Dokumen - Tips - Laporan Kasus Demam Tifoid Fixdoc
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Demam Tifoid Fixdoc
Oleh:
Pembimbing:
Oleh:
Pembimbing:
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. S
Umur : 3 Tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bolo 3/2, Demak
No. CM : 092024
Tanggal masuk : 19 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2015
B. DATA DASAR
I. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesa dengan Ibu penderita di bangsal Dahlia, RSUD Sunan Kalijaga Demak pada
tanggal 19 Januari 2015 pukul 11.00.
1. Keluhan Utama : Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Demak dengan keluhan demam. Demam sejak 5 hari
yang lalu. Demam tinggi sepanjang hari memberat pada saat malam hari disertai nyeri perut
dan muntah terkadang. Pasien juga mengeluh nyeri seluruh badan. Pasien berkeringat dingin
dan sering ganti baju karena basah pada malam hari. Pasien belum BAB 2 hari. Pasien sering
jajan sembarangan di luar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Anak terkadang diare
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit serupa
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah penderita bekerja sebagai petani sedangkan Ibu penderita bekerja sebagai buruh.
Pembayaran biaya RS menggunakan BPJS PBI.
Kesan : sosial ekonomi kurang.
6. Riwayat Prenatal dan Posnatal
Saat mengandung penderita, ibu periksa kehamilan di bidan lebih dari 5x dan disuntik
TT 1x. Riwayat penyakit selama kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan saat
kehamilan disangkal. Riwayat pernah keguguran disangkal. Riwayat sakit panas selama
kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan
tablet penambah darah dari bidan.
Setelah melahirkan ibu memeriksakan penderita ke bidan, keadaan anak saat periksa
sehat.
7. Riwayat Persalinan
- Persalinan : lahir spontan ditolong bidan
- Usia dalam kandungan : cukup bulan
- Berat badan lahir : 2800 g
- Panjang badan lahir : 47 cm
Kesan: neonatus, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, partus spontan.
8. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B : lahir, usia 1 bulan, usia 6 bulan
Polio : lahir, usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan
BCG : usia 2 bulan
DTP : usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan
Campak : usia 9 bulan
Kesan : imunisasi lengkap
9. RiwayatGizi
0 – 6 bulan :ASI semau anak + 10x sehari
6 bulan – 9 bulan : ASI berhenti dan di ganti susu, minum 3 botol sehari. Bubur nasi,
sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikan) 3x sehari @ ½ mangkok kecil tidak habis
dimakan. Ati dan ikan jarang diberikan
9 bulan – 2 tahun : susu formula, nasi, sayur, dan lauk lunak
(telur/ati/ikanjaranglengkap) 3x sehari tapi sering tidak dihabiskan
2 tahun – sekarang : makan makanan keluarga lengkap (nasi, lauk pauk, sayur, buah
dan susu)
10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan lahir 2800 g, panjang badan lahir 47 cm. Berat badan sekarang 14,7 kg,
tinggi badan sekarang 98 cm.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia.
Thorax
Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang (posisi terlentang)
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan: wheezing
(-/-) dan ronki (-/-)
Kesan : Paru dalam batas normal
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : batas apex jantung tidak melebar
Auskultasi : gallop (-), bising sistolik (-)
Kesan : Jantung dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : DD // DP
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) ulu hati, massa (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Perkusi :timpani
Ekstremitas Superior Inferior
Akraldingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2″
Oedem -/- -/-
V. DIAGNOSIS BANDING
Febris 5 Hari
DD Demam Tifoid
DD Demam Berdarah Dengue
DD Malaria
DD ISPA
VI. DIAGNOSIS KERJA
o Diagnosis Utama : Demam Tifoid
o Diagnosis Gizi : Gizi Cukup
o Diagnosis Sosial Ekonomi : Kurang
o Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
o Diagnosis Perkembangan: Perkembangan sesuai umur
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
Edukasi
Medikamentosa:
• Inf RL 13 tpm makro
• Inj Ceftriaxon 1x500 mg IV
• P.O. Parasetamol syr 3 x 1 Cth
VIII. MONITORING
Keadaan Umum
Tanda vital (nadi, pernafasan, suhu)
IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanam : bonam
Qua ad fungsionam : bonam
X. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit yang diderita
pasien, dan program terapi yang akan dilaksanakan pada pasien.
