Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah Indonesia
dari Sabang sampai Merauke dihuni oleh banyak sekali penduduk. Indonesia berada
di urutan keempat untuk negara berpopulasi terbesar, setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat. Hasil pencacahan sensus penduduk di Indonesia tahun 2010 telah
mencatat jumlah penduduk sebesar 237.556.363 orang, terdiri dari 119.507.580 laki-
laki dan 118.048.783 perempuan. Penyebaran penduduk Indonesia masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa, sebesar 58% diikuti Pulau Sumatera sebesar 21%.
Selebihnya di Pulau Sulawesi 7%, Kalimantan 6%, Bali dan Nusa Tenggara sebesar
6%, sedangkan Pulau Maluku dan Papua sebesar 3% (BPS, 2010).
Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan letak
astronomis 6o LU-11o LS dan 95o BT-141o BT memiliki banyak potensi (Sukendar
Asikin, 1976). Salah satu potensinya adalah banyaknya jumlah penduduk. Potensi
penduduk tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Jumlah penduduk yang
banyak dengan angka pertumbuhan penduduk tinggi menimbulkan masalah kompleks
mulai dari masalah penyediaan lahan untuk permukiman, pemeraataan penduduk,
kesehatan, pendidikan, pangan, dan yang paling ironis masalah kemiskinan.
(Tjiptoherijanto, 1994).
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada
tanggal 26 November 2008, berdasarkan Undang-undang nomor 51 tahun 2008
tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan. Pembentukan daerah otonom tersebut
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan
adalah kota yang batas wilayah sebelah timur berbatasan langsung dengan Kota
Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan
Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua
Kabupaten Tangerang dan sebelah utara dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
(Profil RSU Kota Tangerang Selatan, 2018).
Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan, Luas wilayah 147,19 km2
yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut 44 m.
Jumlah penduduk Tahun 2014 tercatat 1.492.999 jiwa, Jumlah penduduk Tahun 2015

1
tercatat 1.543.209 jiwa, Jumlah penduduk Tahun 2016 tercatat 1.593.812 jiwa, Jumlah
penduduk Tahun 2017 tercatat 1.644.899 jiwa (BPS Kota Tangerang Selatan).
Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan memperbanyak fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan
memiliki 29 Puskesmas (Sumber : Kepwal no. 440/kep.122-HUK/2018).
Besarnya jumlah penduduk yang ada menyebabkan berbagai masalah
kependudukan. Menurut Sunarko (2007) masalah kependudukan di Indonesia terdiri
dari 3 masalah pokok yaitu : masalah pertumbuhan penduduk yang cepat, masalah
persebaran penduduk yang tidak merata dan masalah kualitas penduduk. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
pengaturan kelahiran dengan program keluarga berencana (KB), meratakan
penyebaran penduduk dengan transmigrasi, meningkatkan kualitas manusia dengan
meningkatkan pendapatan penduduk, meningkatkan gizi dan perbaikan lingkungan
serta meningkatkan pendidikan penduduk denga menambah jumlah sekolah dari SD
sampai dengan Perguruan Tinggi (Sunarko, 2007).
Perkembangan teknologi yang pesat ini juga membawa lembaga atau badan di
Negara menjadi lebih maju. Penggunaan Media merupakan salah satu alat penunjang
dalam sebuah program di suatu lembaga atau badan di Negara. Salah satu program
Negara Indonesia adalah pembangunan nasional yang merupakan bagian dari
Program Keluarga Berencana (KB). Program keluarga berencana (KB) merupakan
salah satu usaha penanggulangan masalah kependudukan. Program keluarga
berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual
dan sosial budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik
dengan kemampuan produksi nasional. Dengan program keluarga berencana (KB)
Nasional saat ini baru dilakukan salah satu saja dari usaha keluarga berencana, yakni
penjarangan kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi.
Program keluarga berencana (KB) sudah dilakukan di seluruh Indonesia
karena program ini merupakan program nasional yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan penduduk Indonesia. Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk
mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas (UU No. 52 Tahun 2009).
2
Berdasarkan data yang diperoleh di Badan Kependudukan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Jumlah Kepala Keluarga di Indonesia sebanyak
60.349.706, peserta Keluarga Berencana (KB) sebanyak 23.361.189, pasangan usia
subur di Indonesia sebanyak 36.993.725 dan pasangan usia subur (PUS) di Provinsi
Banten sebanyak 1.623.897. Jumlah peserta Keluarga Berencana menurut Alat
Kontrasepsi IUD sebanyak 65.472 (4.03%), Metode Operasi Wanita (MOW)
sebanyak 16764 (1,03%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 3810 (0,23%),
Implant sebanyak 60.578 (3,73%), Suntik sebanyak 9.954.89 (61,30%), Pil KB
sebanyak (10,59%), Kondom 15169 (0,93%), Total dari keseluruhan peserta Keluarga
Berencana (KB) di Provinsi Banten Sebanyak 65.478 (2,80%). (BKKBN, 2016).
Sasaran akseptor KB adalah ibu nifas, karena masa nifas dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, masa nifas berlangsung kirakira enam minggu. Menurut Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) masih banyak yang tidak
menggunakan KB. Ibu post partum yang tidak segera menggunakan kontrasepsi
karena masih merasa bingung dengan penentuan alat kontrasepsi yang akan mereka
gunakan, sehingga pemberian informasi tentang pilihan metode atau cara kontrasepsi
perlu diberikan pada masa ini. Konseling sering diabaikan, padahal penelitian
menunjukkan bahwa pemberian konseling pada periode post partum dapat
meningkatkan pengetahuan ibu serta mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi pada
ibu post partum, seperti didapatkan hasil bahwa kelompok yang mendapatkan
konseling seluruhnya menggunakan kontrasepsi efektif seperti pil, injeksi, implan,
dan kondom (BKKBN, 2014).
Menurut Ismail (2014) dalam pemilihan metode kontrasepsi semua pasangan
usia subur memiliki beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur
(PUS) dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu memiliki beberapa faktor pertimbangan,
antara lain dari faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor dari metode kontrasepsi
itu sendiri, dimana didalam ketiga faktor tersebut terdapat faktor pekerjaan, persepsi
efektifitas, persepsi efek samping dan dukungan suami. Pernyataan tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi wanita usia subur (WUS) Tidak menggunakan Alat Kontrasepsi. Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2015 terdapat pengaruh yang signifikan
antara ada pengaruh konseling KB terhadap tingkat pengetahuan KB dan minat KB.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah pengetahuan tentang
3
efektivitas, keamanan, frekuensi, efek samping, serta kemauan untuk melakukan
kontrasepsi secara teratur (Yuhedi dan Kurniawati, 2012).
Selain Keluarga Berencana (KB) masalah di Indonesia adalah meningkatkan
gizi penduduk. Khususnya pada ibu pasca melahirkan yang sangat penting untuk
mengatur nutrisi makanan agar ibu sehat dan bayi yang dilahirkan juga sehat. Nutrisi
yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk
proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita
dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama
dengan wanita dewasa ± 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 k. kalori
bulan selanjutnya (Kemenkes RI. 2014).
Di samping perawatan pada bayi, yang juga sangat penting diperhatikan
adalah merawat kesehatan ibu. Sebab, kesehatan bayi sedikit banyak juga tergantung
pada kondisi ibunya. Demikian pula pada asupan, terutama bagi ibu yang menyusui.
ASI yang diberikan ibu memang berkualitas dan sangat berguna bagi kesehatan dan
tumbuh kembang bayi, namun mutunya harus tetap dijaga. Santapan yang sebaiknya
dikonsumsi ibu yang sedang menyusui harus mengandung makanan bergizi seimbang.
Menurut Dr. William Sears 1993, bila ibu menyantap makanan yang baik, ibu
akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik. Dalam masa nifas ibu
membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan
jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh pada jumlah ASI yang
dihasilkan ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 700 Kkal
yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu sendiri.
Status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan kemudian diikuti
masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, serta
jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan
ibu mengalami gangguan penyerapan gizi, akibatnya ibu akan berada dalam status
gizi yang kurang baik dengan akibat lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena
itu, ibu yang menyusui anaknya khususnya pada masa nifas harus diberikan
pengetahuan tentang asupan nutrisi yang baik bagi ibu dan bayinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan edukasi
penyuluhan promosi kesehatan ibu dan anak mengenai Keluaraga Berencana (KB)
dan nutrisi ibu melahirkan di ruang inap nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran proses penyuluhan promosi kesehatan ibu dan anak,
mengenai keluarga berencana dan nutrisi pada ibu melahirkan di ruang perawatan
nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perencanaan dalam proses penyuluhan promosi kesehatan ibu dan
anak, mengenai keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan di ruang
perawatan nifas Rumah Sakit Kota Tangerang Selatan.
b. Mengetahui pengorganisasian dalam proses penyuluhan promosi kesehatan
ibu dan anak, mengenai keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan di
ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
c. Mengetahui pelaksanaan proses penyuluhan promosi kesehatan ibu dan anak,
mengenai keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan di ruang rawat
perawatan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
d. Mengetahui monitoring proses penyuluhan promosi kesehatan ibu dan anak,
mengenai keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan di ruang perawatan
nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan Memperoleh
gambaran peluang kerja yang berhubungan dengan Bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat utama sesuai bidang Promosi Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
2. Bagi STIKes Kharisma Persada
Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dapat memanfaatkan tenaga
terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di
unit kerja masing-masing dan turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas
5
pendidikan perguruan tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkualitas,
terampil dan memiliki pengalaman kerja.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Menurut Green (Notoatmodjo, 2007), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama
yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan
sikap seseorang.
b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan
fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang
untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang,
peraturan-peraturan dan surat keputusan.
Menurut Lawrence Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang baik bagi kesehatan. Pada dasarnya tujuan utama promosi
kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b. Peningkatan perilaku masyarakat
c. Peningkatan status kesehatan masyarakat
Menurut Lawrence Green (1990) dalam buku Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (2007) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
b. Tujuan Pendidikan Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
c. Tujuan Perilaku Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan).

7
Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

2. Strategi Promosi Kesehatan


Berdasarkan rumusan WHO (1994), dalam Notoatmodjo (2007), strategi
promosi kesehatan secara global terdiri dari tiga hal, yaitu :
a. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap tujuan yang akan dicapai.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para
pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai
tingkat, sehingga para pejabat tersebut dapat mendukung program kesehatan
yang kita inginkan.
b. Dukungan sosial (social supporrt)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama
kegiatan ini adalah agar tokoh masyarakat sebagai penghubung antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat penerima
program kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-
pelatihan para tokoh 10 masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
tokoh masyarakat dan sebagainya.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan untuk diri mereka sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain
penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2007).

3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan
menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif.

8
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat juga
bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para 11 perokok, para
pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan utama dari promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok
tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit,
terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus,
tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan dari promosi kesehatan pada
tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak
menjadi lebih parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit.
Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi
kecacatan seminimal mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap
ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit (tertiary
prevention) (Notoatmodjo, 2007).

B. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. 10 Tahun 1992 adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas
(UU No. 52 Tahun 2009).

9
Menurut pasal 20 UU No. 52 Tahun 2009 untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan
keluarga melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Kebijakan yang
dimaksud dilaksanakan untuk membantu calon pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggungjawab
tentang: usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak,
jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi. Keluarga
berencana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga berencana yang
berhubungan dengan pengetahuan mengenai kontrasepsi dan sikapnya 16 terhadap
KB sehingga diharapkan memiliki jumlah anak yang ideal. Sesuai dengan slogan
dari BKKBN sendiri yaitu “Dua Anak Cukup”.

2. Tujuan Program Keluarga Berencana


Tujuan program KB secara filosofis adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya menusia yang bermutu,
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tujuan program KB yang dimaksud adalah untuk mewujudkan jumlah anak
ideal yang sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu “Dua Anak Cukup”.

3. Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran Program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera
(Handayani, 2010:29). Sasaran program keluarga berencana yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sasaran langsung yaitu PUS.

10
4. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen, Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama,
2014).

5. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi


Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat,
yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak 11 diinginkan,
apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh factor-faktor
seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan
pemakaian dan sebagainya.
Seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan
pemakaian dan sebagainya.

6. Memilih Metode Kontrasepsi


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode
kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

11
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

7. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus,
Metode Kalender, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
1) Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya
kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%.
MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi
mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).
2) Couitus Interuptus atau Senggama Terputus

12
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan
untuk melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (angka
kegagalan 4– 18 kehamilan per 100 wanita) (Saifuddin, 2006).
3) Metode Kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari
informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan.
Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi
dengan durasi minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk
menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya
dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya (Glaiser, 2005)
4) Metode Suhu Basal Badan
Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu
basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah
indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya
memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan
pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa
subur bukan awalnya (Glaiser, 2006).
5) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi
Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.
6) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol
(busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk
krim (Saifuddin, 2006).
7) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.
13
8) Cup
Berbentuk hampir serupa dengan diafragma, Cervical Cap diletakkan di
mulut rahim agar jalur masuk sperma terhalang.

b. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang
hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada
pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
1) Pil KB
Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum
setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui
oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau sering
disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen,
kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut dengan minipil
yang mengandung hormon progesteron (Rabe, 2003).
2) Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus).
3) Implant
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis
progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja
mengurangi transportasi sperma.

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya
kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
1) Intra Uterine Device (IUD)

14
Intra Uterine Device (IUD) adalah alat kontrasepsi non hormonal jangka
panjang yang disisipkan di dalam rahim dan terbuat dari bahan semacam
plastik / tembaga dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang paling
umum dan banyak dikenal oleh masyarakat adalah spiral.

d. Metode Kontrasepi Mantap


Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi
yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens 14 sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
1) Metode Operatif Wanita (MOW)
Metode operatif bagi wanita dengan mengikat/memotong saluran telur,
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.
2) Metode Operatif Pria (MOP)
Metode operatif bagi pria dengan mengangkat/memotong saluran benih
agar air mani tidak mengandung sperma.

C. Nutrisi Ibu Melahirkan


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi
semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja organ tubuh, proses
pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan
pertama kemudian + 500 k. kalori bulan selanjutnya.

15
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta
bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
1. Sumber tenaga atau energi
Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein
( jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan energi ). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari
beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat
diperoleh dari hewani ( lemak, mentega, keju ) Dan nabati ( kelapa sawit,
minyak sayur, minyak kelapa dan margarine).
2. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani ( ikan, udang,
kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju ) Dan protein nabati
( kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe ).
3. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, vitamin dan air )
Sumber pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit danpengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh.
Anjurkan ibu untuk minum setiap sehabis menyusui. Sumber zat pengatur dan
pelindung biasa diperolah dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

2. Pengertian Nutrisi Ibu Melahirkan


Nutrisi ibu melahirkan yaitu nutrisi yang seharusnya dikonsumsi ibu pasca
melahirkan prinsipnya yaitu tinggi kalori dan protein. Nutrisi di butuhkan oleh ibu
melahirkan sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur tubuh supaya
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusui dapat tumbuh dengan sehat
dan memperlancar produksi ASI serta dapat mempertahankan kesehatan ibu
sendiri. Ibu melahirkan memerlukan makanan yang mengandung tinggi protein,
sayuran daun hijau dan buah-buahan setiap hari.
a. Nutrisi pada ibu nifas
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup.

16
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
4) Minum Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
5) Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang
mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan si
ibu.
6) Jika ibu ingin menyusui bayi kembar dua, kembar tiga atau bayi baru lahir
beserta dengan kakaknya yang balita ibu meembutuhkan kalori Iebih
banyak dari pada ibu menyusui satu bayi saja. Jika ibu ingin menurunkan
berat badan batasi besarnya penurunan tersebut sampai setengah kilogram
perminggu. Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori dan hidrusi diet
cairan atau obat-obatan pengurus badan.
7) Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu dan
pembatasan kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu gizi dan kesehatan
ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lebih lanjut.
b. Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60%
karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang
ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa
membantu bayi menyerap kalsium dan mudah di metabolisme menjadi dua
gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
c. Lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira
setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.
d. Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas
adalah sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu ibu adalah whey. Mudah
dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang memudahkan
penyerapan nutrient kedalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat yaitu :
1) Nabati : tahu, tempe dan kacang – kacangan
2) Hewani : daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting
e. Vitamin dan mineral
17
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme
tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu
mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak
mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam
makanan adalah Vit B6, tiamin, As.folat, kalsium, seng, dan magnesium.
Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu langsung berkaitan dengan
diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak
memadai akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi
kesehatan ibu maupun bayi.
1) Sumber vitamin : hewani dan nabati
2) Sumber mineral : ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat
besi, seng dan yodium.

