Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SPINAL CORD INJURY

OLEH

NAMA: YOHANA SIMUN

NPM: 1714201020

UNIVERSITAS KHATOLIK SANTU PAULUS RUTENG

PRGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal
Bedah. Adapun hal yang dibahas dalam makalah ini adalah terkait salah satu kelainan
dari sistem persyarafanyaitu: penyakit spinal cord injury. Penting untuk mengetahui serta
memahami terkait keseluruhan dari penyakit ini adalah untuk menambah wawasan kami
sebagai pelajar dan juga sebagai sebuah bekal untuk menjadi petugas kesehatan nantinya.
Dalam makalah ini pula akan disertakan asuhan keperawatan bagi klien SCI secara
teoritis yang sangat membantu pemahaman kami dalam menyusun asuhan keperawatan
ini.
Makalah ini masih dapat dikatakan belum lengkap dan rinci. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar dapat
menjadi makalah yang sempurna. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi pembaca
sekalian, sekian dan terimakasih.

Ruteng, oktober2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................4
B. Tujuan penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................6
A. Anatomi fisiologi.........................................................................6
B. Defenisi.......................................................................................6
C. Etiologi........................................................................................7
D. Patofisiologi................................................................................9
E. Manifestasi klinis.......................................................................10
F. Komplikasi.................................................................................11
G. Pemeriksaan penunjang.............................................................12
H. Patoflodiagram...........................................................................14
I. Asuhan keperawatan teori..........................................................15
J. Discharge planning……………………………..…………………43
BAB III PENUTUP.................................................................................44
A. Kesimpulan.................................................................................44
B. Saran...........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................45

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
The spinal cord injury network melaporkanbahwa data tahun 2008
mengungkapkanadanya 12.000 kasusbarucederakorda spinalis per tahun, tidaktermasuk
korban yang tidakbertahanhidupsetelahterkenacedera.
Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai
servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang
belakang yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang
atau spinal kord.
Cedera medulla sinalis kebanyakan (80%) terjadi pada usia sekitar 15-30 tahun.
Kebanyakan dialami oleh laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 8:1,
sebagian besar penyebabnya karena kecelakaan lalulintas dan kecelakaan kerja.
Sedangkan penyebab lainya adalah karena jatuh dari ketinggian, cidera olah raga, RA
(Reumatoid Artritis) atau osteoporosis bahkan akibat penganiayaan. Dari data yang
diperoleh di Amerika serikat tingkat insiden ini mencapai 40 kasus per 1 juta penduduk
setiap tahunnya, di perkirakan 12.000 kasus baru pertahun. Sekarang diperkirakan
terdapat 183.000-230.000 pasien dengan cidera medulla spinalis yang masih bertahan
hidup di Amerka Serikat. Sedangkan dari RSUD Dr.Soetomo Surabaya Jawa Timur
ditemukan 111 kasus pertahun utuk kejadian cidera medulla spinalis. Pasien dengan
cedera medulla spinalis memerlukan penyesuaian terhadap berbagai aspek, antara lain
masalah mobilitas yang terbatas, psikologis, urologis, pernafasan, kulit, disfungsi seksual,
dan ketidakmampuan untuk bekerja.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk merawat klien baik secara
fisik maupun psikis. Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu
klien yang mengalami cedera medulla spinalis agar mempu memaksimalkan kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia..

4
B. TUJUAN
1.  Mampu mengetahuiapa yang dimaksuddengan ISC
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari ISC
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala ISC
4. Untuk mengetahui ASKEP teori dari ISC

5
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Medulla Spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1. Medula spinalis terletak di canalis vertebralis, dan
dibungkus oleh tiga meninges yaitu duramater, arakhnoid dan piamater. Syaraf Spinal
dilindungi oleh tulang vertebra, ligament, meningen spinal dan juga cairan LCS (liquor
cerebro spinal). LCS mengelilingi medulla spinalis di dalam ruang subarachnoid. Bagian
superior dimulai dari bagian foramen magnum pada tengkorak, tempat bergabungnya
dengan medulla oblongata. Medula spinalis berakhir di inferior di region lumbal.
Dibawah medulla spinalis menipis menjadi konus medularis dari ujungnya yang
merupakan lanjutan piamater, yaitu fillum terminale yang berjalan kebawah dan melekat
dibagian belakang os coccygea. Akar syaraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut
dengan Cauda Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui foramen intervertebral.
Syaraf Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen spinal
dan LCS (liquor cerebrospinal).Sumsum tulang belakang berbentuk silinder panjang dan
ramping dari jaringan saraf yang memanjang dari batang otak. Panjangnya sekitar 45 cm
(18 inci) dan lebar 1 hingga 1,5 cm.

Gambar 1.
Anatomi
Medula
spinalis

6
Disepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui radix anterior atau
radix motorik dan radix posterior atau radix sensorik. Masing-masing radix melekat pada
medulla spinalis melalui fila radikularia yang membentang disepanjang segmen-segmen
medulla spinalis yang sesuai. Masing-masing radix saraf memiliki sebuah ganglion radix
posterior, yaitu sel-sel yang membentuk serabut saraf pusat dan tepi. 31 pasang saraf
spinal diantaranya yaitu :
a. 8   pasang syaraf servikal,
b. 12 pasang syaraf torakal,
c. 5   pasang syaraf lumbal,
d. 5   pasang syaraf sakral dan
e. 1   pasang syaraf koksigeal.

Gambar 2. 31 saraf spinal.

Medulla spinalis berakhirsebagaikonus medulla di daerah lumbar 1 atau lumbar


2.Disebutkonuskarenabentuknya yang menguncupmerupaikerucut.Setelah medulla

7
spinalis berakhir,
lapisanpiamatermengalamipemanjanganhinggamencapaibagiankoksigeus, disebutsebagai
filum terminalis.Serabutsyaraf yang terletak di bawahkonus medullaris
kemudianmembentukkauda equina (buntutkuda) dan
meneruskanjarasnyamenujukeekstremitasbagianbawah. Kauda equina
terbentukdarikenyataanbahwa medulla spinalis berhentibertambahpanjangsejakumur 4
tahun, namundemikiantulang vertebra terusbertambahpanjanghinggausiaremaja.

Bentuk dari medulla spinalis adalah ovoid, dengan bagian dorsal dan ventralnya
memiliki cekungan yang dinamakan posterior median sulcus di bagian dorsal dan anterior
median fissure di bagian ventral. Pada potongan melintang, dan disebut sebagai
substansia alba.Struktur medulla spinalis terdiri dari substansi abu abu (substansia grisea)
yang dikelilingi substansia putih (substansia alba). Pada potongan melintang, substansia
grisea terlihat seperti hurup H dengan kolumna atau kornu anterior atau posterior
substansia grisea yang dihubungkan dengan commisura grisea yang tipis, bagian
dalamnya mengandung banyak badan sel saraf sehingga berwarna abu-abu. Didalamnya
terdapat canalis centralis yang kecil. Keluar dari medula spinalis merupakan akar ventral
dan dorsal dari syaraf spinal. Struktur ini diselubungi oleh kanal sentral, yang secara
anatomis merupakan perpanjangan dari sistem ventrikel pada otak, sehingga mengandung
cairan serebrospinal.Substansi grisea mengandung badan sel dan dendrit dan neuron
efferen, akson tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron.
Bagian posterior sebagai input atau afferent, anterior sebagai Output atau efferent,
comissura grisea untuk refleks silang dan substansi alba merupakan kumpulan serat
syaraf bermyelin dan daerah perifer dari medulla spinalis mengandung banyak serabut
saraf sensorik dan motorik sehingga memiliki warna putih.
Selama perkembangan, kolom vertebral tumbuh sekitar 25 cm lebih panjang dari
sumsum tulang belakang. Karena pertumbuhan diferensial ini, segmen dari sumsum
tulang belakang yang menimbulkan berbagai saraf tulang belakang tidak selaras dengan
ruang intervertebral yang sesuai. Sebagian besar akar saraf tulang belakang harus turun
sepanjang tali pusat sebelum muncul dari kolom vertebral di ruang yang sesuai. Sumsum
tulang belakang sendiri hanya meluas ke tingkat vertebra lumbal pertama atau kedua

8
(sekitar pinggang), sehingga akar saraf dari saraf yang tersisa sangat memanjang untuk
keluar dari kolumna vertebral.

Gambar 3. Penampang medulla spinalis


Fungsi medula spinalis adalah sebagai pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu
dikornu motorik atau kornu ventralis, mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks
tungkai, refleks merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal
ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. Refleks yang
melibatkan otot rangka disebut dengan refleks somatis dan refleks yang melibatkan otot
polos, otot jantung atau kelenjar disebut refleks otonom atau visceral, menghantarkan
rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum dan mengadakan komunikasi
antara otak dengan semua bagian tubuh.
Berkaitan dengan masukan sensorik, setiap daerah spesifik di tubuh yang
dipersarafi oleh saraf spinal tertentu yang disebut area dermatom. Saraf spinal juga
membawa serat-serat yang bercabang untuk mempersarafi organ-organ dalam, dan
kadang-kadang nyeri yang berasal dari salah satu organ tersebut dialihkan ke dermatom
yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama.

9
B.

Gambar 4.GambaranDermatom

Vaskularisasi Medulla Spinalis

Medulla spinalis selainmendapatkansuplaidarahdaritigaarteribesar yang


berjalansecara longitudinal dariotak, juga mendapatdariarteri yang
mengalirdarisisikolumnaspinalis.Ketigaarteribesartersebutadalaharteri anterior spinalis,

10
arteri posterior spinalis kiri dan kanan.Arteri-arteriiniberjalan di dalamruang sub-
araknoid dan bercabangmasukkedalam medulla spinalis.3

Gambar 5.Vaskularisasi Medulla Spinalis.

Kontribusiutamadarisuplaidarah pada medulla spinalis di


bawahbagianservikalberasaldariarteriradikularbagian anterior dan
posterior.Keduaarteriiniberjalanberdampingandenganakarsaraf dorsal dan ventral
untukkemudianmemperdarahisumsumtulangbelakang.Arteriradikularmerupakansuatuper
panjangancabangdari aorta dan

11
tidakberhubungansecaralangsungdenganketigaarterilongitudinal.Arteriradikularterbesar
pada manusiaterletak di L1 dan L2, disebutsebagaiarteri anterior radikularis magna.
Kelainanalirandarah pada arteri magna ini, terutamadalam proses pembedahananeurisma
aorta, dapatmenyebabkaninfark pada medulla spinalis dan mengakibatkan paraplegia.

Traktus medulla spinalis


Traktus umumnya diberi nama sesuai dengan asal dan sinapsnya. Misalnya, traktus
spinocerebellar ventral adalah jalur naik yang berasal dari sumsum tulang belakang dan
membentang ke tepi ventral (ke arah depan) dari tali pusat dengan beberapa sinapsis
sepanjang jalan sampai akhirnya berakhir di serebelum. Saluran ini membawa informasi
yang berasal dari reseptor peregangan otot yang telah dikirim ke sumsum tulang belakang
oleh serabut aferen untuk digunakan oleh spinocerebellum. Sebaliknya, saluran
kortikospinal ventral adalah jalur menurun yang berasal dari daerah motorik korteks
serebri, kemudian berjalan ke bagian ventral sumsum tulang belakang, dan berakhir di
sumsum tulang belakang pada badan sel neuron motor eferen yang menyuplai otot
skeletal. Karena berbagai jenis sinyal dibawa dalam saluran yang berbeda di dalam
sumsum tulang belakang, kerusakan pada area tertentu dapat mengganggu beberapa
fungsi tertentu, sedangkan fungsi lainnya tetap utuh.

12
C. DEFINISI
Cederakorda spinal (spinal cord injury, SCI) adalahkerusakan pada elemen neural
korda spinal. Korda spinal mengandungjalur yang menghubungkan neuron aferensensori
dan neuron motorikbawahdenganpusat di otrak,
baikfungsisensorikmaupunmotorikterlibat. Penyebabutama SCI adalahkontusio,
kompresi, laserasi, transeksi, hemoragi, kerusakan pada pembuluhdarah yang
menyuplaikorda spinal, dan kerusakan pada pembuluhdarahdalamkorda spinal.
Cedera pada korda spinalis dapatbersifatlengkapatausebagian dan dapatterjadi di
bagiankorda spinalis yang berbeda. Cederakorda spinalis lengkapdicirikan oleh
kehilanganfungsi (motorik dan sensorik) secara total di bawahbagian yang cedera. SCI
sebagianmenggambarakanbahwaterdapatbeberapafungsimotorikatausensorik yang
masihbaik.
Cedera medulla spinalis (SCI) diklasifikasikansesuaidenganjenis dan
luaskehilanganfungsimotorik dan sensorik:
a. Tetraplegia (sebelumnyadisebutkuadriplegia): kehilangankekuatanotot dan
pergerakanotot pada empatekstremitas.
b. Paraplegia: SCI pada tingkatlebihrendah yang terjadi di segmentoraks, lumbal,
atau sacral (kaudaekuina dank onus medulliaris),
menyebabkankehilangankekuatan dan pergerkanotot di ekstremitasbawah.
D. ETIOLOGI
SCI terjadiakibatadanyatekananberlebihankekorda spinal. Penyebab yang paling
umum pada gerakankorda spinal abnormal adalahakselerasi dan deselerasi (tekanan yang
diberikanketubuh, sebagaicontoh, pada kecelakaanmobil dan jatuh).
Akselerasiterjadiketikatekananeksternaladadalambenturanekor; torso atas dan
kepaladipaksakebelakangkemudiankedepan. Deselerasiterjadi pada benturankepla;
tekananeksternalterjadidaridepan. Kepala dan tubuhbergerakmundur
/kebelakanghinggabertemuobjektetap dan kemudian di paksakebelakang. Perubahankorda
spinal dan jaringanlunak yang disebabkan oleh gerakan abnormal inidisebutdeformasi.
Tekanan dan gerakandapatmenyebabkanberbagaicederakorda spinal,
denganderajatcederabergantung pada jumlah dan arahgerakan, dan kecepatantekanan :

13
a. Hiperfleksi, atautekukanpaksakedepan, dapatmenekan badan vertebrata
sertamenganggu ligament dan diskusintevertebrata.
b. Hiperekstensi, atautekukanpaksakebelekang, sering kali mengganggu
ligament dan menyebabkan fraktur vertebrata.
Cederalecutadalahbentukhiperekstensiysngkursngberat,
dengancederakejaringanlunaktetapitanpakerusakan vertebrata ataukorda
spinal.
c. Axial loading, bentukkompresi, merupakanpemberiantekanan vertical
kekolumna spinalis (sebagaicontoh, denganjatuhataumendarat pada kaki
ataubokongataudenganmenyelamke air dangkal)
d. Rotasiberlebihan, kepalaberbaliksecaraberlebihan, dapatmerusak ligament,
fraktur permukaanartikular, dan menyebabkan fraktur kompresi.

Korda spinal dapatditembus oleh peluru dan bendaasing lain (missal:


bendatajamdigunakansebagaisenjata, pecahanpelurumeriamdariledakan).
Cederatembusdapatmenyebakan fraktur vertebrata, kerusakanpembuluhdarah, robekan
ligament dan otot, ataupotonganmelalubagianatausemuakorda spinal.
Potongansempurnakordajarangterjadi.

Klasifikasi

Holdsworth membuat klasifikasi cedera spinal sebagai berikut:


1. Cedera fleksi
cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior,
kemudian dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus vertebra
sehingga mengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera seperti ini
dapat dikategorikan sebagai cedera yang stabil
2. Cedera fleksi-rotasi
beban fleksi-rotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior
(terkadang juga dapat melukai prosesus artikularis) lalu, cedera ini akan
mengakibatkan terjadinya dislokasi fraktur rotasional yang dihubungkan
dengan slice fracture korpus vertebra. Cedera ini digolongkan sebagai cedera
yang paling tidak stabil

14
3. Cedera ekstensi
cedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior dan
menimbulkan herniasi diskus. Biasanya terjadi pada daerah leher. Selama
kolumna vertebra dalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil
4. Cedera kompresi vertikal (vertical compression)
cedera kompresi vertical mengakibatkan pembebanan pada korpus
vertebra dan dapat menimbulkan burst fracture
5. Cedera robek langsung (direct shearing)
cedera robek biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan oleh
pukulan langsung pada punggung, sehingga salah satu vertebra bergeser,
fraktur prosesus artikularis serta ruptur ligamen.

E. PATOFISIOLOGI
Korda spinal memberikanduajaluruntukkonduksiimpuls dan informasike dan
dariotak dan tubuh, bertindaksebagaipusat reflex utama, dan (meskipunmelekatsaraf
spinal) terlibatdalaminervasisensorik dan motorikseluruhtubuh di bawahkepala.
Terdiriatas area luarsubstansi alba dan area dalamsubstansigrisea.
Substansigriseaterdiriataspusatkanalkorda, kornu posterior, kornu anterior, dan kornu
lateral. Dibagimenjadisetengah area sensorik (dorsal) dan setengah area motorik (ventral)
dan area inervasi somatic dan visceral pada tubuh. Substansi alba terdiriatasjalurataujaras
yang mengirimkaninformasi. Jarasasendens (sensorik)
membawainformasimengenaipropriosepsi, sentuhanhalus, diskriminasi, nyeri, suhu,
tekanandalam, dan sentuhan. Jarasdesendens( motorik)
membawainformasimengenaigerakan. Jaras pyramidal mengendalikangerakan volunteer
yang terampil (sepertimenulis). Jalurektra pyramidal (semuajalurkecualijalur pyramidal)
mengenaisemuagerakantubuhlain.
Sebagianbesarcederakorda spinal melibatkankerusakan pada vertebrata dan
ligament penyokong dan juga korda spinal itusendiri. Kerusakanstrukturini pada
ahkirnyamenyebabkankerusakankorda spinal. Patofisiologi SCI melibatkancedera primer
dan sekunder .ketikakorda spinal mengalamicedera, cedera primer
neurologisireversibelmenyebabkanhemoragimikroskopidalamsubstansigriseakorda dan

15
edema substansi alba korda yang menyebabkannekrosisjaringan neural.
Perubahanpatologisawalinidiikutidengancederasekunder, denganmekanisme yang
meningkatkan area cedera. Cedera neuronal menyebabkankehilangan reflex di
bawahtingkatcedera. Hemoragimeluas, pada ahkirnyamelibatkanseluruhsubstansigrisea.
Mikrosirkulasikordaterganggu oleh edema dan hemoragi. Jaringan yang
cederamelepaskannorepinefrin , serotonin, dopamine, dan histamine;
substansivasoaktifinimenyebabkanvasospasme dan lebihlanjutmenurunkanmikrosirkulasi,
yang menyebabkaniskemia. Enzimproteolitik dan lipolitikdari neuron yang
cederadilepaskan, menyebabkanpembengkakanlebihlanjut, demielinasi, dan nekrosis
pada jaringansarafkorda spinal.
Ketikaiskemiamemanjang, dalambeberapa jam nekrosissubstansigrisea dan alba
mulai, dan dalam 24 jam fungsisaraf yang melintasi area yang cederahilang.
Meskipunsirkulasikembalikesubstnasi alba kordadalamwaktusekitar 24 jam,
penurunansirkulasidalamsubstansigriseaberlanjut. Oleh karena edema
memperluastingkatcederauntuk du segmenkorda di atas dan di bawahtingkat yang
terkena, derajatcederatidakdapatditentukanhingga 1 minggu.
Perbaikanjaringanterjadiselama 3 atau 4 minggu. Fagositmasukke area
cederadalamwaktu 36 hingga 48 jam setelahcederaawal. Neuron berdegenerasi da
dipindahkan oleh makrofagdalam 10 haripertamasetelahcedera. Seldarahmerah (SDM)
diurai, dan hemoragi di rebapsorpsi. Pada ahkirnya area cederadigantikan oleh
jaringankolagenaseluler, dan meningenmenebal.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gambarankliniktergantung pada lokasi dan besarnyakerusakan yang terjadi.
Kerusakan meningitis,
lintangmemberikangambaranberupahilangnyafungsimotorikmaupunsensorikkaudaldarite
mpatkerusakandisertai shock spinal. Shock spinal terjadi pada
kerusakanmendadaksumsumtulangbelakangkarenahilangnyarangsang yang
berasaldaripusat. Peristiwainiumumnyaberlangsungselama 1-6 minggu, kadanglebih
lama. Tandanyaadalahkelumpuhanflasid, anastesia, refleksi, hilangnyafersfirasi,
fangguanfungsi rectum dan kandungkemih, triafismus, bradikardi dan hipotensi. Setelah
shock spinal pulihkembali, hiperrefleksiterlihat pula pada tandagangguanfungsiotonom,

16
berupakulitkeringkarenatidakberkeringat dan
hipotensiortostetiksertagangguanfungsikandungkemih dan gangguandefekasi.
Sindromsumsumbelakangbagiandepanmenunjukankelumpuhanototlurikdibawahte
mpatkerusakandisertaihilangnya rasa nyeri dan suhu pada keduasisinya, sedangkan rasa
raba dan posisitidakterganggu.
Cederasumsumbelakangsentraljarangditemukan. Keadaanini pada
umunyaterjadiakibatcedera di daerahservikal dan disebabkan oleh
hiperekstensimendadaksehinggasumsumbelakangterdesakdari dorsal oleh ligamentum
flavum yang terlipat. Cederatersebutdapatterjadipada orang yang
memikulbarangberatdiataskepala, kemudianterjadigangguankeseimbangan yang
mendadaksehinggabebanjatuhtulangbelakangsekonyong-konyogdihiperekstensi.
Gambaranklinikberupatetrapareseparsial. Gangguan pada
ekstremitasataslebihringandaripadaekstremitasatassedangkandaerah perianal
tidakterganggu.
Kerusakantulangbelakangsetinggi vertebra lumbal 1&2 mengakibatkananastesia
perianal, gangguanfungsidefekasi, miksi, impotensisertahilangnya reflex anal dan reflex
bulbokafernosa.
Gambaranklinis:
1. Nyeri leherataupunggung
2. Spasmeotot local
3. Paralysis atauparese
4. Gangguansensoris
5. Pada level cervical: tetraplegia atautetraparesis
6. Pada level thorakalataulumbal: paraplegi/parese
7. Diagnose pasti: foto.
G. KOMPLIKASI
Efek dari cedera kord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian terhadap
cedera lain yang menyertai dan mungkin juga mengubah respon terhadap terapi. Berat
serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi didapat dari penilaian primer yang
sangat teliti dan penilaian ulang yang sistematik terhadap pasien setelah cedera kord
spinal. Dua penyebab kematian utama setelah cedera kord spinal adalah aspirasi dan

17
syok. Beberapa komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari cedera saraf tulang belakang
adalah: tekanan darah perubahan - dapat ekstrim (otonom hyperreflexia), disebabkan
karena menurunnya curah jantung, komplikasi imobilitas dapat disebabkan karena tidak
berfungsinya salah satu anggota tubuh sehingga pasien diharuskan tirah baring yang lama
sehingga dapat menyebabkan dekubitus atau kontraktur; deep vein thrombosis, ini dapat
terjadi karena kurangnya sistem koagulasi dalam darah, sehingga terdapat trombus,
karena pergerakan, maka dapat menyebabkan trombus tersebut lepas dan menjadi emboli,
kemudian melalui pembuluh darah mengikuti aliran darah dan berkumpul di suatu
tempat; infeksi paru dapat terjadi jika ada cedera lain yang menyertai, atau ada kompresi
pada cervikalis sehingga fungsi paru terganggu atau menjadi minimal; kulit breakdown
terjadi bila terjadi robekan pada kulit punggung; kontraktur, terjadi karena pasien
immobilisasi; peningkatan risiko cedera pada daerah kebas tubuh disebabkan karena
orang tersebut kehilangan sensasi (mati rasa) sehingga meskipun orang tersebut terluka
oleh benda tajam pada daerah kebas tidak akan merasakan sakit; peningkatan risiko
kerusakan ginjal karena terjadi disfungsi berkemih sehingga pasien tidak dapat
mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh melalui urin; meningkatnya risiko infeksi
saluran kemih karena banyak bakteri dan jamur pada saluran kemih; kehilangan kontrol
kandung kemih disebabkan karena cedera pada L-1 dan L2 atau dibawahnya; kehilangan
kontrol usus disebabkan karena cedera pada L-1 dan L-2 atau dibawahnya; hilangnya
sensasi disebabkan oleh cederanya spinal L1 dan L2 atau dibawahnya; kehilangan fungsi
seksual (impotensi pria) karena cedera spinal L1 dan L2 atau dibawahnya; muscle
spasticity disebabkan karena C-1 sampai C-3 mengalami cedera; pain, karena
diskontinuitas antara tulang dan jaringan; kelumpuhan otot pernapasan, karena cederanya
spinal C1 sampai C3, dan C4 sampai C5 ; kelumpuhan (paraplegia, quadriplegia),
tergantung pada tempat atau lokasi terjadinya cedera; aspirasi terjadi karena tidak
berfungsinya sistem pernapasan dan pencernaan; shock, biasanya terjadi karena
perdarahan pada pasien, jika kehilangan darah terus menerus, pasien akan menjadi
hipotensi, dan untuk mengkompensasi, jantung bekerja lebih keras, memompa lebih cepat
sehingga terjadi
takikardi pada nadi, namun volume darah dalam tubuh tetap sedikit, sehingga
darah hanya digunakan untuk otak, apabila tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi

18
lagi, nadi akan menjadi semakin lemah dan sampai tak teraba dan untuk bagian perifer
tubuh menjadi dingin (akral), dan terjadilah shock hipovolemik.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaanawalakanmencakuppemeriksaandarahlengkap dan
elektrolituntuksetiappasien trauma, dan
pemeriksaanspesifikberikutiniuntuknmengevaluasicederaterkaitkorda spinalis:
a. AGD: analisis gas darahberhubungandengansyok dan
hipoksiajaringansebagaipanduanuntukpenatalaksanaan ventilator
pemberianoksigen.
b. Fotorontgendapatmengungkapkanterjadinya fraktur dan/ataupergeseran badan
verterbrata.
c. CT mengungkapkanadanya fraktur disertaipergeserannbadan vertebrata dan
hematoma.
d. MRI: dapatmendeteksicederakorda spinalis primer dan sekunder yang
berhubungandengan edema dan hemoragi.
I. PATOFLODIAGRAM

19
20
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. keluhan utama
Cedera medulla spinalis mempunyai keluhan atau gejala utama yang
berbeda-beda tergantung letak lesi dan luas lesi. Keluhan utama yang timbul
seperti nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau punggun dan kelemahan pada
ekstremitas atas maupun bawah.
2. pemeriksaan fisik
a. B1 (BREATHING)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot pernapasan dan
perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending akibat
trauma pada tulang belakang sehingga mengalami terputus jaringan saraf
di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari sistem ini akan didapatkan hasil
sebagai berikut inspeksi umum didapatkan klien batuk peningkatan
produksi sputum, sesak napas.dst
b. B2 (BLOOD)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan rejatan syok
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera tulang belakang. Dari
hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi bradikardi dan
jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat meningkatkan
hormon antidiuretik yang berdampak pada kompensasi tubuh.
c. B3 (BRAIN)

Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi


serebral dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat kesadaran :
tingkat keterjagaklien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator
paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan. Pengkajian fungsi
serebral : status mental observasi penampilan, tingkah laku nilai gaya
bicara dan aktivitas motorik klien Pengkajian sistem motorik : inspeksi
umum didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas bawah, baik bersifat
paralis, paraplegia, maupun quadriplegia Pengkajian sistem sensori :

21
ganguan sensibilitas pada klien cedera medula spinalis sesuai dengan
segmen yang mengalami gangguan.

d. B4 (BLADDER)

Kaji keadaan urine meliputi warna ,jumlah,dan karakteristik urine,


termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Bila terjadi lesi
pada kauida ekuina kandung kemih dikontrol oleh pusat (S2-S4) atau
dibawah pusat spinal kandung kemih akan menyebabkan interupsi hubungan
antara kandung kemih dan pusat spinal.

e. B5 (BOWEL)

Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan adanya ileus


paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bising usus, kembung,dan
defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari tahap syok spinal
yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.

f. B6 (BONE)

Paralisis motorik dan paralisis organ internal bergantung pada ketinggian


lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan
distribusi segmental dari saraf yang terkena.disfungsi motorik paling
umum adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada saluran ekstermitas bawah.
Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit dst.

3. Pemeriksaan diagnostik

a)    Laboratorium

b)   Radiologi

c)    Neurofisiologi klinik

1.      EMG

2.      NCV

22
3.      SSEP

d)   MRI

e)    CT Scan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan ventilasi spontan b.d kelumpuhan otot pernapasan
2. Nyeri akut b.d trauma jaringan syaraf, agen cidera
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelumpuhan
4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama yang beresiko
mengalami perubahan kulit yang buruk
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Harga diri rendah situasional
7. Defisit perawatan diri b.d keterbatasan pergerakan.
C. Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan

N Diagnosa keperawatan Intervensi( NIC)


Tujuan (NOC)
o
1 Gangguan ventilasi spontan  Respiratory Mechanical
Definisi: penurunan cadangan status: airway ventilation
energi yang mengakibatkan patency management:
ketidak mampuan individu untuk  Mechanical Invasive
mempertahankan pernapasan yang ventilation  Pastikan alarm
adekuat untuk menyokong weaning ventilator aktif
kehidupan response  Konsultasikan
Batasan karakteristik  Respiratory dengan tenaga
 Penurunan kerjasama status: gas kesehatan
 Penurunan PO2 Exchange lainnya dalam

 Penurunan SaO2  Breating pemilihan

 Penurunan volume tidal Breating jenis ventilator


pattern,  Berikan agens
 Dispnea
inefectife pelumpuh otot,
 Peningkatan frekuensi
Kriteria hasil: sedative dan

23
jantung  Respon alergi analgensic
 Peningkatan laju sistemik: narkotik, jika
metabolism tingkat di perlukan
 Peningkatan PCO2 keparahan  Pantau adanya
 Peningkatan gelisah respons kegagalan

 Peningkatan gangguan hipersensitifita pernapasan

otot aksesorius s ilmu sistemik yang akan

 Ketakutan terhadap terjadi

Faktor yang berhubungan antigen  Pantau adanya


lingkungan penurunan
 Faktor metabolic
(eksogen) volume
 Keletihan otot pernafasan
 Respons eksalasi dan
ventilasi peningkatan
mekanis: tekanan
pertukaran inspirasi pada
alveolar dan pasien
perfusi  Pantau
jaringan di keefektifan
dukung oleh ventilasi
ventilasi mekanik pada
mekanik kondisi
 Status fisiologis dan
pernapasan psikologis
pertukaran gas: pasien
pertukaran  Pantau adanya
CO2 atau O2 efek yang
di alveolus merugikan diri
untuk ventilasi
mempertahank mekanik:
an kosentrasi infeksi,
gas darah arteri baroterumas,

24
dalam rentang dan penurunan
normal curah jantung
 Status  Pantau efek
pernapasan perubahan
ventilasi: ventilator
pergerakan terhadap
udara keluar oksigenasi:
masuk paru GDA, saO2,
adekuat SvO2, CO2,
 Tanda vital: akhir-tidal,
tingkat suhu Qsp/Qtserta
tubuh, nadi, respons
pernapasan, subjektif
tekanan darah pasien.
dalam rentang  Pantau derajat
norma. pirau,
 Menerima kapasitas vital,
nutrisi adekuat Sd, VT, MVV,
sebelum, daya inspirasi,
selama, dan FEV1, dan
setelah proses kesiapan untuk
penyapian dari penyapihan
ventilator. dari ventilasi
mekanik,
sesuai protocol
institusi
 Auskultasi
suara napas,
catat area
penurunan
atau ketiadaan

25
ventilasi dan
adanya suara
napas
tambahan.
 Tentukan
kebutuhan
pengisapan
dengan
mengauskultas
i suara rongki
basa halus dan
rongki basah
kasar di jalan
napas
 Lakukan
higine mulut
secara rutin
Oxsygen Therapy
 Bersihkan
mulut, hidung,
dan trakea
sekresi, sesuai.
 Menjaga
patensi jalan
napas
 Mengatur
peralatan
oksigen dan
mengelola
melalui sistem,
di panaskan di

26
lembabkan
 Administer
oksigen
tambahan
seperti yang di
perintahkan
 Membantu
aliran liter
oksigen
 Membantu
posisi
perangkat
pengiriman
oksigen
 Secara berkala
memeriksa
perangkat
pengiriman
oksigen untuk
memastikan
bahwa
kosentrasi
yang di
tentukan
sedang di
sampaikan
 Membantu
efektivitas
terapy oksigen
(misalnya,
nadi oksimetri,

27
ABGs)
 Mengubah
perangkat
pengiriman
oksigen dari
masker untuk
hidung garpu
saat makan,
sebagai
ditoleransi
 Amati tanda-
tanda oksigen
di induksi
hipoventilasi
 Membantu
tanda-tanda
toksisitas
oksigen dan
penyerapan
atelektasis
 Menyediakan
oksigen ketika
pasien di
angkut
 Aturlah untuk
penggunaan
perangkat
oksigen yang
memudahkan
mobilitas dan
mengajarkan