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus istirahat tirah baring dan
tidak melakukan aktivitas.
3. Minum obat secara teratur yang diberikan sesuai anjuran dokter dan control teratur
bila diperbolehkan pulang.
4. Memberikan makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein
XI. FOLLOW UP
Tgl 19 Januari 2015 20 Januari 2015
S Demam Demam, Batuk
O KU : compos mentis, sakit sedang KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign: Vital Sign:
N :110 x/menit N :124 x/menit
Rr :24 x/menit Rr :28 x/menit
t :37,9 0C t :39 0C
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : KGB tidak >> Leher : KGB tidak >>
Cor : Cor :
I : IC tdk tampak, I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak
tidak kuat angkat kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-). A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo : Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan. I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+) P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : Abdomen :
I : DP//DD I : DP//DD
A : BU (+) N A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas : Ekstremitas :
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Akral dingin Oedema Akral dingin Oedema
Ekstremitas : Ekstremitas :
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Akral dingin Oedema Akral dingin Oedema
B. ETIOLOGI
Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terhadap fagositosis
Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Demam Tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa
inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anoreksia, letargia, malaise,
nyeri kepala, batuk tidak berdahak, bradikardi.
Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah
(rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor (coated tongue)., ujung dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung
(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan
tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.
3. Gangguan kesadaran
Disamping gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan
gejala-gejala lain:
Roseola atau rose spot; pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah
dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4
mm yang akan hilang dengan penekanan dan sukar didapat pada orang yang berkulit
gelap. Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya
ditemukan pada minggu pertama demam.
Bradikardia relatif: kadang-kadang dijumpai bradikardia relatif yang biasanya
ditemukan pada awal minggu ke II.
D. PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Deteksi S. Typhi
Biakan darah terutama pada minggu ke-1 samapai ke-2 dari perjalanan penyakit.
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4
c. Tes Widal
F. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pasien Demam Tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah
baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian
antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul
penyulit dapat dilakukan dengan seksama.
4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas.
5. Antibiotika:
Pada kasus-kasus Demam Tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap
berbagai obat diatas (MDR= MultiDrug Resistance), terdiri atas:
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya: pemberian
cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis. Pemberian antipiretik masih
kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan
pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya
kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan antipiretik. Dianjurkan
pemberian bila suhu di atas 38,5’C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada
Demam Tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma,
ataupun syok. Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB, diikuti
dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.
G. Komplikasi
Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat
dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok: berupa penurunan
suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.
b. Perforasi usus.
Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi pada distal
ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan diafragma pada foto
rontgen abdomen yang dibuat dalam posisi tegak.
c. Peritonitis
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muskular) dan nyeri tekan.
2. Ekstraintestinal
Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-
T pada EKG, syok kardiogenik, infiltasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus Demam Tifoid dengan
ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau
tanpa disertai kenaikan kadar transaminae, maupun kolesistitis akut juga dapat
dijumpai, sedang kolesistitis kronis yang terjadi pada penderita setelah mengalami
Demam Tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa
kuman (karier).
DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB Saunders
Co. 2005: 916-919
Behrman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.
2006 : 970-973
Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2005 : 1362-
1363
Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto
Mangunkusumo. 2007 : 173 -176
Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008 :368-375
Yuliani, Rita dan Suriadi. Asuhan Keperawtan pada Anak. Edisi 2. 2001. Jakarta: Sagung
Seto
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/
http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm
http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview
http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201