Usman Seri
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, jl. dr. Soetomo no.46 Singkawang
E-mail : usman_seri@yahoo.co.id
Abstract: Self Efficacy Against Anxiety in Practice Health Education Students In Land Practices. Objective
is to find the relationship of self-efficacy against anxiety students when providing health education in schools.
This study uses analytic method with cross sectional approach. The experiment was conducted at the Department
of Nursing Polytechnic Pontianak. The research was conducted for 6 (six) months from April 2015 to September
2015. The research subject that all students / i Prodi DIV Nursing Programs Singkawang 2015 that amounted to
52 (total sample). The results showed the analysis of the relationship between self-efficacy with anxiety found that
as many as 17 (37%) of students experiencing mild anxiety, 27 (58.7%) of students who experienced moderate
anxiety and 2 (4.3%) experienced severe anxiety with positive self efficacy , While 2 (4.3%) students experiencing
mild anxiety with negative self efficacy.
Abstrak : Self Efficacy Terhadap Kecemasan Dalam Praktek Penyuluhan Kesehatan Di Lahan Praktek
Mahasiswa. Tujuan penelitian yaitu untuk mencari hubungan self efficacy terhadap kecemasan mahasiswa saat
memberikan penyuluhan kesehatan di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan
Cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Pontianak selama 6 (enam) bulan dari
bulan April hingga September 2015. Subjek Penelitian yaitu Semua mahasiswa/i Prodi D-IV Jurusan Keperawatan
Singkawang tahun 2015 yang berjumlah 52 orang (total sampel). Hasil penelitian menunjukkan analisis hubungan
antara self efficacy dengan kecemasan diperoleh sebanyak 17 (37%) mahasiswa mengalami kecemasan ringan,
27 (58,7%) mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang dan 2 (4,3%) orang mengalami kecemasan berat den-
gan self efficacy positif. Sedangkan 2 orang (4,3%) mahasiswa mengalami kecemasan ringan dengan self efficacy
negatif.
Perawat sebagai bagian integral dari layanan kese- muka dan 1 SKS Praktek lapangan. Dalam hal prak-
hatan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam tek lapangan mahasiswa diwajibkan untuk memberi-
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang op- kan penyuluhan kesehatan yang dapat dilakukan di
timal. Salah satu peran perawat dalam mewujudkan Sekolah. Dalam pengamatan kami selama ini ketika
hal tersebut yaitu dengan meningkatkan kesadaran memberikan penyuluhan kesehatan, sebagai bentuk
masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui pro- kegiatan promosi kesehatan disekolah. Mahasiswa se-
mosi kesehatan. Oleh karena itu merupakan suatu lalu mengalami “ kecemasan ”, ini jelas mengganggu
keniscayaan bagi lembaga pendidikan yang mem- penampilan mahasiswa yang bersangkutan.
persiapkan tenaga profesional keperawatan untuk Kecemasan adalah sebuah keadaan yang tidak
memastikan bahwa lulusan Diploma IV Jurusan Kep- jelas, ketakutan terhadap sesuatu yang tidak terdefin-
erawatan Poltekkes Pontianak memiliki kemampuan isikan, atau perasaan ketakutan (Morgan et al, 1986).
dalam memberikan promosi kesehatan. Kemampuan Ketika mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan
tersebut hendaknya dilatih sedemikian rupa sehingga disekolah, mahasiswa seringkali memiliki persepsi
terinternalisasi dalam diri perawat yang diluluskan. bahwa dia tidak mampu untuk berbicara dihadapan
Mata kuliah promosi kesehatan merupakan sejumlah orang, sehingga timbul perasaan cemas.
mata kuliah wajib bagi mahasiswa/i Program stu- Persepsi atau keyakinan terhadap ketidak mampuan
di D-IV Jurusan Keperawatan Poltekkes Pontianak. diri ini berkaitan erat dengan tinggi atau rendahnya
Mata kuliah ini terdiri dari 2 sks: 1 SKS kuliah tatap tingkat self efficacy mahasiswa tersebut.
742 jurnal vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 1 Januari 2016, hlm. 73 - 77
Masa remaja disebut juga adolescence, yang si akademik mereka tidak terlalu berbeda. Semakin
dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere, yang seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender
berarti “to grow into adulthood”. Untuk memahami ini, maka semakin rendah penilaian mereka terhadap
masa remaja ini, pada paparan berikut dijelaskan kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan
tentang pendapat atau pandangan para ahli (filsafat, tertentu para pria memiliki self-efficacy yang lebih
antropologi, dan psikologi), yaitu sebagai berikut: tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebalikn-
Pertama, Aristoteles, berpendapat bahwa aspek ter- ya wanita unggul dalam beberapa pekerjaan diband-
penting bagi remaja adalah kemampuannya untuk ingkan dengan pria.
