Anda di halaman 1dari 65

Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan

Dedi Natawijaya

1
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

2
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

3
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

SAMBUTAN DEKAN

Banyaknya kasus keracunan makanan mengandung


pestisida, kecelakaan operator, dan dampak pencemaran
lingkungan air dan tanah oleh penggunaan pestisida sintetik
yang terus menerus, menuntut pertanian yang lebih ramah
lingkungan. Mewujudkan pertanian ramah lingkungan antara
lain meminimalkan bahkan menghilangkan penggunaan
pestisida sintetik dan disubstitusi dengan pestisida alami.
Penelitian teknologi produksi cuka kayu (wood vinegar)
yang memiliki prospek sebagai salah satu pestisida nabati yang
ditekuni oleh dosen Program Studi Agroteknologi dan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, yaitu :
Dr. Ir. H. Budy Rahmat, MS, Dr. Dedi Natawijaya, MS, dan
Dr. Ir. Dedi Sufyadi, MS. Patut bersyukur penelitian ini
mendapat dukungan dana Penelitian Kompetitif Nasional dari
Dilitabmas Ditjen Dikti Kemendiknas RI mulai Tahun 2014.
Salah satu luaran penelitian itu adalah Buku Ajar berjudul “
“Produksi dan Pemanfaatan Cuka Kayu untuk Pestisida
dan Zat Pengatur Tumbuh Tanaman”.
Pimpinan dan sivitas akademik menyambut baik
tersedianya buku ajar tersebut guna menambah kepustakaan
fakultas dan masyarakat yang memerlukan. Pimpinan
mengucapkan penghargaan dan terimakasih atas dedikasi

4
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

peneliti dan semoga selalu diberi berkah manfaat ilmu.


Aamiin.

Tasikmalaya, Agustus 2016


Dekan Fakultas Pertanian,

Dr. Ida Hodiyah, Ir., MP.

5
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

KATA PENGANTAR

Buku Ajar ini berjudul “Produksi dan Pemanfaatan


Cuka Kayu untuk Pestisida dan Zat Pengatur Tumbuh
Tanaman” merupakan bentuk kepedulian Universitas
Siliwangi terhadap masalah penyediaan pestisida dan zat
pengatur tumbuh tanaman yang sejalan dengan sasaran
pertanian ramah lingkungan. Selain itu, produksi cuka kayu
yang kami lakukan adalah berbasis bahan baku limbah kayu,
sehingga ikut pula terlibat pula dalam solusi penanganan
limbah kayu yang tidak menimbulkan efek penambahan gas
rumah kaca ke atmosfer.
Tim Peneliti menyampaikan terimakasih kepada :
1. Direktur Ditlitabmas Ditjen Dikti Kemendiknas RI dan
Koordinator Kopertis Jawa Barat dan Banten yang telah
menyediakan dan menawarkan Hibah Penelitian Bersaing.
2. Rektor Universitas Siliwangi, Dekan Fakultas Pertanian,
dan Ketua LP2M serta staf atas segala dukungan dan
fasilitas yang diberikan.
3. Rekan dosen sejawat yang selalu mendukung dan saling
konsultasi untuk penelitian ini.
Semoga buku ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan bangsa. Aamiin.

6
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Tasikmalaya, Agustus 2016


Tim Peneliti,

Dr. H. Budy Rahmat, Ir., MS

7
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

DAFTAR ISI
SAMBUTAN DEKAN ................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................. v


TINJAUAN PELAJARAN ........................................... 1
a. Deskripsi mata pelajaran ..................................... 1

b. Manfaat mata pelajaran ....................................... 3


c. Standar kompetensi ............................................ 4
d. Susunan bahan ajar ............................................. 4
e Bahan ajar ......................................................... 4
PETUNJUK PELAJARAN .......................................... 6
MODUL I : PENGOLAHAN LIMBAH KAYU
MENJADI CUKA KAYU .......................
8

1.1.
Pendahuluan......................................................... 8
1.2.
Manfaatan Cuka Kayu ........................................ 10
1.3.
Proses Pirolisis..................................................... 11
1.4.
Jenis Cuka Kayu ................................................. 15
1.5.
Pembuatan Cuka Kayu ........................................ 15
1.6.
Latihan ................................................................ 25
1.7.
Rangkuman ......................................................... 25
1.8.
Penutup ............................................................... 26
Daftar Pustaka .................................................... 28
MODUL II: APLIKASI CUKA KAYU SEBAGAI
PESTISIDA DAN ZAT PENGATUR
TUMBUH ................................................
30

2.1. Aplikasi Cuka Kayu sebagai Pestisida ............ 30

8
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

2.2. Aplikasi Cuka Kayu sebagai Zat Pengatur


Tumbuh ..........................................................
40

2.3. Toksikologi Cairan Pirolisis ............................ 44

2.4. Ekotoksisitas .................................................. 46

2.5. Pasar Kayu Cuka ............................................. 47

2.6. Faktor Pendukung Penggunaan Cuka Kayu .... 50

2.7. Tantangan ........................................................ 51

2.8. Latihan ............................................................. 54

2.9. Rangkuman ...................................................... 54

2.10. Penutup ............................................................ 54

Daftar Pustaka ................................................ 57


GLOSARI ..................................................................... 59

9
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

TINJAUAN PELAJARAN

a. Deskripsi Mata pelajaran

Pestisida botani mendapat perhatian yang terus


meningkat, karena makin dirasakan efek merugikan
penggunaan pestisida sintetik, yaitu dampak buruk terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Namun upaya merintis
penggunakaan ekstrak tanaman bioaktif sebagai pestisida
botani sering terkendala oleh kepraktisan di tingkat petani,
seperti : memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan; dan
perlu bahan ekstrak dalam jumlah yang. Kondisi ini sering
menghambat keinginan petani untuk berusaha beralih ke
pestisida botani.
Cara lain untuk memperoleh pestisida botani adalah
melalui teknik pirolisis, yaitu penguraian biomassa secara
termal sehingga dihasilkan cuka kayu. Alternatif bahan baku
pun banyak yang tersedia lokal sehingga petani tidak perlu
membudidayakan tanaman bioaktif tersendiri. Proses pirolisis
juga bisa terintegrasi dengan produksi arang kayu dan atau tar
untuk pengawet kayu dan karet.
Perlindungan tanaman dari berbagai hama dan penyakit
dengan menggunakan pestisida masih merupakan keharusan.
Pestisida yang digunakan harus memenuhi syarat tuntutan
pertanian yang berkelanjutan dan keamanan lingkungan.

10
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Pestisida botani hasil ekstraksi dari tumbuhan yang


mengandung senyawa bioaktif pestisida sampai saat ini
dianggap berpotensi bisa memenuhi tuntutan tersebut, tapi
untuk mengatasi berbagai kendala masih diperlukan pemikiran
dan penelitian lebih lanjut.
Perlu dikembangkan alternatif pestisida botani yang
berbasis bahan baku yang tersedia lokal dengan proses yang
mudah, bahkan merupakan proses sekali jalan dengan proses
lain atau hasil samping proses lain, sehingga tidak akan
menjadi tambahan biaya dan waktu untuk penyediaannya.
Proses pirolisis untuk memperoleh cuka kayu dapat
bersama dengan proses pembuatan arang kayu menggunakan
peralatan yang tidak rumit. Fakta-fakta seperti itu dianggap
akan mendukung dan memperlancar inovasi, dan selanjutnya
diikuti dengan keberhasilan adopsi dan aplikasi teknologi oleh
masyarakat.
Bahan baku pembuatan cuka kayu pada pelajaran ini
lebih ditekankan pada pemanfaatan limbah kayu, seperti:
serutan kayu mebel, serbuk gergaji, ranting tanaman, sebetan
kulit batang, dll. Kebanyakan limbah itu pada industri kecil
masyarakat belum dimanfaatkan sama sekali, yaitu limbah ini
benar-benar hanya dibakar percuma untuk menghindari
penumpukan. Pembakaran selain akan menyumbang gas

11
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

rumah kaca, juga tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat


dan bernilai ekonomi.
Buku ajar ini dibuat bagi masyarakat, instansi terkait
ataupun pemangku kepentingan lainnya untuk dapat
mengetahui aplikasi teknologi pembuatan dan pemanfaatan
cuka kayu. Sehingga dapat diterapkan dan dapat memberikan
kontribusi pembelajaran kepada masyarakat tentang solusi
penanganan limbah kayu diolah menjadi cuka kayu yang
bermangfaat dan bernilai ekonomis.

b. Manfaat Mata Pelajaran


Manfaat dari pembelajaran ini yang dapat diambil adalah:

1) Mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah kayu


dengan mengolahnya menjadi cuka kayu.
2) Memanfaatkan cuka kayu menjadi pestisida dan zat
pengatur tumbuh tanaman.

c. Standar Kompetensi
Tujuan dari pembelajaran ini adalah :

1) Mengetahui proses pengolahan limbah kayu menjadi cuka


kayu
2) Mengetahui teknik aplikasi cuka kayu sebagai pestisida
dan zat pengatur tumbuh tanaman.

