Anda di halaman 1dari 19

Proposal Terapi Aktivitas Bermain “Mengenal Warna Pada

Anak Usia Toddler di Kp. Kebantenan Pondok Aren,


Tangerang Selatan”

Disusun oleh :

Dwi Nuraviva

NIM 21120021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
JAKARTA SELATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis
ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support
system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.

Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di rumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermain.

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak


secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan
untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan


konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan
yang diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan
tanpa memperhitungkan hasil akhirnya.
Mengenal warna merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
mengenal berbagai macam warna dan mampu mengelompokkan warna sesuai
perintah yang diberikan. Tujuan dari terapi bermain ini untuk memberikan
kesenangan dan kepuasan kepada anak sebagai hubungan interpersonal yang
dinamis antara anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang
menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan
suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan
mengeksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya
melalui media bermain).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain
yang tepat.
b. Mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
c. Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain.

C. Sasaran
Sasaran dari program terapi aktivitas bermain “Mengenal warna” adalah anak
toddler (yang berusia 2 tahun sampai dengan 3 tahun).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan
bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa
frustasi (santroek,2007).

Menurut Wong, 2009 bermain merupakan kegiatan anak–anak yang dilakukan


berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan
tantangan yang ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain.

Bermain merupakan kegiatan atau stimulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbanagan mental anak.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan
yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan
mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.

B. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensorik–Motorik
Aktivitas sensorik motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan Intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang
ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
6. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas,
sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit.
C. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isinya
a. Bermain Afektif Sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tua dan orang lain. Permainan yang biasa
dilakukan adalah ”cilukba”, berbicara sambil tertawa atau sekedar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan
diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja
yang dapat dibentuk dengan pasir.
c. Permainan Keterampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat
lainnya dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. Permainan Simbolik atau pura–pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang
dewasa. Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai yang
ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan diantara mereka itu, permainan ini penting untuk
memproses atau mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan Jenis Permainan
a. Permainan (games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun modern
seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unocupied behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau
apa saja yang ada disekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan
bajunya atau benda lain.
3. Berdasarkan Karakteristik Sosial
a. Solitary play dimulai dari bayi (Toddler) dan merupakan jenis
permainann sendiri atau independen walaupun ada orang lain
disekitarnya.
b. Paralel play dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau
prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama
tetapi suatu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung. Dan karakteristik khusus pada usia toddler.
c. Asociative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah
yang merupakan permainan dimana anak dengan kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum teroganisir secara formal
d. Cooperative play. Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok
ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang dimulai dari usia pra
sekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak
selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (vessey & Mohan, 1990
dikutip oleh supartini, 2004).

D. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan


Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1) Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor,
sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan
bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang
diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan
pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive
assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2-7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2- 7
tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa
ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba
berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan
sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu
memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab
anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau
representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan
kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi untuk
mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak.
Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam
kegiatan bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun)\
Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games
with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan
permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan
bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya
jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan
permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang
melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-
baiknya.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bermain


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bermain anak menurut harlock :
1. Kesehatan
Semakin sehat anak, maka semakin banyak energinya untuk bermain aktif.
Sebaliknya anak yang sakit-sakitan atau memiliki tenaga yang lemah akan
lebih menyukai bermain pasif (hiburan).
2. Perkembangan Motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.
3. Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan yang
kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan.
4. Jenis Kelamin
Anak laki-laki kecenderunganannya bermain lebih kasar dibandingkan
anak perempuan, dan lebih menyukai permainan yang melibatkan fisik
motorik mereka.
5. Lingkungan
Anak yang berasal dari lingkungan perdesaan kurang bermain
dibandingkan mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini
dikarenakan kurangnya teman bermain serta kurangnya peralataan dan
waktu bebas.
6. Status Sosial Ekonomi
Anak yang berasal dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu
roda. Adapun mereka yang berasal dari kalangan bawah terlihat bermain
dalam kegiatan yang tidak mahal, seperti bermain bola dan berenang.
7. Jumlah Waktu Bebas
Jumlah waktu bermain sangat tergantung pada status ekonomi
keluarganya.
8. Peralatan Bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.
Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan
pura-pura. Kemudian banyak balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung
permainan yang sifatnya konstruktif.

