01 GDL Rohmatadis 1354 1 Kti - Rohm 8 PDF
01 GDL Rohmatadis 1354 1 Kti - Rohm 8 PDF
DISUSUN OLEH :
ROHMAT ADI SAPUTRA
NIM. P12108
DISUSUN OLEH :
ROHMAT ADI SAPUTRA
NIM. P12108
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik, tepat pada waktunya dengan judul “Pemberian Terapi Musik Mozart
terhadap penurunan intensitas nyeri pada Nn. N dengan post operasi close fraktur
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat:
1. Ibu Atiek Murharyati, S. Kep., Ns. M. Kep., selaku Ketua Program Studi D III
2. Ibu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekretaris Ketua Program
3. Bapak Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M.Kep., selaku dosen penguji satu yang
v
4. Ibu S. Dwi Sulisetyawati, S. Kep., M. Kep., selaku dosen penguji dua yang
5. Seluruh Dosen Program Studi D III Keperawatan, dan Staf Perpustakaan Stikes
Penulis,
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur Ahamdulillah atas segala rahmat dan hidayah-Nya dan dengan segala
rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan saya
persembahkan untuk orang yang kusayangi
Ayahanda Suyono dan ibunda tercinta Suyatni yang tiada henti-hentinya
memberi doa restu,
kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang sukses.
Tidak lupa saudaraku Prastyawan Indra Kusuma dan seluruh keluarga besarku
yang selalu memberikan
motivasi dan support setiap langkahku.
Serta tidak lupa sehabat-sahabatku yang mendukung dan memberi semangat
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Novita Wahyu Anggraini, Safitri,
Abdul Aziz, Wahyu Fitriyana, Anisa Ferdinant, Rina Triwulan, Oktavia Narrila,
Siti Nurhidayah, Lailatul Mubarokah, Rita Puspitasari, fitri nur riskia, Denny
Mayasari, Alfiana Luthfi S, Desiana Martha, Antonius Rangga, Ahmad Abror,
Arief Widiatmoko, Ruben Eka Mulya, Radetya Prima, Muhammad Afif A, Risky
Ramadhan, Fajar Jatmiko, Dyah Arum, Eka Andika P, Dyah Anggun Y, Fajar
sisnanto, Aris laksito, Ravi Dion P, Nanueng, Aura Hendra, Joko S, Prihanna
sektiawan, Danank Wijanarko, Irwanda Aditya, Mulat Bayu Aji, teman-teman
kos hijau, Deni, iwan, afrian, Stone Crew dan tidak lupa sahabatku yang ada di
surga alm.Herdi Setya Pratama dan juga teman-teman lainnya yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu, semoga perjalanan yang kita tempuh selama ini
mampu menjadikan kita lebih baik, bijaksna dan dewasa.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 kelas 3A dan 3B.
Ibu Atiek Murhayati, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas bimbingannya
selama ini.
Almamaterku tercinta
vii
DAFTAR ISI
viii
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................... 55
D. Intervensi Keperawatan ........................................................... 56
E. Implementasi Keperawatan ..................................................... 57
F. Evaluasi ................................................................................... 60
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................ 62
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 67
C. Intervensi Keperawatan ........................................................... 71
D. Implementasi Keperawatan ..................................................... 74
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Saran ........................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebakan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga
tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson,
2006). Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri.
Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk, nyeri tajam juga
biasanya ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan
pada syaraf sensoris. Penyebab utama dari fraktur adalah akibat kecelakaan
lalu lintas.
Menurut data dari World Health Organization (WHO, 2011), dalam dua
tahun terakhir ini kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi pembunuh
WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas
pada usia produktif (22–50 tahun). Tercatat lebih dari 5,6 juta orang meninggal
1
2
Fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur ekstermitas bawah. Data
yang didapat dari rekam medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, menunjukan
bahwa pasien fraktur yang dirawat di RSUD Arifin Achmad pada tahun 2011
tercatat 671 kasus fraktur, ditahun 2012 sebanyak 689 kasus, dan pada Januari
2013 hingga Juli 2013 tercatat 481 kasus fraktur (Rekammedik RSUD Arifin
Ahmad, 2013).
tahunnya. Jika sudah terjadi fraktur, maka tindakan yang tepat dilakukan
pergelangan kaki. Selain itu, masalah keperawatan yang sering terjadi pada
klien post pembedahan fraktur akan timbul rasa nyeri (Muttaqin, 2005; 76-80).
anestesi. Klien lebih menyadari lingkungannya dan lebih sensitif terhadap rasa
nyaman. Area insisi mungkin menjadi satu-satunya sumber nyeri. Balutan atau
gips yang ketat dan regangan otot akibat posisi ketika klien berada diatas meja
operasi menyebabkan klien merasa tidak nyaman. Secara signifikan nyeri dapat
secara non farmakologi bisa dengan stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit
stimulus yang lain. Macam distraksi ada distraksi penglihatan dan distraksi
suara burung, serta gemercik air (Tamsuri, 2004). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh (Septiani, 2010), terapi musik instrumental piano efektif
mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh
mengatasi nyeri pasien post operasi belum ada yang menerapkan tindakan
nyeri post operasi hanya menggunakan terapi farmakologi. Dari sinilah penulis
4
menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian terapi musik Mozart
post operasi close fraktur femur dextra di Ruang Parangseling Rumah Sakit
Orthopedi Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Orthopedi Surakarta.
2. Tujuan khusus
Orthopedi Surakarta.
C. Manfaat Penulisan
post operasi close fraktur femur dextra dan sebagai pertimbangan perawat
profesi keperawatan.
3. Bagi pembaca
4. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Fraktur
a. Definisi
Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh
trauma, tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut
b. Etiologi
1) Kekerasan langsung
kekerasan.
7
8
c. Klasifikasi
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena
terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka
d. Manifestasi klinik
1) Deformitas
3) Echimosis (memar)
4) Spasme otot
5) Nyeri
7) Krepitasi
9
8) Pergerakan abnormal
9) Rontgen abnormal
e. Patofisiologi
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
2013).
f. Penatalaksanaan
1) Fraktur terbuka
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
1) Pembersihan luka
10
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
2) Seluruh fraktur
tindakan selanjutnya.
mengibolisasi fraktur.
4) Rehabilitasi
g. Komplikasi
1) Komplikasi awal
a) Kerusakan ateri
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari
oksigenasi menurun.
2) Komplikasi lama
infected pseudoarthosis.
pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan bulat serta
a. Pengkajian
rasa nyeri.
terjadinya fraktur
yang diderita dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat yang
masyarakat.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat, pada fraktur biasanya
penyembuhan.
d) Pola tidur dan istirahat, klien biasanya merasa nyeri dan geraknya
15
klien.
e) Pola aktivitas, adanya nyeri dan gerak yang terbatas, aktivitas klien
g) Pola persepsi dan konsep diri, dampak pada klien fraktur akan
juga nyeri.
tubuh.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
c. Pemeriksaan diagnostik
d. Diagnosa keperawatan
traksi tulang).
e. Intervensi
situasi individu.
Intervensi :
atau nyeri.
sirkulasi vaskuler.
perubahan posisi).
dipersional).
sesuai keperluan.
trombus).
kriteria akral hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara
aktif.
Intervensi :
sendi.
terlalu ketat.
normal.
dengan kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanoosis analisa gas
Intervensi :
keadaan klien.
kongesti paru.
indikasi.
trombosit.
awal.
Intervensi :
b) Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit
sesuai indikasi.
sesuai kondisi.
Intervensi :
kontaminasi fekal.
traksi tulang).
Intervensi :
penyembuhan luka.
Intervensi :
pembelajaran.
fisik.
diperlukan.
f. Evaluasi.
3. Nyeri
a. Definisi
b. Fisiologi Nyeri
1) Nosisepsi
27
merupakan ujung saraf parifer yang bebas dan tidak bermielin atau
a) Transduksi
nosiseptor.
b) Transmisi
nosiseptor yang terlibat dalam transmisi ini ada dua jenis, yaitu
stimulus ke talamus.
c) Persepsi
atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga
gelatinosa ini dilewati oleh saraf besar dan saraf kecil yang berperan
rangsangan nyeri.
cepat.