memilih dan determinasi diri (selft-determination) Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
sebagai tanda kematangannya. Kedua, Jean-Jacques tidak hubungan yang signifikan antara self efficacy
Rousseau, berpendapat bahwa pada usia 15-20 tahun, dengan kecemasan mahasiswa yang sedang mem-
individu sudah matang emosinya, dan dapat mengu- berikan penyuluhan kesehatan dimasyarakat. self-ef-
bah sikap selfishness (memerhatikan atau mementing- ficacy adalah keyakinan seorang individu terhadap
kan diri sendiri) ke interest in others (memerhatikan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan
orang lain). Ketiga, Stanley Hall, berpendapat bahwa tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana indi-
adolesen adalah masa strom-and-stress, masa penuh vidu yakin mampu untuk menghadapi segala tantan-
konflik, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua gan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha
situasi, antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Keem- Menurut Bandura (1997) tinggi rendahnya
pat, Margaret Mead, antropolog yang mempelajari self-efficacy seseorang dalam tiap tugas sangat berva-
masa adolesen di Samoa. berpendapat bahwa hakikat riasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor
dasar adolesen bukan biologis tetapi sosial budaya. yang berpengaruh dalam mempersepsikan kemamp-
Menurut dia bahwa remaja Samoa itu tidak berada uan diri individu.
dalam suasana strom-and-stress, bahkan sebaliknya, Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar
mereka hidupnya relatif bebas dari kegelisahan atau yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan
stres (tetapi setelah ada penelitian berikutnya, kira- formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih
kira dua dasawarsa setelah itu, kondisi perilaku ado- tinggi biasanya memiliki self-efficacy yang lebih ting-
lesen telah berubah). Kelima, Jacqueline Lerner dan gi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar
kawan-kawan (2009) sebagai ahli yang mempromosi- dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain
kan Positive Youth Development (PYD) berpendapat itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang
bahwa remaja memiliki lima karakteristik positif, yai- lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesem-
tu (a) Competence, remaja memiliki persepsi positif patan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-per-
terhadap aspek sosial, akademik, fisik, karier, dan se- soalan dalam hidupnya.
bagainya; (b) Confidence, remaja memiliki hubungan Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar
positif, seperti memiliki self-worth dan self-efficacy; yang terjadi pada suatu organisasi ataupun perusa-
(c) Connection, remaja memiliki hubungan positif haan dimana individu bekerja. Self-efficacy terben-
dengan orang lain, seperti dengan keluarga, teman tuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran
sebaya, guru, dan yang lainnyadalam kehidupan mas- yang ada dalam situasi kerja tersebut. Semakin lama
yarakat; (d) Character, remaja memiliki sikap respek seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy
terhadap peran-peran sosial, memahami benar-salah yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tert-
atau baik-buruk, dan memiliki integritas; dan (e) Car- entu, akan tetapi tidak menutup kemungkinann bahwa
ing/compassion, remaja menunjukkan perhatian emo- self-efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut jus-
sional terhadap orang lain, terutama pada saat mereka tru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat
sedang berada dalam keadaan duka cita (distress). tergantung kepada bagaimana individu menghadapi
Dalam lingkup budaya, Orang tua sering kali keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama
memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemamp- melakukan pekerjaan.
uan laki-laki dan perempuan. Zimmerman (Bandura, Menurut Rollo May (dalam Friedman & Schus-
1997) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada tack, 2008), kecemasan dipicu oleh ancaman terhadap
perkembangan kemampuan dan kompetensi laki-laki nilai eksistensi dasar manusia. Kecemasan menurut
dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk san- Freud (dalam Larsen & Buss, 2005), adalah suatu
gat membanggakan dirinya, perempuan sering kali kondisi tidak menyenangkan yang dialami oleh sese-
meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari orang, yang dimana akan memunculkan sinyal bahwa
pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua hal-hal yang tidak benar sedang terjadi dan ada sesua-
menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengi- tu yang harus dilakukan. Sinyal tersebut menandakan
kuti pelajaran dibanding laki-laki, walapun presta- bahwa kontrol ego sedang terancam oleh kenyataan,
Seri, Self Efficacy Terhadap Kecemasan Dalam Praktek Penyuluhan,... 577
ada impuls dari id, atau adanya tentangan keras yang dekatan Praktek. Jakarta: Reneka Cipta
berasal dari superego. Arfiani, (2007). Hubungan antara Kecerdasan Emo-
Adapun Kelly (1955, dalam Feist & Feist, 2009) sional dengan Kecemasan berbicara di muka
mendefinisikan kecemasan sebagai pengakuan tentang umum pada mahasiswa Fakultas Psikolo-
kejadian yang berada di luar jangkauan kenyamanan gi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
seseorang. Sedangkan Pervin & John (1997, dalam Kasim Riau. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Oktary, 2007), berpendapat bahwa kecemasan mun- Riau: Fakultas Psikologi UIN SUSKA
cul bukan karena adanya hal yang mengancam tapi Covassin, T & Pero, S. (2004). The relationship be-
lebih disebabkan karena adanya persepsi tentang ket- tween self-confidence, mood state, and
idakmampuan diri dalam menghadapinya. Menurut anxiety among collegiate tennis players.
Spielberger (dalam Columbus, 2008), kecemasan Abstract Journal of Sport Behavior, vol 27.
berasal dari perasaan bersalah seseorang ketika mel- Diterima tanggal 4 Mei 2011 dari http://go-
akukan tindakan yang salah. Selanjutnya Spielberger liath.ecnext.com/coms2/gi_0199-283232/
juga menambahkan bahwa kecemasan benar-benar The-relationship-between-self-confidence.
timbul karena adanya ancaman langsung pada beber- html
apa nilai-nilai penting kepribadian individual. Kon- Hakim, T. (2005). Mengatasi Rasa Tidak Percaya
disi ini tidak terjadi pada peristiwa yang dialami oleh Diri. Jakarta: Puspa Swara.
mahasiswa/i yang sedang memberikan memberikan Irwansyah, (2008). Hubungan antara kepercayaan diri
penyuluhan kesehatan dimasyarakat. Jika ada satu dengan sikap berwira usaha pada mahasiswa
atau dua orang yang mengalami semuanya itu ber- psikologi UIN Suska Riau. Skripsi. Tidak
sumber pada kepribadian yang bersangkutan. diterbitkan. Riau: Fakultas Psikologi UIN
SUSKA
SIMPULAN Katz. Lo, . (2000). Public Speaking Anxiety, UTM
Konseling dan Layanan Karir. Universi-
Berdasarkan penelitian diatas tentang Self Effi- ty Of Tennessee AT MARTIN Counseling
cacy Terhadap Kecemasan Dalam Praktek Penyulu- Center.
han Kesehatan Di Lahan Praktek Mahasiswa dapat Khasanah, N & Astuti, Y, D. (2010). Hubungan
disimpulkan sebagai berikut : Mahasiswa yang memi- Antara Kepercayaan Diri Dengan Kece-
liki self efficacy negatif saat memberikan penyuluhan masan Komunikasi Interpersonal Pada
kesehatan di masyarakat sebanyak 2 orang (4,2%) Mahasiswa. Abstrak diterima tanggal
dan memiliki self efficacy positif sebanyak 46 orang 4 Mei 2011 darihttp://repository.uii.
(95,8%); Mahasiswa yang mengalami kecemasan ac.id/320/SK/I/0/00/000/000133/uii-skrip-
ringan sebanyak 19 orang (39,6%), mengalami ke- sipsikologi%20kepribadian-prasek-
cemasan sedang 27 orang (56,3%) dan mengalami ti-4106314644-abstract.pdf
kecemasan berat sebanyak 2 orang (4,2%); Dari hasil Luxori, Y. (2004). Percaya Diri. Jakarta: Khalifa.
uji statistik diperoleh nilai x hitung lebih besar dari Nevid. J. S, Rathus S.A, & Greene. B (2005). Psikolo-
x tabel yaitu x hitung (p= 0,203) dengan x tabel (p= gi Abnormal. Jakarta: Erlangga
0,005), maka dapat disimpulkan tidak hubungan yang Nuraeni, D. (2010). Hubungan Antara Kepercayaan
signifikan antara self efficacy dengan kecemasan ma- Diri Dengan Kecemasan Komunikasi In-
hasiswa ketika memberikan penyuluhan kesehatan terpersonal Pada Siswa Kelas VII dan VIII
di masyarakat. di SLTPN 1 Lumbang Pasuruan. Skripsi.
Diterima tanggal 4 May 2011 dari http://
DAFTAR RUJUKAN lib.uin-malang.ac.id/fullchapter/06410014.
pdf
Adrianto, B & Rachmahana, R.S (2008). Kecemasan Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung:
Presentasi ditinjau dari keterampilan Ko- PT. Gramedia Pustaka.
munikasi dan Kepercayaan Diri pada Ma- Ratnasari, D (2009). Hubungan antara Kepercayaan
hasiswa. Abstrak.Diterima tanggal 4 Mei Diri dengan Keterampilan Komunikasi In-
2011dari http://rac.uii.ac.id/server/docu- terpersonal Siswa SMA Negeri 1 Srengat
ment/Public/%20Bhimo%.pdf Blitar. Skripsi: Jurusan Bimbingan Kon-
Andrianto, S. & Dewi, A. P. (2006). Hubungan Antara seling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidi-
Pola Pikir Dengan Kecenasan Berbicara di kan Universitas Negeri Malang
Muka Umum Pada Mahasiswa Fakultas Ke- Suhandang, K. (2009). Retorika Strategi Teknik dan
guruan, Jurnal Klinis. 1-49. Taktik Pidato. Bandung: Nuansa
Arikunto. S.(1998). Prosedur Penelitian Suatu Pen-