Anda di halaman 1dari 2

Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, dan dilakukan selama periode delapan bulan (Mei

2017 hingga Desember 2017):

1. Fase penilaian:
- Peneliti memulai fase ini dengan memperkenalkan diri kepada perawat yang diteliti dan
menjelaskan tujuan penelitian.
- Kemudian, persetujuan lisan dari setiap perawat yang berpartisipasi dalam penelitian
diperoleh.
- Setelah itu, pengetahuan masing-masing perawat dinilai secara individual menggunakan
lembar kuesioner terstruktur yang diisi dalam waktu sekitar 20 hingga 30 menit.
- Dilanjutkan dengan observasi keterampilan perawat pra, dan pasca operasi katarak &
glaukoma.
- Rentang pengamatan adalah 3 jam per hari dalam shift yang berbeda untuk mengisi
daftar periksa praktik perawat yang diteliti.
2. Fase perencanaan:
Berdasarkan data yang dinilai, dan melalui pencarian internet dan tinjauan pustaka
untuk informasi yang relevan, peneliti mengembangkan pedoman keperawatan di bawah
bimbingan supervisor untuk merawat pasien dengan operasi katarak atau glaukoma. Ini
mencakup pengetahuan tentang anatomi mata dan pengetahuan tentang penyakit katarak
& glaukoma. Selain itu, termasuk pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan mengenai perawatan mata sebelum, dan pasca operasi katarak & glaukoma.
3. Fase implementasi:
- Peneliti mempresentasikan pedoman keperawatan kepada perawat yang diteliti dalam
lima sesi hingga dua minggu, setiap sesi berlangsung antara 30 - 45 menit.
- Perawat dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing terdiri dari enam perawat.
- Media pengajaran yang beragam digunakan seperti: diskusi kelompok, kuisioner serta
demonstrasi dan penampilan aktual pasien.
- Selain itu, metode pengajaran yang beragam digunakan seperti gambar berwarna,
tayangan data, kaset video, dan materi nyata.
- Sebelum memulai sesi, peneliti mempresentasikan orientasi tentang pedoman
keperawatan secara keseluruhan.
- Setelah itu, setiap sesi disuguhkan ringkasan dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya.
4. Fase Evaluasi:
Setelah menerapkan pedoman keperawatan, evaluasi dilakukan dengan
menggunakan alat yang sama yang digunakan dalam asesmen. Peneliti membandingkan
hasil post-test dengan hasil pre-test untuk mengevaluasi dampak pedoman pada
pengetahuan dan praktik perawat.

Hasil

- Menurut hasil distribusi perawat yang diteliti menurut karakteristik sosio-demografis.


Menunjukkan bahwa mayoritas perawat yang diteliti (80,6%) tidak dilaporkan menghadiri
kursus pelatihan sebelumnya yang berkaitan dengan perawatan mata.
- Menurut perbedaan antara tingkat pengetahuan perawat sebelum dan sesudah penerapan
pedoman. Menunjukkan bahwa 8,3% perawat yang diteliti memiliki skor pengetahuan tinggi
dibandingkan dengan pasca penerapan pedoman, dan menunjukkan perbedaan signifikan
statistik yang tinggi.
- Menurut hubungan antara karakteristik sosio-demografis perawat dan pengetahuan mereka
sebelum, dan pasca implementasi pedoman. Menunjukkan bahwa pra pelaksanaan
pedoman tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin perawat,
usia, tingkat pendidikan, tahun pengalaman, kehadiran kursus pelatihan dan pengetahuan.
Sedangkan pasca implementasi terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara
tingkat pendidikan perawat dan pengetahuan.
- Menurut perbedaan antara tingkat praktik pra operasi perawat, dan pasca penerapan
pedoman. Menunjukkan bahwa, hanya 19,4% dari perawat yang diteliti memiliki skor total
yang baik dalam praktik pra operasi dibandingkan dengan setelah penerapan pedoman,
menunjukkan perbedaan signifikan statistik yang tinggi.
- Menurut hubungan antara karakteristik sosio-demografis perawat dan praktik pra operasi,
serta pasca implementasi pedoman. Menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan pedoman
tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin perawat, usia,
tingkat pendidikan, tahun pengalaman, kehadiran kursus pelatihan dan mereka tingkat
praktik pra operasi, sedangkan pasca implementasi terdapat hubungan yang signifikan
secara statistik antara tingkat pendidikan perawat dan tingkat praktik pra operasi.
- Menurut perbedaan antara tingkat praktik perawat pasca operasi dan pasca penerapan
pedoman. Menunjukkan bahwa, hanya 13,9% dari perawat yang diteliti memiliki skor total
yang baik dalam praktik pasca operasi dibandingkan dengan setelah penerapan pedoman,
menunjukkan perbedaan signifikan statistik yang tinggi.
- Menurut hubungan antara karakteristik sosio-demografis perawat pra dan pasca operasi
praktik, serta pasca penerapan pedoman. Hasil menunjukkan bahwa, sebelum menerapkan
pedoman tersebut tidak ada statistik yang signifikan antara jenis kelamin perawat, usia,
tingkat pendidikan, tahun pengalaman, kehadiran kursus pelatihan dan pasca operasi.
Sedangkan pasca implementasi terdapat signifikan statistik antara tingkat pendidikan
perawat dan praktek pasca operasi.
- Menurut korelasi antara pengetahuan perawat pra, dan pasca operasi praktek, serta pasca
pelaksanaan pedoman. Menunjukkan bahwa pra implementasi pedoman tidak ada korelasi
yang signifikan secara statistik antara pengetahuan perawat dan praktik sebelum atau pasca
operasi. Sedangkan saat pasca implementasi pedoman ada korelasi positif antara
pengetahuan perawat dan praktik pra / dan pasca operasi.

Apabila diterapkan di Indonesia

Berdasarkan temuan penelitian mengenai “Pengaruh Pelaksanaan Pedoman Keperawatan terhadap


Kinerja Perawat Terkait Pasien Yang Menjalani Operasi Katarak atau Glaukoma”, sangat bagus jika
diterapkan di Indonesia karena penelitian ini menerapkan pedoman keperawatan yang dapat
meningkatkan pengetahuan, praktik pra operasi, dan praktik pasca operasi, yang nantinya akan
mengarah pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan serta peningkatan kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai