Anda di halaman 1dari 12

Seorang lansia, berusia 70 tahun, adalah janda dengan diagnosa medis Alzheimer type

demensia. Perawat melakukan kunjungan kedua kerumah. Hasil pengkajian saat ini
klien tidak mengingat namanya, tidak mengenal anak-anaknya dan para tetangga yang
lain. Ketika diajak kenalan dengan perawat, klien tidak mudah mengingat nama
perawat, bahkan ketika disebutkan lagi nama perawat, klien tidak mampu
mengulangnya kembali. Klien sering lupa meletakkan kaca matanya. Klien kesulitan
mengingat tempat dan bingung berada di mana sekarang. Tidak jarang klien minta
pulang ke rumah, padahal posisi klien tinggal di rumahnya.

Klien tiduran sepanjang hari di tempat tidur, makan, minum, BAK, BAB, mandi dan
semua aktifitas yang lain tidak mampu dikerjakan sendiri. Klien masih dapat berbicara
tetapi tidak terlalu jelas. Menurut keluarga, klien sudah tidak bisa berjalan sejak 8 tahun
lalu. Bila ingin ke kamar mandi klien selalu dipapah. Klien tidak pernah dirawat di RS,
Tidak pernah mengalami cedera atau kecelakaan dan jatuh pada kepala. Ada riwayat
Diabetes Mellitus dan Hiperkolesterolemia. Perawat kemudian melakukan pemeriksaan
MMSE hasilnya 16 dan pemeriksaan SPMSQ hasilnya 10. Selanjutnya perawat
membuat rencana intervensi.

MMSE : Mini mental state examination (MMSE) adalah pemeriksaan kognitif yang
menjadi bagian rutin pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dementia.
Pemeriksaan ini diindikasikan terutama pada pasien lanjut usia yang mengalami
penurunan fungsi kognitif, kemampuan berpikir, dan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. MMSE merupakan pemeriksaan yang terdiri dari 11 item penilaian
yang digunakan untuk menilai atensi dan orientasi, memori, registrasi, recall, kalkulasi,
kemampuan bahasa, dan kemampuan untuk menggambar poligon kompleks. Rentang
skor MMSE adalah 1-30, dengan cut off 24. Skor yang lebih rendah dari 24
menunjukkan adanya gangguan kognitif.

SPMSQ : Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Penilaian untuk


mengetahui fungsi intelektual lansia

1. Jelaskan proses degeneratif sistem persyarafan pada lanjut


usia ?
2. Apakah pengertian Alzheimer ?
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan
kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan,
pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan
meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
3. Apakah penyebab Alzheimer ?
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab
yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit
Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami
degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
4. Apakah tanda gejala Alzheimer ?
a. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia
tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia
bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu
adalah tetangganya.
b. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu
urutan-urutan menyiapkan makanan.
c. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata
yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang
sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak
biasa.
d. Disorientasi waktu dan tempat
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi
penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar
untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia
sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
e. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk
cuaca dingin atau sebaliknya
f. Salah menempatkan barang
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau
kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat
yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
g. Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu.
Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak
biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
h. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan
menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah
mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan
melakukan sesuatu.
i. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau
tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya (Yulfran,
2009).
5. Bagaimana hubungan antara riwayat DM dan
Hiperkolesterolemia dengan Alzheimer?
Walaupun masih diperlukan lebih banyak penelitian, kini diketahui bahwa
semakin tua usia penderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, ternyata
semakin lebih berisiko ia mengalami demensia. Di bawah ini adalah beberapa
kemungkinan penyebabnya:
1. Kerusakan saraf
Penderita diabetes rentan mengalami peningkatan atau penurunan kadar gula
darah yang ekstrim karena adanya gangguan pada efek kerja hormon insulin.
Akibatnya, sel saraf otak tidak dapat menggunakan gula darah sebagai
sumber energi.
Inilah sebabnya kemampuan berpikir dapat terganggu jika kadar glukosa
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dalam kondisi parah, kondisi ini bahkan bisa
menyebabkan kerusakan saraf karena otak kekurangan energi.
2. Aliran darah ke otak tidak lancar
Diabetes yang tidak terkontrol dalam jangka panjang dapat meningkatkan
peradangan di dalam tubuh, sehingga berisiko merusak pembuluh darah. Jika
kerusakan pembuluh darah terjadi pada otak, aliran darah ke otak bisa
terganggu sehingga muncul penyakit Alzheimer.
3. Kadar protein beta amyloid meningkat
Tingginya kadar gula darah ternyata juga berhubungan dengan tingginya
kadar protein yang disebut beta amyloid. Penumpukan protein ini dapat
mengganggu kerja otak dan memutus sinyal antara sel-sel saraf otak,
sehingga muncul gejala demensia.
Penelitian juga menunjukan bahwa orang yang merokok, memiliki tekanan
darah tinggi, kadar kolesterol tinggi atau diabetes memiliki peningkatan risiko
perkembangan penyakit Alzheimer.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Chemistry menunjukkan
bahwa kolesterol juga bisa bertindak sebagai katalis untuk kelompok protein
yang disebut amyloid-beta, yang terbentuk di otak.
Penumpukan amyloid-beta akan membentuk plak yang beracun bagi fungsi
otak, sehingga dapat membunuh sel-sel otak. Kondisi inilah yang kemudian
menyebabkan Alzheimer.
Song, et al. (2017). Metabolic Relationship Between Diabetes and Alzheimer's Disease
Affected by Cyclo(His-Pro) Plus Zinc Treatment. BBA Clinical. 7, pp. 41–54.
6. Jelaskan patofisiologi dan pathways Alzheimer ?

Faktor Predisposisi: Virus lambat, Proses Autoimun,


Keracunan aluminium dan genetik

Penurunan metabolisme dan aliran darah di


korteks parietalis superior

Degenarasi neuron kolinergik

Kekusutan neurofibrilar Hilangnya serat saraf


yang difus kolinergik di korteks serebrum

Kelainan Penurunan sel neuron


Terjadi plak senilis kolinergik yang berproyeksi
Neurotrasmiter
ke hipokampus dan amigdala

Asetilkolin pada otak

Demensia

Perubahan kemampuan Kehilangan kemampuan Tingkah laku aneh dan


merawat diri sendiri menyelesaikan kacau, dan cenderung
masalah.Perubahan mengawasi mengembara. Mempunyai
keadaan yang kompleks dan dorongan melakukan
berpikir abstrak. Emosi labil, kekerasan
7. Defisit Perawatan Pelupa, Apatis.Loss deep
diri (makan, minum, memory
berpakaian, higiene)

2. Perubahan nutrisi: 3. Perubahan proses pikir4. 1.Resiko tinggi


kurang dari kebutuhan Hambatan Interaksi sosial5. trauma
tubuh Hambatan komunikasi
verbal6. Koping tidak efektif
7. Jelaskan pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan
Alzheimer?
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai
berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan :
1) atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks
motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
2) berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1) Neurofibrillary tangles (NFT): Merupakan sitoplasma neuronal yang
terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen,
ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya
demensia.
2) Senile plaque (SP): Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat
degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat
amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor protein yang
terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile
plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus,
korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer,
korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini
juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque
berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran
histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran
karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron: Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan
kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian
neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal
lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus,
amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus
dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada
nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada
lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis,
nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf
pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan
harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4) Perubahan vakuoler: Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang
berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini
berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP ,
perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial,
amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis,
parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
5) Lewy body: Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak
terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan
amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis,
oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang
terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi
penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan
variant dari penyakit alzheimer.
b. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak
adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola
defisit yang terjadi. Juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori,
kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang
penting karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan
yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit
selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan
gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan
oleh demensia karena berbagai penyebab.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer
antemortem, berfungsi untuk:
1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain
alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal
menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran
marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel
berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status
mini mental
d. MRI
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping
anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk
demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga
terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala,
serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer
dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari
hipokampus.
e. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang
pada penyakit alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus
frontalis yang non spesifik
8. Jelaskan penatalaksanaan medis pada Alzheimer ?
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif
seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
a. Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept),
galantamin (Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita
Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase
dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo
selama periode yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian
4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang
bermakna.
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzym ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif
(Yulfran, 2009)
9. Apa saja pengkajian keperawatan pada Alzheimer MMSE
dan SPMSQ?
SPMSQ (Short Portable Mental Status Quesionaire)
Untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual yg terdiri dari 10
pertanyaan tentang : orientasi, riwayat pribadi, memori dalam hubungan
dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh dan kemampuan matematis
Penilaian : jawaban salah nilai 1, jawaban benar nilai 0
Bila penderita tdk pernah sekolah, nilai kesalahan diperbolehkan + 1 dari nilai
yg didapat. Bila penderita sekolah lebih dari SMA, kesalahan yang
diperbolehkan – 1 dari nilai yg didapat.
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa sekarang?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini?
4 Alamat anda
5 Berapa umur anda
6 Kapan anda lahir (minimal tahun)
7 Siapa nama presiden sekarang
8 Siapa nama presiden sebelumnya
9 Siapa nama ibu anda
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun
Kesimpulan :
Salah 0-3          : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5          : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8          : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10        : kerusakan intelektual berat

MMSE (Mini Mental State Exam)


Pemeriksan bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi tidak dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik.
Berguna untuk mengkaji kemajuan klien Menguji aspek kognitif dari fungsi
mental : orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa.

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


kognitif maksimal klien
klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
tahun/musim/tanggal/hari/bulan
2 Orientasi 5 - Dimana anda sekarang?
- Negara
- Indo/provinsi/kota/panti werda/wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa)
1detik utk mengatakan masing2 objek,
kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek tadi (utk disebutkan)
4 Perhatian 5 Minta klien utk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali (93,
kalkulasi 86,79,72,65)
5 Mengingat 3 Minta klien utk mengulangi ketiga objek
pada no 2 (registrasi) tadi, bila benar 1
point utk masing2 objek
6 Bahasa 9 - Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal
jam tangan atau pensil)
- Minta kepada klien utk mengulang kata
berikut “tdk ada, jika, dan, atau,tetapi”
bila benar nilai 2 point. Bila pertanyaan
benar 2-3 buah, misal : tidak ada, tetapi
maka nilai 1 point.
Minta klien utk mengikuti perintah berikut
yg tdd 3 langkah: “ambil kertas di tangan
anda, lipat dua dan taruh di lantai”
- Ambil kertas
- Lipat dua
- Taruh di lantai
Perintahkan pada klien utk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point).
- Tutup mata anda
Perintahkan pada klien utk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar.
- Tulis satu kalimant
- Menyalin gambar

Total nilai

Kesimpulan MMSE:
> 23           : aspek koqnitif dari fungsi mental baik
18-22         : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17           : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

10. Apakah diagnose keperawatan pada Alzheimer ?

11. Jelaskan nursing outcome criteria ?


12. Jelaskan nursing intervention criteria ?

Anda mungkin juga menyukai