Anda di halaman 1dari 21

Laporan Portofolio

ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN


DENGAN DEMAM TIFOID

Oleh:

dr. Vicky Kurniawan Burkie

Pembimbing:

dr. Suparni Anik Indriyati

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RSUD SUNAN KALIJAGA
DEMAK
2015
LAPORAN KASUS
ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN
DENGAN DEMAM TIFOID

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


dr. Vicky Kurniawan Burkie

Telah diajukan, dikoreksi, dan


dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internsip

Demak, Januari 2015


Dokter Pembimbing Internsip RSUD Sunan Kalijaga Demak

dr. Suparni Anik Indriyati


Laporan Portofolio

ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN


DENGAN DEMAM TIFOID

Oleh:

dr. Vicky Kurniawan Burkie

Pembimbing:

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A.

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


RSUD SUNAN KALIJAGA
DEMAK
2015
LAPORAN KASUS
ANAK PEREMPUAN USIA 3 TAHUN 6 BULAN
DENGAN DEMAM TIFOID

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


dr. Vicky Kurniawan Burkie

Telah diajukan, dikoreksi, dan


dinyatakan telah memenuhi syarat laporan internsip

Demak, Januari 2015


Dokter Pembimbing Internsip RSUD Sunan Kalijaga Demak

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A.


BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. S
Umur : 3 Tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bolo 3/2, Demak
No. CM : 092024
Tanggal masuk : 19 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan : 19 Januari 2015

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Tn. A
Umur Ayah : 29 Tahun
Pekerjaan Ayah : Petani
Pendidikan Ayah : SMP
Nama Ibu : Ny. S
Umur Ibu : 26 tahun
Pekerjaan ibu : Buruh
Pendidikan ibu : SMP

B. DATA DASAR
I. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Alloanamnesa dengan Ibu penderita di bangsal Dahlia, RSUD Sunan Kalijaga Demak pada
tanggal 19 Januari 2015 pukul 11.00.
1. Keluhan Utama : Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Demak dengan keluhan demam. Demam sejak 5 hari
yang lalu. Demam tinggi sepanjang hari memberat pada saat malam hari disertai nyeri perut
dan muntah terkadang. Pasien juga mengeluh nyeri seluruh badan. Pasien berkeringat dingin
dan sering ganti baju karena basah pada malam hari. Pasien belum BAB 2 hari. Pasien sering
jajan sembarangan di luar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Anak terkadang diare
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang sedang sakit serupa
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah penderita bekerja sebagai petani sedangkan Ibu penderita bekerja sebagai buruh.
Pembayaran biaya RS menggunakan BPJS PBI.
Kesan : sosial ekonomi kurang.
6. Riwayat Prenatal dan Posnatal
Saat mengandung penderita, ibu periksa kehamilan di bidan lebih dari 5x dan disuntik
TT 1x. Riwayat penyakit selama kehamilan disangkal. Riwayat perdarahan saat
kehamilan disangkal. Riwayat pernah keguguran disangkal. Riwayat sakit panas selama
kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan
tablet penambah darah dari bidan.
Setelah melahirkan ibu memeriksakan penderita ke bidan, keadaan anak saat periksa
sehat.
7. Riwayat Persalinan
- Persalinan : lahir spontan ditolong bidan
- Usia dalam kandungan : cukup bulan
- Berat badan lahir : 2800 g
- Panjang badan lahir : 47 cm
Kesan: neonatus, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, partus spontan.
8. Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B : lahir, usia 1 bulan, usia 6 bulan
Polio : lahir, usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan
BCG : usia 2 bulan
DTP : usia 2 bulan, usia 4 bulan, usia 6 bulan
Campak : usia 9 bulan
Kesan : imunisasi lengkap
9. RiwayatGizi
 0 – 6 bulan :ASI semau anak + 10x sehari
 6 bulan – 9 bulan : ASI berhenti dan di ganti susu, minum 3 botol sehari. Bubur nasi,
sayur, dan lauk lunak (telur/ati/ikan) 3x sehari @ ½ mangkok kecil tidak habis
dimakan. Ati dan ikan jarang diberikan
 9 bulan – 2 tahun : susu formula, nasi, sayur, dan lauk lunak
(telur/ati/ikanjaranglengkap) 3x sehari tapi sering tidak dihabiskan
 2 tahun – sekarang : makan makanan keluarga lengkap (nasi, lauk pauk, sayur, buah
dan susu)
10. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan lahir 2800 g, panjang badan lahir 47 cm. Berat badan sekarang 14,7 kg,
tinggi badan sekarang 98 cm.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak dalam batas normal sesuai usia.

II. PEMERIKSAAN FISIK ( tgl. 19 Januari 2015, pukul 11.30 WIB )


Status Present:
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun 6 bulan
Lingkar kepala : 49 cm
Berat badan : 14,7 kg
Tinggi badan : 98 cm

Keadaan umum : Kompos mentis, lemah


Tanda Vital
Heart rate : 90 x/menit
Nadi : isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit
Temperatur : 38,6 °C
Kepala : lingkar kepala 49 cm, mesocephal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, mudah dipilah
Mata : palpebra oedem (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
pupil isokor ø 2 mm, reflek cahaya (+/+), reflek kornea (+/+)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
Telinga : sekret (-), ukuran dan bentuk mormal
Mulut : kering (-), sianosis (-), lidah kotor (+), sariawan (+)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorax
Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang (posisi terlentang)
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan: wheezing
(-/-) dan ronki (-/-)
Kesan : Paru dalam batas normal

Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : batas apex jantung tidak melebar
Auskultasi : gallop (-), bising sistolik (-)
Kesan : Jantung dalam batas normal

Abdomen :
Inspeksi : DD // DP
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) ulu hati, massa (-), hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
Perkusi :timpani
Ekstremitas Superior Inferior
Akraldingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <2″
Oedem -/- -/-

Genitalia : Perempuan, tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


PEMERIKSAAN 18/01 19/01 21/01 Satuan Rujukan
HEMATOLOGI          
  RUTIN          
  Hemoglobin 11.4 12 11.8 g/dl 11-16
  Hematokrit 24.3 20 28 % 31-45
  Leukosit 6.5 7.3 6.6  ribu/µl 4.0-10.0
  Trombosit 154 276 247  ribu/µl 150 – 450
  Eritrosit 4.5 juta/µl 3.60 – 4.80
SEROLOGI        
WIDAL
TYO 1/80 1/400 Negatif
TYH 1/60 1/300 Negatif

IV. DAFTAR MASALAH


MasalahAktif Tanggal MasalahPasif

Demam Tifoid 19/01/2015 Kesan sosial ekonomi


kurang

V. DIAGNOSIS BANDING
Febris 5 Hari
DD Demam Tifoid
DD Demam Berdarah Dengue
DD Malaria
DD ISPA
VI. DIAGNOSIS KERJA
o Diagnosis Utama : Demam Tifoid
o Diagnosis Gizi : Gizi Cukup
o Diagnosis Sosial Ekonomi : Kurang
o Diagnosis Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap
o Diagnosis Perkembangan: Perkembangan sesuai umur

VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
Edukasi
Medikamentosa:
• Inf RL 13 tpm makro
• Inj Ceftriaxon 1x500 mg IV
• P.O. Parasetamol syr 3 x 1 Cth

VIII. MONITORING
Keadaan Umum
Tanda vital (nadi, pernafasan, suhu)

IX. PROGNOSIS
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanam : bonam
Qua ad fungsionam : bonam

X. EDUKASI
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit yang diderita
pasien, dan program terapi yang akan dilaksanakan pada pasien.
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien harus istirahat tirah baring dan
tidak melakukan aktivitas.
3. Minum obat secara teratur yang diberikan sesuai anjuran dokter dan control teratur
bila diperbolehkan pulang.
4. Memberikan makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi protein

XI. FOLLOW UP
Tgl 19 Januari 2015 20 Januari 2015
S Demam Demam, Batuk
O KU : compos mentis, sakit sedang KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign: Vital Sign:
N :110 x/menit N :124 x/menit
Rr :24 x/menit Rr :28 x/menit
t :37,9 0C t :39 0C
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : KGB tidak >> Leher : KGB tidak >>
Cor : Cor :
I : IC tdk tampak, I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak
tidak kuat angkat kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-). A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo : Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan. I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+) P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : Abdomen :
I : DP//DD I : DP//DD
A : BU (+) N A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas : Ekstremitas :
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Akral dingin Oedema Akral dingin Oedema

