Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 3

1. Cahyani Mega Rahmani 5170111072


2. Rieda Putri Utama 5170111086
3. Deavy Anggie Latifah 5170111134
4. Shinta Rahma Dita 5170111148
5. Sindy Admivira A 5170111157

OTONOMI DAERAH DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

 OTONOMI DAERAH

Apakah Otonomi Daerah sudah berjalan mandiri atau masih bergantung pada pusat?

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia belum menunjukan keberhasilan yang dapat


menjamin terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara mental, baik antar daerah
maupun antar induvidu. Dari sudut pandang ekonomi, otonomi daerah belum menghasilkan
keluasan wewenang daerah dalam merencanakan dan mengalokasikan sumber-sumber
keuangan yang berasal dari daerah sendiri. Artinya masih terjadi ketergantungan fiscal dari
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat yang sangat besar, khususnya bagi kabupaten.
Hal ini mencerminkan bahwa kapasitas fiscal daerah secara rata-rata masih rendah. Pada sisi
lain masing-masing pemerintah kota/kabupaten menghadapi berbagai masalah yang akan
menimbulkan potensi peningkatan pembiayaan yang sangat besar adalah meningkatnya
jumlaj penduduk.

Otonomi daerah sendiri diharapkan agar daerah memiliki daya saing dan keunggulan
lokal. Akan tetapi, bersama berpindahnya kewenangan pusat ke daerah nyatanya tujuan
utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat masih jauh dari tercapai. Buktinya jumlah
kemiskinan yang belum turun. Yang juga memprihatinkan adalah bersama berpindahnya
pengelolaan anggaran negara dari pusat ke daerah dan berpindah pula praktik korupsi yang
semula lebih sering terungkap dipusat, kini menjadi fenomena yang terjadi di daerah-daerah.

Terdapat beberapa faktor prakondisi pelaksanaan otonomi daerah dalam pembangunan


daerah, yaitu:
1) Fasilitas.
2) Pemerintah daerah harus kreatif.
3) Politik lokal yang stabil.
4) Pemerintah daerah harus menjamin kesinambungan berusaha.
5) Pemerintah daerah harus komunikatif dengan LSM/ NGO, terutama dalam bidang
perburuhan dan lingkungan hidup.

Bagi daerah otonom yang mempunyai kuasa


penuh terhadap jalannya roda pemerintahan di daerah
masing-masih diharapkan supaya mengunakan otonomi
daerah sebagai wahana untuk meningkatkan
pembangunan dengan melihat sisi yang ada di daerah
tersebut, sehingga potensi yang ada di daerah tersebut
dapat di kembangkan menuju pembangunan yang lebih
baik sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang
menuju kepada arah globalisasi. Kelima elemen yang
tersebut diatas merupakan prakondisi bagi
terselenggaranya pembangunan daerah. Dengan
kebijaksanaan otonomi yang luas maka peluang bagi
daerah menjadi sangat luas pula, dan semuanya sangat
bergantung pada daerah itu sendiri.

Dana Lokasi Umum di Indonesia

Provinsi Penerima Dana Alokasi Umum Terbesar 2017

Jawa Timur merupakan provinsi menerima Dana Alokasi Umum (DAU) terbesar pada 2017
dengan nilai mencapai Rp 40,2 triliun. Di urutan kedua Jawa Tengah dan di posisi ketiga
Jawa Barat masing-masing Rp 37,5 triliun dan Rp 34,7 triliun. Dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara 2017, pemerintah menganggarkan DAU sebesar Rp 410,8 triliun, terdiri
atas DAU murni Rp 401,1 triliun dan kurang bayar atas sisa penundaan sebagian DAU pada
2016 senilai Rp 9,7 triliun.Dana alokasi umum merupakan salah satu transfer dana
pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah guna
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
 PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk


peningkatan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat
yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan
kerja, lapangan usaha, akses terhadap pengambilan
kebijakan, berdaya saing maupun peningkatan indeks
pembangunan manusia. Tujuan pembangunan daerah
yaitu:

1) Meningkatkan keadaan ekonomi daerah sehingga


mandiri di dalam bidang ekonomi untuk daerah
sehingga mandiri di dalam bidang ekonomi
untuk penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah.
2) Meningkatkan keadaan sosial daerah unutk mencapai
kesejahteraan sosial secara adil dan merata bagi seluruh
anggota masyarakat di daerah.
3) Mengembangkan setiap ragam budaya daerah sehingga menjamin kelestarian budaya 
daerah di antara budaya-budaya nasional Indonesia lainnya.
4) Meningkatkan dan memelihara keamanan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan
peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, kualitas lingkungan hidup dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota masyarkat seutuhnya.
5) Membantu pemerintah  pusat dalam mempertahankan, memelihara dan meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara RI

Pembangunan Ekonomi Daerah

Hingga 2017, setidaknya 13 persen proyek infrastruktur telah rampung. Tercatat 30 proyek
selesai dari total 225 yang ditargetkan selesai pada 2019. Pembangunan bendungan
mempunyai progres paling maju dengan 49,2 persen. Selanjutnya pembangunan bandara
(33,3 persen) dan infrastruktur listrik menyusul (31 persen).Untuk pembangunan jalan tol,
dengan target 1.000 kilometer (km), saat ini baru terbangun sekitar 268 km atau sekitar 26,8
persen. Sedangkan diposisi terakhir, yaitu progres pembangunan jalur kereta api, yakni baru
15 persen. Target jalur kereta api mencapai 3.258 km, namun saat ini baru terealisasi
sepanjang 487,7 km.

Proyek yang belum rampung masih berada pada proses konstruksi dan proses lelang, selain
itu ada juga yang masih tahap persiapan awal.Sejak awal kepimpinan Jokowi, sektor
infrastruktur memang menjadi salah satu fokus utama program pemerintah.

Kesimpulan :

Otonomi daerah selama ini masih menjadi primadona untuk diperbincangkan, terlebih
pada Negara kesatuan seperti Indonesia yang menganut demokrasi, sudah selayaknya untuk
memberikan kewenangan kepada daerah supaya terjadi kesetaraan antar daerah. Namun
dalam pelaksanaannya, otonomi daerah banyak mengalami kendala, sehingga menjadi
hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Keberadaan otonomi daerah seharusnya
membuat pembangunan di Indonesia menjadi lebih baik dan berdampak besar terhadap
kesejahteraan masyarakatnya. Dengan sernangat otonomi tersebut, pemerintah daerah
hendaknya memberikan peluang yang besar kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam
pembangunan karena tujuan otonomi daerah itu sendiri adalah untuk mempercepat
tercapainya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran
serta masyarakat.
Pemangkasan angggaran subsidi dan digantikan dengan alokasi APBN untuk
pembangunan infrastruktur menjadi salah satu langkah keseriusan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas infrastruktur di masa mendatang. Hal ini diharapkan dapat berimbas
pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dan Indonesia sendiri belum bisa
melakukan pembangunan yang merata untuk seluruh wilayah, hingga sampai saat ini
pembangunan yang dilakukan masih terpusat pada daerah perkotaan dan akibatnya daerah
pedesaan kurang mendapatkan perhatian. Indonesia juga belum dapat memanfaatkan
wilayah-wilayah daerah pedesaan yang memiliki potensi cukup besar untuk membantu
membangun perekonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai