Askep Isc
Askep Isc
OLEH
NPM: 1714201020
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah. Adapun hal yang dibahas dalam makalah ini adalah terkait salah satu kelainan
dari sistem persyarafanyaitu: penyakit spinal cord injury. Penting untuk mengetahui serta
memahami terkait keseluruhan dari penyakit ini adalah untuk menambah wawasan kami
sebagai pelajar dan juga sebagai sebuah bekal untuk menjadi petugas kesehatan nantinya.
Dalam makalah ini pula akan disertakan asuhan keperawatan bagi klien SCI secara
teoritis yang sangat membantu pemahaman kami dalam menyusun asuhan keperawatan
ini.
Makalah ini masih dapat dikatakan belum lengkap dan rinci. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar dapat
menjadi makalah yang sempurna. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi pembaca
sekalian, sekian dan terimakasih.
Ruteng, oktober2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................4
B. Tujuan penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................6
A. Anatomi fisiologi.........................................................................6
B. Defenisi.......................................................................................6
C. Etiologi........................................................................................7
D. Patofisiologi................................................................................9
E. Manifestasi klinis.......................................................................10
F. Komplikasi.................................................................................11
G. Pemeriksaan penunjang.............................................................12
H. Patoflodiagram...........................................................................14
I. Asuhan keperawatan teori..........................................................15
J. Discharge planning……………………………..…………………43
BAB III PENUTUP.................................................................................44
A. Kesimpulan.................................................................................44
B. Saran...........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................45
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
The spinal cord injury network melaporkanbahwa data tahun 2008
mengungkapkanadanya 12.000 kasusbarucederakorda spinalis per tahun, tidaktermasuk
korban yang tidakbertahanhidupsetelahterkenacedera.
Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai
servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang
belakang yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang
atau spinal kord.
Cedera medulla sinalis kebanyakan (80%) terjadi pada usia sekitar 15-30 tahun.
Kebanyakan dialami oleh laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 8:1,
sebagian besar penyebabnya karena kecelakaan lalulintas dan kecelakaan kerja.
Sedangkan penyebab lainya adalah karena jatuh dari ketinggian, cidera olah raga, RA
(Reumatoid Artritis) atau osteoporosis bahkan akibat penganiayaan. Dari data yang
diperoleh di Amerika serikat tingkat insiden ini mencapai 40 kasus per 1 juta penduduk
setiap tahunnya, di perkirakan 12.000 kasus baru pertahun. Sekarang diperkirakan
terdapat 183.000-230.000 pasien dengan cidera medulla spinalis yang masih bertahan
hidup di Amerka Serikat. Sedangkan dari RSUD Dr.Soetomo Surabaya Jawa Timur
ditemukan 111 kasus pertahun utuk kejadian cidera medulla spinalis. Pasien dengan
cedera medulla spinalis memerlukan penyesuaian terhadap berbagai aspek, antara lain
masalah mobilitas yang terbatas, psikologis, urologis, pernafasan, kulit, disfungsi seksual,
dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk merawat klien baik secara
fisik maupun psikis. Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu
klien yang mengalami cedera medulla spinalis agar mempu memaksimalkan kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia..
4
B. TUJUAN
1. Mampu mengetahuiapa yang dimaksuddengan ISC
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari ISC
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala ISC
4. Untuk mengetahui ASKEP teori dari ISC
5
BAB III
TINJAUAN TEORI
Gambar 1.
Anatomi
Medula
spinalis
6
Disepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui radix anterior atau
radix motorik dan radix posterior atau radix sensorik. Masing-masing radix melekat pada
medulla spinalis melalui fila radikularia yang membentang disepanjang segmen-segmen
medulla spinalis yang sesuai. Masing-masing radix saraf memiliki sebuah ganglion radix
posterior, yaitu sel-sel yang membentuk serabut saraf pusat dan tepi. 31 pasang saraf
spinal diantaranya yaitu :
a. 8 pasang syaraf servikal,
b. 12 pasang syaraf torakal,
c. 5 pasang syaraf lumbal,
d. 5 pasang syaraf sakral dan
e. 1 pasang syaraf koksigeal.
7
spinalis berakhir,
lapisanpiamatermengalamipemanjanganhinggamencapaibagiankoksigeus, disebutsebagai
filum terminalis.Serabutsyaraf yang terletak di bawahkonus medullaris
kemudianmembentukkauda equina (buntutkuda) dan
meneruskanjarasnyamenujukeekstremitasbagianbawah. Kauda equina
terbentukdarikenyataanbahwa medulla spinalis berhentibertambahpanjangsejakumur 4
tahun, namundemikiantulang vertebra terusbertambahpanjanghinggausiaremaja.
Bentuk dari medulla spinalis adalah ovoid, dengan bagian dorsal dan ventralnya
memiliki cekungan yang dinamakan posterior median sulcus di bagian dorsal dan anterior
median fissure di bagian ventral. Pada potongan melintang, dan disebut sebagai
substansia alba.Struktur medulla spinalis terdiri dari substansi abu abu (substansia grisea)
yang dikelilingi substansia putih (substansia alba). Pada potongan melintang, substansia
grisea terlihat seperti hurup H dengan kolumna atau kornu anterior atau posterior
substansia grisea yang dihubungkan dengan commisura grisea yang tipis, bagian
dalamnya mengandung banyak badan sel saraf sehingga berwarna abu-abu. Didalamnya
terdapat canalis centralis yang kecil. Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral
dan dorsal dari syaraf spinal. Struktur ini diselubungi oleh kanal sentral, yang secara
anatomis merupakan perpanjangan dari sistem ventrikel pada otak, sehingga mengandung
cairan serebrospinal.Substansi grisea mengandung badan sel dan dendrit dan neuron
efferen, akson tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron.
Bagian posterior sebagai input atau afferent, anterior sebagai Output atau efferent,
comissura grisea untuk refleks silang dan substansi alba merupakan kumpulan serat
syaraf bermyelin dan daerah perifer dari medulla spinalis mengandung banyak serabut
saraf sensorik dan motorik sehingga memiliki warna putih.
Selama perkembangan, kolom vertebral tumbuh sekitar 25 cm lebih panjang dari
sumsum tulang belakang. Karena pertumbuhan diferensial ini, segmen dari sumsum
tulang belakang yang menimbulkan berbagai saraf tulang belakang tidak selaras dengan
ruang intervertebral yang sesuai. Sebagian besar akar saraf tulang belakang harus turun
sepanjang tali pusat sebelum muncul dari kolom vertebral di ruang yang sesuai. Sumsum
tulang belakang sendiri hanya meluas ke tingkat vertebra lumbal pertama atau kedua
8
(sekitar pinggang), sehingga akar saraf dari saraf yang tersisa sangat memanjang untuk
keluar dari kolumna vertebral.
9
B.
Gambar 4.GambaranDermatom
10
arteri posterior spinalis kiri dan kanan.Arteri-arteriiniberjalan di dalamruang sub-
araknoid dan bercabangmasukkedalam medulla spinalis.3
11
tidakberhubungansecaralangsungdenganketigaarterilongitudinal.Arteriradikularterbesar
pada manusiaterletak di L1 dan L2, disebutsebagaiarteri anterior radikularis magna.
Kelainanalirandarah pada arteri magna ini, terutamadalam proses pembedahananeurisma
aorta, dapatmenyebabkaninfark pada medulla spinalis dan mengakibatkan paraplegia.
12
C. DEFINISI
Cederakorda spinal (spinal cord injury, SCI) adalahkerusakan pada elemen neural
korda spinal. Korda spinal mengandungjalur yang menghubungkan neuron aferensensori
dan neuron motorikbawahdenganpusat di otrak,
baikfungsisensorikmaupunmotorikterlibat. Penyebabutama SCI adalahkontusio,
kompresi, laserasi, transeksi, hemoragi, kerusakan pada pembuluhdarah yang
menyuplaikorda spinal, dan kerusakan pada pembuluhdarahdalamkorda spinal.
Cedera pada korda spinalis dapatbersifatlengkapatausebagian dan dapatterjadi di
bagiankorda spinalis yang berbeda. Cederakorda spinalis lengkapdicirikan oleh
kehilanganfungsi (motorik dan sensorik) secara total di bawahbagian yang cedera. SCI
sebagianmenggambarakanbahwaterdapatbeberapafungsimotorikatausensorik yang
masihbaik.
Cedera medulla spinalis (SCI) diklasifikasikansesuaidenganjenis dan
luaskehilanganfungsimotorik dan sensorik:
a. Tetraplegia (sebelumnyadisebutkuadriplegia): kehilangankekuatanotot dan
pergerakanotot pada empatekstremitas.
b. Paraplegia: SCI pada tingkatlebihrendah yang terjadi di segmentoraks, lumbal,
atau sacral (kaudaekuina dank onus medulliaris),
menyebabkankehilangankekuatan dan pergerkanotot di ekstremitasbawah.
D. ETIOLOGI
SCI terjadiakibatadanyatekananberlebihankekorda spinal. Penyebab yang paling
umum pada gerakankorda spinal abnormal adalahakselerasi dan deselerasi (tekanan yang
diberikanketubuh, sebagaicontoh, pada kecelakaanmobil dan jatuh).
Akselerasiterjadiketikatekananeksternaladadalambenturanekor; torso atas dan
kepaladipaksakebelakangkemudiankedepan. Deselerasiterjadi pada benturankepla;
tekananeksternalterjadidaridepan. Kepala dan tubuhbergerakmundur
/kebelakanghinggabertemuobjektetap dan kemudian di paksakebelakang. Perubahankorda
spinal dan jaringanlunak yang disebabkan oleh gerakan abnormal inidisebutdeformasi.
Tekanan dan gerakandapatmenyebabkanberbagaicederakorda spinal,
denganderajatcederabergantung pada jumlah dan arahgerakan, dan kecepatantekanan :
13
a. Hiperfleksi, atautekukanpaksakedepan, dapatmenekan badan vertebrata
sertamenganggu ligament dan diskusintevertebrata.
b. Hiperekstensi, atautekukanpaksakebelekang, sering kali mengganggu
ligament dan menyebabkan fraktur vertebrata.
Cederalecutadalahbentukhiperekstensiysngkursngberat,
dengancederakejaringanlunaktetapitanpakerusakan vertebrata ataukorda
spinal.
c. Axial loading, bentukkompresi, merupakanpemberiantekanan vertical
kekolumna spinalis (sebagaicontoh, denganjatuhataumendarat pada kaki
ataubokongataudenganmenyelamke air dangkal)
d. Rotasiberlebihan, kepalaberbaliksecaraberlebihan, dapatmerusak ligament,
fraktur permukaanartikular, dan menyebabkan fraktur kompresi.
Klasifikasi
14
3. Cedera ekstensi
cedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior dan
menimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama
kolumna vertebra dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil
4. Cedera kompresi vertikal (vertical compression)
cedera kompresi vertical mengakibatkan pembebanan pada korpus
vertebra dan dapat menimbulkan burst fracture
5. Cedera robek langsung (direct shearing)
cedera robek biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan oleh
pukulan langsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser,
fraktur prosesus artikularis serta ruptur ligamen.
E. PATOFISIOLOGI
Korda spinal memberikanduajaluruntukkonduksiimpuls dan informasike dan
dariotak dan tubuh, bertindaksebagaipusat reflex utama, dan (meskipunmelekatsaraf
spinal) terlibatdalaminervasisensorik dan motorikseluruhtubuh di bawahkepala.
Terdiriatas area luarsubstansi alba dan area dalamsubstansigrisea.
Substansigriseaterdiriataspusatkanalkorda, kornu posterior, kornu anterior, dan kornu
lateral. Dibagimenjadisetengah area sensorik (dorsal) dan setengah area motorik (ventral)
dan area inervasi somatic dan visceral pada tubuh. Substansi alba terdiriatasjalurataujaras
yang mengirimkaninformasi. Jarasasendens (sensorik)
membawainformasimengenaipropriosepsi, sentuhanhalus, diskriminasi, nyeri, suhu,
tekanandalam, dan sentuhan. Jarasdesendens( motorik)
membawainformasimengenaigerakan. Jaras pyramidal mengendalikangerakan volunteer
yang terampil (sepertimenulis). Jalurektra pyramidal (semuajalurkecualijalur pyramidal)
mengenaisemuagerakantubuhlain.
Sebagianbesarcederakorda spinal melibatkankerusakan pada vertebrata dan
ligament penyokong dan juga korda spinal itusendiri. Kerusakanstrukturini pada
ahkirnyamenyebabkankerusakankorda spinal. Patofisiologi SCI melibatkancedera primer
dan sekunder .ketikakorda spinal mengalamicedera, cedera primer
neurologisireversibelmenyebabkanhemoragimikroskopidalamsubstansigriseakorda dan
15
edema substansi alba korda yang menyebabkannekrosisjaringan neural.
Perubahanpatologisawalinidiikutidengancederasekunder, denganmekanisme yang
meningkatkan area cedera. Cedera neuronal menyebabkankehilangan reflex di
bawahtingkatcedera. Hemoragimeluas, pada ahkirnyamelibatkanseluruhsubstansigrisea.
Mikrosirkulasikordaterganggu oleh edema dan hemoragi. Jaringan yang
cederamelepaskannorepinefrin , serotonin, dopamine, dan histamine;
substansivasoaktifinimenyebabkanvasospasme dan lebihlanjutmenurunkanmikrosirkulasi,
yang menyebabkaniskemia. Enzimproteolitik dan lipolitikdari neuron yang
cederadilepaskan, menyebabkanpembengkakanlebihlanjut, demielinasi, dan nekrosis
pada jaringansarafkorda spinal.
Ketikaiskemiamemanjang, dalambeberapa jam nekrosissubstansigrisea dan alba
mulai, dan dalam 24 jam fungsisaraf yang melintasi area yang cederahilang.
Meskipunsirkulasikembalikesubstnasi alba kordadalamwaktusekitar 24 jam,
penurunansirkulasidalamsubstansigriseaberlanjut. Oleh karena edema
memperluastingkatcederauntuk du segmenkorda di atas dan di bawahtingkat yang
terkena, derajatcederatidakdapatditentukanhingga 1 minggu.