Ass Demam Tifoid Demam Tifoid

Ter Bed rest Bed rest


api Infus RL 13 tpm makro Infus RL 13 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 500 mg IV Injeksi Ceftriaxone 1 x 500 mg IV
P.O. Parasetamol Syr 3x1 Cth P.O. Parasetamol Syr 3x1 Cth

Pla Ulang Darah Rutin Ulang Darah Rutin


n

Tgl 21 JANUARI 2015 22 JANUARI 2015


S Demam, Batuk, Sariawan Sariawan
O KU : compos mentis, sakit sedang KU : compos mentis, sakit sedang
Vital Sign: Vital Sign:
N :124 x/menit N :98 x/menit
Rr :28 x/menit Rr :24 x/menit
t :39 0C t :36,8 0C
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : KGB tidak >> Leher : KGB tidak >>
Cor : Cor :
I : IC tdk tampak, I : IC tdk tampak,
P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , P : teraba di SIC V 1cm medial LMCS , tidak
tidak kuat angkat kuat angkat
P : batas jantung tidak melebar P : batas jantung tidak melebar
A : BJ I-II int N, regular, bising (-). A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo : Pulmo :
I : pengembangan dada kiri = kanan. I : pengembangan dada kiri = kanan.
P : fremitus raba kiri = kanan P : fremitus raba kiri = kanan
P : Sonor (+/+) P : Sonor (+/+)
A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-) A : SDV (+/+), whezing (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : Abdomen :
I : DP//DD I : DP//DD
A : BU (+) N A : BU (+) N
P : Tympani, LS = 8 cm P : Tympani, LS = 8 cm
P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba P : Supel, NT (-), hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas : Ekstremitas :
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Akral dingin Oedema Akral dingin Oedema

Ass Demam Tifoid Demam Tifoid

Ter Bed rest Bed rest


api Infus RL 13 tpm makro Infus RL 13 tpm makro
Injeksi Ceftriaxone 1 x 500 mg IV Injeksi Ceftriaxone 1 x 500 mg IV
P.O. Parasetamol Syr 3x1 Cth P.O. Parasetamol Syr 3x1 Cth
Nystatin drop 3x1 cc Nystatin drop 3x1 cc

Pla Ulang Darah Rutin


n
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Demam Tifoid (Tifus abdominalis, Enteric fever, Eberth disease) adalah


penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi pada usus halus
(terutama di daerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih,
gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.

B. ETIOLOGI

Penyakit Demam Tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhi


yang mana merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, bersifat aerob.

S. typhi mempunyai tiga macam antigen, yaitu:

 Antigen O = Ohne Hauch = Somatik antigen (tidak menyebar)


 Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil

 Antigen Vi = Kapsul; merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
O antigen terhadap fagositosis

Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala Demam Tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari, selama dalam masa
inkubasi dapat ditemukan gejala prodromal, yaitu: anoreksia, letargia, malaise,
nyeri kepala, batuk tidak berdahak, bradikardi.
Kemudian menyusul gejala-gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris


remittent dan tidak terlalu tinggi. Pada minggu I, suhu tubuh cenderung
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore
hari dan malam hari. Dalam minggu II, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu III suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu III.

2. Gangguan saluran cerna

Pada mulut didapatkan nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah- pecah
(rhagaden), lidah ditutupi oleh selaput putih kotor (coated tongue)., ujung dan
tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat dijumpai adanya kembung
(meteorismus). Hepar dan lien yang membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya terdapat juga konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan
tetapi dapat juga normal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih muda.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun berupa apatis sampai somnolen.