3. Manfaat Nutrisi Ibu Melahirkan


a. Untuk melakukan aktivitas.
b. Melakukan berbagai proses di dalam tubuh.
c. Mengembalikan alat-alat kandungan ke keadaan sebelum hamil.
d. Sebagai cadangan dalam tubuh.
e. Sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan bayi.

4. Pemeriksaan Status Gizi Ibu Melahirkan


Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung meliputi: antropometri, biokimia, klinis, dan
biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi: survey konsumsi
pangan, statistic vital, dan faktor ekologi (Isnoor, 2010). Antropometri merupakan
pengukuran status gizi yang berhubungan dengan bermacam-macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.Manfaat dari pengukuran untuk melihat ketidakseimbangan asupan nutrisi
yaitu protein dan energy. Dari pemeriksaan antopometri didapatkan parameter
dalam penilaian status gizi dengan menggunakan indeks massa tubuh (Supariasa,
et al., 2002).

18
Indeks massa tubuh (Body Mass Index) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Dipercayai dapat
menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang
untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berat badan dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan .
Indeks massa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan (obesitas). Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan risiko terhadap penyakit degenerative. Oleh karna itu
mempertahankan berat normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang (CDC, 2007).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi Ibu Melahirkan


Faktor yang mempengaruhi gizi ibu melahirkan adalah :
a. Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per
hari.
b. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20
gram protein sehari.
c. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan
kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.
d. Aktivitas.

6. Kebutuhan Gizi Ibu Melahirkan


Kebutuhan gizi pada ibu melahirkan dan menyusui meningkat 25% yaitu
untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali
dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolism,
cadangan tubuh, proses produksi ASI serta seagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang
diproduksi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsi
nya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung
alcohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna yang bertujuan untuk
mengendalikan berat badan ibu post partum (Astutiningrum, 2011).
19
Pedoman umum gizi seimbang oleh Depkes, 2014 menyatakan bahwa prinsip
gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnyamerupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk
dengan memonitor berat badan secara teratur.

Gambar 2.1 Empat Pilar Gizi Seimbang

Empat Pilar tersebut adalah:


a. Mengonsumsi makanan beragam
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia
6 bulan.
b. Membiasakan perilaku hidup bersih
Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang
dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.
c. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga
merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan
pemasukan zat gizi utamanyasumber energi dalam tubuh.Aktivitas fisik
memerlukan energi.Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi.Oleh karenanya,
20
aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan
yang masuk ke dalam tubuh
d. Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang
normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi Badannya. Indikator
tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu,
pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari Pola
Hidup dengan Gizi Seimbang sehingga dapat mencegah penyimpangan BB
dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

21
BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Instansi Magang


Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berada di Jalan Raya Pajajaran
No. 101, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417.
Direktur pertama RSU Kota Tangerang Selatan dipimpin oleh drg. Hj. Ida Lidia
Periode 2010. RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD dengan Peraturan
Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang
Selatan dan melantik drg. Yantie Sari sebagai Direktur RSU Kota Tangerang Selatan
dengan masa jabatan 14 Januari 2011 sampai dengan Januari 2012, Hj. Neng Ulfah,
S.Sos, Msi Periode 2012-2013, drg. Hj. Maya Mardiana, MARS Periode Desember
2013 s/d Januari 2017, dr. Suhara Manullang, M.Kes. Periode Januari 2017 s/d Juli
2018 dan dr. Allin Hendalin Mahdaniar (Plt. Direktur Per 1 Agustus 2018 s/d
sekarang).
1. Sejarah Singkat
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada
tanggal 26 November 2008, berdasarkan Undang-undang nomor 51 tahun 2008
tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan. Pembentukan daerah otonom
tersebut yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang.
Kota Tangerang Selatan adalah kota yang batas wilayah sebelah timur
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas
wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk,
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang dan
sebelah utara dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan, Luas wilayah 147,19 km2
yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut 44
m. Jumlah penduduk Tahun 2010 tercatat 298.504 jiwa. Jumlah penduduk Tahun
2011 tercatat 1.346.102 jiwa. Jumlah penduduk Tahun 2012 tercatat 1.394.405,
Jumlah penduduk Tahun 2013 tercatat 1.443.403 jiwa, Jumlah penduduk Tahun
2014 tercatat 1.492.999 jiwa, Jumlah penduduk Tahun 2015 tercatat 1.543.209
jiwa, Jumlah penduduk Tahun 2016 tercatat 1.593.812 jiwa, Jumlah penduduk
Tahun 2017 tercatat 1.644.899 jiwa (Sumber : Data BPS Kota Tangerang Selatan)

22
Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan memperbanyak
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang
Selatan memiliki 29 Puskesmas (Sumber : Kepwal no. 440/kep.122-HUK/2018)
yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota Tangerang
Selatan. Namun belum sepenuhnya dirasakan dan belum memadai untuk
masyarakat Kota Tangerang Selatan, dimana kasus rujukan ke Rumah Sakit cukup
tinggi, sementara jarak Rumah Sakit Pemerintah dari Kota Tangerang Selatan
relatif jauh (Seperti : RSUP Fatmawati, RSCM, dll).
Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada awal
beroperasi (07 April 2010) sampai dengan Maret 2012, RSU Kota Tangerang
Selatan menggunakan bangunan sementara di wilayah Puskesmas Pamulang Jalan
Surya kencana No 01 Pamulang yang diresmikan oleh Gubernur Banten, Hj.Ratu
Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan Hari
Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin.

2. Logo dan Arti Logo


a. Logo RSU Kota Tangerang Selatan

Gambar 3.1. Logo RSU Kota Tangerang Selatan

b. Arti Logo RSU Kota Tangerang Selatan


1) Warna Hijau : Merupakan simbol warna alam, penyembuhan fisik, sehat,
pertumbuhan, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan dan persahabat.
2) Warna Merah : Melambangkan kesan energi kekuatan, keberanian,
pencapaian tujuan, cinta, perhatian dan kecepatan.

23
3) Palang : Merupakan simbol yang melambangkan pertolongan medis dan
kesehatan secara universal, siap menolong kepada siapapun yang
memerlukan.
4) Tangan : Melambangkan keterbukaan dan kesiapan Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan yang terbuka siap melayani masyarakat.
5) Hati : Melambangkan etos kerja Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan yang selalu bekerja dan bertindak dengan hati.

3. Visi dan Misi


a. Visi
Terwujudnya Tangerang Selatan kota cerdas, berkualitas, dan berdaya saing
barbasis teknologi dan inovasi.
b. Misi
1) Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berdaya
saing
2) Meningkatkan infrastruktur kota yang fungsional
3) Menciptakan kota layak huni yang berwawasan lingkungan
4) Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis inovasi dan produk unggulan
5) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis teknologi
informasi

4. Tujuan
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan standar dan
profesionalisme untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

5. Motto
“Melayani Sepenuh Hati“

6. Tata Nilai/Branding
Ramah, Nyaman, Peduli.

7. Pelayanan Rumah Sakit


a. Pelayanan Medik
1) Pelayanan Gawat Darurat
24
2) Pelayanan Medik Umum
a) Gigi
b) Voluntary Counselling and Testing (VCT)
c) Diabetes Mellitus
d) Tuberculosis Multi Drug Resistent (TB-MDR)
e) Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
f) Medical Check Up (MCU)

3) Pelayanan Medik Spesialis Penunjang


a) Spesialis Radiologi
b) Spesialis Laboratorium Klinik
c) Spesialis Rehabilitasi Medik

4) Pelayanan Medik Spesialis Lain


a) Spesialis Anestesi
b) Spesialis Bedah
c) Spesialis Anak
d) Spesialis Penyakit Dalam
e) Spesialis Jantung
f) Spesialis Mata
g) Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
h) Spesialis Orthopedi
i) Spesialis Urologi
j) Spesialis Kulit dan Kelamin
k) Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn)
l) Spesialis Jiwa
m) Spesialis Prosthodontics
n) Spesialis Saraf / Neurologi
o) Spesialis Forensik
p) Spesialis Paru
q) Spesialis Gizi
r) Spesialis Bedah Mulut

25
5) Pelayanan Medik Sub Spesialis
a) Sub Spesialis Bedah Digestif
b) Sub Spesialistik Kandungan Onkologi
c) Sub Spesialistik Penyakit Tropik
d) Sub Spesialistik Konsultan NICU

6) Sistem Pendaftaran Online (Sipolin)