28
pasien sesuai
agama dan
kepercayaan
2 Nyeri akut Pain Management
Definisi: pengalaman sensori dan  Pain level, - Lakukan
emosional yang tidak  Pain control, pengkajian
menyenangkan yang muncul  Comfort level nyeri secara
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil komprehensif
aktual atau potensial atau  Mampu termasuk
digambarkan dalam hal kerusakan mengontrol lokasi,
sedemikian rupa (internasional nyeri (tahu karakteristik,
Assiocation for the study of penyebab durasi,
pain): awitan yang tiba tiba atau nyeri, mampu frekuensi,
lambat dari intensitas ringan atau menggunakan kualitas, dan
berat dengan ahir yg berlansung tehknik faktor
>6 bulan nonfarmakolog presipitasi
Batasan karakteristik i untuk - Observasi
 Perubahan selera makan mengurangi reaksi
 Perubahan tekanan dara nyeri, mencari nonverbal dari

 Perubahan frekwensi bantuan) ketidaknyama

jantung  Melaporkan nan

 Perubahan frekwensi bahwa nyeri - Gunakan

pernapasan berkurang teknik

 Laporan isyarat dengan komunikasi


menggunakan terapeutik
 Diaforensis
manajemen untuk
 Perlaku distraksi(mis.,
nyeri mengetahui
berjalan mondar mandir
 Mampu pengalaman
mencari orang lain dan
mengenali nyeri pasien
atau aktivitas lain, aktifitas
nyeri (skala, - Kaji kultur
yang berulang)
intensitas, yang
 Mengexpresikan

29
perilaku(mis.,gelisah,mere frekuensi dan mempengaruhi
ngek,menangis) tanda nyeri) respon nyeri
 Sikap melindungi area  Menyatakan - Evaluasi
nyeri rasa nyaman pengalaman
 Fokus setelah nyeri nyeri masa
menyempit(mis.,ganguan berkurang lampau
perepsi nyeri,hambatan - Evaluasi
peroses berfikir bersama
penurunan intereaksi pasien dan tim
dengan orang dan kesehatan lain
lingkungan) tentang
 Intereaksi nyeri yang dapat ketidakefektifa
diamati n kontrol nyeri

 Perubahan posisi untuk masa lampau

menghindari neyi - Bantu pasien

 Sikap tubuh melindungi dan keluarga

 Dilatasi pupil untuk mencari


dan
 Melaporkan nyeri secara
menemukan
verbal
dukungan
 Ganguan tidur
- Kontrol
Faktor yang berhubungan:
lingkungan
 Agen
yang dapat
cedra(mis.,biologis,zat
mempengaruhi
kimia,fisik,pesikologis
nyeri seperti
)
suhu ruangan,
pencahayaan
dan kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi
nyeri

30
- Pilih dan
lakukan
penangganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan inter
personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
- Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada

31
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
- Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
- Cek riwayat
alergy
- Pilih analgesik
yang di
perlukan atau
kombinasi dari
analgesik
ketika

32
pemberian
lebih dari satu
- Tentu kan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian dan
dosis optimal.
- Pilih rute
pemberian
secara IV, IM,
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
- Monitor vital
sing sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
- Berikan
analgesik tepat
waktu
terutama saat
nyeri hebat

33
- Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala
3 Hambatan mobilitas fisik  Joint Exercise therapy:
Definisi: keterbatasan pada movement:acti ambulation
pergerakan fisik tubuh atau ve  Monitoring
1/lebih ekstremitas secara mandiri  Mobility level vital sign
dan terarah.  Self care: sebelum/sesud
Batasan Karakteristik: ADLs ah latighan
 Penurunan waktu  Transfer dan lihat
bereaksi performance respon pasien
 Kesulitan membolak Kriteria Hasil: saat latihan
balik posisi  Klien  Konsultasikan
 Melakukan aktivitas mengingat dengan terapi
lain sebagai pengganti dalam aktivitas fisik tentang
pergerakan (misalnya, fisik rencana
meningkatkan  Mengerti ambulansi
perhatian pada aktifitas tujuan dari sesuai dengan
orang lain, peningkatan kebutuhan
mengendalikan mobilitas  Bantu klien
perilaku, fokus pada  Memverbalisas untuk
ketunadayaan/aktivitas ikan perasaan menggunakan
sebelum sakit). dalam tongkat saat
 Dispnea setelah meningkatkan berjalan dan
beraktivitas kekuatan dan mencegah
 Perubahan cara kemampuan terhadap
berjalan berpindah cedera
 Gerakan bergetar  Memperagakan  Ajarkan pasien
 Keterbatasan penggunaan atau tenaga

34
kemampuan alat kesehatan lain
melakukan  Bantu untuk tentang teknik
ketrampilan motorik mobilisasi(wal ambulansi kaji
halus ker) kemampuan
 Keterbatasan pasien dengan
kemampuan mobilisasi
melakukan,  Latih pasien
keterampilan motorik dalam
kasar pemenuhan
 Keterbatasan rentang kebutuhan
pergerakan sendi ADLs secara
 Tremor akibat mandiri sesuai
pergerakan kemampuan
 Ketidaksetabilan  Dampingi dan
postur bantu pasien
 Pergerakan lambat saat mobilisasi

 Pergerakan tidak dan bantu

terkordinasi penuhi

Faktor yang berhubungan: kebutuhan

 Intoleransi aktivitas ADLs ps

 Perubahan metabolisme  Berikan alat

seluler bantu jika


klien
 Ansietas
memerlukan
 Indeks masa tubuh di atas
 Ajarkan pasien
prentil ke 75 sesuai usia
bagaimana
 Gangguan kongnitif
merubah posisi
 Konstraktur
dan berikan
 Kepercayaan budaya
bantuan jika di
tentang aktivitas sesuai
perlukan
usia

35
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan
tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan masa otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuloskoletal
 Gangguan neuromskular,
nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan otot
 Kurang pengetahuan
tentang aktivitas fisik
 Keadaan mood depresif
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, kaku sendi
 Kurang dukungan
lingkungan (misalnya fisik
atau sosial)
 Keterbatasan ketahanan
kardiofaskular
 Kerusakan integritas
struktur tulang
 Program pembatasan
gerak
 Keengganan memulai
pergerakan

36
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori
perseptual
4 Resiko Kerusakan Integritas  tissue Pressure
Kulit integrity : skin management
Definisi :perubahan/gangguan and mucous  anjurkan
Epidermis dan/Dermis membranes pasien untuk
Batasan karakteristik:  hemodyalis menggunakan
 Kerusakan lapisan kulit akses pakayan yang
(dermis) kriteria Hasil : longgar
 Gangguan permukaan  integritas kulit  hindari kerutan
kulit (epidermis) yang baik bisa pada tempat
 Invasi struktur tubuh di pertahankan tidur
Faktor yang berhubungan: (sensasi,  jaga

 Eksternal elastisitas, kebersihan

- Zat kimia, radiasi temperatur, kulit agar tetap

- usia yang ekstrem hidrasi, bersih dan

- kelembapan pigmentasi) kering

- hipertermia,  tidak ada luka/  mobilisasi

hipotermia lesi pada kulit pasien (ubah

- faktor mekanik  perfusi posisi pasien)

(mis, gaya jaringan baik setiap 2 jam

gunting,)  menunjukan sekali

- medikasi pemahaman  monitor kulit

- lembab dalam proses akan adanya

- imobilitas fisik perbaikan kulit kemerahan

 internal: dan mencegah  oleskan lotion

- perubahan status terjadinya atau

cairan cedera minyak/baby

- perubahan berulang oil pada

pigmentasi  mampu daerah yang

37
- perubahan turgor melindungi tertekan
- faktor kulit dan  monitor
perkembangan mempertahank aktivitas dan
- kondisi ketidak an kelembaban mobilisasi
seimbangan nutrisi kulit dan pasien
(mis, obesitas, perawatan  monitor status
emasiasi) alami nutrisi pasien
- penurunan  memandikan
imunologis pasien dengan
- penurunan sirkulasi sabun dan air
- kondisi gangguan hangat
metabolik insision site care
- gangguan sensasi - membersihkan
- tonjolan tulang , mementau
dan
meningkatkan
proses
penyembuhan
pada luka yang
di tutup
dengan
jahitan, klip
atau straples
- monitor proses
kesembuhan
area insisi
- monitor tanda
dan gejala
infeksi pada
area insisi
- bersihkan area

38
sekitar jahitan
atau staples,
menggunakan
lidi kapas
steril
- gunakan
preparat
antiseptic,
sesuai program
- ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka
tetap terbuka
(tidak di balut)
sesuai program
dialysis Acces
Maintenance
5 Ketidak seimbangan nutrisi  Nutritional Nutrition
kurang dari kebutuhan tubuh status: Management
Definisi:  Nutritional  Kaji adanya
Asupan nutrisi tidak cukup untuk status: vood alergi
memenuhi kebutuhan metabolik and fluid makanan
Batasan Karakteristik: intake  Kolaborasi
 Kram abdomen  Nutritional dengan ahli
 Nyeri abdomen status: nutrient gizi untuk
 Berat badan 20% atau intake menentukan
lebih di bawah berat badan  Weight control jumlah kalori
ideal Keriteria hasil: dan nutrisi
 Kerapuhan kapiler  Adanya yang

39
 Diare peningkatan dibutuhkan
 Kehilangan rambut berat badan pasien.
berlebihan sesuai dengan  Anjurkan
 Bising usus hiperaktif tujuan pasien untuk

 Kurang makan  Berat badan meningkatkan

 Kurang informasi ideal sesuai intake Fe


dengan tinggi  Anjurkan
 Kurang minat pada
badan pasien
makanan
 Mampuh meningkatkan
 Penurunan berat badan
mengidentifika protein
dengan asupan makanan
sih kebutuhan dan vitamin C
adekuat
nutrisi  Berikan
 Kesalahan konsepsi
 Tidak ada substansi gula
 Kesalahan informasi
tanda-tanda  Yakinkan diet
 Memberan mukosa pucat
malnutrisi yang dimakan
 Ketidakmampuan
 Menunjukan mengandung
memakan makan-
peningkatan tinggi serat
makanan
fungsi untuk
 Tonus otot menurun
pengecapan mencegah
 Mengeluh gangguan dari menelan konstipasi
sensasi rasa  Tidak terjadi  Berikan
 Mengeluh asupan penurunan makanan yang
makanan kurang dari RDA berat badan terpilih (sudah
(recommended daily yang berarti dikonsultasika
allowance)
n dengan ahli
 Cepat kenyang setelah
gizi)
makan
 Ajarkan pasien
 Sariawan rongga mulut
bagaimana
 Steatorea
membuat
 Kelemahan otot pengunya catatan
 Kelemahan otot untuk makanan

40
menelan harian
Faktor-faktor yang  Monitor
Berhubungan: jumlah nutrisi
 Faktor biologis dan kandungan
 Faktor ekonami kalori
 Ketidakmampuan untuk  Berikan
mengapsorbesi nutrien informasih
 Ketidakmampuan untuk tentang
mencerna makanan kebutuhan

 Ketidakmampuan menelan nutrisi

makanan  Kaji

 Faktof pesikologis kemampuan


pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition
Monitoring
 BB pasien
dalam batas
normal
 Monitor
adanya
penurunan
berat badan
 Monitor tipe
dan jumlah
aktifitas yang
bisa dilakukan
 Monitor
intreaksi anak

41
atau orang tua
selama makan
 Monitor
makanan
selma makan
 Jatwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan
pikmentasi
 Monitor turgo
kulit
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
 Monitor mual
dan muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, HB,
dan kadar Ht
 Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan

42
 Monitor pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori
dan intake
nutrisi
 Catat adanya
edema,
hipremik,
hipertonik
papila lidah
dan cafitas
oral.
 Catat jika lida
berwarna
magenta,
scarlet
6 Harga diri rendah situasional  Body image, Self esteem and hand
Definisi: perkembangan persepsi disiturbed cement
negative tentang harga diri  Coping,  Tunjukan rasa
sebagai respons terhadap situasi ineffective percaya diri
saat ini (sebutkan)  Personal terhadap
Batasan Karakteristik identity,distrub kemampuan
 Evaluasi diri bahwa ed pasien untuk
individu tidak mampu  Healt bhavior, mengatasi
menghadapi peristiwa risk situasi
 Evaluasi diri bahwa  Self estem  Dorongan
mampu menghadapi situasional, pasien

43
situasi low mengidentifika
 Prilaku bimbang Kriteria Hasil si kekuatan
 Prilaku tidak asertif  Adaptasi dirinya

 Secara verbal melaporkan terhadap  Ajarkan


tentang situasional saat ini ketunadayaan keterampilan
terhadap harga diri fisik: respon prilaku yang

 Ekspresi ketidak adaptiv klien positif melalui

berdayaan terhadap bermain peran,

 Ekspresi ketidak tantangan model peran,

bergunaan fungsional diskusi

 Verbalisasi meniadakan penting akibat  Dukung

diri ketunadayaan peningkatan

Faktor Yang Berhubungan fisik tanggung

 Prilaku tidak selaras  Resolusi jawab diri, jika

dengan nilai berduka: di perlukan

 Perubahan perkembangan
penyusaian  Buat statement
dengan positiv
 Gangguan citra tubuh
kehilangan terhadap
 Kegagalan
aktual atau pasien
 Gangguan fungsional
kehilangan  Monitor
 Kurang penghargaan
yang akan frekuensi
 Kehilangan
terjadi komunikasi
 Penolakan
 Penyesuaian verbal pasien
 Perubahan pran sosial psikososial: yang negatif
perubahan  Dukung pasien
hidup: respon untuk
psikososial menerima
adaptif tantangan baru
individu  Kaji alasan-
terhadap alasan untuk
perubahan mengkritik

44
bermakna atau
dalam hidup menyalakan
 Menunjukan diri sendiri
penilaian  Kolaborasi
pribadi tentang dengan
harga diri sumber-
 Mengungkapka sumber lain
n penerimaan (petugas dinas
diri sosial, perawat
komunikasi spesialis
terbuka klinis, dan
 Mengatakan layanaan
optimise keagamaan)
tentang masa
Counseling
depan
 Menggunakan  Menggunakan
strategi koping proses
efektif pertolongan
interakeltif
yang berfokus
pada
kebutuhan,
masa, atau
perasaan
pasien dan
orang terdekat
untuk
meningkatkan
atau
mendukung
koping,

45
pemecahan
masalah

Coping enhancment
body immage
nhament nhacement
7 Defisit perawatan diri NOC NIC
berpakaian  Self care status Self care Assistance:
Definisi : hambatan kemampuan  Self care Dressing/Grooming
untuk melakukan atau :dressing - Pantau tingkat
menyelesaikan aktivitas  Activity kekuatan dan
berpakaian dan berhias untuk diri tolerance toleransi
sendiri  Fatigue level aktivitas
Batasan karakteristik Kriteria hasil: - Pantau
 Ketidakmampuan  Mampu peningkatan
mengancingkan pakaian melakukan dan penurunan
 Ketidakmampuan tugas fisik kemampuan
mendapatkan pakaian yang paling untuk
 Ketidakmampuan mendasar dan berpakaian dan
mendapatkan antribut aktivitas melakukan
pakaian perawatan perawatan

 Ketidakmampuan pribadi secara rambut

menggenakan kaus kaki mandiri dengan - Pertimbangkan

 Ketidakmampuan atau tanpa alat budaya pasien

melepaskan atribut bantu ketika

pakaian  Mampu untuk mempromosik

 Ketidakmampuan melepas menggenakan an aktivitas

sepatu pakaian dan perawatan diri


berhias sendiri - Pertimbangkan
 Ketidakmampuan
secara mandiri usia pasien
melepaskan kaus kaki
atau tanpa alat ketika
 Hambatan memilih

46
pakaian bantu mempromosik
 Hambatan  Mampu an aktivitas
mempertahankan mempertahank perawatan diri
penampilan yang an kebersihan - Bantu pasien
memuaskan pribadi dan memilih
 Hambatan mengambil penampilan pakaian yang
pakaian yang rapi mudah dipakai
 Hambatan menggenakan secara mandiri dan dilepas
pakaian pada bagian tubuh dengan atau - Sediakan
bawah tanpa alat pakaian pasien

 Hmbatan menggenakan bantu pada tempat

pakaian pada bagian tubuh  Mengungkapka yang mudah di

atas n kepuasan jangkau (di

 Hambatan memasang dalam samping

sepatu berpakaian dan tempat tidur)

 Hambatan memasang kaus menata rambut - Fasilitas

kaki  Menggunakan pasien untuk


alat bantu menyisir
 Hambatan melepas
untuk rambut, bila
pakaian
memudahkan memungkinka
 Hambatan melepas sepatu
dalam n
 Hambatan melepas kaus
berpakaian - Dukung
kaki
 Dapat memilih kemandirian
 Hambatan menggunakan
pakaian dan dalam
alat batu
mengambilnya berpakaian,
 Hambatan menggunakan
dari lemari berhias, bantu
resleting
atau laci baju pasien jika di
Faktor yang berhubungan
 Mampu perlukan
 Gangguan kongnitif
meritsleting - Pertahankan
 Penurunan motivasi
dan privasi saat
 Ketidaknyamanan
mengancing pasien

47
 Kendala lingkungan pakaian berpakaian
 Keletihan dan kelemahan  Menggunakan - Bantu pasien

 Gangguan muskoloskeletal pakaian secara untuk


rapi dan bersih menaikan,
 Mampu mengancingka
melepas n, dan
pakaian, kaos merisleting
kaki, dan pakaian, jika
sepatu di perlukan
 Menunjukan - Gunakan alat
rambut yang bantu
rapi dan bersih tambahan
 Menggunakan (misal sendok,
tata rias pengait
kancing dan
penarik
ritsleting)
untuk menarik
pakaian jika
Di perlukan
- Beri pujian
atas usaha
untuk
berpakaian
sendiri
- Gunakan
terapi fisik dan
okupasi
sebagai
sumber dalam
perencanaan

48
tindakan
pasien dalam
perawatan
pasien dengan
alat bantu

K. DISCHARGE PLANING
a. Konsultasikantindakan yang akan di lakukanselanjutnyadengandokter
(fisioterapi,dll)
b. Hindariuntukmengangkatbebanberatsampaidoktermengijinkan
c. Jikatubuhsudahgemuk, konsultasikanuntukmelakukan diet
sehinggatulangbelakangdalammenahanbebantubuhtidakterlaluberat.
d. Konsumsimakanan yang dapatmeningkatkankekuatantulang
e. Olahragakntubuhsesuaiinstruksiataucara yang dianjurkan dan hindariolahraga
yang dilarang.
f. Hindaripengguanaanalatkendaraanbermotoorsendirijikabelummemungkinkanuntu
kmenghindarikecelakaan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cederakorda spinal (spinal cord injury, SCI) adalahkerusakan pada elemen neural
korda spinal. Korda spinal mengandungjalur yang menghubungkan neuron aferensensori
dan neuron motorikbawahdenganpusat di otrak,
baikfungsisensorikmaupunmotorikterlibat. Penyebabutama SCI adalahkontusio,
kompresi, laserasi, transeksi, hemoragi, kerusakan pada pembuluhdarah yang
menyuplaikorda spinal, dan kerusakan pada pembuluhdarahdalamkorda spinal.
49
B. SARAN
Semogamakalahinibermaanfaatbagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Dosen keperawatan medikal bedah indonesia,2017.rencana asuhan keperawatan medikal


bedah;diagnosis NANDA, intervensi NIC NOC. Jakarta : EGC

LeMone,Priscilla.2015.buku ajar keperawatan medikal bedah,ed.5.Jakarta: EGC

YasmaraDeni,Nursiswati,dkk.2017.RencanaAsuhanKeperawatanMedikalBedah.jakarta:E
GC

50

Anda mungkin juga menyukai