Disamping gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat ditemukan
gejala-gejala lain:

 Roseola atau rose spot; pada punggung, perut bagian atas dan dada bagian bawah
dapat ditemukan rose spot (roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4
mm yang akan hilang dengan penekanan dan sukar didapat pada orang yang berkulit
gelap. Rose spot timbul karena embolisasi bakteri dalam kapiler kulit. Biasanya
ditemukan pada minggu pertama demam.
 Bradikardia relatif: kadang-kadang dijumpai bradikardia relatif yang biasanya
ditemukan pada awal minggu ke II.
D. PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI

Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui fecal-oral


transmittion melalui orang ke orang maupun melalui perantaraan makanan dan
minuman yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan feses atau urine,
sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung,
dan sebagian lagi masuk usus halus. Penyakit yang timbul tergantung pada
beberapa faktor, antara lain: (1) jumlah organisme yang ditelan, (2) kadar keasaman
dalam lambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan S. typhi sebanyak
105-109 yang tertelan. Sesampainya di lambung sebagian kuman akan dimusnahkan
oleh asam lambung. Namun tidak semua bakteri tersebut mati. Jumlah bakteri yang
mampu bertahan hidup bergantung pada keasaman lambung tersebut. Bakteri yang
mampu bertahan hidup masuk ke dalam lumen usus, lalu mengadakan perlekatan
pada mikrovili dan menyerang epitel hingga mencapai lamina propria. Melalui plak
peyeri pada ileum distal bakteri masuk ke dalam KGB mesenterium dan mencapai
aliran darah melalui duktus torasikus menyebabkan bakteriemia pertama yang
asimptomatis.

Kemudian kuman akan masuk kedalam organ–organ sistem retikuloendotelial


(RES) terutama di hepar dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai
nyeri pada perabaan. Dari sini kuman akan masuk ke dalam peredaran darah,
sehingga terjadi bakteriemia kedua yang simptomatis (menimbulkan gejala klinis).
Disamping itu kuman yang ada di dalam hepar akan masuk ke dalam kandung
empedu dan berkembang biak disana, lalu kuman tersebut bersama dengan asam
empedu dikeluarkan dan masuk ke dalam usus halus. Kemudian kuman akan
menginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong
pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan perforasi usus yang menimbulkan gejala peritonitis.

Pada masa bakteriemia, kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan


kimianya sama dengan antigen somatik (lipopolisakarida). Endotoksin sangat
berperan membantu proses radang lokal dimana kuman ini berkembang biak yaitu
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

Bagan Patofisiologi Demam Tifoid

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan yang menyokong diagnosis.

Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,


neutropenia pada permulaan sakit. Mungkin juga terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.
2. Pemeriksaan untuk membuat diagnosis.

a. Deteksi S. Typhi

Kultur merupakan pemeriksaan baku emas namun sensitifitasnya rendah.


Hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Hasil negatif palsu dapat terjadi
bila jumlah spesimen sedikit, waktu pengambilan spesimen tidak tepat atau
telah mendapat pengobatan antibiotik.

Keterlibatan biakan strain Salmonella biasanya merupakan dasar untuk


diagnosis.

 Biakan darah terutama pada minggu ke-1 samapai ke-2 dari perjalanan penyakit.
 Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4

 Biakan sumsum tulang merupakan metode yang paling sensitif

 Kultur tinja biasanya positif pada minggu ke-3 sampai ke-5

b. Deteksi DNA S.typhi

Metode yang digunakan yaitu PCR dimana DNA S.typhi dilipat


gandakan. Metode PCR dapat mendeteksi DNA bakteri baik yang hidup
maupun mati. Hasil positif tidak selalu menunjukkan adanya infeksi aktif,
sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi karena terdapat
beberapa zat yang dapat menghambat reaksi

c. Tes Widal

Tes Widal merupakan pemeriksaan serologis yang pertama kali


diperkenalkan dan masih banyak digunakan. Uji widal klasik mengukur
antibodi terhadap antigen O dan H S typhi. Diagnosis Demam Tifoid
ditegakkan bila kenaikan titer S. Typhi titer O ≥1:200 atau kenaikan 4 kali titer
fase akut ke fase konvalesens. Deteksi anti O dan anti H dalam serum tidak
selalu menunjukkan adanya infeksi S.typhi. S.typhi memiliki beberapa antigen
O dan H yang sama dengan Salmonella lain, sehingga peningkatan titer tidak
spesifik untuk S.typhi. Anti O dan H negatif tidak menyingkirkan adanya
infeksi. Hasil negatif palsu dapat disebabkan antibodi belum terbentuk karena
spesimen diambil terlalu dini atau antibodi tidak terbentuk akibat defek
pembentukan antibodi.