7) SMS Gateway

b. Pelayanan Kefarmasian
1) Pengelolaan Sediaan Farmasi
2) Bahan Medis Habis Pakai
3) Pelayanan Farmasi Klinik
4) Pelayanan Konsultasi Informasi Obat

c. Pelayanan Keperawatan
1) Asuhan Keperawatan
2) Asuhan Kebidanan

d. Pelayanan Penunjang Klinik


1) Pelayanan Bank Darah
2) Perawatan Intensif
3) Gizi
4) Sterilisasi Instrumen / Central Sterile Supply Department (CSSD)
5) Radiologi : Mobile X ray, Stationairy X ray, Dental X ray, C Arm, Usg
Multipurpose
6) Treadmil
7) Elektrokardiogram (EKG)
8) Echocardiogram (ECHO)
9) Rujukan Partial (CT. Scan, Patologi Anatomi, BNO IVP, dll)

e. Pelayanan Penunjang Non Klinik


1) Pelayanan Laundry / Linen
26
2) Jasa Boga / Dapur
3) Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas
4) Pengelolaan Gas Medik
5) Pemulasaran Jenazah
6) Sistem Informasi dan Komunikasi
7) Ambulance
8) Kerohanian

f. Fasilitas Sarana Prasarana Pelayanan


1) Instalasi Gawat Darurat
Adapun rinciannya sebagai berikut :
a) 11 Tempat Tidur Pasien
b) 1 Tempat Tidur Triase
c) 1 Tempat Tidur Tindakan
d) 3 Tempat Tidur Transit

2) Instalasi Rawat Inap


a) Instalasi Rawat Inap
Terletak di lantai III – V dengan kapasitas tempat tidur. Terdiri dari
ruang perawatan kelas II dan III.
Adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Lantai III : R. Perawatan Anak, Bedah
2. Lantai IV : R. Perawatan Penyakit Dalam, Paru
3. Lantai V : R. Perawatan Nifas

b) Instalasi Rawat Intensif


Terletak di lantai II, terdiri dari :
1. Ruang ICU (Intensif Care Unit) dengan kapasitas 4 tempat tidur
2. Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) dengan kapasitas 11
Inkubator dan 5 Box Bayi.

c) Instalasi Kamar Operasi


Terletak di lantai II, ruang operasi dengan peralatan canggih dengan
kapasitas 2 meja operasi.
27
8. Daftar Kapasitas Tempat Tidur Rawat Inap Tahun 2018
Sesuai dengan Keputusan Direktur RSU Kota Tangerang Selatan Nomor
188.4/Kep.1127-TU/2019 Tentang Penetapan Kapasitas Tempat Tidur Rawat Inap
Pada RSU Kota Tangerang Selatan, sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Kapasitas Tempat Tidur Rawat Inap Tahun 2018
No Nama Ruangan Lokasi Tempat Tidur Keterangan

1 Rawat Inap Penyakit Lantai IV Gd II 29


Dalam Lantai IV Gd I 45
Rawat Inap Penyakit
Dalam
2 PICU Lantai III Gd II 2
NICU Lantai III Gd II 16 NICU : 5
ICU Lantai II Gd I 4 Ventilator :
11 box
3 Rawat Inap Penyakit Lantai III Gd II 16
Anak
4 Rawat Inap Penyakit Lantai III Gd I 41
Bedah
5 Rawat Inap Penyakit Lantai V Gd I 17
Nifas
JUMLAH 170

9. Sarana dan Prasarana


a. Lantai I
1) Pendaftaran Rawat Jalan
2) Pendaftaran Rawat Inap
3) Pendaftaran Instalasi Gawat Darurat (IGD)
4) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
5) Ruang Transit
6) Sistem Penanggulangan Pasien Gawat Darurat (SPGDT)
7) Poliklinik Orthopedi
8) Poliklinik Bedah Umum
9) Poliklinik Mata

28
10) Poliklinik Paru dan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
11) Poliklinik Kulit dan Kelamin
12) Poliklinik Rehabilitasi Medik
13) Poliklinik Saraf
14) Poliklinik Jantung
15) Poliklinik Gizi
16) Poliklinik Tuberculosis Multi Drug Resistent (TB MDR)
17) Ruang Informasi dan Pengaduan
18) Ruang Manager On Duty (MOD)
19) Ruang USG Abdomen
20) Radiologi
21) Ruang CSSD (Central Sterile Supply Department)
22) Kasir
23) Apotek
24) Dapur
25) Instalasi Pemulasaran Jenazah
26) Gudang Apotek
27) Pos Security
28) Masjid
29) Parkir

b. Lantai II
1) Ruang Operatie Kamer (OK) / Ruang Operasi
2) Ruang ICU (Intensive Care Unit)
3) Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
4) Ruang Verlos Kamer (VK) / Ruang Bersalin
5) Ruang Menyusui
6) Ruang Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS)
7) Poliklinik Anak
8) Poliklinik Gigi dan Mulut
9) Poliklinik Obgyn (Obstetri dan Ginekologi)
10) Poliklinik Penyakit Dalam

c. Lantai III
29
1) Ruang Perawatan Bedah
2) Ruang Perawatan Anak
3) Ruang Rekam Medis
4) Ruang Jaminan

d. Lantai IV
1) Ruang Perawatan Penyakit Dalam dan Paru
2) Poliklinik Medical Check Up (MCU)
3) Poliklinik Jiwa
4) Poliklinik Voluntary Counselling and Testing (VCT )
5) Ruang Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

e. Lantai V
1) Ruang Perawatan Nifas
2) Laboratorium
3) Poliklinik Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT)
4) Poliklinik Urologi
5) Poliklinik Diabetic Center
6) Kantor Manajemen
7) Komite Medik
8) Komite Keperawatan
9) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10) Komite Tenaga Kesehatan (Nakes)
11) Ruang Server
12) Ruang Dewan Pengawas
13) Akreditasi
14) Pengadaan Barang dan Jasa
15) Aula Rapat
16) Aula Serbaguna

f. Lantai VI
1) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
2) Laundry
3) Kesling
30
10. Tarif Pelayanan
Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2015 Tentang Tarif Pelayanan
Kesehatan Badan Layanan Umum Daerah Pada Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.

Tabel 3.2 Tarif Pelayanan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
No Jenis Pelayanan Tarif
1 Pelayanan Gawat Darurat
Pemeriksaan Dokter Umum IGD / Hari Rp. 75.000
2 Pelayanan Rawat Jalan
Pemeriksaan Konsultasi Dokter Umum / Rp. 50.000
Dokter Gigi di Poliklinik
Pemeriksaan Konsultasi Dokter Spesialis Rp. 100.000
Pemeriksaan Konsultasi Dokter Sub Spesialis Rp. 120.000
di Poliklinik
3 Pelayanan Rawat Inap dan Rawat Inap
Intensif
Ruang Rawat Inap Kelas (III) Per 1 Hari Rp. 115.000
Ruang Rawat Inap Kelas (II) Per 1 Hari Rp. 160.000
Ruang Rawat Inap Kelas Isolasi Per 1 Hari Rp. 220.000
Ruang One Day Care (ODC) Per 1 Hari Rp. 185.000
Ruang ICU / NICU Per 1 Hari Rp. 800.000

11. Jenis Pembayaran


Rumah Sakit adalah sebagai unit usaha pelayanan kesehatan yang berfungsi
sosial. Seiring dengan pengembangan RSU Kota Tangerang Selatan dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga sosial, RSU Kota tangerang selatan
sudah bekerjasama dengan program pemerintah dalam penjaminan kesehatan
masyarakat Kota Tangerang Selatan, antara lain :
Pada Tahun 2010 – 2017
a. BPJS Kesehatan
1) Menunjukan kartu pengenal BPJS kesehatan
a) Kartu BPJS Kesehatan Non PBI (BPJS Mandiri)
b) Kartu BPJS Kesehatan PBI (dilengkapi e-KTP & KK)
c) Kartu Askes berbarcode

31
d) Kartu Jamkesmas Tahun 2013
2) Surat rujukan dari fasilitas tingkat pertama
Bila Emergency tidak perlu menggunakan surat rujukan
3) Membawa kartu berobat RSU Kota Tangerang Sealatan (Untuk pasien
lama)
b. E-KTP
1) Fotocopy e- KTP / KK 2 lembar
2) Surat Rujukan Asli dari Puskesmas wilayah Kota Tangerang Selatan
3) Bagi anak usia dibawah umur 17 Tahun disertakan KK yang yang
sudah tercantum nama anak tersebut / Akta Kelahiran
4) Membawa kartu berobat RSU Kota Tangerang Selatan (untuk pasien
lama).
c. Umum
Pasien umum adalah pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang selatan dengan membayar biaya pelayanan sesuai Peraturan
Walikota Nomor 51 Tahun 2015, dengan membawa persyaratan :
1) Menunjukan Identitas Diri
2) Membawa kartu berobat RSU Kota Tangsel (untuk pasien lama).

12. Jumlah SDM RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2018

Tabel 3.3 Jumlah SDM RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2018
URAIAN PNS NON PNS JUMLAH
Dokter subspesialis 0 1 1
Dokter spesialis 22 18 40
Dokter umum 22 15 37
Dokter gigi 3 0 3
Perawat 30 135 165
Perawat gigi 1 1 2
Bidan 19 31 50
Apoteker 4 4 8
Asisten apoteker 5 12 17
Analis 5 18 23
Elektromedis 1 1 2
Radiografer 1 9 10
Fisikawan 0 1 1
Refraksionis 0 1 1
Perekam medis 1 10 11

32
Fisiotherapi 0 2 2
Nutrisionis 3 18 21
Non medis 31 187 218
Jumlah 148 464 612

B. Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan


Sesuai dengan peraturan walikota Tangerang Selatan nomor 18 tahun 2018
tentang pembentukan, kedudukan, susunan organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja
RSU kota Tangerang Selatan.
1. Direktur
Direktur memiliki tugas memimpin penyelenggaraan rumah sakit,
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis bidang
pelayanan medis, keperawatan dan penunjang.
b. Perumusan, penetapan, pelaksanaan program dan anggaran bidang pelayanan
medis, keperawatan dan penunjang.
c. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantuan pelaksanaan tugas dan
fungsi dilingkup bidang pelayanan medis, keperawatan dan penunjang.
d. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dan fungsi terkait pengelolaan administrasi
umum dan keuangan serta satuan pemeriksaan internal.
e. Penyelenggaraan pengelolaan rumah sakit terkait unsur pelayanan medis,
keperawatan, penunjang meids, komite medis, komite keperawatan dan komite
penunjang yang ditetapkan direktur.
f. Penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia RSU Kota Tangerang Selatan di bidang kesehatan.
g. Penetapan kendali mutu dan biaya, keselamatan pasien dibidang pelayanan
medis, keperawatan dan penunjang.
h. Penetapan data jasa pelayanan RSU Kota Tangerang Selatan.
i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tugas dan fungsi lingkup RSU Kota
Tangerang Selatan.
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsi.

2. Kepala bagian tata usaha

33
Kepala bagian tata usaha memiliki tugas membantu direktur dalam
memberikan pelayanan administrative dan teknis yang meliputi pengelolaan tata
usaha umum, publikasi, informasi, advokasi, kepegawaian, pendidikan, pelatihan,
penelitian, pengembangan sumber daya manusia, rumah tangga dan logistic rumah
sakit, menyelenggarakan fungsi :
a. Pengoordinasian bahan penyusun perumusan, pelaksanaan kebijakan strategis
dan teknis norma, standar, prosedur dan kriteria di lingkup secretariat dan RSU
Kota Tangerang Selatan.
b. Pengoordinasian penyusun, perumusan dokumen perencanaan program dan
anggaran di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
c. Peaksanaan penyusunan, perumusan dan analisa dokumen perencanaan
program dan anggaran di lingkup secretariat.
d. Pengoordinasian pelaksanaan penelitian/ asistensi/ pembahasan program,
kegiatan dan anggaran dengan unit kerja internal/ kementrian/ lembaga/
instansi terkait.
e. Pengoordinasian penyusun, perumusan dokumen pelaporan kinerja, program
dan kegiatan serta pertanggung jawaban pemerintah lingkup sekretariat dan
RSU Kota Tangerang Selatan.
f. Pengoordinasian, penyusun, perumusan dokumen hasil monitoring dan evaluasi
bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
g. Pengoordinasian, penyusunan, perumusan dokumen pelaporan monitoring dan
evaluasi bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
h. Pengoordinasian, penyusunan, perumusan dokumen pelaporan penatausahaan
keuangan bulanan, triwulan, semester dan tahunan RSU Kota Tangerang
Selatan.
i. Pengoordinasian, penyusun, perumusan dokumen catatan atas laporan
keuangan RSU Kota Tangerang Selatan
j. Pengoordinasian kesejahteraan pegawai, hukuman disiplin pegawai,
permasalahan yang dihadapi pegawai yang berdampak pada kinerja pegawai
dengan unit kerja/ lembaga/ instansi terkait.
k. Pengoordinasian penyusunan dan analisa kebutuhan pegawai/ pengadaan
barang/ pemeliharaan aset RSU Kota Tangerang Selatan/ perjalanan dinas/
penyelenggaraan rapat dinas.

34
l. Pengoordinasian penyusunan analisa jabatan, analisa beban kerja, evaluasi
jabatan dan standar komptensi jabatan di lingkup RSU Kota Tangerang
Selatan.
m. Pengoordinasian pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.
n. Pengelolaan barang milik daerah, arsip dan hubungan masyarakat.
o. Pengoordinasian penyedian data dan dokumentasi serta informasi publik.
p. Pengoordinasian pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian,
pemantauan pelaksanaan tugas pegawai di lingkup RSU Kota Tangerang
Selatan.
q. Pelaksanaan pengembangan sumber daya aparatur.
r. Pengelolaan pelayanan mahasiswa praktik dibidang kesehatan dan non
kesehatan lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
s. Pengoordinasian ketertiban dan keamanan lingkungan RSU Kota Tangerang
Selatan.
t. Pengoordinasian dan penyampaian hasil pelaporan dan evaluasi pelaksanaan
tugas dilingkup RSU Kota Tangerang Selatan kepada Direktur.
u. Pelaksanaan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.

3. Kepala subbagian umum, perencanaan, evaluasi dan pelaporan


Kepala subbagian umum perencanaan, evaluasi dan pelaporan, memiliki
tugas :
a. Menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan teknis norma, standar,
prosedur dan kriteria dilingkup urusan umum, perencanaan, evaluasi dan
pelaporan di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
b. Memfasilitasi rapat koordinasi penyusunan dan perumusan dokumen rencana
program jangka menengah daerah, rencana strategis, rencana kerja tahunan di
lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
c. Menghimpun / menyusun / menganalisa/ merumuskan / dokumen perencanaan
program dan kegiatan serta anggaran meliputi daftar rencana pelaksanaan
kegiatan, rencana kerja anggaran dan daftar pelaksanaan anggaran pendapatan,
dan belanja daerah dan perubahan anggaran pendapatan, dan belanja daerah di
lingkup subbagian umum, perencanaan evaluasi dan pelaporan serta RSU Kota
Tangerang Selatan.

35
d. Mengoordinir penelitian/ asistensi/pembahasan program, kegiatan dan
anggaran meliputi penyusunan rencana kegiatan anggaran, daftar pelaksanaan
anggaran anggaran pendapatan, dan belanja daerah dan perubahan anggaran
pendapatan, dan belanja daerah memfasilitasi rapat koordinasi penyusunan dan
perumusan dokumen indikator kinerja utarna, perjanjian kinerja atau penetapan
kinerja,laporan kinerja instansi pemerintah, laporan penyelenggaraan
pemerintah daerah dan laporan keterangan dan pertanggung jawaban di
lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
e. Menghimpun/ menyusun/ menganalisa/ merumuskan/dokumen indikator
kinerja utama, perjanjian kinerja atau penetapan kinerja laporan kinerja
instansi pemerintah, laporan penyelenggaraan pemerintah daerah dan laporan
keterangan dan pertanggung jawaban di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
f. Menyiapkan bahan dan dokumen pendukung pelaksanaan program dan
kegiatan di lingkup subbagian umum, perencanaan evaluasi dan pelaporan;
g. Memfasilitasi rapat koordinasi penyusunan dan perumusan dokumen pelaporan
hasil monitoring dan evaluasi bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan di
lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
h. Menghimpun/ menyusun/ menganalisa/ merumuskan/ dokumen pelaporan
hasil monitoring dan evaluasi bulanan, triwulanan, semester dan tahunan di
lingkup subbagian umum, perencanaan evaluasi dan pelaporan serta RSU Kota
Tangerang Selatan.
i. Melaksanakan penyediaan dan pendistribusian alat perlengkapan kantor pada
RSU Kota Tangerang Selatan.
j. Melaksanakan penyusunan rencana, analisis kebutuhan pemeliharaan barang
alat perlengkapan kantor dan kendaraan.
k. Melaksanakan penyediaan bahan bakar minyak untuk kendaraan dinas
operasional RSU Kota Tangerang Selatan.
l. Melaksanakan penyediaan jasa asuransi pegawai, kendaraan dinas dan
operasional.
m. Memfasilitasi penyediaan tempat pendistribusian dan penyimpanan barang.
n. Menghimpun data dan dokumentasi serta informasi publik.
o. Menyelenggarakan pengelolaan barang milik daerah dilingkup RSU Kota
Tangerang Selatan.
p. Melaksanakan peningkatan kemampuan dan kapasitas pegawai.
36
q. Melaksanakan pelayanan mahasiswa praktik dibidang kesehatan dan non
kesehatan lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
r. Melaksanakan ketertiban dan keamanan lingkungan RSU Kota Tangerang
Selatan.
s. Memfasilitasi penyusunan analisa jabatan, analisa beban kerja, evaluasi jabatan
dan standar kompetensi jabatan dilingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
t. Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Subbagaian
Umum, Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan.
u. Menyusun laporan kinerja pelaksanaan tugas pegawai pada Subbagian Umum,
Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan.
v. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.

