Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan pada kehamilan dan persalinan menjadi penyebab utama


kematian ibu di dunia sebanyak 500,000 kematian ibu setiap tahun dan 99% dari
kematian ini terutama terjadi di negara berkembang. Sedangkan pendarahan pasca
persalina menduduki peringkat pertama dalam menyumbangkan angka kematian
ibu di dunia dan merupakan salah satu (28%) dari tiga penyebab klasik kematian
ibu disamping eklampsia (24%) dan infeksi (11%).1 Angka kematian ibu
merupakan indikator penting yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development
Goals (MDGs). Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadi
indikator keberhasilan pembangunan kesehatan.2
Pendarahan pasca persalinan menyebabkan kematian ibu menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 sebanyak 30,3% dari 359 per
100,000 kelahiran hidup. Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan
angka kematian ibu dalam tujuan pembangunan millennium pada tahun 2030
menurun menjadi 70 per 100,000 kelahiran hidup. Namun tampaknnya AKI
mengalami fluktuatif. AKI menurut survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
pada tahun 1997 dan 2002-2003 menurun dari 390 menjadi 307 per 100,000
kelahiran hidup, dan 228 kematian per 100,000 kelahiran hidup pada SKDI 2007
namun peningkatan terjadi pada tahun 2012 menjadi 359 per 100,000 kelahiran
hidup1. Angka pendarahan pasca persalinan dan hasil survey AKI menjadi dilema
untuk memenuhi angka yang telah ditargetkan MDGs.
Perdarahan pasca persalinan merupakan perdarahan yang melebihi 500 ml
setelah bayi lahir pada persalinan pervaginam atau melebihi 1000 ml pada seksio
sesarea yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum atau sesudah kelahiran
plasenta atau pada 24 jam setelah melahirkan.3 Menurut waktu kejadiannya
terdapat perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam kurang dari 12 jam
setelah bayi lahir dan perdarahan pasca persalinan post partum sekunder yang
terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, sebagian besar disebabkan karena ibu terlalu banyak
mengeluarkan darah. Sebagian kasus dapat bertahan hidup setelah mengalami
pendarahan pasca persalinan namun dengan anamia berat. 4 Berdasarkan penelitian
yang dilakukan diketahui bahwa penyebab utama perdarahan pasca persalinan
adalah atonia uteri sebanyak 40% diikuti retensio plasenta sebanyak 33%, laserasi
jalan lahir sebesar 19% dan penyebab lain sebanyak 9%.5
Berdasarkan gambaran diatas maka perdarahan pasca persalinan menjadi
komplikasi paling penting yang perlu mendapat perhatian untuk melakukan
pencegahan dan penatalaksaan yang cepat dan tepat guna menurunkan Angka
Kematian Ibu yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan.
Hal tersebut juga mengingat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11
Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia Pendarahan Pasca
Persalinan memiliki kompetensi 3B yang artinya lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat
demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada
pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Pendarahan Pasca Persalinan didefiniskan sebagai kehilangan 500
ml atau lebih darah setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih
setelah seksio sesarea.3 Batasan jumlah perdarahan disebut sebagai
perdarahan lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda
vital seperti pasien mengeluh lemas, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, sesak napas, pada pemeriksaan tekanan darah sistolik <90
mmHg dan denyut nadi > 100x/menit. 3

2.2. Epidemiologi
Perdarahan pasca persalinan menyebabkan kematian ibu menurut
menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 sebanyak
30,3% dari 359 per 100,000 kelahiran hidup. Sekitar 108.700 wanita di
dunia meninggal akibat perdarahan pasca persalinan yaitu 1 kematian setiap
4 menit.4
Perdarahan pasca persalinan penyebab paling umum pendarahan
yang berlebihan pada kehamilan, dapat disebabkan retensio plasenta
sebanyak 53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar 29,3%, atonia uteri
14,6% dan inversion uteri sebanyak 2,4% dan 0,5-0,8 % disebabkan oleh
gangguan pembekuan darah.5
Perdarahan pasca persalinan berhubungan dengan peningkatan angka
kematian ibu di negara berkembang. Lebih dari separuh jumlah kematian
ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar
disebabkan karena ibu terlalu banyak mengeluarkan darah. Sebagian kasus
dapat bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan
namun dengan anamia berat.
BAB III
LAPORAN KASUS

1.1. Identitas
Nama : DEN
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Sidan Gianyar
No. RM : 648283
Tanggal MRS : 10 Agustus 2019 (03.00 WITA)

1.2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Sanjiwani pada tanggal 10 Agustus 2019
pukul 03.00 WITA dengan keluhan keluar air sejak pukul 02.00 WITA
(10/08/2019). Pasien ingin mengedan pukul 06.20 WITA. Pukul 06.30 WITA
lahir bayi laki-laki, 3200 gram, AS 6-7, kelainan kongenital (-). Pukul 06.35
WITA lahir plasenta, kesan lengkap, kalsifikasi (-) hematoma (-), terjadi rupture
perineum grade II dan robekan portio, pendarahan aktif (+) lochea (+). Pukul
06.45 WITA telah dilakukan primary hecting dan evaluasi rupture grade II. Pasien
mengeluh lemas, pusing dan nyeri jalan lahir.

