Anda di halaman 1dari 66

HALAMAN JUDUL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA KOMPETENSI DASAR
JARINGAN DASAR DI KELAS X TKJ SMK ROUDLOTUL MUBTADIIN
BALEKAMBANG JEPARA
Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Oleh
Windi Wahyu Pangestu NIM. 5302411241

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2015
PERNYATAAN KEASLIAN

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
PENGESAHAN

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Moto :

 Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu
maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)
 Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (QS :
Al-Mujadilah 11)
 A man is a single person but a woman is a nation (QS: Hujarat :13)

Persembahan :
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ibu Winarningsih, Bapak Sodikin, Mas Hari dan kedua adiku,
puput dan maulana arbangi salam tercinta atas semua doa,
kasih sayang dan pengorbanan kalian.
2. Sahabat dan keluarga besar MTCR Ikhwah Rosul, khusunya
IR 38, 48, 56 dan 52 yang telah membuat ruang keluarga
tidak hanya hadir di rumah.
3. Keluarga Aplikasi, KAMMI Unnes, Ristek, RIPTEK dan
BEM FT Unnes yang sudah memberikan pengalaman tak
ternilai.
4. Teman-teman Prodi S1 PTIK Unnes.
5. Almameter Unnes.

v
ABSTRAK

Pangestu, Windi Wahyu. 2015. Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) Pada Kompetensi Dasar Jaringan Dasar Di
Kelas X TKJ 2 SMK Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara. Dosen
Pembimbing : Drs. Suryono, M.T, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer.

Pelaksanaan pembelajaran Jaringan Dasar kelas X Teknik Komputer


Jaringan 2 (X TKJ 2) SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang Jepara masih
kurang optimal dan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Pembelajaran yang
satu arah diduga menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa rendah dan
mengakibatkan hasil belajar rendah. Dilihat dari hasil ketuntasan belajar ujian
harian siswa semester II hanya 29% siswa yang tuntas KKM., hal ini
dimungkinkan peserta didik kurang mampu menyerap materi jaringan dasar
dengan baik.
Perlu dilakukan penelitian yang diharapkan dapat mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode
pembelajaran berbasis masalah pada kompetensi dasar Jaringan Dasar.Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Komputer dan Jaringan 2 (X
TKJ 2) SMK roudhlotul Mubtadiin Balekambang Jepara yang berjumlah 24
siswa. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan
tindakan kelas menggunakan dua instrumen pada setiap siklus, yakni lembar
observasi kemampuan berpikir kritis siswa dan tes evaluasi untuk pengumpulan
data.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas X TKJ 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang Jepara pada
kompetensi dasar jaringan dasar. Pada siklus terakhir, ketuntasan sudah bisa
tercapai dengan hasil rata-rata post test 84,83 dengan ketuntasan KBM 88% dan
persentase kemampuan berpikir kritis siswa yaitu 68,40% dengan kategori kritis.
Saran yang dapat disampaikan adalah metode pembelajaran berbasis masalah
dapat diterapkan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar siswa dalam proses KBM. Guru hendaknya
mengotimalkan diskusi untuk membangkitkan keaktifan dan kemampuan berpikir
kritis. Sekolah hendaknya menyediakan buku paket jaringan dasar dan
menyediakan waktu khusus agar siswa dapat menggunakan fasilitas internet diluar
jam pembelajaran untuk mencari sumber belajar. Sehingga tujuan pembelajaran
bisa tercapai dan hasil belajar siswa lebih memuaskan.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Berbasis Masalah, Berpikir Kritis, Hasil


Belajar.

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan

mengharap ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan

meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi S-1 Pendidikan Teknik

Informatika dan Komputer Universitas Negeri Semarang. Shalawat dan salam

disampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan

kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti, Amin.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. H. M. Harlanu, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Unnes.

3. Drs. Suryono, M.T, Dosen Pembimbing yang penuh perhatian dan dengan

ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Semua dosen Unnes khususnya dosen Teknik Elektro FT UNNES yang

telah memberi bekal pengetahuan yang berharga.

vii
5. Bapak Miftahudin, S. Ag, MM, Kepala Sekolah SMK Roudhlotul Mubtadiin

Balekambang Jepara yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian.

6. Bapak Ahmad Khatib, S.Pd, Guru Mapel Jaringan dasar yang dengan

ikhlas membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan memberikan

masukan-masukan.

7. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun,

penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Semarang, November 2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalahkan ........................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.6 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ............................................................................................ 10
2.1.1 Teori Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 10
2.1.1.1 Prinsip dan Tujuan Belajar Siswa ......................................................... 11
2.1.1.2 Hasil Belajar.......................................................................................... 12
2.1.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................... 13
2.1.2 Metode Pembelajaran................................................................................ 14
2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran.......................................................... 14
2.1.2.2 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................. 14
2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ...................................... 15
2.1.2.4 Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ............................ 16

ix
2.1.3 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis...................................................... 19
2.1.3.1 Pengertian Berpikir kritis ...................................................................... 19
2.1.3.2 Indikator Berpikir Kritis........................................................................ 20
2.1.4 Protokol Jaringan ...................................................................................... 25
2.1.4.1 Format Penulisan IP Address ................................................................ 26
2.1.4.2 Pembagian kelas IP Address ................................................................. 26
2.1.4.3 Subneting............................................................................................... 30
2.1.5 Penggelaran Jaringan Sederhana Horisontal ............................................. 33
2.1.5.1 Tahapan Pembangunan Jaringan Komputer Lokal ............................... 33
2.1.5.2 Arsitektur Jaringan Komputer ............................................................... 34
2.1.5.3 Topologi Komputer ............................................................................... 36
2.1.5.4 Komponen Pembentuk Jaringan Komputer .......................................... 42
2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 42
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................... 46
2.4 Hipotesis ................................................................................................. 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 48
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 53
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 54
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 55
3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen......................................................... 57
3.5.1 Validitas instrumen ................................................................................... 57
3.5.2 Realibilitas Instrumen ............................................................................... 59
3.5.3 Taraf kesukaran ......................................................................................... 60
3.5.4 Daya Pembeda........................................................................................... 61
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 62
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 63
3.7.1 Perhitungan nilai rata-rata ......................................................................... 64
3.7.2 Ketuntasan Belajar Klasikal ...................................................................... 64
3.7.3 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ........................................... 64

x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 67
4.1.1 Gambaran Kondisi Awal ........................................................................... 67
4.2 Hasil Penelitian Siklus I ......................................................................... 68
4.2.1 Perencanaan Siklus 1 ................................................................................ 69
4.2.2 Pelaksanaan Siklus 1 ................................................................................. 70
4.2.3 Pengamatan Siklus I .................................................................................. 72
4.2.3.1 Aktivitas Belajar Siswa Siklus I............................................................ 73
4.2.4 Refleksi Siklus I ........................................................................................ 77
4.3 Hasil Penelitian Siklus II ........................................................................ 78
4.3.1 Perencanaan Siklus II ....................................................................................... 79
4.3.2 Pelaksanaan Siklus II ................................................................................ 79
4.3.3.1 Aspek Aktivitas Siswa Siklus II................................................................ 82
4.3.4 Refleksi Siklus II....................................................................................... 87
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN .................................................................................... 106
5.2 SARAN ................................................................................................ 106

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110


Lampiran ............................................................................................................. 112

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah........................... 17


Tabel 2.2 Indikator Ketrampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis .......................... 22
Tabel 2.3 Nilai CIDR ............................................................................................ 31
Tabel 2.4 Range IP Address .................................................................................. 32
Tabel 2.5 Resume Penelitian Terdahulu ............................................................... 42
Tabel 3.1 Lembar pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa......................... 56
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ...................................................... 60
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ............................................................ 62
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Berpikir Kritis Siswa .................................................. 66
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Observasi Awal Siswa kelas X TKJ 2 .......................... 68
Tabel 4.2 Hasil tes sebelum dan sesudah siklus I ................................................. 71
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ......................... 74
Tabel 4.4 Hasil tes sebelum dan sesudah siklus II ................................................ 81
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Siswa Siklus II ........................ 83

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Format IP Address..............................................................................26


Gambar 2.2 IP Address kelas A .............................................................................28
Gambar 2.3 IP Address Kelas B ............................................................................28
Gambar 2.4 IP Address Kelas C ............................................................................29
Gambar 2.5 Kerangka Berfikir ...............................................................................46
Gambar 4.1 Deskripsi Indikator Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus I ................76
Gambar 4.2 Deskripsi Indikator Berpikir Kritis Peserta Didik Siklus II ...............85
Gambar 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa.......................................................88
Gambar 4.4 Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa ..........................................89
Gambar 4.5 Deskripsi Peserta Didik Memperhatikan Penjelasan dari Guru .........90
Gambar 4.6 Deskripsi Peserta Didik Menunjukan Antusias dan Ingin .................91
Gambar 4.7 Deskripsi Peserta Didik Mampu Memahami Materi Yang
Diberikan oleh Guru pada Siklus I dan Siklus II ...................................................92
Gambar 4.8 Deskripsi Peserta Didik Menyusun Pertanyaan Sesuai Topik
yang Dibahas pada Siklus I dan Siklus II...............................................................93
Gambar 4.9 Deskripsi Taraf Kesukaran Pertanyaan yang Dibuat oleh
Siswa pada Siklus I dan Siklus II ...........................................................................94
Gambar 4.10 Deskripsi Soal Yang Dibuat Singkat, Padat, Jelas dan Mudah
Dipahami pada Siklus I dan Siklus II.....................................................................95
Gambar 4.11 Deskripsi Saling Membantu dan Ikut Berperan dalam
Menyelesaikan Tugas Kelompok pada Siklus I dan Siklus II................................96
Gambar 4.12 Deskripsi Kemampuan Peserta Didik Saling Bertukar
Informasi dengan Teman Satu Kelompok pada Siklus I dan Siklus II ..................97
Gambar 4.13 Deskripsi Menghargai Pendapat Teman Satu Kelompok pada
Siklus I dan Siklus II ..............................................................................................98
Gambar 4.14 Deskripsi Pemaparan Hasil Diskusi pada Siklus I dan Siklus
II .............................................................................................................................99
Gambar 4.15 Deskripsi Kemampuan Menyampaikan Pertanyaan pada
Siklus I dan Siklus II ..........................................................................................100
Gambar 4.16 Deskripsi Kemampuan Menjawab Pertanyaan pada Siklus I
dan Siklus II .........................................................................................................101

xiii
Gambar 4.17 Deskripsi Dapat Menyimpulkan tentang Materi yang
Dipresentasikan pada Siklus I dan Siklus II .......................................................102
Gambar 4.18 Deskripsi Menghargai Kritik dan Saran dari Kelompok
Lain pada Siklus I dan Siklus II .........................................................................103
Gambar 4.19 Deskripsi Menggunakan bahasa yang sopan dan baik pada
Siklus I dan Siklus II ..........................................................................................104

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................................... 112


Surat Keterangan Selesai Penelitian.................................................................... 113
Pedoman Wawancara Untuk Guru ...................................................................... 114
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Siklus I ............................................ 115
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Siklus II ........................................... 119
Rubik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ........................................... 124
Kisi-Kisi Soal Uji Coba ...................................................................................... 125
Soal Uji Coba ...................................................................................................... 126
Kunci Jawaban Soal Uji Coba............................................................................. 138
Uji Validitas, Reabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ........................ 139
Uji Daya Beda Soal Uji Coba ............................................................................. 150
Kesimpulan ......................................................................................................... 162
Soal Siklus I ........................................................................................................ 165
Soal Siklus Ii ....................................................................................................... 170
Kunci Jawaban Siklus I ....................................................................................... 175
Kunci Jawaban Siklus Ii ...................................................................................... 175
Daftar Nilai Ulangan Harian ............................................................................... 176
Daftar Nilai Pra Siklus I ...................................................................................... 178
Daftar Nilai Siklus I ............................................................................................ 180
Daftar Nilai Pra Siklus Ii ..................................................................................... 182
Daftar Nilai Siklus Ii ........................................................................................... 184
Hasil Diskusi Siklus I .......................................................................................... 186
Hasil Diskusi Siklus II ........................................................................................ 189
Sistem pendidikan SMK Ponpes Roudlotul Mubtadiin ...................................... 195
Foto Kegiatan ...................................................................................................... 197

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu bangsa tidak hanya diukur dari kekayaan sumber daya

alam yang melimpah dan dimiliki oleh suatu bangsa, melainkan ketersediaan dan

keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menghadapi tantangan di

era globalisasi. Melalui pendidikanlah sumber daya manusia yang unggul dan

berkualitas dipersiapkan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

tahun 2003 pendidikan diartikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20/ 2003).

Artinya proses pembelajaran di sekolah merupakan proses yang terencana

untuk mencapai sebuah tujuan. Salah satu tujuan perencanaan proses

pembelajaran adalah mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya

menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bangsa dan negara.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga

pendidikan menengah kejuruan dalam proses pembelajarannya pun harus

terencana agar peserta didik mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

1
2

Sekolah Menengah Kejuruan bertujuan mempersiapkan sumber daya manusia

(Human resource) yang kompeten untuk memasuki dunia kerja dan menjadi

tenaga kerja yang produktif sesuai dengan kompetensi dalam program studi

keahlian yang dipilih (UU RI No.20 Tahun 2003, Pasal 15).

Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) merupakan salah satu program studi

keahlian yang ada di SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang Jepara. Program

studi keahlian TKJ mempersiapkan peserta didik memiliki keahlian di bidang

jaringan komputer. Jaringan dasar komputer merupakan dasar program keahlian

yang wajib dipelajari peserta didik tingkat pertama (kelas X) yang mengambil

program studi TKJ (Permendikbud No 70/2013). Pemahaman yang baik terhadap

mata pelajaran jaringan dasar komputer dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil

belajar merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan siswa didalam

mengikuti proses pembelajaran.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, namun sebaliknya jika hasil belajar siswa buruk

disebabkan karena tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran masih rendah. Tu’u (2004:94) menyatakan bahwa “salah satu faktor

yang mempengaruhi hasil belajar adalah usaha diri sendiri”. Bentuk usaha siswa

dalam meningkatkan hasil belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa didalam proses

pembelajaran, seperti kemampuan menggali informasi, kemampuan merumuskan

pertanyaan, kerjasama dalam kelompok dll. Selanjutnya menurut Syah (2011: 1)

dalam makalahnya, penilaian hasil belajar kepada siswa didalam dunia pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena dengan adanya penilaian
3

hasil belajar maka akan terlihat dengan jelas tingkat keberhasilan suatu

penyelenggaraan pendidikan (sekolah) dalam mendidik siswanya. Keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran di kelas tentu tidak dapat

dilepaskan dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik atau guru.

Metode pembelajaran yang tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Thobroni dan Mustafa (2011: 34) bahwa

bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan kepada peserta didiknya

menentukan hasil belajar yang akan di capai.

Menurut Bloom (Suprijono, 2002: 6) hasil belajar mencangkup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya Maksum (2012: 2)

berpendapaat hasil belajar pada ranah kognitif pada jenjang penerapan, analisis,

evaluasi dan kreasi merupakan aspek kognitif tingkat tinggi atau level tinggi yang

diukur dari kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir kritis termasuk salah

satu ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang secara esensial merupakan

ketrampilan menyelesaikan masalah (Problem Solving) Costa (1985).

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan metode

pembelajaran inovatif yang cocok diterapkan oleh guru dalam proses

pembelajaran dikelas karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

dan membantu siswa mencapai keberhasilan proses belajar. Sebagaimana

pendapat Santoso (2011: 91) bahwa “seorang guru yang profesional adalah guru

yang mempunyai kemampuan mentransfer ilmu yang dimiliki dengan bahasa dan

metode yang mudah dimengerti sehingga materi yang disampaikan mudah


4

dipahami oleh peserta didik”. Sehingga keberhasilan proses belajar sangat

dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan

Dari observasi awal yang peneliti lakukan selama Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMK Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara kurang lebih

tiga bulan yaitu pada tanggal 08 Agustus 2014 sampai pada tanggal 23 Oktober

2014 dan hasil wawancara (lampiran 4) dengan Bapak Ahmad Khatib, S.Pd

selaku guru mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 2, bahwa metode yang

biasa digunakan pada mata pelajaran jaringan dasar kelas X TKJ 2 masih

didominasi ceramah. Hal ini berdampak menghambat keaktifan siswa karena

pembelajarannya hanya berlangsung satu arah saja. Berdasarkan hasil pengamatan

pada kelas X TKJ 2 pada saat proses pelajaran jaringan dasar diketahui bahwa ada

beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru, tidak mengerjakan pekerjaan

rumah, mengantuk bahkan tertidur di kelas. Berbagai alasan mereka ungkapkan

sebagai pembenaran atas sikap mereka, salah satunya yaitu sempitnya waktu

belajar yang mereka miliki karena mereka harus mengikuti proses pembelajaran di

pondok pesantren sampai pukul 10 malam sehingga mereka sudah lelah untuk

mengerjakan tugas dan sering tertidur di kelas. Selain itu kurangnya sumber

belajar baik buku maupun komputer yang bisa mereka manfaatkan juga menjadi

alasan sulitnya mereka mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebenarnya

hal itu tidak perlu terjadi jika manajemen waktu murid dan metode pembelajaran

yang dilakukan guru tepat.

Peneliti mengamati metode yang cukup monoton yaitu pembelajaran

dengan ceramah, mencatat, tanya jawab dan beberapa kali praktik. Metode
5

pembelajaran yang digunakan belum menjadikan siswa sebagai subjek belajar

namun menjadikan siswa sebagai objek belajar, sehingga siswa kurang semangat

mengikuti kegiatan pembelajaran, dan sebagaian besar siswa kurang aktif dan

antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keadaan ini tentu cukup jauh

dari kondisi ideal pembelajaran bahwa siswa harus aktif, dan proses pembelajaran

harus mampu mengeksplorasi dan mengembangkan potensi dan kemampuan

berfikir siswa. Penerapan metode pembelajaran yang kurang menarik di atas,

berakibat pada hasil belajar siswa yang cukup rendah dan kurangnya daya berpikir

kritis siswa.

Apabila masalah ini tetap dibiarkan maka akan sangat menganggu proses

pembelajaran pada mata pelajaran produktif TKJ di kelas XI dan kelas XII Teknik

Komputer Jaringan SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang, karena

kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa sebagi bekal mempelajari ilmu

jaringan komputer yaitu konsep jaringan dasar komputer belum dipahami dengan

baik. Begitupula daya berpikir kritis siswa kurang terasah jika tetap menggunakan

metode konvensional dimana pembelajaran didominasi oleh guru.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka metode pembelajaran

berbasis masalah dipandang cocok untuk diterapkan di kelas X TKJ 2 guna

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa. Sehingga

penulis tertarik untuk melakukan penelitian penggunaan metode pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning) pada mata pelajaran jaringan dasar

dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


6

Learning) pada kompetensi dasar jaringan dasar di kelas X TKJ 2 SMK Roudlotul

Mubtadiin, Balekambang Jepara.”

1.2 Identifikasi Masalahkan


Dari latar belakang permasalahan yang ada, dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Metode pembelajaran yang monoton menjadikan siswa pasif saat proses

pembelajaran.

1.2.2 Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas.

1.2.3 Siswa tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan oleh guru.

1.2.4 Siswa mengantuk di kelas.

1.2.5 Siswa tertidur di kelas.

1.2.6 Kurangnya sumber belajar jaringan dasar.

1.2.7 Hasil belajar siswa rendah, dilihat dari nilai ulangan harian jaringan dasar

semester II kelas X TKJ 2 hanya 29% siswa yang tuntas.

1.2.8 Guru menggunakan metode pembelajaran satu arah yaitu pembelajaran

yang didominasi ceramah.

1.2.9 Metode pembelajaran yang dipakai belum bisa membangkitkan aktifitas

berpikir kritis siswa.


7

1.3 Pembatasan Masalah


Setelah permasalahan teridentifikasi, maka untuk lebih memfokuskan pada

pembahasan masalah, perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian. Penelitian

ini membahas tentang penerapan Motode Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) pada Kompetensi Dasar Jaringan Dasar, materi pokok

protokol jaringan dan pengembangan jaringan sederhana untuk meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X TKJ 2 SMK

Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang Jepara.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1.2.10 Apakah penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X TKJ 2 SMK

Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang Jepara?

1.2.11 Apakah ada peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa setelah

diterapkannya Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) di kelas X

TKJ 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang?

1.5 Tujuan Penelitian


Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menggambarkan proses

pembelajaran menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem


8

Based Learning) di kelas X TKJ 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang

Jepara. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1.2.12 Mengetahui dan mendiskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa pada mata pelajaran produktif jaringan dasar, kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang

Jepara setelah penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

1.2.13 Memperoleh gambaran tentang pengaruh penggunaan model Pembelajaran

Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran produktif jaringan dasar, kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang

Jepara.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfat

bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dalamnya. Manfaat yang ingin diperoleh

dalam penelitian ini adalah :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan

saran dan ilmu pengetahuan yang lebih khususnya tentang proses

penerapan metode pembelajaran “Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning)” pada kompetensi dasar jaringan dasar.


9

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan ketrampilan dalam berfikir kritis mulai dari

menganalisis sebuah informasi hingga memberikan kesimpulan.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah yang

dihadapi guru dalam proses pembelajaran kompetensi dasar jaringan

dasar serta menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

3. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan

meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.

4. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan baru mengenai metode pembelajaran

berbasis masalah dan dapat menerapkan metode pembelajaran tersebut

saat menjadi guru. Serta dapat membandingkan hasil penelitian

sekarang dengan penelitian sebelumnya.

5. Bagi pembaca

Dapat menambah wawasan mengenai metode pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam proses belajar mengajar serta dapat menjadi referensi

untuk penelitian selanjutnya. .


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya: teori

pembelajaran, teori model pembelajaran berbasis masalah (Problem based

learning), teori kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, dan teori jaringan dasar.

2.1.1 Teori Belajar dan Pembelajaran


Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) mendefinisikan kata

pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara,

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Thobroni

(2011: 21), pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang berulang-ulang

dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung

bersifat tetap. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus

dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau

disebut juga pembelajar yang yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai

subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis,

merumuskan, memecahkan masalah dan menyimpulkan sebuah masalah.

Selain itu, Corey dalam Hosnan (2014: 4) menyatakan pembelajaran

adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk

10
11

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi

khusus. Brown (2007: 8) merinci karakteristik pembelajaran sebagai berikut.

1. Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.

2. Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau ketrampilan.

3. Proses mengingat – ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori, dan

organisasi kognitif.

4. Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut peristiwa-

peristiwa di luar serta di dalam organisme.

5. Berlajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.

6. Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang

ditopang dengan imbalan dan hukum.

7. Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

si sekitar individu (Hosnan, 2014: 7).

2.1.1.1 Prinsip dan Tujuan Belajar Siswa


Menurut Gage dan Berliner dalam Hosnan (2014: 8), prinsip-prinsip

belajar siswa yang dapat dipakai oleh guru dalam meningkatkan kreativitas belajar

yang mungkin dapat digunakan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar,

antara lain meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Pemberian perhatian dan motivasi siswa.

2. Mendorong dan memotivasi kreativitas siswa.

3. Keterlibatan langsung siswa.

4. Pemberian pengulangan.
12

5. Pemberian tantangan.

6. Umpan balik dan penguatan.

7. Memperhatikan perbedaan individual siswa.

Ketujuh prinsip diatas berimpilkasi kepada guru untuk memahami dan

mengembangkan kreativitas pembelajarannya agar keberhasilan proses

pembelajaran tercapai sehingga tujuan belajar siswa pun terpenuhi.

Menurut Suprijono (2009: 5), tujuan belajar yang ekspilisit diusahakan

untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructonal effects,

yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan belajar

sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effect.

Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sifat terbuka dan

demokratis, menerima orang lain dan sebagainya.

2.1.1.2 Hasil Belajar


Menurut Hamalik (2008:159) menyatakan bahwa “hasil belajar menunjuk

pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya

dan derajat perubahan tingkah laku siswa”. Bloom dalam Suprijono (2012:6-7)

menyatakan bahwa:

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan


psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik
13

meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga


meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manejerial dan
intelektual.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah evaluasi dari

proses belajar mengajar yang berupa hasil test siswa untuk mengetahui seberapa

jauh siswa menguasai materi. Dalam penelitian ini akan diketahui hasil belajar

setelah penerapan metode pembelajaran berbasis masalah pada kompetensi dasar

jaringan dasar.

2.1.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya perubahan atau

pembaruan dalam tingkah laku dan kecakapan (Thobroni, 2011:31). Menurut

Purwanto (2002: 102), berhasil atau tidaknya perubahan tersebut dpengaruhi oleh

berbagai macam faktor yang dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut:

1. Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor individual.

Faktor individual meliputi faktor kematangan dan pertumbuhan, faktor

kecerdasan dan inteligensi, faktor latian dan ulangan, faktor motivasi dan

faktor pribadi.

2. Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial. Meliputi faktor

keluarga dan keadaan rumah tangga, faktor guru dan cara mengajarnya, faktor

alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, faktor lingkungan dan

kesempatan yang tersedia, dan faktor motivasi sosial.

Dalam penelitian ini akan meneliti salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu metode pembelajaran yang digunakan (faktor sosial).


14

2.1.2 Metode Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran


Menurut Slavin (2005: 158), “metode adalah strategi yang tidak bisa

ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode yang variasi

akan meningkatkan gairah belajar anak didik.” Penggunaan metode yang

bervariasi akan menghasilkan karakteristik metode tersebut.

Dikaitkan dengan keberhasialn pendidikan di sekolah, maka penggunaan

metode pembelajaran yang tepat sangat penting diperhatikan oleh guru agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai secara optimal. Penggunaan metode pembelajaran

yang tepat dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa.

2.1.2.2 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) yang dalam bahasa inggris disebut

Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun

1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu

upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-

pertanyaan sesuai situasi yang ada.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan

masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat

terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan

menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun

pengetahuan baru (Hosnan, 2014: 298).


15

Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis

Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson

(1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan

perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hanyat dalam pola pikir yang

terbuka,reflektif, kritis, dan belajar aktif (dalam Rusman, 2014:230).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan masalah sebagai motivasi

belajar untuk meningkatkan proses berpikir kritis siswa.

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah


Karakteristik pembelajaran berbasis masalah dalam buku model-model

pembelajan karya Rusman (2014: 232) dijabarkan sebagai berikut :

a. permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur;

c. permaslahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);

d. permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan

bidang baru dalam belajar;

e. belajar pengarahan diri menjadi hal utama;

f. pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi

sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

g. belajar adalah kolaborasi, komunikasi, dan kooperatif;


16

h. pengembangan ketrampilan inqury dan pemecahan masalah sama pentingnya

dengan penguasaaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah

permasalahan;

i. keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar ; dan

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada siswa bukan guru dalam

proses pembelajaran. “In PBL groups, the students often work together to

construct colacorative explanations” (Hmelo-Silver, 2014 : 246). Pembelajaran

Berbasis Masalah melatih siswa mendayagunan pengetahuan yang dimiliki untuk

memecahkan masalah. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus

sebagai pembimbing.

2.1.2.4 Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah


Proses Pembelajaran Berbasis Masalah akan dapat dijalankan bila

pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan (masalah, formulir

pelengkap, dan lain – lain). Ibrahim dan Nur (dalam Rusman 2014: 243)

mengemukakan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai

berikut.
17

Tabel 2.1 Langkah – Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,


menjelaskan logistik yang diperlukan, dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah.

2 Mengorganisasikan siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan


belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan


individual / kelompok informasi yang sesuai, malaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan Membantu siswa dalam merencanakan dan


hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi


proses pemecahan masalah atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan.

Rusman (2014: 237) mengatakan masalah yang dipilih adalah masalah

yang riil berupa kenyataan hidup dan harus bisa membangkitkan pemahaman

siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan,

pengetahuan, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa

mereka mampu memecahkan masalah tersebut.

Faristin (2013) menyatakan langkah – langkah yang akan dilakukan siswa

dalam proses PBM adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan Masalah

Dalam tahap ini, siswa merumuskan masalah dalam satu kalimat

sederhana (brainstorming) tanpa mempersoalkan benar atau salahnya


18

kemudian setiap pendapat ditinjau kembali dengan meminta penjelasan

dari yang bersangkutan.

2. Mendiagnosis Masalah

Setelah berhasil merumuskan masalah, langkah berikutnya adalah

membentuk kelompok kecil untuk kemudian mendiskusikan sebab – sebab

timbulnya masalah.

3. Merumuskan Strategi Alternatif

Kelompok mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara

menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, kelompok harus kreatif, berfikir

secara divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide, dan

memikirkan daya temu yang tinggi. Setiap alternatif harus dapat terperinci

dengan jelas.

4. Menentukan dan Menetapkan Strategi

Setelah berbagai alternatif ditentukan oleh kelompok, dipilih alternatif

mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini, kelompok menggunakan

pertimbangan – pertimbangan yang cukup kritis, selektif, dengan berfikir

konvergen.

5. Mengevaluasi keberhasilan strategi

Hasil dari proses evaluasi dapat menunjukkan masalah apa yang sudah

diselesaikan, seberapa jauh penyelesaiannya, masalah apa yang belum

selesai dan masalah baru apa yang belum selesai serta masalah baru apa

yang belum muncul sebagaai akibat penyelesaian ini.


19

2.1.3 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis

2.1.3.1 Pengertian Berpikir kritis


Berpikir kritis telah mulai berkembang 2000 tahun yang lalu oleh

Socrates. Akan tetapi, John Dewey seorang tokoh pendidikan

berkewarganegaraan Amerika, secara luas dipandang sebagai “bapak tradisi

berpikir kritis modern”. Ia menanamkan tradisi berpikir kritis dengan berfikir

reflektif. Dewey memberikan pengertian mengenai berpikir kritis sebagai

pertimbangan yang aktif, persintent (terus menerus), dan teliti mengenai

sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja

dipandang dari alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan lanjutan yang

menjadi kecenderungan (Fisher, 2009: 2).

Menurut Sukmadinata (2004) berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar

secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah,

menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian

ilmiah. Hal ini berarti dengan berpikir kritis memungkinkan anak menganalisis

pemikirannya sendiri untuk memastikan bahwa dia telah menentukan pilihan dan

menarik kesimpulan dengan cerdas. Sedangkan Swartz dan Perkin menyatakan

berpikir kritis berarti :

(1) Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang
akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang
logis. (2) Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis
dalam membuat keputusan. (3) Menerapkan berbagai strategi yang
tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan
standar tersebut. (4) Mencari dan menghimpun informasi yang dapat
dipercaya untuk dipakai bukti dapat mendukung suatu penilaian
(Hassoubah, 2007 : 86-87).
20

Norris dan Ennis (Fisher, 2009:4) menyatakan berpikir kritis sebagai

berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan

keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal yaitu keputusan

diambil berdasarkan fakta-fakta dan reflektif berarti mencari secara sadar dan

tegas untuk mendapatkan solusi terbaik. Dengan begitu menurut Norris dan Ennis

berpikir kritis yang terarah pada tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah

mengevaluasi tindakan atau keyakinan yang terbaik. Norris dan Ennis

memfokuskan kerangkanya pada proses berpikir yang melibatkan pengumpulan

informasi dan penerapan kriteria untuk mempertimbangkan serangkaian

tindakan atau pandangan yang berbeda.

Ciri-ciri berpikir kritis yaitu (1) meningkatkan interaksi antara siswa

sebagai pembelajar; (2) mengajukan pertanyaan open-enden; (3) memberikan

waktu yang memadai kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap

pertanyaan; (4) teaching for transfer (mengajarkan penggunaaan kemampuan

yang baru saja diperoleh dengan kondisi nyata yang ada di masyarakat (Amri dan

Khoiru Ahmadi, dalam faristin, 2013).

2.1.3.2 Indikator Berpikir Kritis


Menurut Ennis (Hassoubah, 2007: 87), berpikir kritis adalah berpikir

secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan

tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator
21

kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai

berikut :

1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

2. Mencari alasan.

3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.

5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.

8. Mencari alternatif.

9. Bersikap dan berpikir terbuka.

10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.

11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.

12. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari

keseluruhan masalah.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas

kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator

yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap

fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang

diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen

logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan

10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang

berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah
22

mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu

keputusan.