30
a. Stimulus Nyeri
spasme otot.
c. Penghantaran Nyeri
adalah :
jumlah rangsangan pada ujung dorsal medula spinalis. Proses ini tidak
dorsal medula spinalis. Saraf besar dan saraf kecil pada ganglion akar
nyeri.
d. Klasifikasi Nyeri
bentuknya.
a) Nyeri perifer
(2) Nyeri viseral yaitu rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada
(3) Nyeri alih yaitu rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh
b) Nyeri sentral
c) Nyeri psikogenik
(1) Nyeri somatik : nyeri yang berasal dari tendon, tulang, saraf, dan
pembuluh darah.
(2) Nyeri menjalar : nyeri yang terasa di bagian tubuh yang lain,
viseral.
(4) Nyeri phantom : nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang
diaputasi.
a) Nyeri akut
dari enam bulan. Penyebab nyeri dan lokasi nyeri biasanya sudah
33
dan kecemasan.
b) Nyeri kronis
berulang atau menetap selam lebih dari enam bulan. Sumber nyeri
nyeri psikosomatis.
yang lebih objektif. Berupa sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendiskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama pada
Diskriptif
Numeris
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Analog Visual
f. Penatalaksanaan Nyeri
1) Penatalaksanaan Farmakologis
Ada dua jenis utama opioid, yaitu : agonis murni dan kombinasi
sedang.
a) Masase kulit
pengurangan nyeri.
b) Kompres
dewasa tidak sadar, dan 40.5-46°C pada anak kecil di bawah usia
membeku.
c) Stimulasi Kotralateral
dingin atau panas serta pemberian balsem atau obat cair gosok.
setelah pembedahan.
39
f) Distraksi
berkurang.
atau klasik.
g) Relaksasi
tiga)
i) Sentuhan terapeutik
Teknik ini dilakukan pada saat klien tidak merasa atau sedikit
nyeri.
4. Terapi Musik
a. Definisi
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai
kalangan usia (Suhartini, 2008). Terapi musik adalah materi yang mampu
Musik klasik juga merupakan suatu tradisi dalam menulis musik, yaitu
ditulis dalam bentuk notasi musik dan dimainkan sesuai dengan notasi
yang ditulis. Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari
Musik klasik Mozart adalah musik klasik yang muncul 250 tahun
pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki irama, melodi, dan frekuensi
motivasi di otak. Musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki
tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan
dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh
dan sistem korteks adrenal (Prabowo & Regina, 2007). Musik dihasilkan
corteks serebri, sistem limbik, corpus collosum, serta area sistem saraf
penurunan frekuensi nadi, keadaan relaksasi otot, dan tidur (Tuner, 2010).
(Tuner, 2010).
44
5. KERANGKA TEORI
Pembedahan
Merangsang saraf
parasimpatis
Respon relaksasi
Ekskresi endorphin
Menurunkan nyeri
(Tuner, 2010)
45
6. Kerangka konsep
(Tuner, 2010)
46
BAB III
Subyek aplikasi riset ini adalah pada Nn. N dengan post operasi close
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan adalah pemutar
D. Prosedur tindakan
ruangan.
handphone.
46
47
E. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah alat ukur nyeri
Numeris
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F. Lembar Observasi
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
berpendidikan SMA, dengan diagnosa medis post operasi fraktur femur dextra,
pasien masuk kerumah sakit pada tanggal 10 Maret 2015, selama dirumah sakit
yang bertanggung jawab atas nama Nn. N adalah Tn. Y berusia 29 tahun
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 jam 08.00 WIB 2 hari
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri pada paha bagian kanan,
terpeleset sekitar jam 07.30 WIB pada tanggal 10 Maret 2015, lalu pasien dibawa
ke IGD Rs.Orthopedi surakarta dengan keluhan nyeri pada paha kanan. Di IGD
20 tpm lalu diberikan injeksi ketorolac 30mg. Setelah itu pasien di bawa ke ruang
Parangseling untuk rawat inap dan pasien dilakukan operasi pada tanggal 10
Maret 2015.