12
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

d. Susunan Bahan Ajar


Pokok bahasan dalam modul ini menjadi dua bab pokok
bahasan sebagai berikut :

1) Pengolahan limbah kayu menjadi cuka kayu


2) Aplikasi cuka kayu sebagai pestisida dan zat pengatur
tumbuh tanaman.

e. Bahan belajar
1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.
140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida yang
Dilarang dan Pestisida Terbatas
2) Power point materi pengolahan limbah kayu menjadi cuka
kayu .
3) Alat peraga pengolahan limbah kayu menjadi cuka kayu.
4) Modul pengolahan limbah kayu menjadi cuka kayu.
5) Alat dan bahan praktik.

13
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

PETUNJUK PELAJARAN

Untuk membantu anda dalam mempelajari pelajaran ini,


ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar berikut ini
:

1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai


anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan
bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2) Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata
yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata
kunci tersebut dari internet atau dalam kamus yang anda
miliki.
3) Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui
pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan mahasiswa
lain atau dengan tutor anda.
4) Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-
sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan
dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
5) Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan
dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial
dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat.
6) Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal
yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini

14
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami


dengan benar kandungan bahan belajar ini.

Setelah mempelajari buku ajar ini, diharapkan anda


dapat:
1) Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran
pengolahan dan pemanfaatan limbah kayu menjadi cuka
kayu.
2) Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran
berbasis kompetensi
3) Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran
pembuatan cuka kayu
4) Menjelaskan konsep dan implementasi pembelajaran
konstektual.

15
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

MODUL I
PENGOLAHAN LIMBAH KAYU
MENJADI CUKA KAYU

1.1. Pendahuluan

Selama proses pembakaran kayu mengeluarkan asap


atau uap yang terdiri dari asam cuka, fenol, hidrokarbon, gas
hidrogen, metana, alkohol dan lain-lain. Asap kayu ini bila
didinginkan menjadi cairan cuka kayu atau pyrolegneous acid
(wood vinegar) atau asap cair.
Cuka kayu mengandung berbagai senyawa yang
terbentuk karena terjadinya proses pirolisis dari tiga komponen
kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400
senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi.
Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang
bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu,
dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah.
Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat
mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan;
karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk
pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk
utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.
Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap
merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap yang

16
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

dihasilkan. Kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol,


karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 oC.
Tetapi produk yang diberikan cuka kayu yang dihasilkan pada
temperatur 400 oC dinilai mempunyai kualitas organoleptik
yang terbaik dibandingkan dengan cuka kayu yang dihasilkan
pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.
Senyawa-senyawa penyusun cuka kayu adalah:
1) Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa yang
berperan sebagai antioksidan sehingga dapat
memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan
senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada
temperatur pirolisis kayu. Kuantitas fenol pada kayu sangat
bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg. Beberapa jenis fenol
yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah
guaiakol, dan siringol.
2) Senyawa-senyawa karbonil merupakan senyawa yang
berperan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan.
Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma
karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat
dalam cuka kayu antara lain adalah vanilin dan
siringaldehida.
3) Senyawa-senyawa asam merupakan senyawa yang
berperan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa

17
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam


asetat, propionat, butirat dan valerat.
4) Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis merupakan
senyawa yang dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu.
Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena
merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena
bersifat karsinogen.
5) Senyawa benzo(a)pirena merupakan senyawa yang
mempunyai titik didih 310 oC dan dapat menyebabkan
kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit.
Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang
lama.

1.2. Manfaat Cuka kayu

Cuka kayu memiliki banyak manfaat dan telah


digunakan pada berbagai industri, antara lain :
1) Industri pangan. Cuka kayu ini mempunyai kegunaan yang
sangat luas sebagai pemberi rasa dan aroma yang spesifik
juga sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan
antioksidannya. Dengan tersedianya cuka kayu maka
proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap
secara langsung yang mengandung banyak kelemahan
seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat
dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya

18
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

bahaya kebakaran, yang semuanya tersebut dapat


dihindari.
2) Industri perkebunan. Cuka kayu dapat digunakan sebagai
koagulan lateks dengan sifat fungsional cuka kayu seperti
antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat
memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.
3) Industri kayu. Kayu yang dilumuri dengan cuka kayu
mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada
kayu yang tanpa cuka kayu.

1.3. Proses Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya


oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen
bahan organik penyusun kayu. Istilah lain dari pirolisis adalah
penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang
disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan
udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa reaksi
penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun
kayu dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan,
cairan dan gas.
Pembakaran tidak sempurna pada tempurung kelapa
menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi
menjadi karbon dioksida dan peristiwa tersebut disebut
sebagai pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong

19
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks


terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain
dari pirolisis adalah destructive distillation atau destilasi
kering, yaitu merupakan proses penguraian yang tidak teratur
dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya
pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan
tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup
tinggi maka akan terjadi rangkaian reaksi penguraian dari
senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung dan
menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan
gas.
Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-
komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa,
hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung
dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian
selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin.
Produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi
pirolisis komponen-komponen kayu adalah sebanding dengan
jumlah komponen-komponen tersebut dalam kayu.
Proses pirolisis menghasilkan tiga macam produk, yaitu :
1) Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini
sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa
gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2 dan
20
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari


total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu
disajikan pada tabel dibawah ini.
2) Destilat berupa cuka kayu dan tar. Komposisi utama dari
produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat.
Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol,
metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain.

Tabel 1. Komponen cuka kayu dalam persentase

Komponen gas %
CO 50,77
CO2 27,88
CH4 11,36
H2 4,21
C2H3OH 3,09
Hidrokarbon jenuh 2,72

3) Residu (karbon). Tempurung kelapa dan kayu mempunyai


komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan
selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda
tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu
mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian
hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

21
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

1.4. Jenis Cuka kayu

Jenis cuka kayu dibedakan atas penggunaannya. Ada


tiga jenis grade cuka kayu, yaitu sebagai berikut :
1) Grade 1, memiliki sifat: warna bening, rasa sedikit asam,
aroma netral, digunakan untuk makanan, ikan.
2) Grade 2, memiliki sifat: warna kecoklatan transparan, rasa
asam sedang, aroma asap lemah, digunakan untuk
makanan dengan taste asap (daging asap, bakso, mie, tahu,
ikan kering, telur asap, bumbu-bumbu barbaque, ikan
asap/bandeng asap).
3) Grade 3, memiliki sifat: warna coklat gelap, rasa asam
kuat, aroma asap kuat, digunakan untuk penggumpal karet
pengganti asam semut, penyamakan kulit, pengganti
antiseptik untuk kain, menghilangkan jamur dan
mengurangi bakteri patogen yang terdapat di kolam ikan.

1.5. Pembuatan Cuka kayu

1.5.1. Komponen Alat Pengolahan Cuka kayu

1) Kiln Pirolisis

Kiln atau tungku atau reaktor pirolisis adalah alat


pengurai senyawa-senyawa organik yang dilakukan dengan
proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara
luar dengan suhu 300-600 oC. Kiln pirolisis dibalut dengan

22
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

selimut dari bata dan tanah untuk menghindari panas keluar


berlebih, memakai bahan bakar kompor minyak tanah atau
gas. Proses pirolisis menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu
padat, gas dan cairan.
Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan
sampel ke dalam kiln pirolisis, ditutup rapat, dan dipanaskan
selama 5 jam. Destilat yang keluar dari kiln ditampung dalam
dua wadah. Wadah pertama untuk menampung fraksi berat,
sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi ringan.
Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan bejana
pendingin yang dilengkapi pipa berbentuk spiral.

2) Pipa penghubung

Pipa penghubung merupakan bagian komponen dari alat


pengolahan cuka kayu yang berfungsi sebagai penghubung
antara kiln pirolisis dengan kondensor. Asap dari proses
pembakaran pirolisis akan mengalir menuju kondensor akibat
adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan
temperatur antara kiln pirolisis dengan kondensor.

23
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Gambar 1. Bejana kiln (tungku) pirolisis


Keterangan : (1) Bejana baja kiln; (2) pintu
masuk bahan; (3) pintu pengeluaran arang; (4)
cerobong pengapian; (5) pipa keluar gas hasil; (6)
bahan baku; dan (7) ruang pengapian.
3) Tabung endapan fraksi berat

Tabung endapan fraksi berat merupakan komponen alat


yang berfungsi untuk menampung fraksi berat seperti tar,
pasir,dan benda-benda lainnya dari uap asap sebelum sampai
pada kondensor. Komponen alat ini terdapat pada bagian pipa
penghubung yang berbentuk tabung. Pada saat asap mengalir
pada pipa maka kandungan asap dengan fraksi berat seperti tar

24
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

dan bahan-bahan lainnya akan jatuh dan tertampung pada


tabung endapan akibat adanya gaya grafitasi.

4) Kondensor

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor


(heat exchanger) yang berfungsi untuk mengkondensasikan
fluida kerja. Pada alat ini kondensor merupakan komponen
alat yang berfungsi untuk mengembunkan asap menjadi cairan.
Kondensor yang digunakan merupakan kondensor tipe
vertikal. Uap asap yang mengalir dari reaktor pirolisis melalui
pipa penghubung akan masuk pada kondensor dan akan
mengembun pada pipa kondensat yang terdapat dalam
kondensor. Pipa kondensat ini berbentuk spiral dengan arah
vertikal. Selama asap tersebut dalam pipa kondensat maka
akan terjadi pengembunan sehingga terbentuk cuka kayu.

1.5.2. Prinsip Kerja Alat Pirolisis

Pada alat pirolisis terjadi proses penguraian senyawa-


senyawa organik dalam bahan. Penguraian ini disebabkan oleh
proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara
luar dengan suhu 400-600 oC. Untuk mencapai suhu 400-600
o
C dilakukan pemanasan reaktor selama 5 jam sehingga akan
diperoleh destilat berupa cuka kayu setelah melalui proses

25
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

pengembunan pada kondensor yang dilengkapi dengan pipa


spiral.
Pada proses pemanasan yang terjadi pada reaktor
pirolisis, asap yang dihasilkan akan mengalir menuju
kondensor melalui pipa yang mengubungkan kiln pirolisis
dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
tekanan yang disebabkan perbedaan temperatur antara kiln dan
kondensor. Sebagaimana yang kita ketahui pada kiln terjadi
proses pemanasan sehingga temperatur naik, sedangkan pada
kondensor temperaturnya akan lebih rendah karena dialiri oleh
air, maka akan terjadi perpindahan fluida berupa asap karena
sifat fluida mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan yang
lebih rendah.

1.5.3. Pembuatan Cuka Kayu


Jika kayu dibakar pada ruangan terbuka, maka akan
menghasilkan abu. Sementara itu, jika dibakar dalam ruang
tertutup akan menjadi arang. Pada saat proses karbonisasi kayu
pada arang, juga dihasilkan asap. Asap itu jika didinginkan
akan menjadi embun. Embun itu jika dikumpulkan akan
diperoleh cairan yang disebut cuka kayu.

Berikut cara membuat cuka kayu :


1. Penyiapan Bahan

26
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Bahan baku untuk membuat cuka kayu adalah semua


jenis biomassa termasuk limbah kayu yang tidak terlalu
kering, minimal memiliki kadar air 30 %. Contohnya serutan
kayu dari pengrajin industri kecil mebel.

2. Pembakaran Bahan
Bahan baku dimasukkan dalam tungku pembakaran
sampai penuh. Pastikan Ruang pembakaran tertutup rapat, agar
asapnya tidak bocor. Asap bocor mengurangi hasil cuka kayu.
Hanya mulut tungku saja yang terbuka. Kemudian, nyalakan
api melalui mulut tungku. Gunakan kayu bakar kering untuk
membantu pembakaran, karena bahan bakunya masih basah.
Setelah cumplung tadi mulai membara, kayu bakar tadi tidak
usah digunakan lagi. Supaya pembakaran sempurna, api di
mulut tungku harus terus menyala.

27
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Gambar 2. Perangkat pirolisis Unsil sedang diperagakan


mahasiswa

3. Menampung Embun
Asap dari pembakaran cumplung tadi akan masuk ke
ruang penampungan asap, sekaligus sebagai pendingin.
Usahakan api agar terus menyala, agar asap terus bertambah.
Asap keluar melalui lubang pembuangan. Asap dialirkan
melalui dalam pipa tanah melalui corong di atas lubang
pembuangan. Buluh bambu basah dalam pipa akan
mendinginkan asap sehingga terkondensasi menjadi embun.
Embun akan mengalir ke bawah dan menetes melalui pipa
pengembunan. Embun dapat ditampung di dalam wadah,
misalnya ember. 1,5 kubik cumplung akan menghasilkan cuka
kayu sebanyak 20 liter.
28
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Gambar 3. Komponen hasil pirolisis limbah serutan kayu


(searah jarum jam): cuka kayu, arang dan tar.
4. Penyimpanan

Embun tadi yang telah dikumpulkan tadi ke dalam


ember sekarang dimasukkan ke dalam botol tertutup atau
jirigen tertutup. Simpanlah selama satu bulan dalam ruangan
yang teduh, jangan terkena sinar matahari. Cairan embun tadi
akan terfermentasi secara alami. Jadilah cuka kayu. Cuka kayu
ini berbau asap dan dingin. Cuka kayu itu terdiri dari tiga
lapis. Lapisan bawah yang berwarna hitam pekat adalah
lapisan tar. Lapisan tipis paling atas yang berwarna
kekuningan adalah minyak, disebut juga biooil, yang bisa
digunakan untuk minyak bakar. Terahkir, lapisan di tengah
itulah yang disebut cuka kayu yang siap digunakan.

29
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

5. Cara kerja lebih rinci :

A. Persiapan

a) Alat - alat yang diperlukan : golok, gergaji, drum


pembakaran lengkap dengan pendingin, botol kemasan,
dan label.
b) Bahan-bahan yang diperlukan dalam keadaan basah :
kayu limbah kayu atau biomassa lainnya.

B. Langkah Kerja
1) Bahan-bahan dari kayu atau bambu di potong-potong
±20 cm
2) Dimasukan kedalam drum sampai penuh
3) Pemetikan api dilakukan dari lubang yang sudah
tersedia.
4) Api merambat ke atas maka terjadi pembakaran kayu
di dalam drum.
5) Lalu tutup bagian atas drum.
6) Hubungkan dengan alat destilasi
7) Amati dan biarkan selama 9 jam (selama proses
pembakaran cuka kayu keluar melalui alat destilasi
8) Setelah selesai pembakaran lalu tutup lubang api,
biarkan 12 jam untuk proses pendinginan arang.

30
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

9) Setelah arang dingin lalu dibuka, kemudian


diklasifikasikan yaitu arang yang utuh dan arang yang
bubuk kemudian dimasukkan ke dalam karung, arang
yang bubuk bisa dijadikan briket arang.
10) Cuka kayu di saring dengan kain atau busa supaya
hasilnya lebih bening kemudian di kemas dalam botol
yang berukuran 1.000 ml, 500 ml, dan 250m

1.6. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan cuka kayu?
2. Bagaimana proses pirolisis itu berlangsung ?
3. Mengapa cuka kayu dapat dijadikan pestisida dan ZPT
?
4. Sebutkan kandungan senyawa organik yang
terkandung dalam cuka kayu!

1.7. Rangkuman

Pirolisis adalah teknik proses konversi termal, yaitu


bahan diperlakukan suasana iner dalam ketiadaan udara atau
oksigen dengan suhu akhir sekitar 500 ºC menggunakan
tungku terbuat dari drum yang dikombinasikan dengan teknik
kondensasi sehingga selain dihasilkan arang, juga diperoleh
cairan destilat yang biasa disebut cuka kayu atau asap cair.
Bahan yang digunakan untuk membuat arang dan cuka kayu
adalah limbah industri pengolahan kayu. Dari hasil penelitian

31
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

diketahui bahwa, rendemen arang berkisar 9,90 hingga 21,18%


dan rendemen cuka kayu 4,95 hingga 7,35%.