F. PENATALAKSANAAN

Sebagian besar pasien Demam Tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah
baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian
antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit agar
pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi kemungkinan timbul
penyulit dapat dilakukan dengan seksama.

Pengobatan yang diberikan yaitu:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta


2. Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan
anoreksia.

3. Pemberian antipiretik bila suhu tubuh > 38,5 C.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas.

5. Antibiotika:

Kloramfenikol; masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan


penderita Demam Tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x
pemberian selama 10-14 hari. Dosis maksimal 2 g/hari. Hari pertama setengah
dosis dulu, selanjutnya diberikan sesuai dosis diatas, karena kalau diberi dalam
dosis yang penuh maka kuman akan banyak yang mati dan sebagai akibatnya
endotoksin meningkat dan demam akan bertambah tinggi. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/ ul.

Selain itu dapat juga diberikan:

Ampislin; dengan dosis 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara


oral atau suntikan IV selama 14 hari.
Amoksilin; dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x yang memberikan
hasil yang setara dengan kloramfenikol walaupun penurunan demam yang lebih
lama.

Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg + sulphametoxazole 400 mg); dengan


dosis 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 x pemberian.

Pada kasus-kasus Demam Tifoid yang disebabkan S.typhi yang resisten terhadap
berbagai obat diatas (MDR= MultiDrug Resistance), terdiri atas:

Seftriakson; dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10


hari.

Sefiksim; dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis


selama 14 hari.

Golongan kuinolon; Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis atau


ofloksasin, 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk
pengobatan. Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pengobatan 2-10 hari.

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya: pemberian
cairan intravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis. Pemberian antipiretik masih
kontroversial, di satu pihak demam diperlukan untuk efektifitas respon imun dan
pemantauan keberhasilan pengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan terjadinya
kejang dan kenyamanan anak terganggu, sering membutuhkan antipiretik. Dianjurkan
pemberian bila suhu di atas 38,5’C. Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada
Demam Tifoid berat, misalnya bila ditemukan status kesadaran delir, stupor, koma,
ataupun syok. Deksamethason diberikan dengan dosis awal 3 mg/kgBB, diikuti
dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2 hari.

G. Komplikasi

Komplikasi tipoid dapat terjadi pada :

1. Intestinal (usus halus) :

Umumnya jarang terjadi, tapi sering fatal, yaitu:


a. Perdarahan usus.

Bervariasi dari mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat
dapat disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok: berupa penurunan
suhu tubuh dan tekanan darah yang drastis.

b. Perforasi usus.

Timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan sering terjadi pada distal
ileum. Apabila hanya terjadi perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan diafragma pada foto
rontgen abdomen yang dibuat dalam posisi tegak.

c. Peritonitis

Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muskular) dan nyeri tekan.

2. Ekstraintestinal

Miokarditis dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan ST-
T pada EKG, syok kardiogenik, infiltasi lemak maupun nekrosis pada jantung.
Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus Demam Tifoid dengan
ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau
tanpa disertai kenaikan kadar transaminae, maupun kolesistitis akut juga dapat
dijumpai, sedang kolesistitis kronis yang terjadi pada penderita setelah mengalami
Demam Tifoid dapat dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa
kuman (karier).
DAFTAR PUSTAKA

Behrman RE, dkk . Typhoid Fever. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition: WB Saunders
Co. 2005: 916-919

Behrman RE, dkk. Demam Enterik. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 15. Volume 2.
2006 : 970-973

Current : Medical Diagnosis & Treatment. Forty-third edition. McGraw-Hill . 2005 : 1362-
1363

Demam Tifoid. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Cipto
Mangunkusumo. 2007 : 173 -176

Garna H, dkk. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2008 :368-375

Yuliani, Rita dan Suriadi. Asuhan Keperawtan pada Anak. Edisi 2. 2001. Jakarta: Sagung
Seto

http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/

http://www.medicinenet.com/typhoid_fever/article.htm

http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/

http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview

http://www.mayoclinic.com/health/typhoid-fever/DS00538

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra020201

Anda mungkin juga menyukai