4. Kepala subbagian keuangan


Kepala subbagian keuangan memiliki tugas :
a. Menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan teknis norma, standar,
prosedur dan kriteria dilingkup urusan keuangan di lingkup RSU Kota
Tangerang Selatan.
b. Menyiapkan bahan penyusunan dokumen perencanaan program, kegiatan dan
anggaran pada subbagian keuangan.
c. Menyiapkan dokumen pendukung pelaksanaan program, kegiatan dan
anggaran pada subbagian keuangan.
d. Menyusun rencana kerja anggaran pendapatan, belanja tidak langsung pada
APBD murni dan perubahan.
e. Menyiapkan jadwal rencana pelaksanaan pengajuan kebutuhan dana untuk
pelaksanaan kegiatan di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
f. Menyelenggarakan pengelolaan tata persuratan dan arsip di lingkup Subbagian
Keuangan.
g. Menyelenggarakan penatausahaan keuangan di lingkup RSU Kota Tangerang
Selatan.
h. Menyelenggarakan pembinaan administrasi keuangan di lingkup RSU Kota
Tangerang Selatan.
i. Menghimpun/ menyusun/ menganalisa/ merumuskan/ mendokumentasikan
pelaporan keuangan bulanan, triwulanan, semester dan tahunan di lingkup
RSU Kota Tangerang Selatan.
37
j. Menghimpun/ menyusun/ menganalisa/ merumuskan/ mendokumentasikan
catatan atas laporan keuangan di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
k. Mengoordinasikan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan
kepada unit kerja/perangkat daerah terkait.
l. Melaksanakan pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah pada RSU
Kota Tangerang Selatan.
m. Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup subbagaian
subbagian Keuangan.
n. Menyusun laporan kinerja pelaksanaan tugas pegawai pada Subbagian
Keuangan.
o. Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.

5. Kepala bidang pelayanan medis


Kepala bidang pelayanan medis memiliki tugas membantu direktur dalam
menyelenggarakan pelayanan medis dan pelayanan non medis pada fasilitas
kesehatan di RSU Kota Tangerang Selatan, menyelenggarakan fungsi:
a. Pengoordinasian perumusan, pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman norma, standar, prosedur dan kriteria di lingkup bidang pelayananan
medis.
b. Perumusan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran serta rencana
anggaran pendapatan dan belanja daerah di lingkup bidang pelayanan medis.
c. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan pelaksanaan tugas
pegawai di lingkup bidang pelayanan medis.
d. Pengoordinasian pengelolaan prasarana dan sarana bidang pelayanan medis.
e. Perumusan dan pelaksanaan pengembangan pelayanan medis pada RSU Kota
Tangerang Selatan.
f. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan medis dengan
instansi/unit kerja lain.
g. Pengelolaan manajemen resiko pelayanan dan pengaduan di RSU Kota
Tangerang Selatan.
h. Pengoordinasian hasil evaluasi survei kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan pada lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
i. Pelaksanaan kendali mutu dan biaya, keselamatan pasien dibidang pelayanan
medis.
38
j. Pengoordinasian dan menetapkan data jasa pelayanan medis secara berkala.
k. Penetapan usulan pelatihan kompetensi tenaga Dokter Umum, Dokter Gigi,
dan Dokter Spesialis.
l. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkup bidang
pelayanan medis.
m. Pelaksanaan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.
1) Kepala seksi pelayanan medis memiliki tugas :
a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada Seksi Pelayanan
Medis.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah di lingkup seksi
pelayanan medis
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada seksi pelayanan medis.
d) Melaksanakan penilaian terhadap Dokter magang (Dokter Intenship).
e) Melaksanakan pengelolaan jasa pelayanan.
f) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka
pengelolaan pelayanan medis.
g) Melaksanakan pengelolaan standar sarana dan peralatan pelayanan
medis.
h) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pelayanan medis.
i) Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan tugas dibidang pelayanan
medis.
j) Menyiapkan bahan pengelolaan manajemen resiko di RSU Kota
Tangerang Selatan.
k) Menyiapkan usulan dan melaksanakan pelatihan kompetensi tenaga
Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter subspesialis.
l) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Seksi
Pelayanan Medis.
m) Menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas pegawai
pada Seksi Pelayanan Medis; dan melaksanakan tugas lain dari atasan
sesuai dengan tugas.
39
2) Kepala seksi pelayanan non medis memiliki tugas :
a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada seksi pelayanan
non medis.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah di lingkup seksi
pelayanan non medis.
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pernantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada seksi pelayanan non medis.
d) Melaksanakan pengelolaan sistem informasi RSU Kota Tangerang
Selatan.
e) Melaksanakan pemantauan, pengolahan data rekam medis serta
dokumentasi di lingkup RSU Kota Tangerang Selatan.
f) Melaksanakan promosi dibidang kesehatan meliputi pengumpulan,
pengolahan, pengelolaan serta mempublikasikan.
g) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dibidang kesehatan di lingkup
RSU Kota Tangerang Selatan.
h) Menyiapkan bahan pengelolaan manajemen pelayanan dan pengaduan
di RSU Kota Tangerang Selatan.
i) Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan tugas dibidang pelayanan
non medis.

6. Kepala bidang keperawatan


Kepala Bidang Keperawatan memiliki membantu Direktur dalam
menyelenggarakan pelayanan Keperawatan pada Fasilitas kesehatan di RSU Kota
Tangerang Selatan, menyelenggarakan fungsi:
a. Pengoordinasian perumusan, pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman norma, standar, prosedur dan kriteria di lingkup bidang Keperawatan.
b. Perumusan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran serta rencana
anggaran pendapatan dan belanja daerah di lingkup bidang keperawatan.
c. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemetaan, pemantauan pelaksanaan
tugas pegawai di lingkup bidang keperawatan.
d. Pengoordinasian distribusi dan pengelolaan prasarana dan sarana keperawatan.
40
e. Perumusan pengembangan pelayanan keperawatan pada RSU Kota Tangerang
Selatan.
f. Pengoordinasian fungsi prasarana dan sarana keperawatan.
g. Perumusan dokumen asuhan keperawatan.
h. Pengoordinasian penilaian kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
i. Perumusan dokumen kendali mutu dan biaya, keselamatan pasien dibidang
pelayanan keperawatan.
j. Pengoordinasian dan menetapkan data jasa pelayanan keperawatan secara
berkala.
k. Penetapan usulan pelatihan kompetensi tenaga keperawatan.
l. Pengelolaan manajemen resiko pelayanan keperawatan di RSU Kota Tangerang
Selatan.
m.Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/unit kerja dan
instansi lain terkait keperawatan.
n. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkup Bidang
Keperawatan.
o. Pelaksanaan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.
1. Kepala seksi rawat inap dan rawat jalan memiliki tugas :
a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada seksi rawat inap
dan rawat jalan.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkup Seksi
Rawat Inap dan Rawat Jalan.
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada Seksi Rawat Inap dan Rawat Jalan.
d) Melaksanakan pengumpulan, identifikasi, distribusi dalam rangka
pengembangan prasarana dan sarana keperawatan.
e) Menyiapkan bahan koordinasi fungsi prasarana dan sarana keperawatan.
f) Melaksanakan pengawasan dan pengelolaan fungsi prasarana dan sarana
keperawatan.
g) Menyiapkan bahan koordinasi dan melaksanakan kerjasama dengan
perangkat daerah/unit kerja dan instansi lain terkait keperawatan.
41
h) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Seksi
Rawat Inap dan Rawat Jalan.
i) Menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas pegawai
pada Seksi Rawat Inap dan Rawat Jalan.
j) Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.

2. Kepala seksi asuhan keperawatan memiliki tugas :


a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada Seksi Asuhan
Keperawatan.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkup Seksi
Asuhan Keperawatan.
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada Seksi Asuhan Keperawatan.
d) Melaksanakan pendistribusian dan pengelolaan sumberdaya
keperawatan.
e) Melaksanakan perumusan pengembangan pelayanan keperawatan pada
RSU Kota Tangerang Selatan.
f) Menyiapkan bahan koordinasi fungsi sumberdaya keperawatan.
g) Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat
daerah/unit kerja dan instansi lain terkait keperawatan.
h) Melaksanakan manajemen resiko pelayanan keperawatan di RSU Kota
Tangerang Selatan.
i) Menyiapkan dokumen asuhan keperawatan.
j) Menyiapkan dokumen penilaian kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
k) Melaksanakan monitoring dan evaluasi mutu dan biaya, keselamatan
pasien dibidang pelayanan keperawatan.
l) Melaksanakan penilaian data jasa pelayanan keperawatan secara
berkala.
m) Menyiapkan dokumen usulan pelatihan kompetensi tenaga keperawatan.
n) Menyusun jadwal dinas tenaga keperawatan;

42
o) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Seksi
Asuhan Keperawatan.
p) Menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas pegawai
pada Seksi Asuhan Keperawatan.
q) Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.

7. Kepala bidang penunjang


Kepala Bidang Penunjang memiliki tugas membantu Direktur dalam
menyelenggarakan pemeliharaan fasilitas dan pengembangan pelayanan penunjang
medis dan non medis di Lingkungan RSU Kota Tangerang Selatan,
menyelenggarakan fungsi:
a. Pengoordinasian perumusan, pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman norma, standar, prosedur dan kriteria di lingkup bidang penunjang.
b. Perumusan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran serta rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkup bidang penunjang.
c. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, pernantauan pelaksanaan tugas pegawai
di lingkup bidang penunjang.
d. Pengoordinasian dan pengelolaan prasarana dan sarana bidang penunjang.
e. Pengoordinasian pemeliharaan fasilitas prasarana dan sarana RSU Kota
Tangerang Selatan.
f. Pengoordinasian fasilitas prasarana dan sarana lingkungan RSU Kota
Tangerang Selatan.
g. Perumusan dan pelaksanaan pengembangan pelayanan penunjang pada RSU
Kota Tangerang Selatan.
h. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan penunjang dengan
instansi/unit kerja Iain.
i. Pengelolaan manajemen resiko pelayanan penunjang.
j. Pengoordinasian kendali mutu dan biaya, keselamatan pasien dibidang
penunjang.
k. Pengoordinasian dan menetapkan data jasa pelayanan penunjang secara berkala.
l. Pengoordinasian logistik, bank darah, obat, makanan, dan perbekalan RSU Kota
Tangerang Selatan.
m. Penetapan usulan pelatihan kompetensi tenaga penunjang.

43
n. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/unit kerja dan
instansi Iain terkait pelayanan penunjang RSU Kota Tangerang Selatan.
o. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkup bidang
penunjang.
p. pelaksanaan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsi.
1) Kepala seksi penunjang medis memiliki tugas :
a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada Seksi Penunjang
Medis.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkup Seksi
Penunjang Medis.
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada Seksi Penunjang Medis.
d) Melaksanakan pengembangan pelayanan penunjang medis pada RSU
Kota Tangerang Selatan.
e) Menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan
penunjang dengan instansi/unit kerja lain.
f) Menyiapkan dokumen penetapan data jasa pelayanan penunjang medis
secara berkala.
g) Menyusun, melaksanakan, mengelola dan mendistribusikan kebutuhan
bank darah, logistik obat, makanan, dan perbekalan RSU Kota
Tangerang Selatan.
h) Menyiapkan bahan usulan pelatihan kompetensi tenaga penunjang.
i) Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/
unit kerja dan instansi lain terkait pelayanan penunjang medis RSU
Kota Tangerang Selatan.
j) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pelayanan penunjang medis.
k) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Seksi
Penunjang Medis.
l) Menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas pegawai
pada Seksi Penunjang Medis.
m) Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.
44
2) Kepala seksi penunjang non medis memiliki tugas :
a) Menyusun perumusan dan pelaksanaan kebijakan strategis dan teknis
pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria pada Seksi Penunjang
Non Medis.
b) Menyusun perumusan dan pelaksanaan program dan anggaran serta
rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di lingkup Seksi
Penunjang Non Medis.
c) Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pemantauan
pelaksanaan tugas pegawai pada Seksi Penunjang Non Medis.
d) Menyusun, melaksanakan dan mendistribusikan pengelolaan sarana
dan prasarana bidang penunjang non medis.
e) Melaksanakan pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana RSU Kota
Tangerang Selatan.
f) Menyusun, melaksanakan, mengelola dan mendistribusikan fasilitas
sarana dan prasarana lingkungan RSU Kota Tangerang Selatan.
g) Melaksanakan pengembangan pelayanan penunjang non medis pada
RSU Kota Tangerang Selatan.
h) Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat
daerah/unit kerja dan instansi lain terkait pelayanan penunjang non
medis RSU Kota Tangerang Selatan.
i) Menyiapkan dokumen penetapan data jasa pelayanan penunjang non
medis secara berkala.
j) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dan arsip di lingkup Seksi
Penunjang Non Medis.
k) Menyusun laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas pegawai
pada Seksi Penunjang Non Medis.
l) Melaksanakan tugas lain dari atasan sesuai dengan tugas.

C. Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
yang dimulai pada tanggal 1-28 Februari dengan hari kerja senin sampai jum’at. Jam
kerja dimulai pukul 08:00-16:00 dengan istirahat 1 jam. Kegiatan magang yang
dilakukan selama di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ini adalah
45
mengetahui gambaran perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
proses penyuluhan kesehatan. Selain itu kegiatan magang lainnya adalah :
1. Membantu tim Promkes menyebarkan kuesioner BPJS Kesehatan dan Survei
Kepuasaan Pasien.
2. Membantu tim Promkes.
3. Mengikuti kajian rutin Majlis Ta’lim di masjid As-Syifa Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan.
4. Membuat leaflet tentang Keluarga Berencana.
5. Membantu tim Promkes dalam mencetak jadwal dokter Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
6. Konsul penulisan isi leaflet dengan Kepala Ruang Perawatan Nifas terkait leaflet
Keluarga Berencana dan nutrisi untuk ibu melahirkan.

D. Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Magang


Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan memperbanyak fasilitas
pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan
memiliki 29 Puskesmas (Sumber : Kepwal no. 440/kep.122-HUK/2018) yang
memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota Tangerang Selatan.
Namun belum sepenuhnya dirasakan dan belum memadai untuk masyarakat Kota
Tangerang Selatan, dimana kasus rujukan ke Rumah Sakit cukup tinggi, sementara
jarak Rumah Sakit Pemerintah dari Kota Tangerang Selatan relatif jauh (Seperti :
RSUP Fatmawati, RSCM, dll).
RPJMD berdasarkan tahan II dari 2016-2021, pembangunan Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan dilakukan bertahap mulai dari pembangunan gedung
I, II, II, dan IV untuk parkir dan gudang. Dengan adanya tambahan pembangunan
gedung dan fasilitas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan maka banyak
dibutuhkan Promosi Kesehatan Rumah Sakit untuk melengkapi tim yang sudah ada di
bagian Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
1. Perencanaan
Sebelum dilakukannya perencanaan dalam proses penyuluhan promosi
kesehatan mengenai keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan perlu
diketahui tujuan dari penyuluhan kesehatan yaitu tercapainya perubahan
pengetahuan, sikap dan tindakan positif dari individu/pasien yang berada di ruang
46
perawatan nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Adapun
perencanaan dari proses penyuluhan promosi kesehatan mengenai keluarga
berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan yaitu :
a. Pengumpulan data pasien yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
b. Bidang terkait dalam penyuluhan promosi kesehatan keluarga berencana (KB)
dan nutrisi ibu melahirkan membuat materi tentang keluarga berencana dan
nutrisi ibu melahirkan lalu mengusulkannya secara tertulis ke bagian promosi
kesehatan.
c. Penyusunan rencana dan jadwal kegiatan penyuluhan promosi kesehatan
mengenai keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan.
d. Membuat pengumuman mengenai penyuluhan promosi kesehatan mengenai
keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan.