1.8. Penutup

1.8.1. Tes Formatif

1. Bahan-bahan yang termasuk biomassa adalah...kecuali


a. sebetan kayu c. ranting
b. serbuk gergaji d. plastik
2. Kondisi pirolisis adalah...kecuali
a. tanpa udara c. dengan tekanan
b. pemanasan 300-400 oC d. kadar bahan baku 30%
3. Senyawa organik yang terkandung dalam cuka kayu yang
berpotensi sebagai bakterisida:.
a. fenol c. tar
b. metanol d. arang
4. Cuka kayu yang baru dihasilkan perlu disimpan selama:
a. 20 hari c. 2 bulan
b. 30 hari d. 3 bulan
5. Komponen terbesar dari cuka kayu pada umumnya adalah :.
a. fenol c. asam asetat
b. alkohol d. metanol

32
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

1.8.2. Umpan Balik

Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban


Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini,
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat  x 100%
10

Arti Tingkat Penguasaan:

90 % - 100 % = baik sekali


80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 69 % = kurang

1.8.4. Tindak Lanjut

Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas,


anda dapat meneruskan dengan kegiatan Pembelajaran 2.
Akan tetapi apabila tingkat penguasaan anda masih di bawah
80% anda harus mengulang kegiatan Pembelajaran I, terutama
bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.

33
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Daftar Pustaka

Budijanto, S., Hasbullah, R., Prabawati, S., Setyadjit,


Sukarno, Zuraida,I., 2008, Identifikasi dan Uji
Keasaman Asap Cair Tempurung Kelapa untuk
Produk Pangan, J.Pascapanen , 5(1): 32-40

Chalermsan, Y., and Peerapan, S., 2009, Wood Vinegar:


By-product from Rural Charcoal Kiln and Its Role
in Plant Protection, As. J. Food Ag-Ind., Special
Issue, pp. 189-195.
Komarayati, S., Gusmailina, dan Pari, G., 2011.
Produksi Cuka Kayu Hasil Modifikasi Tungku
Arang Terpadu. J. Penelitian Hasil Hutan, (5):1-4.
Laemsak, N., 2010, Wood Vinegar, Wood and Pulp
Research Program, Coordinating Office TRF,
Faculty of Forestry, Kasetsart University,
http://www.authorstream.com, accessed Marc 25
2013.
Nurhayati, T. dan Adalina, Y., 2009. Analisis Teknis dan
Finansial Produksi Arang dan Cuka Kayu dari
Limbah Industri Penggergajian dan
Pemanfaatannya. J. Penelitian Hasil Hutan,
24(5):395-411.

Pangnakorn, U., Watanasorn, S., Kuntha, C., and


Chuenchooklin, S., 2009, Application of Wood
Vvinegar to Fermented Liquid Bio-fertilizer for
Organic Agriculture on Soybean, As. J. Food Ag-
Ind., Special Issue, S: 189-S196

Pangnakorn, U., Kanlaya,S., Kuntha, C., 2012. Effect of

34
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Wood Vinegar for Controlling on Housefly (Musca


domestica L.). Internat. J. of Medical and
Biological Science, 6 : 283-286.

Radiyanto, I., Sodiq, M., dan Nurcahyani, N.M., 2010.


Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh
Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di
Kecamatan Balong-Ponorogo. J. Entomol. Indon.,
7(2):116-121.
Siarudin, M., dan Suhaendah, E., 2007, Uji Pengaruh
Mikorhiza dan Cuka Kayu terhadap Pertumbuhan
lima Provenan Sengon di Persemaian, Jurnal
Pemulianaan Tanaman Hutan, 1(1): 1-4.

Solichin, M, dan Anwar, A., 2008, The Use of Liquid


Smoke for Block Skim Rubber Processing.
Indonesian J. Nat. Rubb. Res., 26(1): 84-97
Wijaya, M., Noor, E., Irawadi, T.T., Pari, G., 2008,
Karakterisasi Komponen Asap Cair dan
Pemanfaatannya sebagai Biopestisida, J. Bionature,
9(1) : 34-40.

Yashimoto, T., 1994, Present Status of Wood Vinegar


Studies in Japan for Agriculture Usage. Proceeding
of Internat. Congr. of the Soc. for the Advanc. of
Breeding Research in Asia and Oceania, pp. 811-
820

35
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

MODUL II

APLIKASI CUKA KAYU SEBAGAI PESTISIDA


DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

2.1. Aplikasi Cuka Kayu sebagai Pestisida

Cuka kayu bagi tanaman dapat dimanfaat sebagai


pestisida nabati dan dan zat pengatur tumbuh bagi tanaman.
Manfaat Cuka kayu bagi tanaman :
a. Merangsang pertumbuhan tanaman pokok dan
sayuran.
b. Menguatkan akar dan daun.
c. Menyuburkan tanah.
d. Menambah rasa asli kepada hasil pertanian dan juga
produk-produk berkaitan
e. Menghalang pembiakan virus dan penyakit dalam
tanah.
f. Menghalang virus dan seranggan perusak untuk
memperbaiki keadaan tanah
g. Menambah kuantitas mikroba yang berguna.
h. Menghalau serangga perusak.
i. Mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
j. Menambah baik kualitas buah dan menambah
kandungan gula dalam buah.
k. Sebagai bahan tambahan kepada bahan kompos.

36
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

2.1.1. Efekasi Cuka Kayu dalam Pertanian

Karakterisasi produk cairan dari pirolisis telah


berlangsung lama. Produk-produk mengandung banyak
komponen organik dan komposisi yang sangat kompleks.
Selama dua puluh tahun terakhir pemerhati terutama telah
difokuskan pada produk cair dari pirolisis cepat.
Menurut literatur komponen organik utama cuka kayu
adalah metanol dan asam asetat. Komponen lain adalah aseton,
metil aseton, asetaldehida, alil alkohol, furan dan furfural, dan
asam format, propionat dan butirat. Dapat dipecah menjadi
fraksi minyak ringan dan minyak berat. Yang pertama terdiri
dari aldehida, keton, asam, dan ester. Berbagai fenol, termasuk
proporsi tinggi kresol dan pitch, ada dalam fraksi minyak
berat. Komposisi kimia, sifat fisik dan kualitas bahan bakar
cairan pirolisis cepat telah secara luas dikembangkan dan
dijelaskan.

2.1.2. Efikasi Cuka Kayu sebagai Pestisida

Pencarian pustaka secara seksama tentang efikasi cuka


kayu yang digunakan sebagai pestisida menunjukkan bahwa,
hanya sejumlah kecil publikasi ilmiah yang tersedia dan dalam
banyak kasus bukti ilmiah yang lemah untuk memasarkan
produk. Namun, cuka kayu telah banyak digunakan sebagai

37
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

pestisida berbasis pada tradisi tua dan pengetahuan pengguna


dan pembuat lokal.

1) Sebagai Pengawet Kayu

Banyak teknologi pengendalian telah dikembangkan


untuk menghambat jamur yang menyebabkan perubahan
warna pada material kayu. Bukti ilmiah bahwa cuka kayu
yang terbuat dari bambu dan pohon berdaun lebar efektif
terhadap jamur sapstaining pada konsentrasi minimum (0,10-
1,0%). Hasil menunjukkan bahwa senyawa Chikusaku-eki dan
Mokusaku-eki nyata menghambat pertumbuhan jamur, tetapi
mode of action yg tepat dari senyawa aktif perlu dikaji lebih
lanjut. Chikusaku-eki dan Mokusaku-eki telah dilaporkan
memiliki dua sifat antijamur dan antioksidan serta potensi
untuk digunakan sebagai pengawet alami dalam industri kayu.
Ekstrak mudah tersedia, murah dan diyakini tidak beracun
terhadap lingkungan. Produk yang sama telah digunakan
sebagai desinfeksi, antibakteri dan deodorisasi bahan di bidang
pertanian dan hortikultura. Chikusaku-eki terutama digunakan
sebagai salep untuk pengobatan kudis, eksim, dermatitis atopik
dan penyakit kulit lainnya.
Tar kayu juga memiliki potensi sebagai pengawet kayu
sendiri atau sebagai komponen bahan pengawet. Pirolisis dari
kayu dan limbah berbasis kayu dianggap sebagai salah satu

38
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

metode yang menjanjikan dalam memasok arang sebagai


bahan padat dan cairan yang mengandung sejumlah bahan
kimia yang berharga. Mereka dibuktikan bahwa beberapa
bahan kimia pirolisis memiliki arti penting dalam
pengembangan pengawetan kayu baru menghadapi degradasi
jamur.

2) Sebagai Fungisida

Banyak publikasi menyebutkan bahwa cairan pirolisis


menjadi fungisida efektif dalam aplikasi pertanian. Kayu cuka
dihasilkan dari biomasa seperti batok kelapa, bambu dan kayu
Eucalyptus efektif mengendalikan pertumbuhan jamur.
Efisiensi antijamur dari cuka kayu dilaporkan menjadi sangat
tergantung pada kandungan senyawa fenoliknya.
Hasil awal percobaan laboratorium di Finlandia
menunjukkan bahwa minyak tar birch efektif dapat
mengendalikan pertumbuhan jamur busuk daun kentang
(Phytophthora infestans). Selain itu, asam piroligneous
menunjukkan aktivitas antijamur terhadap beberapa patogen
tanaman. Dia juga menyimpulkan bahwa asam tersebut dapat
menggantikan fungisida sintetik dan dengan demikian
mengurangi penggunaan bahan kimia pertanian untuk
pengendalian bintik apel Alternaria.