Menurut Ennis dalam Bahriah (2011) menguraikan tujuh kategori

kemampuan berpikir kritis yang sebagai berikut :

Tabel 2.2 Indikator Ketrampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub-Indikator

1 Memberikan Memfokuskan  Mengidentfikasi atau


penjelasan pertanyaan merumuskan pertanyaan
sederhana  Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
 Menjaga kondisi berpikir

Menganalisi  Mengidentifikasi kesimpulan


argument  Mengidentifikasi kalimat-
kalimat pertanyaan
 Mengidentifikasi kalimat-
kalimat bukan pertanyaan
 Mengidentifikasi dan
menangani suatu
ketidaktepatan
 Melihat struktur dari suatu
argumen
 Membuat ringkasan
Bertanya dan  Memberikan penjelasan
menjawab sederhana
pertanyaan  Menyebutkan contoh
2 Membangun Mempertimbangkan  Mempertimbangkan keahlian
ketrampilan apakah sumber dapat  Mempertimbangkan
dasar dipercaya atau tidak kemenarikan konflik
 Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
 Mempertimbangkan reputasi
 Mempertimbangkan
23

Lanjutan tabel ...

penggunaan prosedur yang


tepat
 Mempertimbangkan resiko
untuk reputasi
 Kemampuan untuk
memberikan alasan
 Kebiasaan berhati-hati

2 Membangun Mempertimbangkan  Mempertimbangkan keahlian


ketrampilan apakah sumber dapat  Mempertimbangkan
dasar dipercaya atau tidak kemenarikan konflik
 Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
 Mempertimbangkan reputasi
 Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang
tepat
 Mempertimbangkan resiko
untuk reputasi
 Kemampuan untuk
memberikan alasan
 Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan  Melibatkan sedikit dugaan
mempertimbangkan  Menggunakan waktu yang
laporan observasi singkat antara observasi dan
laporan
 Melaporkan hasil observasi
 Merekam hasil observasi
 Menggunakan bukti-bukti
yang benar
 Menggunakan akses yang
baik
 Menggunakan teknologi
 Mempertanggungjawabkan
hasil observasi
3 Menyimpulkan Mereduksi dan  Mengkondisikan logika
mempertimbangkan  Menyatakan tafsiran
hasil diskusi

Menginduksi dan  Mengemukakan hal yang


mempertimbangkan umum
hasil diskusi  Mengemukakan kesimpulan
dan hipotesis
 Mengemukakan hipotesis
 Merancang eksperimen
24

Lanjutan tabel ...

 Menarik kesimpulan sesuai


fakta
4 Memberikan  Membuat dan menentukan
penjelasan hasil pertimbangan
lanjut berdasarkan latar belakang

 Membuat dan menentukan


hasil pertimbangan
berdasarkan akibat
 Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
berdasarkan penerapan fakta
 Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan
keseimbangan dan masalah
Mendefinidikan  Membuat bentuk definisi
istilah dan  Strategi membuat definisi
mempertimbangkan  Bertindak dengan
suatu definisi memberikan penjelasan
lanjut
 Mengidentifikasi dan
menangani ketidakbenaran
yang disengaja
 Membuat isi definisi

Mengidentifikasi  Penjelasan bukan pernyataan


asumsi-asumsi  Mengkonstruksi argumen
5 Mengatur Menetukan suatu  Mengungkap masalah
strategi taktik tindakan  Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi
yang mungkin
 Merumuskan solusi alternatif
 Menentukan tindakan
sementara
 Mengulang kembali
 Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan  Menggunakan argumen
orang lain  Menggunakan strategi
 Menunjukan posisi, orasi,
atau tulisan
Sumber: Ennis dalam Bahrian (2011)
25

Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul

Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan

analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep. Cotton (1991), menyatakan

bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis.

Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis

siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu

keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan

dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-popok permasalahan; (4)

Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5)

Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang

mendukung terhadap suatu keputusan.

2.1.4 Protokol Jaringan

Protokol adalah tata cara atau aturan yang disepakati secara internasional agar

sebuah komputer bisa berkomunikasi dengna komputer lainnya. TCP atau

“Transmision Control Protokol” adalah suatu protokol atau perantara yang dapat

mentransmisikan data per segmen, artinya paket data dipecah dalam jumlah yang

sesuai dengan besaran paket, kemudian dikirim satu persatu hingga selesai.

Sedangkan “Internet Protokol” (IP) adalah protokol yang mengatur Routing

dari pentransmisian melewati jaringan antara pengirim dan penerima, termasuk

juga isu yang terkait dengan pengalamatan jaringan dan komputer, sehingga dapat
26

dikatakan bahwa IP (Internet Protokol) merupakan perantara komunikasi antar

komputer dengan menggunakan “IP Address” sebagai suatu identitas dari

jaringan maupun komputer.

2.1.4.1 Format Penulisan IP Address


IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh

tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP

address dapat dituliskan sebagai berikut: xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.

xxxxxxxx Jadi IP Address ini mempunyai range dari 00000000.

00000000.00000000.00000000 sampai 11111111.11111111.11111111.11111111.

Notasi IP Address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan,

sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan

oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap

bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP Address. Contoh hubungan

suatu IP Address dalam format biner dan desimal :

Gambar 2.1 Format IP Address

2.1.4.2 Pembagian kelas IP Address


Jumlah IP address yang tersedia secara teoritis adalah

255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke

seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini

ditujukan untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan


27

tertentu atau untuk keperluan tertentu. IP Address dapat dipisahkan menjadi 2

bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID

berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan

host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host

yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama.

Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network

bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara

bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP Address

dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E.

Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas

A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh

tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D

digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental.

Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini

dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address.

Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut. Bit pertama IP address

kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit.

Jadi byte pertama IP Address kelas A mempunyai range dari 0-127. Jadi pada

kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar

16 juta host (255x255x255). IP Address kelas A diberikan untuk jaringan dengan

jumlah host yang sangat besar, IP kelas ini dapat dilukiskan pada gambar

berikut ini:
28

Gambar 2.2 IP Address kelas A

Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya

selalu bernilai antara 128-191. Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit

sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address

192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID = 26.161. Pada IP Address

kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai

191.155.xxx.xxx,yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap

network 255 x 255 host atau sekitar 65 ribu host.

Gambar 2.3 IP Address Kelas B

IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil

seperti LAN. Tiga bit pertama IP Address kelas C selalu diset 111. Network ID

terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2

juta network dengan masing-masing network memiliki 256 host.


29

Gambar 2.4 IP Address Kelas C

IP address kelas D digunakan untuk keperluan multicasting. 4 bit

pertama IP Address kelas D selalu diset 1110 sehingga byte pertamanya berkisar

antara 224-247, sedangkan bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast

group yang menggunakan IP Address ini. Dalam multicasting tidak dikenal

istilah network ID dan host ID.

IP Address kelas E tidak diperuntukkan untuk keperluan umum. 4 bit

pertama IP Address kelas ini diset 1111 sehingga byte pertamanya berkisar antara

248-255. Berikut adalah aturan-aturan dasar dalam menentukan network ID dan

host ID yang digunakan :

1. Network ID tidak boleh sama dengan 127.

Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat loopback

yakni IP address yang digunakan oleh suatu komputer untuk menunjuk

dirinya sendiri.

2. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255.

Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat broadcast.

ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh jaringan.


30

3. Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0

IP Address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat

network digunakan untuk menunjuk suatu jaringn bukan suatu host.

4. Host ID harus unik dalam suatu network.

Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang memiliki host ID yang

sama.

2.1.4.3 Subneting
Yaitu teknik memecahkan suatu jaringan besar menjadi jaingan yang lebih

kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan

network baru. Tujuan dilakukan subneting diantaranya adalah untuk efisiensi IP

Address karena alokasi IP Address berdasarkan pembagian kelas kurang efisien.