2. Pengorganisasian
Unit terkait dalam promosi kesehatan yaitu bagian pelayanan non medik.
Promosi kesehatan rumah sakit juga masuk kedalam semua bidang di Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan seperti pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang klinik.
Adapun pengorganisasian dalam proses penyuluhan promosi kesehatan mengenai
keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan, yaitu :
a. Staf medis yang berada di ruang perawatan nifas menyusun perencanaan dan
materi untuk penyuluhan promosi kesehatan mengenai keluarga berencana
(kb) dan nutrisi ibu melahirkan ke bagian promosi kesehatan.
b. Tim promosi kesehatan menerima materi yang diberikan oleh staf medis ruang
perawatan nifas dan tim promosi kesehatan membuat media informasi yang
akan dijadikan media untuk penyuluhan.
c. Tim promosi kesehatan membuat pengumuman yang akan disebarkan ke
media sosial dan mading Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
mengenai penyuluhan keluarga berencana (kb) dan nutrisi ibu melahirkan.

3. Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan dalam proses penyuluhan yaitu :

47
a. Tim promosi kesehatan dan staf medis ruang perawatan nifas
memperkenalkan diri di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
b. Tim promosi kesehatan dan staf medis ruang perawatan nifas mengemukakan
maksud dan tujuan penyuluhan keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan.
c. Tim promosi kesehatan membagikan bahan bacaan penyuluhan, seperti leaflet
dan flyer.
d. Staf medis menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang
tidak membosankan.
e. Staf medis menggunakan bahasa yang sederhana.
f. Staf medis menciptakan suasana yang santai.
g. Staf medis menyediakan waktu untuk tanya jawab.
h. Tim promosi kesehatan dan staf medis menyimpulkan penyuluhan sebelum
mengakhiri penyuluhan.
i. Tim promosi kesehatan dan staf medis menutup penyuluhan dengan
mengucapkan terima kasih.

4. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring yang dilakukan di dalam proses penyuluhan keluarga berencana
(KB) dan nutrisi ibu melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
yaitu rutin melakukan pencatatan dan pelaporan yang berupa tanggal, waktu,
materi dan jumlah peserta untuk dilaporkan kepada Kabid Pelayanan Non Medik
dan Direktur Rumah Sakit.
Kemudian evaluasi yang dilakukan di dalam penyuluhan keluarga berencana
(KB) dan nutrisi ibu melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
yaitu dengan melihat target pencapaian pengguna keluarga berencana (KB) di
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan dan untuk nutrisi ibu melahirkan
bisa dilihat ketika pasien kontrol melalui berat badan, produksi ASI dan luka
setelah melahirkan sudah sembuh total atau belum, karena nutrsi ibu melahirkan
sangat penting.

48
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Perencanaan
Menurut Henry Fayol perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain seperti
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan berjalan. Rencana dapat
berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Adapun perencanaan dari proses penyuluhan promosi kesehatan mengenai
keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan yaitu :
1. Pengumpulan data pasien yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
2. Bidang terkait dalam penyuluhan promosi kesehatan keluarga berencana (KB) dan
nutrisi ibu melahirkan membuat materi tentang keluarga berencana dan nutrisi ibu
melahirkan lalu mengusulkannya secara tertulis ke bagian promosi kesehatan.
3. Penyusunan rencana dan jadwal kegiatan penyuluhan promosi kesehatan
mengenai keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan.
4. Membuat pengumuman mengenai penyuluhan promosi kesehatan mengenai
keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan.
Berdasarkan konsep perencanaan tersebut terdapat kesesuaian dengan
pelaksanaan tahap perencanaan di unit promosi kesehatan Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.

B. Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada
orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang
dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan
keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan
prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi, serta mengatur

49
mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan
organisasi. (Hasibuan 2009).
a. Setelah dilakukan penyusunan perencanaan materi promosi kesehatan oleh staf
medis.
b. Materi penyuluhan akan diterima tim promosi kesehatan untuk di buatkan media
informasi untuk penyuluhan.
c. Tim promosi kesehatan akan mengumumkan dan meyebarkan informasi
penyuluhan melalui penempelan mading di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan dan media sosial.
Berdasarkan konsep pengorganisasian tersebut terdapat kesesuaian, materi
penyuluhan sudah disampaikan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu staf
medis. Alokasi, sarana dan prasarana sudah sesuai dengan pengorganisasian Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun.
Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian
dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua
anggota kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
Pelaksanaan yang dilakukan dalam proses penyuluhan mengenai keluarga
berencana dan nutrisi ibu melahirkan di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
1. Tim promosi kesehatan dan staf medis ruang perawatan nifas memperkenalkan
diri di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
2. Tim promosi kesehatan dan staf medis ruang perawatan nifas mengemukakan
maksud dan tujuan penyuluhan keluarga berencana dan nutrisi ibu melahirkan.
3. Tim promosi kesehatan membagikan bahan bacaan penyuluhan, seperti leaflet dan
flyer.
4. Staf medis menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang tidak
membosankan.
5. Staf medis menggunakan bahasa yang sederhana.
6. Staf medis menciptakan suasana yang santai.
7. Staf medis menyediakan waktu untuk tanya jawab.
50
8. Tim promosi kesehatan dan staf medis menyimpulkan penyuluhan sebelum
mengakhiri penyuluhan.
9. Tim promosi kesehatan dan staf medis menutup penyuluhan dengan mengucapkan
terima kasih.
Berdasarkan konsep pelaksanaan tersebut terdapat kesesuaian dengan
pelaksanaan penyuluhan promosi kesehatan mengenai keluarga berencana (KB) dan
nutrisi ibu melahirkan. Materi penyuluhan disampaikan oleh staf medis yang sesuai
dengan kompetensi atau keahlian masing-masing.

D. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi (ME) adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan
yang berbeda yaitu kata monitoring dan evaluasi. Monitoring merupakan kegiatan
untuk mengetahui apakah program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana
mestinya sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan
bagaiman para pelaksana program itu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring
terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang berlangsung menjadi alat
pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi. Monitoring lebih
menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan. Monitoring juga lebih ditekankan
untuk tujuan supervisi (Asep, 2010).
Kemudian evaluasi yang dilakukan di dalam penyuluhan keluarga berencana
(KB) dan nutrisi ibu melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan yaitu
dengan melihat target pencapaian pengguna keluarga berencana (KB) di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan dan untuk nutrisi ibu melahirkan bisa dilihat ketika
pasien kontrol melalui berat badan, produksi ASI dan luka setelah melahirkan sudah
sembuh total atau belum, karena nutrsi ibu melahirkan sangat penting.
Berdasarkan konsep monitoring dan evaluasi tersebut terdapat kesesuaian
dengan pelaksanaan penyuluhan promosi kesehatan mengenai keluarga berencana
(KB) dan nutrisi ibu melahirkan. Tidak adanya hambatan yang terjadi pada proses
penyuluhan berlangsung, dan sesuai dengan rencana program yang telah dibuat.

51
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil kegiatan magang mengenai gambaran proses
penyuluhan promosi kesehatan mengenai keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu
melahirkan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada tahap perencanaan ini penyusunan rencana dan jadwal kegiatan penyuluhan
promosi kesehatan mengenai keluarga berencana (KB) dan nutrisi ibu melahirkan
di ruang perawatan.
2. Pada tahap pengorganisasian ini materi promosi kesehatan yang dibuat staf medis
akan dibuatkan media informasi oleh tim promosi kesehatan.
3. Pada tahap pelaksanaan ini tim promosi kesehatan dan staf medis selain
melakukan penyuluhan sesuai target peserta, juga melakukan penyebaran
informasi melalui mading dan media sosisal.
4. Pada tahap monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara memastikan
pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan.
Serta menentukan kebijakan untuk kegiatan berikutnya.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
a. Diharapkan kepada tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dapat
mengingkatan kinerja sesuai dengan Standar Operasional Pelaksanaan (SOP).
b. Perlu dibentuk divisi atau unit Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
dengan ruangan khusus dan melengkapi sarana dan prasarana agar kegiatan
dalam Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berjalan dengan baik.
c. Menambah Sumber Daya Manusia (SDM) di unit Promosi Kesehatan Rumah
Sakit.

52
2. Bagi STIKes Kharisma Persada
Tetap terbinanya jaringan kerja sama dengan instansi lahan magang dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, agar mahasiswa dapat pengalaman
kerja yang berkualitas dengan bidang kesehatan masyarakat secara nyata sesuai
dengan kondisi di lapangan.

53

Anda mungkin juga menyukai