39
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

3) Sebagai Repellent dan Insektisida

Cuka kayu telah banyak digunakan untuk mengusir


serangga dari tanaman dan rumah tangga di Thailand dan
mudah untuk menemukan produk pyroligneous dipasarkan di
internet sebagai penolak serangga. Khasiat cuka kayu sebagai
penolak serangga belum banyak diteliti atau dipublikasikan
dan dengan demikian memiliki bukti ilmiah yang minimal.
Tahun 1973 dilaporkan hasil yang baik ketika biji gandum
diperlakukan dengan minyak tar kayu untuk mengusir burung,
tikus dan serangga. Minyak kayu juga diketahui menjadi racun
bagi semua serangga yang diuji. Efek sangat mirip diketahui
ketika asam pyroligneous digunakan untuk mengendalikan
serangga dari petakan jagung manis. Ter pirolisis kayu alder,
larch dan birch adalah repellen yang efektif untuk mengontrol
tikus (Clethrionomys rufocanus bedfordiae) dalam percobaan
di Jepang. Selain itu, bukti ilmiah yang dilaporkan di Finlandia
menunjukkan bahwa minyak tar birch secara efektif menolak
siput (Arion lusitanicus) dan keong (Aranta arbustorum) .
Potensi minyak nabati untuk mengendalikan serangga
dikenal baik dan insektisida botani menjadi bsering digunakan
terutama di negara-negara berkembang. Cuka Kayu
menunjukkan aktivitas termitisidal yang tinggi terhadap rayap
Jepang Reticulitermes speratus dan penulis menyimpulkan

40
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

bahwa substituen ortofenol memainkan peran penting dalam


kegiatan termiticidal. Penelitian awal di Yunani menunjukkan
bahwa satu aplikasi penyemprotan dengan minyak tar birch
(1% v/v larutan air) mematikan 95% kutu daun (Myzus
persicae) pada tanaman terung dalam percobaan di rumah
kaca. Hasil penelitian di Finlandia mengungkapkan bahwa
minyak tar birch dapat mengusir kutu psyllids (Trioza
apicalis) bertelur, tapi tidak untuk lalat (Delia floralis).
Kumbang dan tungau tidak bisa dikendalikan dengan minyak
tersebut dan itu juga tidak beracun untuk predator tungau
(Amblysius). Informasi tentang aplikasi cuka kayu dalam
pemeliharaan ternak menunjukkan penolak lalat, kutu, dan
pijal dan membunuh parasit eksternal.

2.1.3. Hasil Penelitian Cuka Kayu sebagai Pestisida

Percobaan menguji cuka kayu sebagai bakterisida,


fungisida, dan inhibitor peletakan atau penetasan telur
kumbang kacang tunggak menunjukkan bahwa, cuka kayu
adalah pestisida yang menjanjikan dalam perlindungan
tanaman; dan menunjukkan potensi yang baik untuk
penghambatan pertumbuhan cendawan dan bakteri patogen
(Solichin dan Anwar, 2008; Chalermsan dan Peerapan, 2009).
Hasil penelitian Wititsiri (2011) menunjukkan bahwa,
kemampuan termitisida dan insektisida cuka kayu berasal dari:

41
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

batok kelapa (A) ; campuran batok kelapa dan sabut (B); dan
campuran tempurung kelapa, sabut dan kemangi (C) terhadap
rayap pekerja (Odontotermes sp.) dan kepik tepung bergaris
(Ferrisia virgata), menggunakan aplikasi kontak langsung.
Persentase kematian dalam percobaan dicatat setelah 24 jam.
Ternyata cuka kayu A pada pengenceran 1:50 (v/v)
menunjukkan aktivitas termitisida, yaitu kematian rayap
mencapai 81,71%. Pada pengenceran 1:10 baik cuka kayu A
maupun B menunjukkan aktivitas insektisida terhadap kepik F.
virgata dengan angka kematian 95,12%. Aktivitas termitisida
dan insektisida terlemah ialah perlakuan cuka kayu C pada
pengenceran 1:50 dicapai kematian rayap 51,22%. Sedangkan
cuka kayu C pada pengenceran 1:10 menghasilkan 91,89%
kematian kepik F. virgata. Hasil komparasi itu menunjukkan
bahwa, cuka kayu A memiliki aktivitas termitisida paling
efektif terhadap rayap. Namun, di antara ketiga macam cuka
kayu tersebut memiliki kesamaan sifat insektisida terhadap
kepik F. virgata. Sifat termitisida dan insektisida suatu cuka
kayu berkaitan erat dengan cara kerja komponen aktifnya.
Cuka kayu dimurnikan dengan metode pengendapan dan
penyaringan, lalu toksisitasnya diuji dengan metode aplikasi
topikal (racun kontak) dan metode umpan (racun perut).
Aktivitas larvisida diuji pada empat konsentrasi yang berbeda
(10, 15, 20, 25 dan 30%) terhadap larva lalat (Musca
42
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

domestica L.) pada instar kedua. Penelitian ini menunjukkan


bahwa, metode pemberian umpan memiliki efisiensi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan metode aplikasi topikal.
Kematian larva meningkat dengan naiknya konsentrasi cuka
kayu dan lama paparan. Tidak ada kematian larva M.
domestica pada perlakukan konsentrasi di bawah 10%. Larva
yang diperlakukan dipelihara sampai dengan munculnya pupa
dan dewasa. Perlakuan 30% pada metode topikal
menyebabkan perpanjangan masa larva sampai 11 hari dan 9
hari untuk metode umpan. Demikian pula masa pupa
bertambah dengan meningkatnya konsentrasi, yaitu perlakuan
30% pada metode aplikasi topikal dan metode umpan masing-
masing sebesar 16 dan 24 hari (Pangnakorn et al., 2012).
Aplikasi kayu cuka sebagai pestisida berkembang pesat
di Jepang, China, India, dan Thailand yang memiliki tradisi
lama penggunaan teknik pirolisis untuk pembuatan arang.
Naiknya permintaan pestisida alami pada pertanian organik
disebabkan bahan kimia sintetik tidak boleh digunakan untuk
perlindungan tanaman (Tiilikkala et al., 2010).

2.1.4. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan pestisida nabati ?


2. Apa saja kandungan utama dalam cuka kayu ?

43
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

3. Untuk aplikasi apa saja cuka kayu di bidang pertanian


?

2.1.5. Rangkuman

Meskipun belum banyak hasil penelitian dan publikasi


ilmiah yang memeperkuat kemanjuran cuka kayu sebagai
pestisida yang layak dijual di pasaran. Namun cuka kayu telah
banyak digunakan sebagai pestisida berdasarkan pada tradisi
tua dan pengetahuan pengguna dan pembuat lokal. Hal ini
bukan berarti untuk menyurutkan penggunaannya, justru perlu
banyak keterlibatan untuk menggali kebenaran ilmiah dan
bukti faktual di lapangan.

2.2. Aplikasi Cuka Kayu sebagai Zat Pengatur Tumbuh


2.2.1. Efek cuka kayu untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman
Percobaan lapangan yang dilakukan di China
menunjukkan bahwa cuka kayu terbuat dari residu biomassa,
dapat digunakan sebagai pupuk daun untuk meningkatkan
hasil dan kualitas seledri. Campuran arang (bioarang) dan
asam pyroligneous juga menunjukkan untuk peningkatan
kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Cuka bambu
dikenal untuk mensimulasikan pertumbuhan tanaman
tergantung pada suhu pirolisis. Perlakuan dengan cuka bambu
juga menunjukkan suatu peningkatan pertumbuhan sayuran.
44
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Studi-studi lain menyimpulkan bahwa cuka kayu dalam


pertanian organik dapat memiliki keragaman aplikasi,
termasuk pengendalian hama, meningkatkan kesuburan tanah,
dan promotor atau inhibitor pertumbuhan tanaman. Sejumlah
klaim disajikan dalam bentuk iklan komersial, yang
menunjukkan bahwa sangat urgen dibutuhkan lebih banyak
penelitian untuk meningkatkan dasar ilmiah penggunaan cuka
kayu.