49
50
7 tahun lalu dan di rawat dirumah sakit orthopedi untuk operasi pada bagian paha
kanan. Pasien juga mengatakan tidak ada alergi obat,makanan ataupun suhu.
klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan tidak ada penyakit yang seperti
klien alami maupun penyakit yang menular seperti hipertensi, jantung, diabetes
18th
Keterangan :
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa kesehatan itu
penting dan harus selalu dijaga dan dalam melakukan aktivitasnya pasien akan
makan 3x sehari dengan 1 porsi habis dengan jenis nasi, lauk pauk, buah dan air
putih, tidak ada keluhan. Selama sakit atau sesudah operasi klien mengatakan
makan 3x sehari dengan 1 porsi, dengan jenis makanan nasi, sayur lauk pauk, dan
Pola eliminasi sebelum sakit klien mengatakan BAK 4-6 kali dengan
warna kuning jernih ±200cc sekali BAK, dan BAB 1hari sekali dengan berwarna
kuning kecoklatan dan lunak berbentuk dan tidak ada keluhan. Selama sakit BAK
4-5 kali dengan warna kuning jernih ±200cc sekali BAK, setelah operasi pasien
tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM dibantu oleh keluarga maupun perawat.
Pola istirahat tidur sebelum sakit atau sebelum operasi bisa tidur
nyenyak dan bangun terasa segar klien tidur kurang lebih 8jam. Selama sakit klien
mengatakan saat tidur malam hari kadang terbangun karena merasakan nyeri post
dengan lancar dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Selama sakit pasien
dapat berbicara dengan lancar dan mendengar dengan baik dan jelas. Pasien
mengatakan nyeri saat bergerak dan pasien mengatakan nyeri terasa senut-senut,
nyeri dibagian paha kanan dibagian yang di operasi dengan skala nyeri 4 dan
saat ini dan tidak ada nggota tubuh yang tidak disukai. Pola hubungan dan peran
baik. Pola seksual dan reproduksi klien mengatakan anak keempat dari empat
masalah selalu menceritakan kepada keluarganya baik saudara ataupun orang tua.
Selama sakit klien mengatakan jika ada masalah dengan paha kanannya yang
patah selalu bercerita dengan anggota keluarga yang menunggu dan jika mengeluh
islam dan selalu sholat 5 waktu dan pada saat sakit klien hanya berdoa agar cepat
130/80 mmHg, frekuensi nadi 89x/menit dengan irama teratur dan kekuatan kuat
frekuensi pernafasan 20x/menit dengan irama kuat suhu 36,6oC. Bentuk kepala
masochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe dengan rambut hitam tidak
beruban. Hasil pemeriksaan muka dari mata palpebra tidak ada oedema
konjungtiva tidak anemis sclera tidak ikterik pupil isokor diameter kanan kiri
simetris reflek terhadap cahaya baik dan tidak menggunakan alat bantu
pengelihatan. Pemeriksaan hidung bersih, simetris, tidak ada jejas dan tidak ada
secret, pemeriksaan mulut dengan hasil simetris tidak ada jejas dan tidak ada
sianosis. Hasil dari pemeriksaan gigi terdapat gigi berlubang bagian depan
berwarna hitam dan pemeriksaan telinga simetris bersih dan tidak ada serumen.
berbentuk dada simetris dan tidak ada jejas, palpasi vokal fremitus kanan kiri
sama saat diperkusi suara sonor kanan kiri sama dan saat di aulkustasi bunyi
Pemeriksaan abdomen bentuk datar tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri
ekstremitas atas kekuatan otot normal 5/5 dan ROM kanan kiri bisa bergerak aktif
capilary refile <2detik. Pemeriksaan pada eskstremitas bawah bagian kanan Look:
Terdapat luka operasi tertutup balutan, balutan luka bersih, terdapat edema pada
paha dekat knee dan punggung kaki, tidak ada lesi pada femur dan terpasang
drainase dengan produksi 200cc, LLD 0,5cm. Feel: klien mengatakan nyeri pada
paha bagian kanan, nyeri saat bergerak, skala nyeri 4, tidak ada mati rasa pada
bagian hip sampai pergelangan kaki, cappilary refile >2detik, akral hangat. Move:
kiri kekuatan otot 5 (kuat), ROM dapat bergerak aktif, tidak ada perubahan bentuk
tulang, tidak ada edema, akral hangat, tidak ada luka, cappilary refile <2detik.
