Disusun oleh :
Dwi Nuraviva
NIM 21120021
A. Latar Belakang
Anak sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis
ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support
system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di rumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman bermain
yang tepat.
b. Mampu beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
c. Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain.
C. Sasaran
Sasaran dari program terapi aktivitas bermain “Mengenal warna” adalah anak
toddler (yang berusia 2 tahun sampai dengan 3 tahun).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan
bersenang-senang, yang memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa
frustasi (santroek,2007).
Bermain merupakan kegiatan atau stimulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbanagan mental anak.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam perasaan
yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak akan
mendapatkan kegembiraan dan kepuasan.
B. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreatifitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensorik–Motorik
Aktivitas sensorik motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan Intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang
ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
6. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas,
sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di
lingkungan rumah sakit.
C. Klasifikasi Bermain
1. Berdasarkan Isinya
a. Bermain Afektif Sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tua dan orang lain. Permainan yang biasa
dilakukan adalah ”cilukba”, berbicara sambil tertawa atau sekedar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan
diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang
pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya dengan menggunakan
pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja
yang dapat dibentuk dengan pasir.
c. Permainan Keterampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Misalnya bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat
lainnya dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut
diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.
d. Permainan Simbolik atau pura–pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang
dewasa. Misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya sebagai yang
ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan diantara mereka itu, permainan ini penting untuk
memproses atau mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan Jenis Permainan
a. Permainan (games)
Permainan adalah jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun modern
seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.
b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unocupied behaviour)
Pada saat tertentu anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau
apa saja yang ada disekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan
bajunya atau benda lain.
3. Berdasarkan Karakteristik Sosial
a. Solitary play dimulai dari bayi (Toddler) dan merupakan jenis
permainann sendiri atau independen walaupun ada orang lain
disekitarnya.
b. Paralel play dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau
prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama
tetapi suatu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung. Dan karakteristik khusus pada usia toddler.
c. Asociative play. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok.
Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah
yang merupakan permainan dimana anak dengan kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum teroganisir secara formal
d. Cooperative play. Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok
ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang dimulai dari usia pra
sekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
e. Onlooker play. Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anak
selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (vessey & Mohan, 1990
dikutip oleh supartini, 2004).
A. Karakteristik Sasaran
Sasaran terapi bermain “mengenal warna” adalah anak usia pra sekolah
dengan kriteria:
1. Anak usia Toddler (2-3 tahun)
2. Jumlah peserta 1 (satu) orang
3. Keadaan umum anak baik.
4. Anak kooperatif
B. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Tempat : Dirumah
Hari/ Tanggal : Kamis / 05 November 2020
Waktu : 10.30 – 11.00 WIB
C. Setting Tempat
Tempat di setting, dimana anak harus nyaman dan tenang.
Skema tempat
Keterangan:
: Fasilitator : Co-leader
: Leader
D. Jenis Aktivitas
Menyebutkan masing-masing warna yang ditujukan oleh penyaji
E. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
rancangan permainan dengan cara :
1. Penyaji memperkenalkan warna kepada anak
2. Penyaji menujukan salah satu lingkaran warna kepada anak kemudian
anak menjawabnya
3. Penyaji mengintruksikan anak untuk mengambil warna sesuai dengan
warna yg penyaji sebutkan
4. Anak memberi lingkaran warna kepada orang-orang disekitarnya
sesuai dengan kelompok warna
F. Media
1. Kardus
2. Kertas origami
3. Gunting
4. Double tape
5. Cetakan berbentuk bulat
6. Stik es krim
7. Gelas
G. Uraian Kerja
Struktur Organisasi : Penyaji
Sehubungan dengan adanya pandemi virus Covid-19 ini kegiatan terapi
bermain di adakan hanya satu penyaji dan satu anak. Untuk praktek terapi
bermainnya dilakukan di rumah.
H. Rencana Pelaksanaan Bermain
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga
selesai.
b. Anak dapat merespon dengan senang permainan mengenal warna.
c. Anak mengikuti instruksi yang diberikan oleh penyaji dan
menyebutkan warna dengan benar.
d. Kegiatan bermain mengenal warna berjalan dengan lancar.
e. Anak terlihat gembira setelah berhasil mengenal warna dan
mengelompokannya.
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain dengan baik dan
benar.
b. Jangka Panjang
Anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan
dalam berfikir.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
anal-anak, sekalipun dalam keadaan sakit atau dirawat. Melalui media
bermain, anak belajar berkata-kata dan bagaimana menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, objek, waktu, orang dan ruang. Terdapat berbagai fungsi bermain
pada anak antara lain untuk perkembangan sensori dan motorik,
perkembangan kognitif, meningkatkan kreatifitas, perkembangan sosial,
menunjukkan kesadaran diri akan kemampuan dan kekuatannya dapat
meningkatkan perkembangan moral.
B. Saran
1. Anak dapat menggali kemampuan nya dengan terapi bermain
2. Orang tua dapat membantu dan membimbing anaknya dalam melakukan
kegiatan bermain