Selain itu subneting bertujuan juga untuk memudahkan proses manajemen atau

pengaturan security network. Jika suatu lembaga terdiri atas beberapa divisi dan

setiap divisi memiliki subnet sendiri-sendiri maka administrator jaringan akan

mudah mengontrol jaringan apabila terjadi trouble. Selanjutnya yaitu untuk

mengisolasi traffic. Manakala suatu host berkomunikasi dengan host lain pada

subnet yang sama, pesan broadcast cukup disebarkan di antara anggota subnet dan

tidak akan diteruskan ke subnet yang lain. Pada hakekatnya semua pertanyaan

tentang subneting akan berkisar pada empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host

per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Tabel di bawah ini merupakan subnet mask yang bisa digunakan untuk

melakukan subneting.
31

Tabel 2.3 Nilai CIDR


Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.244.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

Untuk dapat melakukan subneting, kita hitung dulu berapa Jumlah Subnet,

Host per Subnet dan berapa Blok Subnetnya. Berikut cara menghitungnya :

1. Jumlah Subnet = 2x

Dimana x = banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask, 2 oktet

terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A.

2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2


32

Dimana y = banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet mask, 2 oktet

terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A.

3. Blok Subnet = 256 - (nilai oktet terakhir subnet mask).

Berikut contoh soal yang dapat dikerjakan. Misalkan kita mempunyai IP

192.168.1.0/26. Itu berarti IP tersebut berada pada kelas C dengan subnet mask

/26. Subnet Mask : 11111111.11111111.11111111.11|000000

x y

Penyelesaian :

1. Jumlah Subnet = 2x = 22 = 4 subnet. Berarti 4 kolom pada IP Tabel

2. Jumlah Host per Subnet = 2y-2 = 26-2 = 64-2 = 62 host. 64 host adalah

banyaknya IP Client.

3. Blok Subnet = 256-192 = 64 blok. 64 Blok adalah batasan subnet .

Tabel 2.4 Range IP Address

Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192


(Step 1)
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
(Step 3)
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
(Step 4)
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
(Step 2)
33

2.1.5 Penggelaran Jaringan Sederhana Horisontal

2.1.5.1 Tahapan Pembangunan Jaringan Komputer Lokal


Untuk membangun suatu Jaringan Komputer Lokal dalam suatu instansi

atau perusahaan, maka dibutuhkan suatu tahapan yang sistematis agar dapat

membangun jaringan komputer yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.

Pembangunan dan pengembangan jaringan komputer lokal tersebut

dibagi dalam beberapa tahap dengan tujuan agar pembangunan dan

pengembangan itu dilakukan dengan terencana, sistemtis, dan efisien. Berikut ini

adalah keterangan dari masing-masing tahap tersebut.

1. Mendefinisikan tujuan, yakni menentukan tujuan-tujuan yang ingin diraih dari

pembangunan jaringan.

2. Study Kelayakan, yakni berupa survai mengenai berbagai aspek yang nantinya

akan menjadi bahan pertimbangan dalam membangun jaringan. (Membuat blue

print dan denah lokasi)

3. Perencanaan, yakni menganalisis sistem jaringan yang akan di bangun meliputi

seluruh aspeknya (komponen hardware dan software, layanan, dsb) sehingga

dapat disusun rencana yang matang.

4. Perancangan jaringan komputer, yakni menentukan rancangan konfigurasi

(skema pengalamatan, topologi, dsb) dan pelayanan yang akan di berikan oleh

jaringan serta pengelolaannya.

5. Implementasi jaringan komputer, yakni mengimplementasikan rancangan yang

telah dibuat, meliputi penyediaan perangkat lunak dan perangakat keras,


34

penempatan peralatan dan mengoneksikannya, instalasi perangkat lunak,

pengujian dan pelatihan SDM

6. Evaluasi, yakni evaluasi terhadap hasil implementasi rancangan jaringan

apakah telah sesuai dengan yang telah direncanakan.

7. Pemeliharaan, yakni memelihara (maintenance) operasional jaringan agar

kinerjanya tetap optimal.

2.1.5.2 Arsitektur Jaringan Komputer


Untuk menentukan pilihan arsitektur mana yang paling tepat digunakan tentu

saja seorang perancang jaringan harus memperhatikan muali dari ide, gagasan,

dan tujuan mula- mula untuk pembentukan jaringan, serta ketersediaan alat.

Berikut arsitektur jaringan:

1. Peer to Peer

Jaringan peer to peer menghubungkan beberapa komputer dalam sebuah

jaringan. Pertukaran data dapat dilakukan antar komputer yang terhubung tanpa

perantara komputer server. Masing- masing komputer dapat berperan sebagai

komputer server maupun komputer client.

Keunggulan:

a) Semua komputer yang terhubung memiliki hak yang sama

b) Biaya lebih murah karena tidak memerlukan adanya sebuah komputer server

c) Kelancaran jaringan tidak tergantung komputer server


35

Kelemahan:

a) Troubleshooting lebih rumit karena pada tipe jaringan ini setiap komputer

yang terhubung memungkinkan untuk terlibat dalam komunikasi yang ada.

b) Sistem keamanan jaringan ditentukan oleh masing-masing pengguna dengan

mengatur keamanan pada fasilitas yang dimiliki.

c) Data tersebar pada masing-masing komputer, maka backup data dilakukan

pada masing-masing komputer.

2. File Server

Pada sistem File Server, terdapat terminal khusus yang disebut sebagai server

yang memiliki kapasitas hardisk yang sangat besar. Server tersebut akan bertindak

sebagai tempat penyimpanan (file ) bersama, namun tidak ada layanan komputasi.

3. Client Server

Jaringan Client Server menghubungkan komputer server dengan komputer

klien. Komputer server adalah komputer yang menyediakan fasilitas bagi

komputer-komputer klient. Sedangkan komputer klient adalah komputer yang

menggunakan fasilitas yang disediakan oleh komputer server.

Keunggulan :

a) Terdapat administrator jaringan yang mengelola sistem keamanan dan

administrasi jaringan, sehingga sistem keamanan dan administrasi jaringan

lebih terkontrol.

b) Komputer server difungsikan sebagai pusat data, komputer klien dapat

mengakses data yang ada dari komputer klien manapun.


36

c) Pengaksesan data lebih tinggi karena penyediaan dan pengelolaan fasilitas

jaringan dilakuakan oleh komputer server.

d) Sistem backup lebih baik.

Kelemahan

a) Biaya mahal, karena membutuhkan komputer yang memiliki kemampuan

tinggi yang difungsikan sebagai komputer server.

b) Kelancaran jaringan tergantung pada komputer server.

2.1.5.3 Topologi Komputer


Topologi Jaringan adalah suatu cara menghubungkan komputer dengan

perangkat jaringan lainnya dan atau antar komputer sehingga membentuk sebuah

jaringan. Setiap jaringan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Berikut jenis –

jenis topologi jaringan beserta kelebihan dan kekurangannya :

1. Topologi Bus

Karakteristik Topologi Bus adalah sebagai berikut :

a) Node – node dihubungkan secara serial sepanjang kabel, dan pada kedua

ujung kabel ditutup dengan terminator.

b) Sangat sederhana dalam instalasi

c) Sangat ekonomis dalam biaya.

d) Paket‐paket data saling bersimpangan pada suatu kabel

e) Tidak diperlukan hub, yang banyak diperlukan adalah Tconnector pada setiap

ethernet card.
37

f) Problem yang sering terjadi adalah jika salah satu node rusak, maka jaringan

keseluruhan dapat down, sehingga seluruh node tidak bisa berkomunikasi

dalam jaringan tersebut.

Keuntungan Topologi Bus yaitu sebagai berikut:

a) Topologi yang sederhana.

b) Kabel yang digunakan sedikit untuk menghubungkan komputer‐komputer

atau peralatan‐peralatan yang lain.

c) Biayanya lebih murah dibandingkan dengan susunan pengkabelan yang lain.

d) Cukup mudah apabila kita ingin memperluas jaringan pada topologi bus.

Kerugian Topologi Bus

a) Traffic (lalu lintas) yang padat akan sangat memperlambat bus.

b) Setiap barrel connector yang digunakan sebagai penghubung memperlemah

sinyal elektrik yang dikirimkan, dan kebanyakan akan menghalangi sinyal

untuk dapat diterima dengan benar.

c) Sangat sulit untuk melakukan troubleshoot pada bus.

d) Lebih lambat dibandingkan dengan topologi yang lain.

2. Topologi Start

Karakteristik Topologi Star sebagai berikut :

a) Setiap node berkomunikasi langsung dengan konsentrator (HUB).

b) Bila setiap paket data yang masuk ke consentrator (HUB) kemudian

di broadcast keseluruh node yang terhubung sangat banyak (misalnya

memakai hub 32 port), maka kinerja jaringan akan semakin turun.