leukosit 12,6 ribu/uL normal (4,5-10,0), eritrosit 4,3 juta/uL normal (4,50-5,40),
diperoleh selama dibangsal pada tanggal 12 maret 2015 cairan infus RL 500mg
dengan dosis 20tpm, cefazolin 1000mg diberikan 3x1hari per 8 jam, ketorolac
subjektif antara lain klien mengatakan nyeri saat bergerak, nyeri terasa senut-
senut, nyeri dibagian pahan kanan didaerah yang dioperasi, skala nyeri 4 dan nyeri
hilang timbul. Data objektif yang diperoleh klien tampak meringis kesakitan,
terdapat luka post operasi dibagian paha kanan dan pemeriksaan TD 135/80
nyeri akut merupakan prioritas masalah utama, sehingga dapat ditegakan diagnosa
keperawatan sesuai batasan karakteristik nyeri akut menurut Nanda (2012), yaitu
perubahan nyeri atau melindungi daerah nyeri secara verbal dan perubahan posisi
antara lain klien mengatakan terdapat luka operasi pada paha kanannya Data
obyektif terdapat luka pembedahan pada paha kanan klien, dengan leukosit 12.600
sesuai batasan karakteristik resiko infeksi menurut (Nanda 2012), yaitu prosedur
invasif (pembedahan).
bantu. data obyektif yang diperoleh kekuatan otot klien lemah (2), pergerakan hip
56
kekuatan otot.
D. Perencanaan keperawatan
keperawatan pada Nn. N dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri fisik dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang dari 4 menjadi 2 , pasien tidak
kali dengan durasi 15 menit untuk mengurangi rasa nyeri non farmakologis, atur
posisi yang nyaman untuk mengurani nyeri, kolaborasi dengan dokter untuk
pada Nn. N dengan diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
keperawatan selama 3x24 jam diharapan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi
untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi pada luka, lakukan medikasi pada
lakukan teknik aseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan untuk mencegah
dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindaakan 3x24 jam diharapkan
kemampuan aktivitas klien, bantu klien dalam rentang gerak dan ROM aktif untuk
meningkatkan aliran darah ke otot, dorong klien dalam mobilisasi secara bertahap
E. Implementasi
tindakan keperawatan pada hari kamis tanggal 12 maret 2015 sebagai tindak
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dilakukan implementasi yaitu
klien mengatakan nyeri saat bergerak dan klien mengatakan nyeri terasa senut-
senut, nyeri dibagian paha kanan dibagian yang di operasi dengan skala nyeri 4
dan waktu nyeri hilang timbul klien tampak meringis kesakitan. Jam 08.50
kekuatan otot 2. Jam 09.00 memberikan posisi semi fowler, klien bersedia
diberikan posisi semi fowler dan pasien tampak nyaman dengan posisi semi
fowler. Pada jam 09.10 mengajarkan latihan ROM, klien bersedia diajarkan
latihan ROM dan klien mampu menggerakkan jari-jari kakinya dan pergelangan
melihat luka dan luka tampak bersih tidak ada tanda-tanda infeksi ataupun pus.
dengan benar. Jam 11.30 memberikan terapi musik mozart dengan headset, klien
mengatakan nyeri saat bergerak dan klien mengatakan nyeri terasa senut-senut,
nyeri dibagian paha kanan dibagian yang di operasi dengan skala nyeri 4 dan
waktu nyeri hilang timbul klien tampak masih meringis kesakitan setelah
diberikan terapi musik mozart. Jam 13.00 memberikan injeksi intravena ketorolac
30mg dan cefazolin 1000mg, klien mengatakan bersedia diinjeksi dan injeksi
masuk melalui intravena. Jam 13.30 memberikan terapi musik mozart, klien
59
bersedia diberikan terapi dan klien tampak rileks skala nyeri berkurang dari skala
4 menjadi 3.
menjadi 3, nyeri hilang timbul dan klien tampak sedikit rileks dan tidak meringis
kesakitan. Pada jam 08.20 WIB melakukan perawatan luka post operasi, klien
mengatakan bersedia dilakukan perawatan luka dan luka tampak bersih ,tidak ada
tanda-tanda infeksi, ganti balut dan drainase dilepas. Jam 09.00 WIB motivasi
klien melakukan aktivitas secara bertahap, klien mengatakan bersedia dan klien
tampak menggerakkan jari-jari kakinya dan pergelangan kaki. Jam 09.10 WIB
mengkaji kekuatan otot klien, klien mengatakan belum bisa menggerakkan paha
kanannya dan klien tampak menggerakkan jari kaki dan pergelangan kaki,
kekuatan otot 3. Jam 09.20 WIB kolaborasi dengan fisioterapi dalam melatih
klien, klien bersedia dilatih dan klien dilatih berdiri dan menapakkan telapak
kakinya pelan-pelan. Jam 10.20 WIB memberikan posisi semi fowler, klien
bersedia diberikan posisi semi fowler dan klien tampak nyaman dengan posisi
semi fowler. Jam 10.25 WIB memberikan terapi musik mozart, klien bersedia
diberikan terapi musik dan klien tampak lebih rileks, skala nyeri berkurang dari 3
menjadi 2. Jam 10.50 WIB mengajarkan keluarga klien cara melakukan terapi
musik mozart, keluarga klien mengatakan bersedia dan keluarga meminta lagu-
lagu musik mozart. Jam 12.50 WIB klien diperbolehkan pulang sesuai perintah
dokter.
60
F. Evaluasi
maret 2015 pada jam 13.30 WIB. dilakukan evaluasi keperawatan dengan data
subjektif yaitu lain klien mengatakan nyeri saat bergerak, nyeri terasa senut-senut,
nyeri dibagian paha kanan didaerah yang dioperasi, skala nyeri 4 dan nyeri hilang
timbul. Data objektif yang diperoleh klien tampak meringis kesakitan, dan
terdapat luka post operasi dibagian paha kanan dan masalah belum teratasi
30mg/8 jam.
mengatakan takut melihat dan memegang luka. Data objektif luka tampak bersih
dan tidak ada tanda-tanda infeksi, masalah belum teratasi dan lanjutkan intervensi
mengatakan belum bisa menggerakkan paha kanannya karena sakit. Data objektif
lanjutkan intervensi kaji kekuatan otot, bantu klien dalam rentang gerak, dorong
Evaluasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 13 maret 2015 jam 12.30
WIB, didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif pasien mengatakan nyeri
berkurang, nyeri terasa senut-senut sudah berkurang, nyeri pada paha kanan skala
nyeri 2 nyeri hilang timbul, dan data objektif yaitu pasien tampak rileks dan tidak
mengeluh nyeri masalah teratasi sebagian, hentikan intervensi klien pulang sesuai
perintah dokter.
maret 2015 jam 12.40 WIB dilakukann evaluasi keperawatan dengan data
subjektif klien mengatakan luka sudah bersih. Data objektif luka tampak bersih,
tidak ada tanda-tanda infeksi, balut sudah bersih, masalah teratasi sebagian
maret 2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif klien klien
menggerakkan pergelangan kaki dan jari-jari kaki kanannya. Data obyektif : klien
melakukan ROM aktif secara rutin dirumah, klien diperbolehkan pulang sesuai
perintah dokter.
62
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi musik mozart
terhadap penurunan intensitas nyeri pada asuhan keperawatan Nn. N dengan post
operasi close fraktur femur dextra Rumah Sakit Ortopedi Surakarta yang
dilakukan pada tanggal 9 Maret sampai 21 Maret 2015. Disamping itu penulis
A. Pengkajian
sistematis dari pengumpulan, verikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Potter
penyakit keluarga dan 11 fungsi gordon serta pemeriksaan fisik head to toe. Serta
62
63
pengakajian khusus pada ekstermitas yang mengalami fraktur dengan look, feel,
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2015 jam 18.00 WIB dengan
dirasakan klien adalah nyeri pada paha bagian kanan. Fraktur adalah setiap retak
atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kekuatan, sudut,
keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006).
hari sebelum masuk rumah sakit saat bekerja di pabriknya mengalami kecelakaan
jatuh terpeleset sekitar jam 07.30, lalu pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit
Orthopedi Surakarta dengan keluhan nyeri pada paha kanan. Di IGD dilakukan
Pada pola kognitif perseptual klien mengatakan nyeri saat bergerak dan
pasien mengatakan nyeri terasa senut-senut, nyeri dibagian paha kanan dibagian
yang di operasi dengan skala nyeri 4 dan waktu nyeri hilang timbul. Menurut
klasifikasinya nyeri pada Nn. N tergolong nyeri akut dimana nyeri akut diartikan
sebagai nyeri yang sebagian besar diakibatkan oleh penyakit, atau injuri jaringan,
nyeri jenis ini biasanya awitanya datang tiba-tiba, nyeri akut terjadi kurang dari 6
Nyeri yang dirasakan Nn. N tergolong nyeri sedang karena skala nyeri yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Proses terjadinya nyeri adalah dimulai
ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau
kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan
mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut
saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
(Potter & Perry, 2006). Nyeri bisa diukur dengan skala numeric yaitu, 0: tidak
nyeri, 1-3: nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, 7-9: nyeri berat, 10: nyeri sangat berat
(Saputra, 2013).
atau stimulus – stimulus nyeri, Q (Quality) yang berarti kualitas nyeri yang
dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat
keparahan nyeri, T (Time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian nyeri
(Prasetya, 2010).
tidur, berpindah, ambulasi mandiri semua. Selama sakit klien makan, toileting,
65
dibantu orang lain. Sesuai dengan teori karena adanya nyeri dan gerak yang
terbatas, semua bentuk aktivitas klien dapat berkurang sehingga klien akan lebih
fraktur yaitu dengan mengggunakan look, feel dan move untuk pemeriksaan fisik
pada pasien dengan fraktur (Muttaqin, 2008). Pada pemeriksaan ekstremitas atas
kekuatan otot normal 5/5 dan ROM kanan kiri bisa bergerak aktif capilary refile <
2detik. Pemeriksaan pada eskstremitas bawah bagian kanan Look : Terdapat luka
operasi tertutup balutan, balutan luka bersih, terdapat edema pada paha dekat knee
dan punggung kaki, tidak ada lesi pada femur dan terpasang drainase dengan
produksi 200cc, LLD 0,5cm. Feel: klien mengatakan nyeri pada paha bagian
kanan, nyeri saat bergerak, skala nyeri 4, tidak ada mati rasa pada bagian hip
kiri kekuatan otot 5 (kuat), ROM dapat bergerak aktif, tidak ada perubahan bentuk
tulang, tidak ada edema, akral hangat, tidak ada luka, cappilary refile < 2detik.
istilah baku untuk menyatakan batas atau besarnya gerakan sendi yang normal dan
sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas
gerakan sendi yang abnormal. Adapun penilaianya yaitu Derajat 0: paralisis total
66
atau tidak ditemukan kontraksi otot, 1: kontraksi otot yang terjadi hanya berupa
perubahan tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat
menggerakan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi, tetapi tidak kuat
terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa, 4: kekuatan otot seperti pada
kekuatan otot normal (Muttaqin, 2008). Dan pada Nn. N ekstremitas kanan bawah
nilai 2.
hasil dari foto rontgen karena tidak terkaji oleh penulis karena kurangnya
ketelitian penulis. Dalam teori, rontgen berfungsi untuk menentukan keadaan dan
Terapi yang diperoleh selama dibangsal pada tanggal 12 maret 2015 cairan
infus Ringer Laktat 500mg dengan dosis 20 tetes permenit, golongan elektrolit,
30 mg/ 8 jam golongan analgetik non narkotik berfungsi untuk mengurangi nyeri
jangka pendek terhadap nyeri sedang sampai berat pada pasien post operasi (ISO,
2012).
67
klinik. Setelah mengumpulkan dan memvalidasi data subyektif dan obyektif serta
sesuai dengan data yang didapatkan dari hasil pengkajian (Potter dan Perry, 2005)
B. Perumusan masalah
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial
klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan,
maslow (Potter dan Perry, 2005) dari hasil pengkajian dan analisa data penulis
Menurut international for the study of pain nyeri akut adalah awitan yang
tiba- tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
2012)
68
area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, fokus pada diri
nyeri dibagian pahan kanan didaerah yang dioperasi, skala nyeri 4 dan
nyeri hilang timbul. Data obyektif yang diperoleh klien tampak meringis
kesakitan, dan terdapat luka post operasi dibagian paha kanan, tekanan
36ºC.
diperoleh yaitu terdapat luka operasi pada paha kanan klien, hasil
pemeriksaan leukosit klien adalah 12,6 ribu gr/dL dengan nilai normal
leukosit 4,5-11ribu gr/dL. Hal ini sesuai degan pasien dan teori mengenai
patogenik (NANDA,2009-2011).
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah.
(NANDA, 2012).