Perbaikanjaringanterjadiselama 3 atau 4 minggu. Fagositmasukke area
cederadalamwaktu 36 hingga 48 jam setelahcederaawal. Neuron berdegenerasi da
dipindahkan oleh makrofagdalam 10 haripertamasetelahcedera. Seldarahmerah (SDM)
diurai, dan hemoragi di rebapsorpsi. Pada ahkirnya area cederadigantikan oleh
jaringankolagenaseluler, dan meningenmenebal.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gambarankliniktergantung pada lokasi dan besarnyakerusakan yang terjadi.
Kerusakan meningitis,
lintangmemberikangambaranberupahilangnyafungsimotorikmaupunsensorikkaudaldarite
mpatkerusakandisertai shock spinal. Shock spinal terjadi pada
kerusakanmendadaksumsumtulangbelakangkarenahilangnyarangsang yang
berasaldaripusat. Peristiwainiumumnyaberlangsungselama 1-6 minggu, kadanglebih
lama. Tandanyaadalahkelumpuhanflasid, anastesia, refleksi, hilangnyafersfirasi,
fangguanfungsi rectum dan kandungkemih, triafismus, bradikardi dan hipotensi. Setelah
shock spinal pulihkembali, hiperrefleksiterlihat pula pada tandagangguanfungsiotonom,
16
berupakulitkeringkarenatidakberkeringat dan
hipotensiortostetiksertagangguanfungsikandungkemih dan gangguandefekasi.
Sindromsumsumbelakangbagiandepanmenunjukankelumpuhanototlurikdibawahte
mpatkerusakandisertaihilangnya rasa nyeri dan suhu pada keduasisinya, sedangkan rasa
raba dan posisitidakterganggu.
Cederasumsumbelakangsentraljarangditemukan. Keadaanini pada
umunyaterjadiakibatcedera di daerahservikal dan disebabkan oleh
hiperekstensimendadaksehinggasumsumbelakangterdesakdari dorsal oleh ligamentum
flavum yang terlipat. Cederatersebutdapatterjadipada orang yang
memikulbarangberatdiataskepala, kemudianterjadigangguankeseimbangan yang
mendadaksehinggabebanjatuhtulangbelakangsekonyong-konyogdihiperekstensi.
Gambaranklinikberupatetrapareseparsial. Gangguan pada
ekstremitasataslebihringandaripadaekstremitasatassedangkandaerah perianal
tidakterganggu.
Kerusakantulangbelakangsetinggi vertebra lumbal 1&2 mengakibatkananastesia
perianal, gangguanfungsidefekasi, miksi, impotensisertahilangnya reflex anal dan reflex
bulbokafernosa.
Gambaranklinis:
1. Nyeri leherataupunggung
2. Spasmeotot local
3. Paralysis atauparese
4. Gangguansensoris
5. Pada level cervical: tetraplegia atautetraparesis
6. Pada level thorakalataulumbal: paraplegi/parese
7. Diagnose pasti: foto.
G. KOMPLIKASI
Efek dari cedera kord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian terhadap
cedera lain yang menyertai dan mungkin juga mengubah respon terhadap terapi. Berat
serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi didapat dari penilaian primer yang
sangat teliti dan penilaian ulang yang sistematik terhadap pasien setelah cedera kord
spinal. Dua penyebab kematian utama setelah cedera kord spinal adalah aspirasi dan
17
syok. Beberapa komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari cedera saraf tulang belakang
adalah: tekanan darah perubahan - dapat ekstrim (otonom hyperreflexia), disebabkan
karena menurunnya curah jantung, komplikasi imobilitas dapat disebabkan karena tidak
berfungsinya salah satu anggota tubuh sehingga pasien diharuskan tirah baring yang lama
sehingga dapat menyebabkan dekubitus atau kontraktur; deep vein thrombosis, ini dapat
terjadi karena kurangnya sistem koagulasi dalam darah, sehingga terdapat trombus,
karena pergerakan, maka dapat menyebabkan trombus tersebut lepas dan menjadi emboli,
kemudian melalui pembuluh darah mengikuti aliran darah dan berkumpul di suatu
tempat; infeksi paru dapat terjadi jika ada cedera lain yang menyertai, atau ada kompresi
pada cervikalis sehingga fungsi paru terganggu atau menjadi minimal; kulit breakdown
terjadi bila terjadi robekan pada kulit punggung; kontraktur, terjadi karena pasien
immobilisasi; peningkatan risiko cedera pada daerah kebas tubuh disebabkan karena
orang tersebut kehilangan sensasi (mati rasa) sehingga meskipun orang tersebut terluka
oleh benda tajam pada daerah kebas tidak akan merasakan sakit; peningkatan risiko
kerusakan ginjal karena terjadi disfungsi berkemih sehingga pasien tidak dapat
mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh melalui urin; meningkatnya risiko infeksi
saluran kemih karena banyak bakteri dan jamur pada saluran kemih; kehilangan kontrol
kandung kemih disebabkan karena cedera pada L-1 dan L2 atau dibawahnya; kehilangan
kontrol usus disebabkan karena cedera pada L-1 dan L-2 atau dibawahnya; hilangnya
sensasi disebabkan oleh cederanya spinal L1 dan L2 atau dibawahnya; kehilangan fungsi
seksual (impotensi pria) karena cedera spinal L1 dan L2 atau dibawahnya; muscle
spasticity disebabkan karena C-1 sampai C-3 mengalami cedera; pain, karena
diskontinuitas antara tulang dan jaringan; kelumpuhan otot pernapasan, karena cederanya
spinal C1 sampai C3, dan C4 sampai C5 ; kelumpuhan (paraplegia, quadriplegia),
tergantung pada tempat atau lokasi terjadinya cedera; aspirasi terjadi karena tidak
berfungsinya sistem pernapasan dan pencernaan; shock, biasanya terjadi karena
perdarahan pada pasien, jika kehilangan darah terus menerus, pasien akan menjadi
hipotensi, dan untuk mengkompensasi, jantung bekerja lebih keras, memompa lebih cepat
sehingga terjadi
takikardi pada nadi, namun volume darah dalam tubuh tetap sedikit, sehingga
darah hanya digunakan untuk otak, apabila tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi
18
lagi, nadi akan menjadi semakin lemah dan sampai tak teraba dan untuk bagian perifer
tubuh menjadi dingin (akral), dan terjadilah shock hipovolemik.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaanawalakanmencakuppemeriksaandarahlengkap dan
elektrolituntuksetiappasien trauma, dan
pemeriksaanspesifikberikutiniuntuknmengevaluasicederaterkaitkorda spinalis:
a. AGD: analisis gas darahberhubungandengansyok dan
hipoksiajaringansebagaipanduanuntukpenatalaksanaan ventilator
pemberianoksigen.
b. Fotorontgendapatmengungkapkanterjadinya fraktur dan/ataupergeseran badan
verterbrata.
c. CT mengungkapkanadanya fraktur disertaipergeserannbadan vertebrata dan
hematoma.
d. MRI: dapatmendeteksicederakorda spinalis primer dan sekunder yang
berhubungandengan edema dan hemoragi.
I. PATOFLODIAGRAM
19
20
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. keluhan utama
Cedera medulla spinalis mempunyai keluhan atau gejala utama yang
berbeda-beda tergantung letak lesi dan luas lesi. Keluhan utama yang timbul
seperti nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau punggun dan kelemahan pada
ekstremitas atas maupun bawah.
2. pemeriksaan fisik
a. B1 (BREATHING)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot pernapasan dan
perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending akibat
trauma pada tulang belakang sehingga mengalami terputus jaringan saraf
di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari sistem ini akan didapatkan hasil
sebagai berikut inspeksi umum didapatkan klien batuk peningkatan
produksi sputum, sesak napas.dst
b. B2 (BLOOD)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan rejatan syok
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera tulang belakang. Dari
hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi bradikardi dan
jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat meningkatkan
hormon antidiuretik yang berdampak pada kompensasi tubuh.
c. B3 (BRAIN)
21
ganguan sensibilitas pada klien cedera medula spinalis sesuai dengan
segmen yang mengalami gangguan.
d. B4 (BLADDER)
e. B5 (BOWEL)
f. B6 (BONE)
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Laboratorium
b) Radiologi
1. EMG
2. NCV
22
3. SSEP
d) MRI
e) CT Scan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan ventilasi spontan b.d kelumpuhan otot pernapasan
2. Nyeri akut b.d trauma jaringan syaraf, agen cidera
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelumpuhan
4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama yang beresiko
mengalami perubahan kulit yang buruk
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Harga diri rendah situasional
7. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan pergerakan.
C. Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan
23
jantung Respon alergi analgensic
Peningkatan laju sistemik: narkotik, jika
metabolism tingkat di perlukan
Peningkatan PCO2 keparahan Pantau adanya
Peningkatan gelisah respons kegagalan
24
dalam rentang dan penurunan
normal curah jantung
Status Pantau efek
pernapasan perubahan
ventilasi: ventilator
pergerakan terhadap
udara keluar oksigenasi:
masuk paru GDA, saO2,
adekuat SvO2, CO2,
Tanda vital: akhir-tidal,
tingkat suhu Qsp/Qtserta
tubuh, nadi, respons
pernapasan, subjektif
tekanan darah pasien.
dalam rentang Pantau derajat
norma. pirau,
Menerima kapasitas vital,
nutrisi adekuat Sd, VT, MVV,
sebelum, daya inspirasi,
selama, dan FEV1, dan
setelah proses kesiapan untuk
penyapian dari penyapihan
ventilator. dari ventilasi
mekanik,
sesuai protocol
institusi
Auskultasi
suara napas,
catat area
penurunan
atau ketiadaan
25
ventilasi dan
adanya suara
napas
tambahan.
Tentukan
kebutuhan
pengisapan
dengan
mengauskultas
i suara rongki
basa halus dan
rongki basah
kasar di jalan
napas
Lakukan
higine mulut
secara rutin
Oxsygen Therapy
Bersihkan
mulut, hidung,
dan trakea
sekresi, sesuai.
Menjaga
patensi jalan
napas
Mengatur
peralatan
oksigen dan
mengelola
melalui sistem,
di panaskan di
26
lembabkan
Administer
oksigen
tambahan
seperti yang di
perintahkan
Membantu
aliran liter
oksigen
Membantu
posisi
perangkat
pengiriman
oksigen
Secara berkala
memeriksa
perangkat
pengiriman
oksigen untuk
memastikan
bahwa
kosentrasi
yang di
tentukan
sedang di
sampaikan
Membantu
efektivitas
terapy oksigen
(misalnya,
nadi oksimetri,
27
ABGs)
Mengubah
perangkat
pengiriman
oksigen dari
masker untuk
hidung garpu
saat makan,
sebagai
ditoleransi
Amati tanda-
tanda oksigen
di induksi
hipoventilasi
Membantu
tanda-tanda
toksisitas
oksigen dan
penyerapan
atelektasis
Menyediakan
oksigen ketika
pasien di
angkut
Aturlah untuk
penggunaan
perangkat
oksigen yang
memudahkan
mobilitas dan
mengajarkan
28
pasien sesuai
agama dan
kepercayaan
2 Nyeri akut Pain Management
Definisi: pengalaman sensori dan Pain level, - Lakukan
emosional yang tidak Pain control, pengkajian
menyenangkan yang muncul Comfort level nyeri secara
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil komprehensif
aktual atau potensial atau Mampu termasuk
digambarkan dalam hal kerusakan mengontrol lokasi,
sedemikian rupa (internasional nyeri (tahu karakteristik,
Assiocation for the study of penyebab durasi,
pain): awitan yang tiba tiba atau nyeri, mampu frekuensi,
lambat dari intensitas ringan atau menggunakan kualitas, dan
berat dengan ahir yg berlansung tehknik faktor
>6 bulan nonfarmakolog presipitasi
Batasan karakteristik i untuk - Observasi
Perubahan selera makan mengurangi reaksi
Perubahan tekanan dara nyeri, mencari nonverbal dari
29
perilaku(mis.,gelisah,mere frekuensi dan mempengaruhi
ngek,menangis) tanda nyeri) respon nyeri
Sikap melindungi area Menyatakan - Evaluasi
nyeri rasa nyaman pengalaman
Fokus setelah nyeri nyeri masa
menyempit(mis.,ganguan berkurang lampau
perepsi nyeri,hambatan - Evaluasi
peroses berfikir bersama
penurunan intereaksi pasien dan tim
dengan orang dan kesehatan lain
lingkungan) tentang
Intereaksi nyeri yang dapat ketidakefektifa
diamati n kontrol nyeri
30
- Pilih dan
lakukan
penangganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan inter
personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
- Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
31
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
- Cek riwayat
alergy
- Pilih analgesik
yang di
perlukan atau
kombinasi dari
analgesik
ketika
32
pemberian
lebih dari satu
- Tentu kan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian dan
dosis optimal.