1.2.1. Riwayat Menstruasi


Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada usia 15 tahun. Siklus
menstruasi sebelum kehamilan dikatakan teratur setiap 28 hari dan lama
menstruasi dalam satu siklus 5-7 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT)
pasien adalah 09 November 2018, dengan taksiran persalinan pada tanggal
16 Agustus 2019.
1.2.2. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali sejak tahun 2012 sampai sekarang. Pasien
menikah pada usia 29 tahun.

1.2.3. Riwayat Kontrasepsi


Pasien belum pernah memakai kontrasepsi.

1.2.4. Riwayat Obstetri


Hamil ini merupakan kehamilan pertama pasien.
Umur
No Tahun Kehamila Persalinan Penolong JK/BB Keadaan
n
1 2015 Aterm P spt B Nakes Pr/3500g Normal
2 Saat ini

1.2.5. Riwayat Ante Natal Care


Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 10 kali selama
kehamilannya di puskesmas dokter spesialis kandungan. Pasien mengatakan
melakukan USG kandungan sebanyak 4 kali. Pasien memiliki riwayat
keluar flek-flek selama kehamilannya, namun tidak pernah memiliki riwayat
tekanan darah tinggi. Berat badan pasien sebelum hamil yakni 60 kg, selama
hamil bertambah menjadi 69 kg (ditimbang saat kontrol terakhir 1/08/2019)
dengan tinggi badan 158 cm. Tekanan darah pasien dan denyut jantung
janin selama kehamilan dikatakan normal. Pasien mengonsumsi suplemen
tablet besi.

1.2.6. Riwayat Penyakit Terdahulu


Riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, asma,
dan penyakit jantung disangkal oleh pasien. Pasien juga menyangkal adanya
riwayat alergi obat atau makanan. Riwayat kejang disangkal oleh pasien.

1.2.7. Riwayat Genikologi


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi.
1.2.8. Riwayat Pengobatan dan Operasi
Pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan selain
vitamin yang didapatkan dari dokter kandungan saat kontrol kehamilan.
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat operasi sebelumnya.

1.2.9. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit sistemik pada keluarga
seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, dan penyakit jantung.

1.2.10. Riwayat Sosial dan Lingkungan


Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Pasien merupakan
pegawai swasta yang sekaligus mengurus aktivitas sehari-hari di rumah.
Jarak rumah dan tempat kerja pasien dapat ditempuh dalam waktu 15 menit.
Selama hamil pasien melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien mengatakan
tidak memiliki riwayat merokok dan mengonsumsi alkohol.

1.3. Pemeriksaan Fisik (10/08/2019 06.50 WIB)

1.3.1. Status Present


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 88x / menit
Napas 20x / menit
Suhu Axilla 36,7 oC
Berat badan sebelum hamil : 60 kg
Berat badan saat ini : 69 kg
Tinggi badan : 158 cm
IMT sebelum hamil : 24,03 kg/m2
IMT saat ini : 27,60 kg/m2

1.3.2. Status General


Mata : Anemis (+/+), ikterus ( -/- )
Jantung : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : sesuai status obstetri
Ekstremitas : Edema (-) dan hangat (+) pada keempat ekstremitas

1.3.3. Status Obstetri


Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi uterus buruk, bising usus
(+) normal.
Vagina :Evaluasi robekan portio : perdarahan aktif (arah jam 07.00)

Daftar pustaka

1. Survey Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Kematian Dewasa


dan Maternal 2012. Hal 221-228
2. Evensen, Ann, dkk. Postpartum Hemorrhage: Prevention and Treatment.
American Academy of Family Physicians. 2017. Vol 95 (7)
3. WHO handbook for guideline development. Geneva, World Health
Organization, 2012. (WHO Recommendations for the Prevention and
Treatment of Post Partum Haemorrhage)
4. Candraharan, mercede. An update on the risk factors for and management of
obstetric haemorrhage.Women’s Health Journal. London . 2017, vol 13(2)
34-40.
5. Green, dkk. The epidemiology and outcomes of women with postpartum
haemorrhage requiring massive transfusion with eight or more units of red
cells: a national cross-sectional study. BJOG An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology. London. 2015 DOI : 10.11 11/147 1-
0528.1381

Anda mungkin juga menyukai