38

c) Sangat mudah dikembangkan.

d) Jika salah satu ethernet card rusak, atau salah satu kabel pada terminal putus,

maka keseluruhhan jaringan masih tetap bisa berkomunikasi atau tidak

terjadi down pada jaringan keseluruhan tersebut.

e) Tipe kabel yang digunakan biasanya jenis UTP.

Keuntungan Topologi Star

a) Cukup mudah untuk mengubah dan menambah komputer ke dalam

jaringan yang menggunakan topologi star tanpa mengganggu aktvitas

jaringan yang sedang berlangsung.

b) Apabila satu komputer yang mengalami kerusakan dalam jaringan maka

komputer tersebut tidak akan membuat mati seluruh jaringan star.

c) Kita dapat menggunakan beberapa tipe kabel di dalam jaringan yang

sama dengan hub yang dapat mengakomodasi tipe kabel yang berbeda.

Kerugian Topologi Star

a) Memiliki satu titik kesalahan, terletak pada hub. Jika hub pusat

mengalami kegagalan, maka seluruh jaringan akan gagal untuk beroperasi.

b) Membutuhkan lebih banyak kabel karena semua kabel jaringan harus ditarik

ke satu central point, jadi lebih banyak membutuhkan lebih banyak kabel

daripada topologi jaringan yang lain.

c) Jumlah terminal terbatas, tergantung dari port yang ada pada hub.

d) Lalu lintas data yang padat dapat menyebabkan jaringan bekerja lebih lambat.
39

3. Topologi Ring

Karaktristik Topologi Ring

a) Node‐node dihubungkan secara serial di sepanjang kabel, dengan bentuk

jaringan seperti lingkaran.

b) Sangat sederhana dalam layout seperti jenis topologi bus.

c) Paket‐paket data dapat mengalir dalam satu arah (kekiri atau kekanan)

sehingga collision dapat dihindarkan.

d) Problem yang dihadapi sama dengan topologi bus, yaitu: jika salah satu

node rusak maka seluruh node tidak bisa berkomunikasi dalam jaringan

tersebut.

e) Tipe kabel yang digunakan biasanya kabel UTP atau Patch Cable.

Keuntungan Topologi Ring

a) Data mengalir dalam satu arah sehingga terjadinya collision dapat

dihindarkan.

b) Aliran data mengalir lebih cepat karena dapat melayani data dari kiri atau

kanan dari server.

c) Dapat melayani aliran lalulintas data yang padat, karena data dapat bergerak

kekiri atau kekanan.

d) Waktu untuk mengakses data lebih optimal.

Kerugian Topologi Ring

a) Apabila ada satu komputer dalam ring yang gagal berfungsi, maka akan

mempengaruhi keseluruhan jaringan.

b) Menambah atau mengurangi komputer akan mengacaukan jaringan.


40

c) Sulit untuk melakukan konfigurasi ulang.

4. Topologi Mesh

Karakteristik Topologi Mesh

a) Topologi mesh memiliki hubungan yang berlebihan antara

peralatan‐peralatan yang ada.

b) Susunannya pada setiap peralatan yang ada didalam jaringan saling terhubung

satu sama lain.

c) Jika jumlah peralatan yang terhubung sangat banyak, tentunya ini akan

sangat sulit sekali untuk dikendalikan dibandingkan hanya sedikit peralatan

saja yang terhubung.

Keuntungan Topologi Mesh

a) Keuntungan utama dari penggunaan topologi mesh adalah fault tolerance.

b) Terjaminnya kapasitas channel komunikasi, karena memiliki hubungan

yang berlebih.

c) Relatif lebih mudah untuk dilakukan troubleshoot.

Kerugian Topologi Mesh

a) Sulitnya pada saat melakukan instalasi dan melakukan konfigurasi ulang saat

jumlah komputer dan peralatan‐peralatan yang terhubung semakin

meningkat jumlahnya.

b) Biaya yang besar untuk memelihara hubungan yang berlebih.


41

5. Topologi Extented Star

Topologi Extended Star merupakan perkembangan lanjutan dari

topologi star dimana karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan topologi star

yaitu :

a) Setiap node berkomunikasi langsung dengan sub node, sedangkan sub node

berkomunikasi dengan central node. Traffic data mengalir dari node ke sub

node lalu diteruskan ke central node dan kembali lagi.

b) Digunakan pada jaringan yang besar dan membutuhkan penghubung

yang banyak atau melebihi dari kapasitas maksimal penghubung.

6. Topologi Hierarchy

Topologi hierarchy atau tree ini mempunyai susunan jaringan yang bisa

dibilang hampir mirip dengan pohon yang bercabang. Topologi ini juga

sebenarnya “versi luas” topologi star.

Kelebihan topologi hierarchy

a) Topologi ini mudah dimanajemen karena adanya pusat node dalam

tingkatan masing – masing.

b) Dapat menjangkau jarak yang jauh dengan adanya sifat repeater yang

dimiliki hub.

Kekurangan topologi hierarchy

a) Jika ada node yang rusak, maka node yang berada di bawahnya akan

susah untuk mengirim node yang jauh atau tetangganya.


42

b) Harus memikirkan secara matang dalam mendesainnya. Karena kabel

yang dibutuhkan banyak untuk membuat topologi ini.

c) Sering terjadinya collision

2.1.5.4 Komponen Pembentuk Jaringan Komputer


Untuk membangun suatu jaringan lokal, maka dibutuhkan beberapa

komponen. Adapun komponen tersebut dapat dikelompokan dalam dua bagian,

yaitu:

a) Perangkat keras yang meliputi komputer server, terminal (workstation),

media transmisi, Network Interface Card(NIC), Konektor, dan peripheral

lainnya.

b) Perangkat lunak yang meiputi sistem operasi jaringan (Network Operating

System - NOS) dan aplikasinya.

2.2 Penelitian yang Relevan


Penelitian terdahulu tentang penggunaan metode pembelajaran berbasis

masalah yang berkaitan dengan penelitian peneliti sekarang dapat dilihat pada

tabel 2.5 dibawah ini.

Tabel 2.5 Resume Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Kesimpulan

1 Dwi Fitriani, Upaya Peningkatan Berdasarkan hasil penelitian yang


Supriyono, Heru Keaktifan Dan Prestasi telah dilakukan, diperoleh
Kurniawan (2013) Belajar Matematika simpulan bahwa keaktifan belajar
43

Lanjutan tabel...

No Peneliti Judul Kesimpulan

Melalui Model siswa dapat meningkat dengan


Pembelajaran Problem diterapkannya model pembelajaran
Based Learning Problem Based Learning. Hal ini
ditunjukan dengan hasil observasi
keaktifan belajar siswa pada
siklus I siswa yang belum aktif
yaitu 56,25% dan 43,75% siswa
yang aktif dengan kategori
kurang aktif meningkat pada
siklus II menjadi 18,75% siswa
yang belum aktif dan 81,25%
siswa yang aktif dengan kategori
aktif. Prestasi belajar matematika
siswa juga dapat meningkat
dengan diterapkannya model
pembelajaran Problem Based
Learning hal ini dapat ditunjukan
dengan hasil evaluasi pada
kondisi awal yang diambil dari
nilai UTS semester II dengan
ketuntasan belajar siswa yang
belum tuntas 68,65% danmsiswa
yang tuntas 31,35% meningkat
pada siklus I siswa yang belum
tuntas 53,22% dan siswa yang
tuntas 46,88%. Dari ketuntasan
belajar siswa pada siklus I ke
siklus II meningkat lagi menjadi
12,50% siswa yang belum tuntas
dan siswa yang tuntas mencapai
87,50% dalam kategori baik.

2 Faristin Amala Implementasi Model Implementasi Model Pembelajaran


(2013) Pembelajaran Berbasis Berbasis Masalah (Problem Based
Masalah (Problem Based Learning) mampu meningkatkan
Learning) dalam kemampuan berpikir kritis dan
Meningkatkan hasil belajar siswa pada
Kemampuan Berpikir Pembelajaran Mengaplikasikan
Kritis pada Kompetensi Keterampilan Dasar Komunikasi
44

Lanjutan tabel...