- Pilih rute
pemberian
secara IV, IM,
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
- Monitor vital
sing sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
- Berikan
analgesik tepat
waktu
terutama saat
nyeri hebat
33
- Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala
3 Hambatan mobilitas fisik Joint Exercise therapy:
Definisi: keterbatasan pada movement:acti ambulation
pergerakan fisik tubuh atau ve Monitoring
1/lebih ekstremitas secara mandiri Mobility level vital sign
dan terarah. Self care: sebelum/sesud
Batasan Karakteristik: ADLs ah latighan
Penurunan waktu Transfer dan lihat
bereaksi performance respon pasien
Kesulitan membolak Kriteria Hasil: saat latihan
balik posisi Klien Konsultasikan
Melakukan aktivitas mengingat dengan terapi
lain sebagai pengganti dalam aktivitas fisik tentang
pergerakan (misalnya, fisik rencana
meningkatkan Mengerti ambulansi
perhatian pada aktifitas tujuan dari sesuai dengan
orang lain, peningkatan kebutuhan
mengendalikan mobilitas Bantu klien
perilaku, fokus pada Memverbalisas untuk
ketunadayaan/aktivitas ikan perasaan menggunakan
sebelum sakit). dalam tongkat saat
Dispnea setelah meningkatkan berjalan dan
beraktivitas kekuatan dan mencegah
Perubahan cara kemampuan terhadap
berjalan berpindah cedera
Gerakan bergetar Memperagakan Ajarkan pasien
Keterbatasan penggunaan atau tenaga
34
kemampuan alat kesehatan lain
melakukan Bantu untuk tentang teknik
ketrampilan motorik mobilisasi(wal ambulansi kaji
halus ker) kemampuan
Keterbatasan pasien dengan
kemampuan mobilisasi
melakukan, Latih pasien
keterampilan motorik dalam
kasar pemenuhan
Keterbatasan rentang kebutuhan
pergerakan sendi ADLs secara
Tremor akibat mandiri sesuai
pergerakan kemampuan
Ketidaksetabilan Dampingi dan
postur bantu pasien
Pergerakan lambat saat mobilisasi
terkordinasi penuhi
35
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan
tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan masa otot
Malnutrisi
Gangguan
muskuloskoletal
Gangguan neuromskular,
nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengetahuan
tentang aktivitas fisik
Keadaan mood depresif
Keterlambatan
perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse, kaku sendi
Kurang dukungan
lingkungan (misalnya fisik
atau sosial)
Keterbatasan ketahanan
kardiofaskular
Kerusakan integritas
struktur tulang
Program pembatasan
gerak
Keengganan memulai
pergerakan
36
Gaya hidup monoton
Gangguan sensori
perseptual
4 Resiko Kerusakan Integritas tissue Pressure
Kulit integrity : skin management
Definisi :perubahan/gangguan and mucous anjurkan
Epidermis dan/Dermis membranes pasien untuk
Batasan karakteristik: hemodyalis menggunakan
Kerusakan lapisan kulit akses pakayan yang
(dermis) kriteria Hasil : longgar
Gangguan permukaan integritas kulit hindari kerutan
kulit (epidermis) yang baik bisa pada tempat
Invasi struktur tubuh di pertahankan tidur
Faktor yang berhubungan: (sensasi, jaga
37
- perubahan turgor melindungi tertekan
- faktor kulit dan monitor
perkembangan mempertahank aktivitas dan
- kondisi ketidak an kelembaban mobilisasi
seimbangan nutrisi kulit dan pasien
(mis, obesitas, perawatan monitor status
emasiasi) alami nutrisi pasien
- penurunan memandikan
imunologis pasien dengan
- penurunan sirkulasi sabun dan air
- kondisi gangguan hangat
metabolik insision site care
- gangguan sensasi - membersihkan
- tonjolan tulang , mementau
dan
meningkatkan
proses
penyembuhan
pada luka yang
di tutup
dengan
jahitan, klip
atau straples
- monitor proses
kesembuhan
area insisi
- monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
area insisi
- bersihkan area
38
sekitar jahitan
atau staples,
menggunakan
lidi kapas
steril
- gunakan
preparat
antiseptic,
sesuai program
- ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka
tetap terbuka
(tidak di balut)
sesuai program
dialysis Acces
Maintenance
5 Ketidak seimbangan nutrisi Nutritional Nutrition
kurang dari kebutuhan tubuh status: Management
Definisi: Nutritional Kaji adanya
Asupan nutrisi tidak cukup untuk status: vood alergi
memenuhi kebutuhan metabolik and fluid makanan
Batasan Karakteristik: intake Kolaborasi
Kram abdomen Nutritional dengan ahli
Nyeri abdomen status: nutrient gizi untuk
Berat badan 20% atau intake menentukan
lebih di bawah berat badan Weight control jumlah kalori
ideal Keriteria hasil: dan nutrisi
Kerapuhan kapiler Adanya yang
39
Diare peningkatan dibutuhkan
Kehilangan rambut berat badan pasien.
berlebihan sesuai dengan Anjurkan
Bising usus hiperaktif tujuan pasien untuk
40
menelan harian
Faktor-faktor yang Monitor
Berhubungan: jumlah nutrisi
Faktor biologis dan kandungan
Faktor ekonami kalori
Ketidakmampuan untuk Berikan
mengapsorbesi nutrien informasih
Ketidakmampuan untuk tentang
mencerna makanan kebutuhan
makanan Kaji
41
atau orang tua
selama makan
Monitor
makanan
selma makan
Jatwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pikmentasi
Monitor turgo
kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
Monitor mual
dan muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, HB,
dan kadar Ht
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
42
Monitor pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
dan intake
nutrisi
Catat adanya
edema,
hipremik,
hipertonik
papila lidah
dan cafitas
oral.
Catat jika lida
berwarna
magenta,
scarlet
6 Harga diri rendah situasional Body image, Self esteem and hand
Definisi: perkembangan persepsi disiturbed cement
negative tentang harga diri Coping, Tunjukan rasa
sebagai respons terhadap situasi ineffective percaya diri
saat ini (sebutkan) Personal terhadap
Batasan Karakteristik identity,distrub kemampuan
Evaluasi diri bahwa ed pasien untuk
individu tidak mampu Healt bhavior, mengatasi
menghadapi peristiwa risk situasi
Evaluasi diri bahwa Self estem Dorongan
mampu menghadapi situasional, pasien
43
situasi low mengidentifika
Prilaku bimbang Kriteria Hasil si kekuatan
Prilaku tidak asertif Adaptasi dirinya
Perubahan perkembangan
penyusaian Buat statement
dengan positiv
Gangguan citra tubuh
kehilangan terhadap
Kegagalan
aktual atau pasien
Gangguan fungsional
kehilangan Monitor
Kurang penghargaan
yang akan frekuensi
Kehilangan
terjadi komunikasi
Penolakan
Penyesuaian verbal pasien
Perubahan pran sosial psikososial: yang negatif
perubahan Dukung pasien
hidup: respon untuk
psikososial menerima
adaptif tantangan baru
individu Kaji alasan-
terhadap alasan untuk
perubahan mengkritik
44
bermakna atau
dalam hidup menyalakan
Menunjukan diri sendiri
penilaian Kolaborasi
pribadi tentang dengan
harga diri sumber-
Mengungkapka sumber lain
n penerimaan (petugas dinas
diri sosial, perawat
komunikasi spesialis
terbuka klinis, dan
Mengatakan layanaan
optimise keagamaan)
tentang masa
Counseling
depan
Menggunakan Menggunakan
strategi koping proses
efektif pertolongan
interakeltif
yang berfokus
pada
kebutuhan,
masa, atau
perasaan
pasien dan
orang terdekat
untuk
meningkatkan
atau
mendukung
koping,
45
pemecahan
masalah
Coping enhancment
body immage
nhament nhacement
7 Defisit perawatan diri NOC NIC
berpakaian Self care status Self care Assistance:
Definisi : hambatan kemampuan Self care Dressing/Grooming
untuk melakukan atau :dressing - Pantau tingkat
menyelesaikan aktivitas Activity kekuatan dan
berpakaian dan berhias untuk diri tolerance toleransi
sendiri Fatigue level aktivitas
Batasan karakteristik Kriteria hasil: - Pantau
Ketidakmampuan Mampu peningkatan
mengancingkan pakaian melakukan dan penurunan
Ketidakmampuan tugas fisik kemampuan
mendapatkan pakaian yang paling untuk
Ketidakmampuan mendasar dan berpakaian dan
mendapatkan antribut aktivitas melakukan
pakaian perawatan perawatan
46
pakaian bantu mempromosik
Hambatan Mampu an aktivitas
mempertahankan mempertahank perawatan diri
penampilan yang an kebersihan - Bantu pasien
memuaskan pribadi dan memilih
Hambatan mengambil penampilan pakaian yang
pakaian yang rapi mudah dipakai
Hambatan menggenakan secara mandiri dan dilepas
pakaian pada bagian tubuh dengan atau - Sediakan
bawah tanpa alat pakaian pasien
47
Kendala lingkungan pakaian berpakaian
Keletihan dan kelemahan Menggunakan - Bantu pasien
48
tindakan
pasien dalam
perawatan
pasien dengan
alat bantu
K. DISCHARGE PLANING
a. Konsultasikantindakan yang akan di lakukanselanjutnyadengandokter
(fisioterapi,dll)
b. Hindariuntukmengangkatbebanberatsampaidoktermengijinkan
c. Jikatubuhsudahgemuk, konsultasikanuntukmelakukan diet
sehinggatulangbelakangdalammenahanbebantubuhtidakterlaluberat.
d. Konsumsimakanan yang dapatmeningkatkankekuatantulang
e. Olahragakntubuhsesuaiinstruksiataucara yang dianjurkan dan hindariolahraga
yang dilarang.
f. Hindaripengguanaanalatkendaraanbermotoorsendirijikabelummemungkinkanuntu
kmenghindarikecelakaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cederakorda spinal (spinal cord injury, SCI) adalahkerusakan pada elemen neural
korda spinal. Korda spinal mengandungjalur yang menghubungkan neuron aferensensori
dan neuron motorikbawahdenganpusat di otrak,
baikfungsisensorikmaupunmotorikterlibat. Penyebabutama SCI adalahkontusio,
kompresi, laserasi, transeksi, hemoragi, kerusakan pada pembuluhdarah yang
menyuplaikorda spinal, dan kerusakan pada pembuluhdarahdalamkorda spinal.
49
B. SARAN
Semogamakalahinibermaanfaatbagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
YasmaraDeni,Nursiswati,dkk.2017.RencanaAsuhanKeperawatanMedikalBedah.jakarta:E
GC
50