70
fisik meliputi data subyektif dan data obyektif sesuai dengan batasan
yang diperoleh kekuatan otot klien lemah (2), pergerakan hip terbatas,
nyeri akut dan etiologi dari gangguan pola tidur juga karena nyeri,
sehingga jika masalah utama nyeri akut telah teratasi maka gangguan pola
tidur juga akan teratasi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis bermaksut
asuhan keperawatan Nn. N dengan post operasi close fraktur femur dextra
C. Intervensi Keperawatan
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini
ke tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Potter dan
Perry, 2005).
Tujuan tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus mencakup
pencegahan dan rehabilitasi. Tujuan yang penulis susun sesuai dengan teori
yang ada pada buku fundamental keperawatan Potter dan Perry (2005)
hanya satu respon klien, faktor yang dapat diamati perubahan yang dapat
diamati dapat terjadi dalam temuan fisiologis, tingkat pengetahuan klien dan
perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta tujuan dan hasil
faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan singkat dan
akut teratasi dengan kriteria hasil : klien tidak meringis kesakitan dan
terjadi infeksi dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada
luka post operasi, leukosit dalam batas normal yaitu 4,5-11ribu gr/dL.
tidak terjadi hambatan mobilitas fisik, dengan kriteria hasil : klien dapat
aktivitas latihan.
dan fisioterapis.
D. Implementasi Keperawatan
arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien (Potter dan
Perry, 2005)
rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai dengan
2005).
intensitas nyeri pada Nn. N dengan post operasi close fraktur femur dextra.
75
disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang
2 hari kelolaan pada asuhan keparawatan Nn. N dengan post operasi close
1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : post
operasi.
nyeri hilang timbul, pasien tampak meringis kesakitan dan terdapat luka
post operasi, pada hari kedua setelah dilakukan terapi musik Mozart, skala
nyeri berkurang dari skala 4 menjadi skala 2 dengan respon klien tidak
tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan
dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh
serta area sistem saraf otonom dan sistem neuro endokrin. Musik dapat
Orthopedi Surakarta.
dan pemberian obat analgetic yaitu ketorolac dengan dosis 30mg/8 jam
ketegangan otak dan otot seseorang akan berkurang. Aktifnya saraf – saraf
otot pada Ny. N post operasi close fraktur femur dextra kontraksi otot
mengajarkan pada pasien pergerakkan ROM aktif pada kaki kanan klien,
kanan bawah kekuatan otot masih lemah (2), melatih klien menggerakkan
otot pada Nn. N post operasi close fraktur femur dextra kontraksi otot
E. Evaluasi
(Setiadi, 2012).
nyeri 2, T : nyeri hilang timbul, obyektif : klien tampak rileks dan tidak
berhubungan dengan agen cidera fisik : post operasi ini sudah sesuai
dengan teori yaitu pada evaluasi akhir nyeri sudah berkurang dari skala 4
menjadi skala 2.
obyektif : tidak ada tanda-tanda infeksi dan pus, analisis : masalah teratasi,
terjadi peningkatakan kekuatan otot dari skala 2 menjadi skala 3. Hal ini
karena klien pada hari kedua pada tanggal 13 Maret 2015 diperbolehkan
teori tersebut.
82
BAB VI
operasi close fraktur femur dextra di ruang Parangseling Rumah Sakit Orthopedi
untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi close fraktur femur
A. KESIMPULAN
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
nyeri pada paha bagian kanan nyeri setelah operasi dan bertambah saat
2. Diagnosa Keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi), Resiko
82
83
3. Intervensi
Severity of pain, Time), beri terapi dengan musik mozart, berikan posisi
infeksi, lakukan medikasi pada luka, lakukan teknik aseptik sebelum dan
yaitu kaji kekuatan otot klien, bantu klien dalam rentang gerak ROM,
dengan fisioterapi.
4. Implementasi
intensitas nyeri pada pasien selama 2 hari kelolaan yaitu mulai tanggal 12
Maret 2015 sampai tanggal 13 Maret 2015 dengan durasi 15 menit dan
5. Evaluasi
keadaan klien dengan kriteria hasil sudah tercapai, diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi) pada Nn. N sudah
teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan yaitu nyeri berkurang
nyeri, pada hari kedua klien diperbolehkan pulang sesuai perintah dokter.
evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum tercapai maka resiko
penurunan kekuatan otot hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil
perintah dokter.
6. Analisa
B. SARAN
berikut :
optimal.
86
DAFTAR PUSTAKA