F. Manfaat Dari Program Bermain Pada Anak Usia Dini/ Balita


1. Mengembangkan kreativitas anak
Manfaat bermain bagi anak balita yaitu mengasah otak kanannya, yang
dapat meningkatkan kreativitas, untuk mencoba hal-hal baru. Melalui
permainan, kemampuan berimajinasi anak akan terus berkembang. Ketika
anak dapat melakukan hal-hal yang baru dengan sendirinya, berarti
kreativitasnya mulai berkembang.
2. Mengenal diri sendiri
Sejak dini anak pun harus dilatih untuk mengenal dirinya sendiri yang
salah satunya bisa dilakukan melalui bermain. Dari permainan yang ia
lakukan, anak akan mengenal permainan apa yang ia sukai dan tidak
sukai. Dari situ ia akan mulai tahu apa saja hal-hal yang disukai dan tidak
disukai.
3. Meningkatkan rasa percaya diri
Jangan melarang anak untuk bermain selama permainan yang dilakukan
tidak berbahaya. Bermain dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada
diri anak, karena mereka memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan.
4. Melatih bersosialisasi
Bermain juga penting dilakukan untuk melatih bersosialisasi anak sejak
dini. Selama ini kebanyakan orang tua mendidik anaknya agar menjadi
anak yang berprestasi akademik. Hal tersebut memang bukan hal yang
salah, namun ketika anaknya hanya dituntut belajar sepanjang waktunya,
kemampuan bersosialisasi anak dengan banyak orang dan lingkungan
akan berkurang. Bermain sangat penting dilakukan, untuk itu berilah
waktu anak untuk bermain dan biarkan anak bermain dengan teman
sebayanya. Pentingnya bermain yaitu agar ia dapat bersosialisasi dengan
teman dan lingkungan.
5. Mengajarkan berbagi
Ketika anak bermain bersama, biarkan anak membagikan mainannya
dengan teman bermainnya, sehingga akan mengurangi sikap egois dalam
diri anak, dan menanamkan sikap berbagi sejak kecil. Bermain merupakan
salah satu cara penanaman nilai moral sejak dini. Anak yang suka
menyendiri, cenderung memiliki sikap individualis dan egois
dibandingkan anak yang suka bermain bersama teman-temannya. Akrena
dengan bermain bersama, mereka akan saling berbagi dan menghargai.
6. Melatih beradaptasi dan berkomunikasi
Ketika bermain, khususnya ketika ia bermain diluar rumah, maka ia akan
mengenal lingkungan dan berusaha bergaul dengan anak-anak lain. Ini
dapat menjadi ajang untuk melatih anak beradaotasi dan berkomunikasi
dengan teman-temannya. Melalui permainan, mereka akan saling bertanya
dan mengobrol yang dapat melatihnya kemampuan berbicara.
G. Prinsip Bermain
1. Prinsip Aktivitas
Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada anak.
Permainan yang digunakan dan dapat diterapkan langsung dengan anak.
2. Prinsip Efektivitas dan Efisiensi
Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang
digunakan. Permainan yang digunakan bisa dibuat dari bahan-bahan yang
tidak terpakai (daur ulang).
3. Prinsip Produktivitas
Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada diri
anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Harus
bersifat mendidik kegiatan yang positif bagi anak.
4. Prinsip Mendidik dengan Menyenangkan
Permainan edukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Sehingga
dapat menghasilkan kegiatan yang positif dan dapat menyenangkan si
anak, agar permainan yang digunakan tidak bosan.
5. Prinsip Kreativitas
Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang baru
dan berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Permainan dapat
menimbulkan anak secara kreatif dalam melaksanakan suatu kegiatan.

H. Tujuan Permainan Mengenal Warna Pada Anak Toddler


1. Tujuan Permainan
a. Melatih kemampuan daya ingat anak dalam mengenal warna
2. Manfaat Permainan
a. Untuk melatih perkembangan kognitif anak
BAB III
SATUAN ACARA PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

A. Karakteristik Sasaran
Sasaran terapi bermain “mengenal warna” adalah anak usia pra sekolah
dengan kriteria:
1. Anak usia Toddler (2-3 tahun)
2. Jumlah peserta 1 (satu) orang
3. Keadaan umum anak baik.
4. Anak kooperatif
B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Tempat : Dirumah
Hari/ Tanggal : Kamis / 05 November 2020
Waktu : 10.30 – 11.00 WIB
C. Setting Tempat
Tempat di setting, dimana anak harus nyaman dan tenang.
Skema tempat