No Peneliti Judul Kesimpulan

Dasar Menerima dan khususnya pada Kompetensi Dasar


Menyampaikan Menerima dan Menyampaikan
Informasi bagi Siswa Informasi bagi siswa kelas X AP
kelas X Administrasi SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Perkantoran di SMK Cut Hal ini dapat dilihat dari rata –
Nya’ Dien Semarang. rata berpikir kritis dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran
yang menerapkan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) pada
siklus I sampai dengan siklus II
yang mengalami peningkatan
hingga mencapai indikator
keberhasilan.

3 Habib Toha, Penerapan Model Hasil belajar siswa pada mata


Nyoman Pembelajran Berbasis pelajaran Jaringan Dasar dengan
Santiyadnya, Made Masalah untuk menggunakan model
Santo Gitakarma Meningkatkan Hasil pembelajaran berbasis masalah
(2014) belajar siswa TKJ pada (Problem Based Learning)
Pelajaran Jaringan Dasar mengalami peningkatan yang
di SMK sangat baik, hal ini bisa dilihat
dari persentase skor rerata pada
siklus I sebesar 74,31% dengan
kategori cukup, dan kemudian
pada siklus II mencapai 85,00%
dengan kategori tinggi dengan
peningkatan sebesar 14,38%. Hal
tersebut membuktikan bahwa
hasil belajar siswa mengalami
peningkatan khususnya pada
pembelajaran Jaringan Dasar
dengan menggunakan penerapan
model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based
Learning).
45

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka memperkuat hipotesis penelitian

penulis yang akan meneliti tentang penerapan metode pembelajaran berbasis

masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa melalui penggunaan metode pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning) pada kompetensi dasar jaringan dasar

di kelas X TKJ 2 SMK Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara.

Berdasarkan penelitian diatas oleh (Dwi Fitriani, Faristin Amala dan

Habib Toha) yang membahas mengenai penggunaan metode pembelajaran

berbasis masalah dapat disimpulkan bahwa: terdapat kesamaan metode

pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti, namun berbeda pada subyek dan

variabel terikat dari masing-masing peneliti.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwi Fitriani, penelitian dilakukan

pada mata pelajaran matematika dengan variabel terikatnya adalah keaktifan dan

prestasi belajar, dalam penelitian yang dilakukan oleh Faristin Amala, penelitian

dilakukan pada mata pelajaran menerima dan menyampaikan informasi pada kelas

X Administrasi Perkantoran dengan variabel terikatnya kemampuan berpikir

kritis, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Habib Toha pada kelas X TKJ

variabel terikatnya adalah hasil belajar. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti terhadap penelitian diatas adalah pada subjek penelitian dan variabel

terikat yang akan diteliti. Subjek penelitian peneliti adalah kelas X TKJ 2 SMK

Roudlotul Mubtadiin sedangkan variabel terikat yang akan diteliti adalah


46

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran jaringan

dasar.

2.3 Kerangka Berfikir


Upaya meningkatkan aktivitas berpikir krisis siswa dan peningkatan

hasil belajar berkaitan dengan berbagai faktor yang saling terkait dalam

pembelajaran antara lain guru, siswa, sarana, dan prasarana mengajar, strategi

pembelajaran, dan lingkungan. Guru memiliki peranan penting dalam

perencanaan pembelajaran seperti halnya mengembangkan media dan metode

pembelajaran agar proses pembelajaran menarik dan bermakna. Sala satu metode

pembelajaran yang dapat di kembangkan oleh guru adalah Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) yang disesuaikan dengan kondisi siswa.

Siswa Proses Hasil Belajar

Model
Pembelajaran
PBM

Gambar 2.5 Kerangka Berfikir


Melalui model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Sagala

(2011:57) agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu

antara lain: (1) kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa. (2) menimbulkan
47

minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory). (3) bakat dan

minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya.

2.4 Hipotesis
Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi dasar jaringan

komputer di SMK Roudhlotul Mubtadiin Balekambang Jepara.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB IV, dapat di tarik kesimpulan bahwa :

1. Pembelajaran Jaringan Dasar menggunakan Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X TKJ 2 SKM Roudhlotul

Mubtadiin, Balekambang Jepara.

2. Pembelajaran Jaringan Dasar menggunakan Metode Pembelajaran

Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas X TKJ 2 SMK

Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang Jepara.

5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran

sebagai tindak lanjut terkait penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning

(PBL) yang telah diterapkan pada kompetensi dasar jaringan dasar di

kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru diharapkan

106
109

dapat menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada proses

pembelajaran selanjutnya.

2. Hendahknya guru benar-benar paham akan konsep pembelajaran berbasis masalah

agar proses pembelajaran berjalan sesuai yang direncanakan.

3. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

mengoptimalkan diskusi agar proses pembelajaran dapat membangkitkan keaktifan

dan kemampuan berpikir kritis.

4. Sekolah sebaiknya menyediakan buku paket pembelajaran jaringan dasar untuk

referensi siswa dalam belajar dan menyediakan waktu khusus agar siswa dapat

mencari materi pembelajaran jaringan dasar di internet diluar jam pembelajaran.

5. Siswa X TKJ 2 SMK Roudhlotul Mubtadiin, Balekambang Jepara sebaiknya

mempelajari kembali materi yang telah diajarkan oleh guru dan lebih aktif mencari

literatur belajar.

6. Untuk penelitian serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh

hasil yang lebih baik lagi.


110

DAFTAR PUSTAKA

Amala, F. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Kompetensi Dasar
Menerima dan Menyampaikan Informasi Bagi Siswa Kelas X Administrasi
Perkantoran Di Smk Cut Nya’ Dien Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi.
Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Cetakan kesebelas. Rineka Cipta. Jakarta.

Astuti, I. D. Dan S. Hadi. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran Jaringan Dasar Kelas X Program Keahlian Teknik Komputer
Jaringan Smk Ma’arif 1 Wates. Jurusan Pendidikan Teknik Mekatronika : E-Journal
Universitas Negeri Yogyakarta 4 (3):186.

Aqib, Zaenal, J. Siti, E. Diniati, dan K. Khotimah. 2010. Penelitian Tindakan Kelas :
Untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Bahriah, E.P. 2011. Indikator Berpikir Kritis dan Kreatif. On line at http:// www.berpikir
kritis/internet kritis/indikator berpikir kritis dan kreatif « evisapinatulbahriah.htm.
13 Februari 2015 (13:20).

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta contoh-
contohnya. Cetakan Pertama. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara


Hmelo-Silver, C. E. 2014. Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn ?
Educational Psychology review, Vol 16, No.3. 246.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia. Bogor.

Hassoubah, Z. I. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan.
Cetakan Pertama. Bandung: Penerbit Nuansa.

Kurniawan, I.F. 2014. Peningkatan Aktivitas Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran
Kuis pada Mata Pelajaran Teknik Elektronika Semester Genap Siswa Kelas X di
SMKN 1 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Prodi Pendidikan Teknik
Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Kurniawan W. 2007. Jaringan Komputer. Semarang: Andi Offset.

Oetomo, Budi S. D. 2003. Konsep & Perancangan Jaringan Komputer Bangunan satu
Lantai, Gedung Bertingkat, & kawasan. Yogyakarta: Andi.

Poerwanto, Endang, dkk. 2008. Bahan Ajar Cetak Assesment Pembelajaran SD. Jakarta:
Dikti.
111

Republik Indonesia. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan kedua. Kencana. Jakarta.

Santoso, Djoko dan Umi Rochayati. 2008. Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar
Rangkaian Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD. Universitas
Negeri Yogyakarta,Yogyakarta.

Sofana, Iwan. 2008. Membangun Jaringan Komputer. Informatika Bandung. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D). Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan


Kesuma Karya.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Thobroni, M dan Arif Mustafa. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Cetakan Pertama. Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta.

Toha, H., N. Santiyadnya, dan M. S. Gitakarma. 2014. Penerapan Model Pembelajaran


Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa TKJ pada Pelajaran
Jaringan Dasar di Smk. E-Journal JJPTE Universitas Pendidikan ganesha Jurusan S1
Pendidikan Teknik Elektro, Vol 3.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Wahyuli, E.B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat Pada Peserta Didik Kelas X
Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Di Smk 45 Wonosari. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai