Makalah Swelling 1
Makalah Swelling 1
Disusun Oleh :
M Irhas (15330159)
Kelas : D
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, Tuhan yang telah
memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami diberikan
kelancaran dalam membuat makalah ini. Salawat dan salam semoga selamanya tercurah dan
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya
termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan dakwahnya semoga kita akan mendapatkan
safa’atnya nanti diakhirat, amin.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah
mendukung terselesaikanya makalah ini.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena saya pun
masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga Makalah
ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Amin.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sediaan dengan pelepasan obat yang dimodifikasi adalah sediaan
dengan pelepasan diperlambat. Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat
sediaan lepas lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di
dalam lambung. Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di dalam lambung disebut Gastro
Retentive Drug Delivery System (GRDDS). Keuntungan GRDDS diantaranya adalah
mampu meningkatkan bioavailabilitas, mengurangi obat yang terbuang dengan sia-sia,
meningkatkan kelarutan obat-obatan yang kurang larut pada lingkungan pH yang tinggi.
GRDDS juga memiliki kemampuan untuk menghantarkan obat-obatan secara lokal di dalam
lambung (contoh: antasid dan anti Helicobacter pylori) dan usus kecil bagian atas.
4
1.2 SISTEM TERTAHAN DI LAMBUNG
Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk
tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas adalah sediaan dengan sistem
penghantaran obat tertahan di lambung (gastroretentive). Pada sistem penghantaran lepas
terkendali tertahan di lambung, zat aktif yang cocok digunakan adalah obat yang
memiliki lokasi absorpsi utama di lambung atau usus bagian atas, tidak stabil pada
lingkungan usus halus atau kolon, dan memiliki kelarutan yang rendah pada pH yang
tinggi. Bentuk sediaan tertahan di lambung dapat mengatur pelepasan obat yang memiliki
indeks terapeutik yang sempit, dan absorpsi yang baik di lambung.
Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di lambung terdiri dari sistem
mengembang (swelling system), sistem bioadhesif (bioadhesive system), dan sistem
mengapung (floating system).
5
bio/mukoadhesif merupakan suatu sistem yang menyebabkan sediaan dapat terikat pada
permukaan sel epitel lambung atau mucin. Daya lekat epitel dari musin diperoleh dengan
menggunakan polimer bio/mukoadhesif. Perlekatan sistem penghantaran pada dinding
lambung akan meningkatkan waktu tinggal di tempat aksi.
Rute oral merupakan rute pemberian obat yang paling diterima oleh konsumen.
Beberapa bentuk sediaan konvensional dikembangkan untuk penghantaran obat yang
periode waktunya diperpanjang dan untuk menghantarkan obatnya pada tempat targetnya
secara khusus.
Beberapa obat memiliki indeksi absorpsi sempit dan obat yang transpornya
dimediasi pembawa di daerah lambung dan bagian atas usus kecil memiliki
bioavailabilitas rendah ketika diberikan dalam bentuk sediaan konvensional. Untuk
mengatasi beberapa masalah tersebut, maka dikembangkan sistem penghantaran obat
gastroretentif
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
disy
aratkan, bentuk sediaan harus terdegradasi tanpa menyebabkan gangguan pencernaan.
7
Obat-obatan yang diabsorbsi dari lambung (contohnya : Levodopa, Furosemide).
Beraksi secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and Enzymes).
Terapi antibiotik.
Obat -obatanyang kelarutannya buruk pada pH basa (cotohya : Diazepam,Salbutamol)
Obat-obatan yang terdegradasi di kolon (contohnya : Captopril, Ranitidine,
Metronidazole)
Obat-obatan yang memiliki jendela absorpsi sempit
KEUNTUNGAN
Meningkatkan absorpsi obat, karena meningkatkan GRT dan meningkatkan waktu
kontak bentuk sediaan pada tempat absorpsinya.
Obat dihantarkan secara terkontrol.
Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
Meminimalkan iritasi mukosa oleh obat, dengan melepaskan obat secara lambat pada
laju yang terkontrol
Treatmen gangguan gastrointestinal seperti refluks gastroesofagus
Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.
KETERBATASAN
Diperlukan konsentrasi cairan yang cukup tinggi dalam lambung untuk daya apung
penghantaran obat, mengapung di dalamnya dan untuk bekerja secara efisien.
Sistem floating tidak cocok untuk obat – obatan yang memiliki masalah kelarutan
atau stabilitas dalam cairan gastrik/lambung.
Obat – obatan yang diabsorbsi secara baik Obat – obatan yang diabsorbsi secara baik
sepanjang saluran pencernaan dan yang menjalani first-pass metabolisme signifikan
mungkin kurang pas untuk GRDDS karena pengosongan lambung yang lambat dapat
menyebabkan penurunan bioavailabilitas sistemik.
Obat - obatan yang iritan terhadap mukosa lambung tidak cocok untuk GRDDS.
DINAMIKA GASTROINTESTINAL
8
Ada empat fase motilitas selama tahap pengsosongan lambung :
Phase II
Phase I Phase III Phase IV
20-40 min
30-60 min 10-20 min 0-5 min
Pada fase II terjadi bile secretion ( sekresi empedu ) dan mucus discharge, pada fase III terjadi
mucus discharge dan force of contractions. Bentuk sediaan harus mampu menahan aksinya pada
fase III.
Bentuk : GRT lebih baik dimiliki oleh perangkat berbentuk tetrahedron dan berbentuk
cincin.
Bentuk sediaan tunggal atau multi-unit : bentuk sediaan multi-unit menunjukkan efek
yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan unit tunggal.
Kandungan kalori : makan yang banyak bertanggung jawab terhadap peningkatan GRT.
Usia : orang yang lebih tua memiliki GRT lebih panjang secara signifikan
Postur : GRT dapat bervariasi antara posisi pasien tegak dan terlentang.
9
2.3 SWELLING AGENTS
Bahan pengembang adalah suatu rantai polimer hidrofilik yang cross linked secara kimia
atau fisika. Swelling agents dapat menyerap atau mengabsorpsi air atau larutan larutan organic
hidrogel. Kekuatan yang mengendalikan absorpsi atau proses swelling umumnya adalah
keseimbangan dari 3 kekuatan yaitu osmotic, elektrostatik dan disolusi-entropi polimer dalam
air.
SWELLING PROCESS
Tiga elemen yang mengontrol proses swelling dari suatu hydrogel :
Konten cross-link
Untuk hydrogel yang cross-link,
bila rasio air : hydrogel rendah dan waktu kotak singkat, proses pembentukkan gel mirip
dengan proses swelling.
Bila rasio air : hydrogel sangat tinggi dan waktu kontak panjang, maka rantai hydrogel
mengalami hidrasi dan akhirnya larut.
Hydrogel yang non cross-linki akhirnya akan larut.
Densitas cross-link bertambah, molekul hydrogel bertindak seperti molekul semi solid.
10
Densitas cross-link tinggi, molekul hydrogel akan seperti padatan memungkinkan
hydrogel mengembang ke tingkat yang minimum.
Konten ion
Konten dari sistem ion dan sekelilingnya
Hydrogel swellable dapat dibagi dalam 2 kelompok besar :
- Ionik
- Non ionik
Jika jumlah ion dalam struktur hydrogel bertambah, maka kekuatan osmotik dan
elektrostatik hydrogel akan lebih tinggi, sehingga hydrogel menjadi seperti cairan yang
dapat mengisi ruang di sekelilingnya. Rantai hidogel ionic umumnya berprilaku seperti
molekul solid dalam larutan air dengan kekuatan ionik yang tinggi. Rantai hidogel ionik
akan berprilaku seperti molekul semi solid dalam larutan air dengan kekuatan ionik
rendah.
Konten hidrofilik
Konten hydrogel hidrofilik akan mempengaruhi difusi intermolekul dan swelling.
Hidrofilisitas hydrogel bertambah, maka interaksi antara air dan hydrogel akan
bertambah pula, ini memudahkan difusi air dan menyebabkan swelling yang lebih besar.
11
2.4 MEKANISME SWELLING
Ketika suatu hydrogel terpapar dalam medium air, air akan diabsorpsi oleh hydrogel.
Setelah terpapar dengan air, tiga bagian dalam matriks hydrogel dapat dibedakan.
Pertama, bagian yang paling cepat mengembang dalam air, secara mekanik lemah.
Lapisan hydrogel ini akan bertindak sebagai barrier difusi untuk air yang tersisa.
Kedua, bagian ini dicirikan dengan mengembang sedang dan relatif kuat.
Ketiga, bagian yang belum mendapatkan air dan hampir dalam bentuk glassy untuk
waktu yang lama.
Dua persoalan yang dapat dibedakan yaitu penetrasi air ke dalam matriks hydrogel dan
pelepasan obat dari matriks hydrogel. Swelling bertambah, pelepasan obat akan lebih
dikendalikan oleh difusi (untuk obat-obat yang larut dalam air) atau dikontrol oleh erosi (untuk
obat yang tidak larut dalam air).
12
Swelling agents atau swellant yang mengabsorpsi air atau cairan dalam periode waktu tertentu
bergantung pada :
sifat bahannya (natural atau sintetik)
proses pembuatan
Polimer alami secara normal merupakan bahan dengan BM tinggi dan mengembang perlaha
untuk kesetimbangannya. Sifat swelling agent sintetik dapat dibuat menggunakan formulasi dan
kondisi proses yang berbeda. Swellant semi sintetik merupakan modifikasi dari swellant alam
dan kimia.
Ada dua cara swellable hydrogel dalam membantu mengontrol pelepasan obat :
hydrogel dicampur dengan obat dan eksipien lain kemudian dicetak menjadi tablet
suatu tablet yang mengandung obat dan eksipien lainnya dilapisi (coated) dengan
swellable hydrogel.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan untuk obat – obat yang larut dalam air dan obat – obat
yang tidak larut dalam air.
13
Obat akan dilepaskan dari swellable hydrogel bergantung pada tingkat swelling dan sifat
kelarutan obat, yaitu melalui :
difusi, merupakan mekanisme utama untuk obat larut dalam air.
Degradasi, merupakan mekanisme utama untuk pelepasan obat yang tidak larut air.
difusi dan degradasi, jika swelling tidak berlebihan, pelepasan obat melalui degradasi
akan terjadfi sebagai mekanisme yang kedua.
Swelling agent dapat dikategorikan menjadi polisakarida alami dan polimer sintetik.
14
Polisakarida :
Dietary fibers/serat makanan, alginicacids/alginate,amylose, arabinogalactans, chitosan,
chondroitin sulfate, cyclodextrin, dextran, galactomannans, gellan, konjac, guar gum,
inulin, karaya gum, laminarin, locust bean gum, pectins, pullulan, rice bran, scleroglucan,
tragacanth, wheat starch/pati gandum, xanthan.
Polimer sintetik :
Cross-linked polyacrylic acid, polyvinyl alcohol, polyvinyl pyrrolidone,
carboxymethylcellulose, methyl cellulose, hydroxymethyl cellulose, hydroxyethyl
cellulose, hydroxypropyl cellulose, hydroxypropyl methylcellulose, polyethylene oxide
cellulose, starch, superporous hydrogels, polyacrylamide, polysopropyl acrylamide,
crosslinked starch, cross-linked hyaluronic, dll.
SUPERDISINTEGRANT
Superdisintegran merupakan bentuk sediaan padat yang mengalami disintegrasi
dan disolusi setelah pemberian. Superdisintegran secara fisik terdispesi dalam matriks
sediaan dan akan mengembang ketika terpapar lingkungan yang basah. Untuk menjamin
tablet akan pecah sebagian, disintegran harus terdistribusi dalam matriks dan akan
mengembang sangat cepat menjadi ukuran 10-40 g/g (1gr superdisintegran mengabsorpsi
10-40 gr air / medium air). Harus kompatibel dengan eksipien lain dan dapat dibuat
tablet.
15
Superdisintegran umumnya digunakan untuk membuat ODT (Orally Dissolving Tablet)
yang berguna dalam meningkatkan kepatuhan pasien pediatrik dan geriatrik. Metode
pembuatan ODT : freeze drying dan cetak langsung. Tablet yang dihasilkan harus dapat
larut dalam mulut dalam waktu 5-15 detik.
Superdisintegran mempunyai kriteria sebagai berikut :
o Larut di mulut
o Terdispersi di mulut (orodispersi)
o Cepat larut
o Cepat meleleh
o Mempunyai rasa yang menyenangkan
o Mempunyai sifat alir yang baik
o Dapat dicetak menjadi tablet
2.5 SWELLING DEVICES
Swelling device dapat diberikan secara oral, dapat mengembang dalam saluran
cerna bergantung pada sifat swelling dan mekanik yang diinginkan. Misalnya untuk
aplikasi dalam lambung, ia harus kuat secara mekanik sehingga tahan terhadap tekanan
lambung yang berlebihan. Swelling device memerlukan kesesuaian dengan makanan dan
16
obat, tahan terhadap perubahan dinamik lambung (pH, kontraksi, suhu, kandungan air
dan makanan), dan harus dapat mengembang dengan ukuran yang logis.swelling device
dapat berupa material yang swellable atau mengandung swelling agent. Swelling device
yang mengandung bahan pengembang lebih populer dan diperhatikan. Swelling device
dapat dibuat sebagai granul, tablet dan kapsul.
Swelling device digunakan sebagai :
Alat bantu diet
Sediaan SR dan CR untuk pengobatan lokal dalam lambung
SR dan CR dalam saluran cerna
Penyampaian spesifik di kolon
Pulse and triggered DDS
Targeted gastroretentive device
Untuk merancang sediaan mengapung ada dua pendekatan yang dapat digunakan. Yang
pertama adalah pendekatan sistem bentuk sediaan tunggal (seperti tablet atau kapsul), sedangkan
yang kedua adalah pendekatan sistem bentuk sediaan jamak (seperti granul atau mikorosfer).
Sistem ini dapat anda bayangkan sebagai berikut: anda mencampurkan bahan aktif obat,
hidrokoloid (20-75% dari bobot tablet) dan bahan bahan pembantu lain yang diperlukan (pada
umumnya proses pencampuran ini diikuti dengan proses granulasi), selanjutnya granul dicetak
menjadi tablet atau diisikan ke dalam kapsul. Setelah dikonsumsi, di dalam lambung, hidrokoloid
17
dalam tablet atau kapsul berkontak dengan cairan lambung dan menjadi mengembang. Karena
jumlahnya hidrokoloidnya banyak (sampai 75%) dan mengembang maka berat jenisnya akan
lebih kecil dari berat jenis cairan lambung. Akibatnya sistem tersebut menjadi mengapung di
dalam lambung. Karena mengapung sistem tersebut akan bertahan di dalam lambung, tidak
mudah masuk ke dalam pylorus dan terus ke usus. Hidrokoloid yang mengembang akan menjadi
gel penghalang yang akan membatasi masuknya cairan lambung ke dalam sistem dan berkontak
dengan bahan aktif obat, sekaligus akan mengatur pelepasan bahan aktif obat dari sistem
terapung itu ke dalam cairan lambung.
Sistem HBS paling baik diterapkan pada obat yang memiliki kelarutan yang lebih baik
dalam lingkungan asam dan obat yang memiliki tempat absorpsi khusus di daerah usus bagian
atas. Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lebih lama maka bentuk sediaan
harus memiliki bobot jenis kurang dari satu. Sediaan tersebut harus bertahan dalam lambung,
integritas strukturnya terjaga dan melepaskan obat secara konstan dari bentuk sediaan. Sistem
HBS ini telah berhasil dikembangkan pada klordiazepoksid hidroklorida. Obat ini merupakan
contoh klasik obat yang memiliki masalah kelarutan. Pada pH 3 kelarutannya 4000 kali lebih
besar dibandingkan pada pH 6. Kapsul klordiazepoksid hidroklorida yang dibuat dengan sistem
HBS memiliki kadar dalam darah yang setara dengan kadar dalam darah dari 3x10 mg kapsul
klordiazepoksid hidroklorida komersial biasa.
Beberapa polimer dan kombinasi polimer dengan teknik pembuatan granulasi basah telah
digunakan untuk menghasilkan tablet yang dapat mengapung. Pada HBS dapat ditambahkan
komponen pembentuk gas, seperti golongan garam karbonat. Garam karbonat bila berkontak
dengan cairan lambung yang asam akan melepaskan gas karbondioksida yang akan terperangkap
dalam hidrokoloid yang mengembang. Hal ini akan mempercepat waktu mulai mengapung. Pada
HBS yang ditambahkan komponen pembentuk gas maka komposisi hidrokoloidnya dapat
dikurangi hingga tinggal 10-20%.
Sistem HBS ini dapat dikembangkan dalam bentuk tablet lapis tunggal , tablet lapis dua
atau tiga. Yang et. al., telah mengembangkan tablet tiga lapis tidak simetris yang memiliki
kemampuan mengapung untuk memperpanjang waktu tinggal di dalam lambung dari tiga jenis
obat yaitu tetrasiklin, metronidazol dan garam bismut untuk menangani tukak lambung yang
18
disebabkan oleh Helicobacter pylori. Sebagai polimer yang mengatur kecepatan pelepasan obat
digunakan HPMC dan polietilenoksid.
19
ayakan no. 10. Dikeringkan dalam oven pada suhu 60o selama 4 jam. Granul kering diayak
lagi menggunakan ayakan no. 16. Granul yang diperoleh dilakukan evaluasi.Dilakukan hal
yang sama dengan menggunakan polimer metil selulosa dan etil selulosa.
Penampilan Umum
Penampilan umum suatu tablet, identitas, visualnya serta seluruh “keelokannya” sangat
penting bagi penerimaan konsumen, bagi pengotrolan keseragaman antara bahan serta
antara tablet yang satu dengan yang lainnya, serta untuk memantau pembuatan yang
bebas kesalahan.
Pengenalan Tanda-tanda
Perusahaan-perusahaan farmasi selain memberi warna, juga sering memberi tanda-tanda
yang unik pada tablet untuk membantu pengenalan produknya dengan cepat.
Sifat Organoleptis
Banyak tablet memakai warna sebagai alat vital untuk cepat dikenal serta diterima
konsumen.
20
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sebuah tablet yang kuat secara fisik dapat saja tidak
memberikan efek yang diharapkan.
Variasi Berat
Pada tablet yang di desain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah formula, berat
tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk membantu memastikan bahwa setiap
tablet mengandung sejumlah obat yang tepat.
Disintegrasi
Pendapat yang secara umum diterima mengatakan bahwa obat harus berada dalam bentuk
larutan agar segera siap diabsorbsi (terdapat dalam tubuh).
Disolusi
Pemikiran awal dilakukannya uji hancurnya tablet didasarkan pada kenyataan bahwa
tablet itu pecah menjadi partikel-partikel kecil sehingga daerah permukaan media pelarut
menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat di dalam cairan tubuh.
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan
21
Banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat, salah
satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap tinggal di dalam lambung. Bentuk sediaan
yang dapat dipertahankan di dalam lambung disebut Gastro Retentive Drug Delivery System
(GRDDS). Keuntungan GRDDS diantaranya adalah mampu meningkatkan bioavailabilitas,
mengurangi obat yang terbuang dengan sia-sia, meningkatkan kelarutan obat-obatan yang kurang
larut pada lingkungan pH yang tinggi. GRDDS juga memiliki kemampuan untuk menghantarkan
obat-obatan secara lokal di dalam lambung (contoh: antasid dan anti Helicobacter pylori) dan
usus kecil bagian atas.
DAFTAR PUSTAKA
Vinay, P., Sarasija,S.C., and Hemanth, J. 2010. Gastroretentive Drug Delivery System in vitro
evaluation. International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2-6.
22
Garg, R., and Gupta, G.D. 2008. Progress in controlled gastroretentive delivery systems. Trop. J
Pharm Res, 7, 2-3.
Gohel, M.C. 2004. A more relevant dissolution method for evaluation of floating drug delivery
system. www.dissolutiontech.com/200411Arti-cle/A03.pdf, diakses tanggal 6 maret 2012.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia, ed.4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kaning, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Ed.3, Univesitas Indonesia Press. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia, ed.3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
23