Keterangan:

: Observer : Peserta TAB


: penyaji

: Fasilitator : Co-leader

: Leader
D. Jenis Aktivitas
Menyebutkan masing-masing warna yang ditujukan oleh penyaji

E. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
rancangan permainan dengan cara :
1. Penyaji memperkenalkan warna kepada anak
2. Penyaji menujukan salah satu lingkaran warna kepada anak kemudian
anak menjawabnya
3. Penyaji mengintruksikan anak untuk mengambil warna sesuai dengan
warna yg penyaji sebutkan
4. Anak memberi lingkaran warna kepada orang-orang disekitarnya
sesuai dengan kelompok warna

F. Media
1. Kardus
2. Kertas origami
3. Gunting
4. Double tape
5. Cetakan berbentuk bulat
6. Stik es krim
7. Gelas

G. Uraian Kerja
Struktur Organisasi : Penyaji
Sehubungan dengan adanya pandemi virus Covid-19 ini kegiatan terapi
bermain di adakan hanya satu penyaji dan satu anak. Untuk praktek terapi
bermainnya dilakukan di rumah.
H. Rencana Pelaksanaan Bermain

No Waktu Kegiatan Bermain


1. 5 Menit Pembukaan
a. Penyaji membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Penyaji memperkenalkan nama identitas dirinya.
c. Penyaji menjelaskan tujuan dari permainan.
d. Melakukan kontrak waktu.
2. 10 Menit Pelaksanaan
a. Penyaji menyiapkan tempat untuk terapi bermain.
b. Penyaji menyiapkan alat terapi bermain “mengenal warna“.
c. Penyaji memberikan alat terapi bermain “mengenal warna“ kepada anak.
d. Penyaji memberikan motivasi kepada anak.
e. Penyaji memberikan intruksi anak untuk mengambil warna sesuai dengan
warna yg penyaji sebutkan
f. Anak memberi lingkaran warna kepada orang-orang disekitarnya sesuai
dengan kelompok warna
3. 3 Menit Evaluasi
a. Penyaji menanyakan bagaimana perasaan peserta setelah berhasil
memasukkan warna sesuai kelompok warna
b. Penyaji menanyakan ada kesulitan atau tidak saat penyusunan warna
4. 5 Menit Terminasi
a. Penyaji menutup acara permainan
b. Memberikan reward kepada peserta
c. Salam penutup
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana yang dipersiapkan sebelum terapi bermain dilakukan yaitu
kardus yang telah ditempelkan dengan kertas origami berwarna dan
ditempelkan dengan stik es krim. Media yang akan dipakai terapi
bermain sudah disiapkan 2 hari sebelum proses kegiatan akan
dilaksanakan. Struktur peran sudah ditentukan sesuai dengan terapi
bermain.
b. Kontrak waktu dengan keluarga dilakukan satu hari sebelum terapi
bermain yaitu pada hari Selasa 03 November 2020.

2. Evaluasi Proses
a. Penyaji memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga
selesai.
b. Anak dapat merespon dengan senang permainan mengenal warna.
c. Anak mengikuti instruksi yang diberikan oleh penyaji dan
menyebutkan warna dengan benar.
d. Kegiatan bermain mengenal warna berjalan dengan lancar.
e. Anak terlihat gembira setelah berhasil mengenal warna dan
mengelompokannya.

3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain dengan baik dan
benar.
b. Jangka Panjang
Anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan
dalam berfikir.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anal-anak, sekalipun dalam keadaan sakit atau dirawat. Melalui media
bermain, anak belajar berkata-kata dan bagaimana menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, objek, waktu, orang dan ruang. Terdapat berbagai fungsi bermain
pada anak antara lain untuk perkembangan sensori dan motorik,
perkembangan kognitif, meningkatkan kreatifitas, perkembangan sosial,
menunjukkan kesadaran diri akan kemampuan dan kekuatannya dapat
meningkatkan perkembangan moral.
B. Saran
1. Anak dapat menggali kemampuan nya dengan terapi bermain
2. Orang tua dapat membantu dan membimbing anaknya dalam melakukan
kegiatan bermain

Anda mungkin juga menyukai