2.2.2. Hasil Penelitian Cuka Kayu sebagai Zat Pengatur


Tumbuh

Hasil penelitian dalam rangka meningkatkan


pertumbuhan bibit sengon di pesemaian menunjukkan bahwa,
aplikasi mikoriza dan cuka kayu berpengaruh sangat nyata
pada peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman sengon.
Pertumbuhan tinggi semai sengon secara berurutan dari yang
tertinggi didapat pada aplikasi cuka kayu (rata-rata 75,48 cm),
aplikasi mikoriza (rata-rata 66,44 cm), dan kontrol (rata-rata
58,92 cm).
Perlakuan cuka kayu pada pertanaman organik kedelai
menunjukkan kecenderungan efisiensi yang lebih tinggi
terhadap rata-rata tinggi tanaman, panjang node, jumlah biji,
dan berat 100 biji. Pelakuan cuka kayu terbukti efektif
mengendalikan hama dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

45
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Perlakuan cuka kayu menunjukkan skor kerusakan oleh


serangga 1,75 dibandingkan dengan 3,29 untuk perlakuan
tanpa cuka kayu.
Cuka kayu ini sudah diaplikasikan pada tanam padi oleh
KWT Dewi Sri Bojongpicung pada luasan 1.400 m2 dan
menghasilkan gabah keringpanen sebanyak 1.200 kg, juga
telah di coba oleh Penyuluh Kehutanan dengan luasan 700
m2dan menghasilkan gabah kering panen sebanyak 550 kg.
Konsentrasi untuk tanaman padi adalah 1 liter cuka kayu
dalam 50 liter air, waktu pemberian 4 hingga 5 kali
penyemprotan.
Penyemprotan cuka kayu dilakukan 4 hingga 5 kali pada
konsentrasi 0,25% selang tujuh hari. Waktu penyemprotan
antara pukul 7 hingga 10 pagi. Selain itu, cuka kayu berfungsi
sebagai pupuk dan pestisida dapat diterapkan pada tanaman
sayuran seperti buncis, kacang panjang, kubis, dan ketimun.
Tanaman sayuran yang dipupuk pada takaran yang biasa
digunakan oleh penyuluh/petani sayur disemprot dengan cuka
kayu konsentrasi 2% dilakukan pada umur sayuran satu bulan
setelah tanam dengan selang tujuh hari sampai masa panen.
Tanaman sayuran yang disemprot dengan cuka kayu tidak
perlu disemprot dengan pestisida.
Pemanfaatan cuka kayu pada tanaman stek pucuk
dengan cara penambahan pada media hingga basah pada
46
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

konsentrasi cuka kayu 0,5% dilakukan sebelum stek pucuk


ditanam. Setelah satu bulan tanam disemprot pada media
tumbuh sebanyak 1mL/polibag pada konsentrasi cuka kayu
1% dengan selang tujuh hari sampai mencapai tinggi yang
diinginkan. Untuk tanaman bibit, penyemprotan cuka kayu
dilakukan pada konsentrasi 1,5 hingga 2% dengan selang 7
sampai 10 hari. Rekomendasi ini sudah diaplikasikan pada
bibit jati dan pinus di Persemaian Pondok Landak Haurwangi
KPH Cianjur.
Minyak atsiri dikenal sebagai herbisida yang efektif.
Demikian pula minyak tar birch menunjukkan efek herbisida
pada berbagai spesies gulma. Percobaan awal lapangan
menunjukkan bahwa, cairan pirolisis terbuat dari kayu birch
dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar.
Namun, kurangnya bukti ilmiah untuk membuktikan
kemanjurannya sebagai herbisida seperti banyak di beritakan
di internet. Cuka kayu pada konsentrasi tinggi dapat
membunuh sel-sel tanaman dan dosis rendah dapat
merangsang pertumbuhan tanaman.

2.3. Toksikologi Cairan Pirolisis

Tar batubara telah digunakan untuk kondisi dermatologis


selama lebih dari 2000 tahun, tetapi juga banyak publikasi
mengacu pada penggunaan tar kayu. Salep tar telah digunakan

47
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

dalam pengobatan psoriasis, sarkoidosis kudis, dan dermatitis.


Banyak jenis bahan baku (batu bara, kayu, limbah kehutanan
dan pertanian) telah digunakan untuk pembuatan tar, dan
dengan demikian, kualitas dan komposisi cairan pirolisis
digunakan dalam tes toksikologi beragam. Karsinogenisitas
dari obat salep yang mengandung minyak mentah, produk
minyak bumi, tar batubara atau tar kayu telah dipelajari sejak
1963 dan risiko kesehatan terkait telah dilaporkan dalam
beberapa dokumen. Penelitian telah menunjukkan efek
karsinogenik tar, bagaimanapun, studi epidemiologi tidak
mengkonfirmasi hasil serupa ketika digunakan secara topikal.
Dalam sebagian besar laporan menunjukkan dampak negatif
tar adalah aktif bahan tar batubara. Karena teknik manufaktur
individual, tar berbeda dalam komposisi kimia dan sebagai
hasilnya, penelitian toksikologi yang berlainan.
Bukti toksisitas cuka kayu kurang karena belum secara
luas dipelajari sebagai produk tar. Namun cuka kayu paling
banyak digunakan Chikusaku-eki tidak bertindak sebagai
promotor tumor. Dengan demikian, Chikusaku-eki
karsinogenik atau tidak dalam uji transformasi sel in vitro
setelah diencerkan lebih dari 104 kali lipat dengan air.
Informasi yang ditemukan tidak sepenuhnya mendukung
analisis risiko toksikologi biopestisida yang terbuat dari cuka
kayu karena sebagian besar informasi yang dipublikasikan
48
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

didasarkan pada data dikumpulkan dari eksperimen dimana tar


(batubara dan berbasis kayu) produk telah secara sengaja
digunakan untuk menghaluskan kulit. Perawatan yang sama
jarang dilakukan dengan cuka kayu dan jarang dengan
pestisida sintetis. Demikian juga perbandingan toksisitas cuka
kayu toksisitas dan pestisida tidak jelas. Penilaian toksikologi
cuka kayu harus dilakukan secara spesifik untuk setiap spesies
tanaman, mempertimbangkan dampak teknik pirolisis pada
komposisi kimianya.

2.4. Ekotoksikologi

Minyak tar birch (campuran cuka kayu dan tar birch)


menunjukkan efek tidak konsisten, efek negatif langsung
terhadap ulat/cacing enchytraeid, nematoda atau biomassa
mikroba tanah bila digunakan pada konsentrasi antara 500-
1.360 L/ha. Sebaliknya 100% minyak tar birch (500 -1.360
L/ha) menunjukkan efek positif pada aktivitas mikroba segera
setelah aplikasi, menunjukkan bahwa zat mudah digunakan
dalam minyak tersebut dengan cepat dikonsumsi oleh mikroba.
Selain itu, nilai LC50 tinggi untuk cacing tanah A. caliginosa
menunjukkan bahwa minyak itu praktis tidak beracun untuk
cacing tanah.
Pengaruh arang dan kondensat asap, yaitu asam
piroligneous (PA), pada aktivitas mikroba dalam tanah dataran

49
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

tinggi Amazon yang sangat lapuk yang dinilai melalui


pengukuran respirasi basal (BR), respirasi induksi substrat
(SIR), dan peningkatan populasi eksponensial setelah
penambahan substrat. Itu teramati bahwa BR, biomassa
mikroba, pertumbuhan populasi dan efisiensi mikroba
meningkat linear dan signifikan dengan peningkatan
konsentrasi arang (50, 100 dan 150 g/kg tanah). Aplikasi PA
menyebabkan peningkatan tajam dalam semua parameter.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa kondensat asap tersebut
mengandung zat-zat yang mudah terdegradasi dan hanya
sejumlah kecil agen penghambat, yang dapat dimanfaatkan
oleh mikroba untuk metabolismenya.
Telah diketahui bahwa organisme akuatik tampaknya
respon berragam terhadap minyak tar birch tapi minyak ini
jauh lebih sedikit beracun untuk kebanyakan organisme air
dibanding misalnya dengan Malathion atau Glyphosate.
Berbagai organisme akuatik, sampai batas tertentu, sensitif
untuk minyak tar birch tetapi tidak menimbulkan bahaya parah
biota air. Demikian pula, minyak atsiri tanaman telah
dibuktikan ramah lingkungan.

2.5. Pasar Kayu Cuka

Cairan pirolisis dari pirolisis cepat adalah alternatif yang


layak dalam menggantikan bahan bakar fosil dalam industri

50
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

pulp dan kertas Eropa. Industri pulp dan kertas Eropa memiliki
potensi untuk membangun hingga 50 pyrolyzers terintegrasi
dengan fluidised bed boiler. Pada jangka pendek, pasar
minyak pirolisis adalah dalam penggantian bahan bakar
minyak dan gas alam pada kiln kapur dan boiler, sedangkan
jangka panjang difokuskan pada bahan bakar transportasi.
Di Jepang, pasar bioarang (biochar) berkembang sangat
cepat dan dapat meningkatkan produksi dan penggunaan cuka
kayu di bidang pertanian. Selanjutnya, berencana untuk
mengembangkan konsep ecotown akan bertindak sebagai
motor penggerak merangsang penggunaan karbonisasi sebagai
unsur teknologi lingkungan.
Nilai pasar global untuk pestisida diperkirakan pada
tahun 2000 sebesar 32 miliar US $, dengan pangsa negara
berkembang sekitar 3 miliar US $. Produk pengendalian
biologi memiliki 2-3% dari omset seluruh dunia tahunan
produk perlindungan tanaman. Pasar biopestisida dan
biorasional mulai meningkat pesat di Amerika Serikat pada
akhir 1999, ketika EcoSmart Technology mendaftarkan lebih
dari 12 produk. Basis data biorasional tidak tidak termasuk
cuka kayu, yang mungkin mengindikasikan di banyak negara
komersialisasi botani difokuskan pada minyak esensial lebih
dari pada cairan pirolisis.

51
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Di Asia, pasar cuka kayu berkembang secara berbeda.


Saat ini, 189 produk kayu telah terdaftar pada sebuah
hompage komersial yang 128 berasal dari Cina. Cuka kayu
berbasis pasar pestisida sangat progresif di Jepang dan di
berbagai negara Asia lainnya seperti Thailand, Kamboja, dan
China.
Prosedur pendaftaran untuk pestisida berbeda antara
negara dan sebagai akibatnya, cairan pirolisis dicantumkan
berbeda. Di AS, cuka telah terdaftar sebagai minimum risiko
pestisida bukan tidak cuka kayu. Minyak tar pinus telah
terdaftar untuk penggunaan pestisida di AS, Australia,
Selandia Baru, Hungaria, dan Kanada, di mana minyak asam
tar hanya terdaftar di Australia, India, Selandia Baru dan
Inggris. Tar Juniper telah terdaftar untuk penggunaan hanya
dalam Selandia Baru. Di Eropa, pasar cuka kayu tidak
sebanding dengan pasar Asia.

2.6. Faktor Pendukung Penggunaan Cuka Kayu

Saat ini banyak faktor pendorong mendukung


perkembangan teknologi perlindungan tanaman biologis dan
penggunaan cuka kayu sebagai pestisida. Keprihatinan
lingkungan terkait dengan meluasnya penggunaan pestisida
sintetis merupakan salah satu faktor pendukung, serta

52
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

kebijakan global untuk diversifikasi penggunaan limbah


organik sebagai biofuel dan sumber bahan kimia hijau.
Teknologi pirolisis dapat menawarkan solusi lebih hijau
untuk menghasilkan energi dan bahan kimia dengan
menggunakan sumber daya lokal: materi tanaman, tenaga kerja
dan energi matahari diserap oleh sel tanaman - pabrik bahan
kimia hijau. FAO dan WHO memperkuat diskusi pada
kebutuhan global untuk meminimalkan ketergantungan pada
bahan bakar fosil serta kebutuhan untuk meningkatkan
makanan dan produksi pakan berbasis sumber daya lokal yang
tersedia. Menurut peraturan Uni Eropa yang baru, produk dan
zat yang berasal dari tumbuhan adalah layak untuk otorisasi
sebagai produk tanaman perlindungan dalam pertanian
organik.
Di Eropa, konsep pengetahuan berbasis bioekonomi
(knowledge based bio-economi/KBBE) yang diluncurkan oleh
Uni Eropa sebagai perubahan ekonomi skala besar dapat
menantang ekonomi bahan bakar fosil dalam jangka panjang
produksi dan pengembangan cuka kayu dari botani berbasis
teknologi PHT bisa menjadi satu arah untuk pengembangan
KBBE jika pengembangan inovatif teknologi pengendalian
biologis dapat secara ekonomis bermanfaat bagi semua jenis
produsen pestisida. Salah satu elemen penting dalam
penggunaan tumbuhan akan adanya ketersediaan biomassa
53
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

tanaman dan kualitas dari logistik rantai logistik pasokan.


Material kayu terbarukan dan limbah biologi tersedia di
banyak bagian dunia dan rantai pasokan biomassa kayu yang
besar dapat mendukung perusahaan pirolisis, misalnya di utara
Eropa.

2.7. Tantangan

Di Eropa, komersialisasi agen pengendalian biologis,


termasuk cuka kayu, praktis tidak mungkin untuk usaha kecil
menengah (UKM) jika prosedur pendaftaran seperti untuk
pendaftaran bahan kimia sintetik, tidak dapat dimodifikasi
seperti yang disarankan. Namun, bertujuan untuk
memperbanyak penggunaan teknik pengendalian alternatif
seperti yang dijelaskan dalam petunjuk Uni Eropa yang baru
diterima mungkin akan sulit dicapai dalam praktek. Paling
buruk, kehilangan banyak waktu dan uang dari UKM dan
lembaga penelitian akan terjadi dan hasil akhir akan menjadi
daftar publikasi biorasional inovatif ditambah dengan UKM
bangkrut ingin berinvestasi dalam pada area bisnis lainnya.
Di luar Eropa perkembangan biorasional akan agak
berbeda. Di AS komersialisasi minyak esensial telah terbukti
bahwa hal itu mungkin realistis untuk meraih memimpin pasar
biokontrol - karena beberapa perusahaan sudah ditargetkan.
Demikian pula, pasar kayu cuka akan tumbuh dengan cepat di

54
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Jepang, Cina, India, Thailand, dan semua negara yang


memiliki tradisi lama tentang penggunaan teknik pirolisis
lambat untuk pembuatan arang.
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disimpulkan bahwa
komposisi kimia produk cuka kayu tidak kenal dengan baik
dan model kerja sebagai pestisida tidak jelas. Meskipun
beberapa penelitian menyorotnya sebagai produk berkhasiat
yang memiliki dampak ekotoksikologi yang rendah. Selain
itu, saat ini tidak ada satu pun digunakan pestisida sintetik
sepanjang sejarah sedemikian bebas masalah dalam praktek
pertanian sebagaimana cuka kayu di banyak negara-negara
Asia lokasi itu dimanfaatkan. Tampaknya jelas bahwa
penggantian pestisida sintetis dengan biorasional akan menjadi
proses yang lambat di seluruh dunia, kecuali di negara-negara
berkembang tempat petani skala kecil hampir tidak ada yang
lain untuk menggunakan atau menggantinya. Di Eropa, cuka
kayu bisa menjadi salah satu dari "zat yang mungkin bernilai
untuk perlindungan tanaman" seperti dijelaskan dalam
peraturan Uni Eropa yang baru. Namun, penggantian pestisida
sintetik dengan cuka kayu mungkin hanya jika hambatan untuk
menahan komersialisasi produk berbasis tanaman akan lebih
rendah dan sistem pendaftaran agen pengendali biologis akan
mengikuti saran yang digariskan.

55
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

2.8. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan zat pengatur tumbuh


tanaman ?
2. Apa saja model kerja cuka kayu sebagai pengatur
tumbuh tanaman?
3. Mengapa masih perlu banyak penelitian cuka kayu
pengatur tumbuh tanaman ?

2.9. Rangkuman

Cuka kayu dalam pertanian organik dapat memiliki


keragaman aplikasi, termasuk pengendalian hama,
meningkatkan kesuburan tanah, dan promotor atau inhibitor
pertumbuhan tanaman. Sejumlah klaim disajikan dalam bentuk
iklan komersial, yang menunjukkan bahwa sangat dibutuhkan
lebih banyak penelitian untuk meningkatkan dasar ilmiah
penggunaan cuka kayu.

2.10. Penutup

2.3.1. Tes Formatif

1. Faktor pendukung penggunaan cuka kayu karena berbagai


tuntutan di bawah ini, kecuali :
a. keamanan pangan c. pemanfaatan limbah
b. ramah lingkungan d. harga yang murah

56
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

2. Efektivitas cuka kayu yang belum terbukti konsisten


sebagai :
a. herbisida c. fungisida
b. rodentisida d. ZPT
3. Produksi dan aplikasi cuka kayu akan lebih cepat
berkembang di negara-negara:
a. Amerika c. Asia
b. Eropa d. Afrika
4. Hasil proses pirolisis pada pembuatan arang adalah :
a. api, abu, arang, dan cuka kayu
b. abu, arang, cuka kayu, dan tar
c. arang, cuka kayu, dan tar
d. arang, asap, dan tar
5. Cuka kayu memiliki nama lain, kecuali :
a. cuka c. pyroligneous acid
b. wood vinegar d. asap cair

2.3.2. Umpan Balik

Cocokanlah hasil jawaban anda dengan kunci jawaban


Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini,
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan pembelajaran II.

57
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Jumlah jawaban yang benar


Tingkat  x 100%
10

Arti Tingkat Penguasaan:

90 % - 100 % = baik sekali


80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 69 % = kurang

2.3.3. Tindak Lanjut

Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas,


anda dapat meneruskan dengan kegiatan Pembelajaran 2.
Akan tetapi apabila tingkat penguasaan anda masih di bawah
80% anda harus mengulang kegiatan Pembelajaran I, terutama
bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.

Daftar Pustaka

Budijanto, S., Hasbullah, R., Prabawati, S., Setyadjit,


Sukarno, Zuraida,I., 2008, Identifikasi dan Uji
Keasaman Asap Cair Tempurung Kelapa untuk
Produk Pangan, J.Pascapanen , 5(1): 32-40

Chalermsan, Y., and Peerapan, S., 2009, Wood Vinegar:


By-product from Rural Charcoal Kiln and Its Role
in Plant Protection, As. J. Food Ag-Ind., Special
Issue, pp. 189-195.
Komarayati, S., Gusmailina, dan Pari, G., 2011.

58
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Produksi Cuka Kayu Hasil Modifikasi Tungku


Arang Terpadu. J. Penelitian Hasil Hutan, (5):1-4.
Laemsak, N., 2010, Wood Vinegar, Wood and Pulp
Research Program, Coordinating Office TRF,
Faculty of Forestry, Kasetsart University,
http://www.authorstream.com, accessed Marc 25
2013.
Nurhayati, T. dan Adalina, Y., 2009. Analisis Teknis dan
Finansial Produksi Arang dan Cuka Kayu dari
Limbah Industri Penggergajian dan
Pemanfaatannya. J. Penelitian Hasil Hutan,
24(5):395-411.

Pangnakorn, U., Watanasorn, S., Kuntha, C., and


Chuenchooklin, S., 2009, Application of Wood
Vvinegar to Fermented Liquid Bio-fertilizer for
Organic Agriculture on Soybean, As. J. Food Ag-
Ind., Special Issue, S: 189-S196

Pangnakorn, U., Kanlaya,S., Kuntha, C., 2012. Effect of


Wood Vinegar for Controlling on Housefly (Musca
domestica L.). Internat. J. of Medical and
Biological Science, 6 : 283-286.

Radiyanto, I., Sodiq, M., dan Nurcahyani, N.M., 2010.


Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh
Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di
Kecamatan Balong-Ponorogo. J. Entomol. Indon.,
7(2):116-121.
Siarudin, M., dan Suhaendah, E., 2007, Uji Pengaruh
Mikorhiza dan Cuka Kayu terhadap Pertumbuhan
lima Provenan Sengon di Persemaian, Jurnal
Pemulianaan Tanaman Hutan, 1(1): 1-4.

59
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Solichin, M, dan Anwar, A., 2008, The Use of Liquid


Smoke for Block Skim Rubber Processing.
Indonesian J. Nat. Rubb. Res., 26(1): 84-97
Tiilikkala, K., Fagernäs, L., and Tiilikkala, J., 2010,
History and Use of Wood Pyrolysis Liquids as
Biocide and Plant Protection Product, The Open
Agriculture Journal, 4 (-): 111-118
Wijaya, M., Noor, E., Irawadi, T.T., Pari, G., 2008,
Karakterisasi Komponen Asap Cair dan
Pemanfaatannya sebagai Biopestisida, J. Bionature,
9(1) : 34-40.

Yashimoto, T., 1994, Present Status of Wood Vinegar


Studies in Japan for Agriculture Usage. Proceeding
of Internat. Congr. of the Soc. for the Advanc. of
Breeding Research in Asia and Oceania, pp. 811-
820

60
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

GLOSARI

Bioaktif : senyawa kimia berupa metabolit sekunder yang


menghasilkan aktifitas biologi dalam tubuh organisme
sasaran
Biooil : salah satu komponen hasil pirolisis biomassa, selain
cuka kayu, tar, dan arang
Birch : adalah pohon kayu berdaun lebar daun dari genus
Betula, dalam keluarga Betulaceae, yang juga termasuk
alder, hazels, dan hornbeams, dan terkait erat dengan
keluarga Fagaceae, seperti oak
Cumplung : cangkang kelapa muda yang terdiri dari batok dan
sabut utuh
Deodorisasi : proses penghilangan/mengganti bau tertentu
Desinfeksi: proses pengahancuran atau pembunuhan
kebanyakan organisme patogen pada benda atau alat
Distilasi : proses pemisahan komponen dari bahan tanaman
berdasarkan perbedaan titik penguapan antar komponen
dalam bahan tersebut
Distilat : cairan yang dihasilkan dari distilasi
Efikasi : kemanjuran suatu senyawa bioaktif terhadap
pengendalian hama atau penyakit tanaman serta efeknya
terhadap pertumbuhan tanaman.

61
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Fungisida : sejenis pestisida dengan sasaran fungi (cendawan)


patogen
Hama (pest) : hewan pengganggu tanaman
Instar : wujud serangga di antara dua ganti kulit (eksdisis)
yang berurutan
Karsinogenik: adalah suatu bahan yang dapat mendorong /
menyebabkan kanker
Kiln : tungku pirolisis
Kondensat: cairan hasil kondensasi gas yang terdestilasi
Kondensor : alat kondensasi gas yang terdestilasi
LC50 : lethal concentration 50 adalah konsentrasi yang
menyebabkan kematian pada 50% hewan yang diuji.
Limbah kayu : bagian kayu yang terbuang sejak dari
penebangan pohon hingga pengolahan/industri kayu
Mikoriza : adalah jamur yang hidup dan bersimbiosis
diperakaran tanaman yang berhubungan saling
menguntungkan (mutualisme) dengan akar tanaman
tersebut.
Minyak atsiri : minyak dari tanaman yang komponennya
secara umum mudah menguap sehingga banyak yang
menyebut minyak terbang.
Patogen : mikroba (bakteri, fungi, virus, nematoda) penyebab
penyakit

62
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Psoriasis : adalah penyakit autoimun yang mengenai kulit,


ditandai dengan sisik yang berlapis berwarna keperakan,
disertai dengan penebalan warna kemerahan dan rasa
gatal atau perih
Organoleptik : atau uji indera atau uji sensori merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
suatu bahan
Parasit: mikroorganisme yang dapat menurunkan produktivitas
inang yang ditumpanginya.
Parasitoid : parasit yang menggunakan jaringan organisme
lainnya untuk kebutuhan nutrisi mereka sampai
inangyang ditumpangi mati karena kehilangan jaringan
atau nutrisi yang dibutuhkan
Penyakit : reaksi fisiologis organisme akibat adanya infeksi
patogen
Pestisida botani : pestisida yang dibuat dari bagian tanaman
(plant-based pesticides)
Pestisida sintetik : pestisida yang dibuat dari reaksi kimia
secara sintetik dari bahan-bahan kimia anorganik
Pirolisis : adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-
bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan
tanpa berhubungan dengan udara luar

63
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

Predator : atau predator adalah sejenis hewan yang memburu,


menangkap, dan memakan hewan lain. Hewan yang
diburu pemangsa disebut mangsa.
Pyrolegneous acid : cuka kayu
Sarkoidosis: adalah penyakit inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi organ apapun, meskipun sering tanpa
gejala. Gejala umum, yang cenderung samar-samar,
termasuk kelelahan, kekurangan energi, penurunan berat
badan, sakit dan nyeri.
Tar : fraksi berat dari proses pirolisis, berupa cairan pekat,
kental, berwarna coklat-kehitaman, dan beracun.
Termisida : adalah bahan kimia yang bersifat racun terhadap
rayap
Topikal: bahan yang memeiliki efek sebagai racun kontak
Tungau: adalah sekelompok hewan kecil yang memiliki
tungkai delapan yang, bersama-sama dengan caplak,
menjadi anggota Superordo Acarina. Tungau bukanlah
kutu, karena kutu sejati merupakan anggota serangga,
tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari
kekerabatannya.
Wood vinegar : cuka kayu
Zat pengatur tumbuh (ZPT): senyawa organik yang tidak
termasuk unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah

64
Produksi dan Pemanfaatan Cuka kayu Budy Rahmat dan
Dedi Natawijaya

sedikit dan keberadaannya dapat mendukung,


menghambat, atau mengubah proses fisiologi tanaman.

65

Anda mungkin juga menyukai