kasus baru menuntut sahabat untuk
memecahkan hukum dengan kemampuan mereka atau dengan fasilitas khalifah.
Sebagian sahabat sudah dikenal memiliki kelebihan di bidang hukum, di antaranya
Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Abdullah Ibnu Mas’ud, Abdullah Ibn Abbas,
dan Abdullah bin Umar. Karir mereka berfatwa sebagian telah dimulai pada masa
Rasulullah sendiri. Pada era sahabat ini digunakan beberapa cara baru untuk
pemecahan hukum, di antaranya ijma sahabat dan maslahat mursalah.
3). Zaman Tabi’in
Pada masa ini juga semakin banyak terjadi perbedaan dan perdebatan antara
para ulama mengenai hasil ijtihad, dalil dan jalan-jalan yang ditempuhnya. Perbedaan
dan perdebatan tersebut, bukan saja antara ulama satu daerah dengan daerah yang
lain, tetapi juga antara para ulama yang sama-sama tinggal dalam satu
daerah.Kenyataan-kenyataan di atas mendorong para ulama untuk menyusun kaidah-
kaidah syari’ah yakni kaidah-kaidah yang bertalian dengan tujuan dan dasar-dasar
syara’ dalam menetapkan hukum dalam berijtihad.

5. Kegunaan (manfaat) ushul fiqh


Kegunaan utama ushul fiqh adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah yang bersifat
kulli (umum) dan teori-teori yang terkait dengannya untuk diterapkan pada dalil-dalil tafsili
(terperinci) sehinggan dapat diistinbathkan hukum syara’ yang di tunjukkannya. Dengan
ushul fiqh dapat dapat dicarikan jalan keluar menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatan
bertentangan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai