SINTESIS IODOFORM
Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepda Tuhan Yang Maha Esa,sebab hanya karena
oleh rahmat-Nya lah,kami berhasil menyelesaikan praktikum sintesis Iodoform dan
menyusunnya menjadi sebuah makalah yang berjudul “SINTESIS IODOFORM”. Tujuan
dari pembuatan makalah ini selain agar kami lebih memahami tentang Iodoform dan cara
memperolehnya secara sintesis (preparatif).
Makalah ini berisi tentang metode-metode pembuatan,mekanisme reaksi,bahan-
bahan yang digunakan,produk hasil beserta sifat-sifat fisika dan kimianya, cara kerja,dan hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum sintesis Iodoform ini.Bahan untuk
isi makalah kami himpun dari berbagai sumber dan buku-buku referensi lain yang berguna
bagi kami untuk memahami lebih dalam praktikum ini.
Pada proses penyusunan makalah ini,kami mendapat banyak bantuan baik secara
materiil maupun secara imateriil.Oleh karena itu,pada kesempatan kali ini,ijinkan kami untuk
menyampaikan terima kasih kami kepada :
1. Prof. Dr. Tutuk Budiati, MS.,selaku dosen pembimbing kami,yang telah
banyak membantu baik dalam proses praktikum maupun dalam proses
pengerjaan dan penyempurnaan makalah ini.
2. Ibu Dra.Suzana,Msi,selaku koordinator praktikum Kimia Sintesis.
3. Bapak dan Ibu dosen Kimia Sintesis selaku pembimbing praktikum preparat
lain dan pemberi tutorial kimia sintesis.
4. Staf karyawan dan laboran laboratorium jurusan Kimia Farmasi yang telah
memberikan sarana dan pra sarana bagi praktikum kami.
5. Kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak terjadi kesalahan dalam preparasi iodoform
ataupun dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat membantu
kami, dan semoga makalag ini bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iii
I. PENDAHULUAN...........................................................................1
II. SINTESIS / ISOLASI PREPARAT...............................................
Prosedur asli...............................................................................3
Mekanisme Reaksi.....................................................................5
Alat dan Bahan...........................................................................6
Cara Kerja..................................................................................9
Skema kerja..............................................................................11
Hasil Reaksi.............................................................................12
III. UJI KEMURNIAN........................................................................14
IV. IDENTIFIKASI STUKTUR
Spektrofotometer IR/FT-IR.....................................................16
Spektrofotometer UV-Vis........................................................17
Spektrofotometer Massa..........................................................19
Spektroskopi NMR..................................................................20
1.H-NMR...........................................................................20
2.C-NMR...........................................................................21
V. PEMBAHASAN............................................................................23
VI. KESIMPULAN..............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, senyawa-senyawa kimia telah dipergunakan secara luas dan banyak
dijumpai dalam setiap segi kehidupan. Contohnya adalah parfum. Dulu parfum digunakan
dengan menggunakan minyak atsiri hasil destilasi dari tanaman-tanaman tertentu,tentu saja
harga parfum menjadi sangat mahal karena proses pembuatannya yang cukup lama dan
rumit. Sekarang, industri parfum menggunakan senyawa-senyawa kimia sintesis yang
memiliki struktur dan bentuk molekul yang sama dengan senyawa kimia yang terkandung
dalam minyak atsiri. Begitu juga senyawa-senyawa obat yang pada mulanya dibuat dari
senyawa yang terkandung dalam tanaman (tingkat tinggi maupun golongan jamur,ganggang
dll),bahkan juga dari golongan hewan. Sekarang hampir semua obat dapat disintesa oleh
manusia. Selain lebih ekonomis dan menguntungkan juga dapat mencegah kepunahan atau
kerusakan pada beberapa spesies tanaman atau hewan. Seorang farmasis seharusnya
mengetahui hal tersebut,serta untung ruginya bagi masyarakat luas. Secara umum, ada tiga
jalur untuk memperoleh senyawa obat yaitu melalui reaksi biositesa, semisintesa, dan sintesa
murni.
Sintesa sendiri dibagi menjadi dua,yaitu sintesa kimia dan sintesa preparatif. Pada
praktikum kali ini kami melakukan sintesa secara prepatif,yaitu sintesa suatu senyawa yang
reaksi-reaksi kimianya telah diketahui dari literatur. Sehingga kita tidak perlu lagi mencari
metode-metode reaksi yang diperlukan selain dari literatur,jadi cara ini lebih sederhana.
Iodoform merupakan salah satu senyawa kimia yang termasuk dalam golongan
obat yang dapat disitesis secara peparatif. Iodoform merupakan suatu antiseptik. Senyawa
Iodoform didapat melalui reaksi penambahan reagen NaOH pada Iodium dalam larutan
campur aseton-air yang dapat memberikan suasana basa.
Pada pembuatan iodoform terjadi proses halogenasi ( iodisasi ). Senyawa yang
digunakan merupakan senyawa golongan aldehida dan ketan. Aldehida dan keton dapat
mengalami halogenasi, dimana terjadi reaksi terhadap atom-atom hidrogen alfa ( H α ).
Reaksi umum :
4
Sifat kimia dan fisika iodoform :
Iodoform (BM=393,79) adalah kristal kuning heksagonal, mudah menyublim
pada pemanasan dan ada temperatur tinggi mengalami dekomposisi.
Nama lain : Tri iodo methane, formyl triode, formylum
Rumus molekul : CHI3
Berat molekul : 393,78
Berat jenis : 4,1
Titik lebur : 120oC
Kelarutan : sanagat sukar larut dalam air ; 1g iodoform larut dalam 60
mL alkohol dingin , dalam 10 mL kloroform , dalam 7,5 eter , dalam 80 ml gliserol, dalam 3
mL karbon disulfide , dalam 34 mL minyak Zaitun, larut bebas dalam benzene, aseton;
sedikit larut dalam petrolatum eter.
Kegunaan : antiseptical topical, anti infeksi, anastesi, disinfektan.
Bahaya : Pemakaian dalam jumlah besar dapat menyebabkan dermatritis ,
demam malaise , anoreksia, sakit kepala, hipotensi, dan tachycardia.
5
BAB II
SINTESIS PREPARAT
Preparation of Iodoform
6
Cover the filtered solution and set aside to cool slowly. In 15 minutes ad about 25
cc of water,meanwhile stirring vigorously to completely praecipitate the iodoform,
then filter with the Buchner funnel. Wash the crystals on the funnel with a few drops of cold
alcohol (cut off suction during the washing). Remove the crystals from the filter paper and
spread them on a fresh,dry piece of filter paper. The best way to remove paper,etc.,from the
Buchner funnel is to hold it over a clean filter paper and blow gently through the stem. The
end of the funnel stem should first to be washed so that no chemicals can get on thae lips.
Any crystals remaining in the funnel are removed with knife or spatula. The crystals are to
be placed in the dessicator. Place an identification slip in the dessicator. Products in course
of preparation should always be labeled,do not rely on the memory.
The bottom of the dessicator should contain granules of calcium chloride to a
depth of about 15 mm. The melting point and weight of the preparation will be determined
after it is dry,at the next laboratory period. Submit the product in a sample bottle,properly
labeled.
b. Mekanisme Reaksi
I. CH3-C-CH3 CH3-C-CH2-
OH- CH3-C-CH2I + I-
|| I2
|| ||
O O O
II. CH3-C-CH2I CH3-C-CHI- CH3-C-CHI2 + I-
OH- I2
|| || ||
O O O
III.
CH3-C-CHI2 CH3-C-CI2-
OH- CH3-C-CI3 + I-
|| I2
|| ||
O O O
7
IV.
+ O-
CH3-C-CI3 OH- O
|
|| CH3-C-CI3 CH3-C + CI3-
O |
OH OH
CH3COO- + CH3I
8
Titik didih : 56,5°C
Density : 0,788 ( 25°C )
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, sangat mudah
terbakar, berbau khas, dan rasanya manis.
Kelarutan : larut dalam air, dalam alkohol, dalam dimetil formamida,
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak-minyak.
Kegunaan : sebagai pelarut organik, sebagai reagen dalam pembuatan
metil isobutyl keton, mesitil, diaseton alcohol, kloroform, iodoform, bromoform,
untuk permunian paraffin, dan pengawet jaringan.
Bahaya : mudah terbakar, penggunaan topical dalam jangka panjang
dapat erytherma, uapnya menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan iritasi bronchial.
3) NaOH
Jumlah : secukupnya
BM : 40,01
Titik lebur : 318,4°C
Berat Jenis : 2,13
Pemerian : bentuk butiran, masa hablur atau keeping berwarna putih,
mudah meleleh, sangat alkalis dan korosif, mudah menyerap CO2 dan air dari udara.
Kelarutan : larut dalam air, dalm alcohol, dalam dimetil formamida,
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak-minyak.
Kegunaan : 1 g larut di dalam 0,9 ml air, dalam 0,3 ml air mendidih,
dalam 7,2 ml alcohol absolute, dalam 4,2 ml methanol, juga larut dalam gliserol.
Bahaya : korosif pada semua jaringan, menyebabkan muntah dan
collaps, mangiritasi mata, kulit, dan membrane mukosa, pneumonia, kulit, dan mata
terbakar.
4) Etanol (C2H5OH)
Jumlah : secukupnya
BM : 46,07
Titik didih : 78,32°C
Titik leleh : -114°C
Berat jenis : 0,789
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, sangat encer, mudah terbakar,
bau yang khas, rasa membakar, mudah menguap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan beberapa pelarut organic.
9
Kegunaan : sebagai pelarut, pembuatan parfum, dan sintesis senyawa
organik.
Bahaya : mudah terbakar, dosis besar dapat menyebabkan
muntah, diaforesis, depresi mental, koma, kematian, jika digunakan terlalu sering
dapat menyebabkan gastritis kronis, halunisasi, pankreatis konis, secara tidak
langsung menyebabkan cirrosis hati.
5) Aquadest (H2O)
Jumlah : 5 ml
BM : 18,02
Titik didih : 1000C
Berat jenis : 1,00
Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih.
Kegunaan : sebagai pelarut.
6) Iodoform / Triiodometana
BM : 393,73
Titik leleh : ( 119 – 120 )°C
Pemerian : Kristal / serbuk hablur kuning mengkilat, bau khas, sedikit
menguap.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, 1 gram larut dalam 60ml alcohol
dingin, 16ml alkohol panas, 10ml CHCI3, 7,5ml eter, 80ml gliserol, 3ml
karbondisulfida, 34ml minyak zaitun. Larut dalam benzene dan aseton. Sedikit larut
dalam petroleum eter.
Kegunaan : Lokal antibakteri, topical antiseptic, anestesi, injeksi pada
tuberculosis astromylitis atau limfa demitis, peroral untuk intestinal omoelasi dan
digunakan sebagai substitusi ion iodide dalam penyakit sifilis.
Bahaya : Pada system ophthalmic, pemakaian pada jangka
waktu lama, orang-orang yang hipersensitif terhadap iodoform dan pemakaian yang
berlebihan, dapat menyebabkangejala-gejala dermitis, malaise, anorexia, sakit kepala,
takikardia, tekanan darah rendah.
2.3.2 Alat
1. Labu Erlenmeyer 200 ml
2. Corong Buchner
3. Pemanas air / listrik
10
4. Cawan petri
5. Corong kaca
6. Oven
7. Kertas saring
8. Beker gelas 400 ml
9. Gelas ukur 25 ml dan 100 ml
10. Batang pengaduk
11. Pipet tetes
11
Endapan yang doperoleh disaring dengan corong Buchner. Kristal-
kristal di atas corong dicuci dengan beberapa tetes alcohol dingin (selama
pencucian, penghisapan dihentikan).
Kristal iodoform dipindahkan ke kertas saring baru yang kering dan
ditempatkan di cawan petri.
Kristal tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu yang tidak terlalu
tinggi (kurang dari 1200C) selama beberapa menit.
e. Kristal iodoform yang telah kering ditentukan titik lelehnya.
NaOH 2N sedikit-sedikit
Bila larutan berwarna coklat muda tambahkan 125ml air
dengan pipet
5g Iodium
5g Aseton (6.5ml)
5ml Air
Beberapa ml etanol
melalui corong
Tempatkan iodoform dalam Corong Buchner
Erlenmeyer Saring
Hangatkan di atas hot plate Tutup dengan corong kaca endapan cuci
dengan air
sampai bebas
NaOH
Dengan batang
pengaduk
dinginkan aduk ad
iodoform
mengendap
sempurna
Tunggu sampai panas Biarkan 15 menit
dan iodoform larut
semua
Saring dengan corong Buchner
12
Oven Cuci endapan Corong Buchner
dengan etanol dingin
Keringkan di iodoform
oven
pindahkan
Cawan petri dilapisi Kertas saring Labu hisap
kertas saring
Ditimbang
ditentukan
titik
leburnya
+ NaOH 2N
Saring Buchner
Kristal CHI3
Direkristalisasi
5
Mol = 253,81 = 0,0197 mol
Aseton
Berat = 5 g
13
BM = 58,08
5
Mol = 58,08 = 0,0861 mol
14
%hasil = berat iodoform dari hasil praktikum x 100%
berat iodoform dari hasil teori
= 1,4 x 100%
2,6
= 53,85%
3 Pengamatan Titik Lebur
3.7 118°-120°
3.8 119°-120°
3.9 119°-120°
Jarak lebur rata-rata = 118,7°-120°C
15
BAB III
UJI KEMURNIAN
Salah satu parameter untuk melihat kemurnian suatu senyawa dengan konsistensi
padat adalah dengan melihat titik lebur atau bisa juga jarak leburnya. Semakin sempit trayek
lebur, semakin murni suatu senyawa tersebut. Untuk uji kemurnian ini, kami menggunakan
alat Fisher-John dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Cara kerja Mell-Temp Apparatus adalah :
1. Iodoform yang akan ditentukan titik leburnya digerus terlebih dahulu.
2. Salah satu ujung pipa kapiler dipanaskan dengan api agar tertutup.
3. Iodoform dimasukkan pada pipa kapiler dengan cara menekan-nekankan ujung pipa
kapiler yang terbuka pada zat, pipa kapiler dibalik dan ujung pipa kapiler yang
tertutup diketuk-ketuk pelan hingga zat turun setinggi ± 2 mm.
4. Pipa kapiler yang berisi iodoform dimasukkan pada alat penentu titik lebur Mell-
Temp Apparatus.
5. Alat dihubungkan dengan sumber listrik dan tombol dinyalakan pada posisi “on”.
6. Diamati dan dicatat pada temperature berapa iodoform mulai meleleh, dan pada
temperatur berapa semua iodoform yang ada pada pipa kapiler meleleh.
7. Alat dimatikan dengan menekan tombol pada pososi “off”.
8. Dilakukan hal yang sama pada kapiler kedua dan ketiga.
9. Bekas kapiler dibuang, tidak untuk digunakan lagi.
Berdasarkan literatur didapatkan, titik lebur iodoform murni adalah 118,7°C – 120°C.
Sedangkan jarak lebur iodoform hasil praktikum :
Titik lebur :
I. 118°C-120°C
II. 119°C-120°C
III. 119°C-120°C
Maka jarak lebur dari praktikum ini adalah 118,7 0 C-120 0 C, tidak didapatkan jarak lebur
sesuai dengan literatur yaitu 1190C – 1200C disebabkan karena adanya pengotor dalam
kristal iodoform hasil sintesis yang menyebabkan penurunan titik leburnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa zat kami kurang murni.
16
BAB IV
IDENTIFIKASI STRUKTUR
17
Di bawah ini adalah hasil spektra dari Iodoform (pembanding).
18
dari alkana. Pada literatur untuk serapan gugus ini terletak pada bilangan
gelombang antara 3000-2800 cm-1.
2. Pada bilangan gelombang 1068 cm-1 serta pada bilangan gelombang
-1
674 cm terdapat pita serapan yang menunjukkan adanya gugus
haloalkana (H – logam alkali) yang kemungkinan besar ikatan antara
hidrogen (H) dengan iod (I). Hal ini sesuai dengan data literatur yang
menunjukkan bahwa serapan gugus haloalkana terletak antara bilangan
gelombang 1430-500 cm-1.
4.2 Spektrofotometer UV-Vis
Identifikasi stuktur pada spektrofotometer UV-Vis, sebernarnya
diutamakan untu analisis senyawa secara kuantitatif
19
Gambar 2. H-NMR dari Iodoform
20
Gambar 4. MS dari Iodoform
BAB V
PEMBAHASAN
Reaksi halogenisasi alfa dapat terjadi dalam suasana asam dan basa. Pada
suasana asam digunakan asam kuat, dimana asam ini berfungsi hanya sebagai katalis
saja, bukan sebagai reaktan. Sedangkan pada praktikum ini, praktikan melakukan
reaksi dalam suasana basa dengan menggunakan NaOH sbg katalis. NaOH dalam
reaksi ini berfungsi mendonorkan ion hidroksidanya untuk berikatan dengan atom
hidrogen dari metil karbonat memebentuk H2O, yang kemudian lepas sehingga
terbentuklah ion enolat. Hal ini dapat terjadi karena hidrogen alfa bersifat asam. Sifat
asam ini disebabkan adanya efek induktif berupa penarikan electron dari atom C
karbonil terhadap C alfa ( karena C alfa bersifat positif sebagian akibat ikatan
rangkapnya dengan O ). Efek ini menyebabkan pelemahan ikatan C-H pada metil
karena adanya efek induktif lanjutan dari C alfa terhadap H. Akibatnya atom H mudah
lepas dan berikatan dengan ion hidroksida sehingga pada akhir reaksi ini terbentuk ion
eholat dan H2O. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa NaOH dalam reaksi suasana
basa berfungsi sebagai pemicu terbentuknya ion enolat. Pembentukan ion enolat juga
didorong oleh stabilitas resonansi berupa delokalisasi muatan yang dibawa oleh
oksigen-oksigen karbonil yang menstabilkan ion tersebut. Karena muatan negatif dari
ion enolat, maka secara cepat ion enolat akan bereaksi dengan I - membentuk keton
terhalogenasi alfa dimana sebelumnya terlebih dahulu membentuk karbonion.
21
Selain berfungsi menyumbang kan ion OH-, NaOH juga berfungsi melarutkan
iodium dengan membentuk kompleks NaI3 yang menaikkan kelarutan iodium ( sebab
diketahui kelarutan iodium dalam aseton dan air sangat kecil, sehingga dengan jumlah
yang sekecil itu iodium takkan larut semuanya ). Fungsi lainnya yaitu untuk
pembentukan senyawa iodoform dimana setelah terbentuk tri-iodo aseton, maka OH-
akan menyerang C karbonil kemudian terjadi serah terima yang akhirnya membentuk
iodoform dan ion asetat. Total reaksi ini membutuhkan 4 mol ion hidroksids dan
melepaskan 3 mol air.
Proses pembuatan diawali dengan melarutkan iodium dalam pelarut aseton dan
air, yang terlebih dahulu dicampur untuk meningkatkan daya larut iodium.
Penambahan NaOH meningkatkan kelarutan iodium sebagai kompleks NaI-I2 yang
larut air. Setelah terbentuk endapan berwarna coklat muda, NaOH ditambahkan
sedikit-sedikit dengan hati-hati hingga terbentuk larutan jernih tidak berwarna dan
endapan berwarna kuning. Jika penambahan NaOH berlebihan, endapan iodoform
akan terlarut kembali karena reaksi yang bersifat reversible, berarti semakin sedikit
Kristal iodoform yang akan didapat. Pada saat penambahan NaOH, larutan harus terus
dikocok agar terbentuk endapan yang homogen.
Kemudian sesegera mungkin ditambahkan air ke dalam campuran tadi dengan
tujuan menghindari reaksi berjalan berbalik arah ke arah reaktan, karena reaksinya
yang revwersible, juga mencuci dan melarutkan sisa aseton, NaOH serta NaI yang
larut air. Setelah disaring dengan corong Buchner, endapan dicuci lagi dengan air
hingga bebas NaOH.
Untuk mendapatkan Kristal yang murni, dilakukan rekristalisasi pada endapan
tadi dengan pelarut tunggal etanol sesedikit mungkin. Alasan dipilihnya etanol
sebagai pelarut rekristalisasi adalah kemampuannya melarutkan iodoform pada titik
didih pelarut, sedikit atau sama sekali tidak melarutkan iodoform pada suhu kamar,
mempunyai daya larut yang berbeda terhadap senyawa dan pengotor, tidak bereaksi
dengan senyawa yang dimaksudkan ( inert ), toksisitas rendah dan harga relatif lebih
murah. Perlu diketahui bahwa saat memanaskan larutan diatas hot plate, larutan tidak
boleh sampai mendidih mengingat sifat zat yang mudah menyublim. Jumlah etanol
yang ditambahkan adalah secukupnya hingga endapan iodoform tepat larut.
Penambahan etanol ini juga tidak boleh berlebihan karena justru menyebabkan sulit
atau bahkan tidak terbentuk endapan iodoform meski telah didinginkan pada suhu
kamar. Jika hal ini terjadi, larutan harus dipanaskan lagi untuk menguapkan pelarut
22
yang berlebihan, hingga pelarut paling tidak telah berkurang separuhnya. Hal ini
sangat beresiko untuk dilakukan pada sintesis iodoform karena zat ini akan
menyublim dan terurai jika dipanaskan.
Untuk mendapatkan Kristal iodoform yang bagus, filtrat dibiarkan mendingin
selama 15 menit pada suhu kamar, baru kemudian ditambahkan air untuk
menyempurnakan endapan yang terbentuk. Penambahan air ini merangsang
pembentukan Kristal iodoform karena penggantian pelarut dari etanol menjadi air.
Etanol cenderung lebih larut air disbanding dengan iodoform, jadi dengan adanya air,
kemampuan untuk melarutkan iodoform menurun sehingga iodoform mengendap
kembali.
Kristal yang diperoleh dicuci dengan etanol dingin untuk mempercepat
pengeringan. Jika dipakai air, maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama.
Padahal sesuai sifatnya, mudah menyublim dan mudah terurai, zat ini tidak boleh
dipanaskan terlalu lama. Oleh karena itu, pengeringan dalam oven dilakukan dengan
suhu rendah dan waktu yang singkat.
Selama proses pembuatan, iodoform diproses dalam wadah tertutup untuk
meminimalisir kontak zat dengan udara karena sifat yang mudah menyublim. Selain
itu, uap iodium berbahaya jika dihirup karena sifatnya korosif.
Dari praktikum didapatkan Kristal iodoform sebanyak 1,4 gram dengan
prosentase hasil 53,85 %. Sedangkan jarak lebur Kristal iodoform adalah 118,7°C -
120°C. Sedikit dan kurang murninya zat yang didapat mungkin disebabkan oleh
penambahan NaOH dan etanol yang berlebihan sehingga banyak zat yang terlarut,
pada saat pencucian belum benar-benar bebas NaOH sehingga memungkinkan
terjadinya reaksi balik, pemanasan yang berlebihan menyebabkan banyaknya zat yang
menyublim dan terurai serta banyaknya zat yang tertinggal pada alat.
23
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari sintesis iodoform yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Berat iodoform : 1,4 gr
2. % hasil : 53,85 %
3. Jarak lebur iodoform : 118,7°C-120°C
6.2 Saran
1. Penambahan NaOH hendaknya dilakukan seteliti mungkin untuk mencegah
agar reaksi tidak kembali pada pembentukan reaktan yaitu NaOH dituang
sedikit demi sedikit sambil digoyang-goyang, setelah didapat endapan
berwarna cokelat muda penambahan NaOH dilakukan sedikit demi sedikit
dengan menggunakan pipet tetes sampai terbentuk endapan kuning.
2. Pada saat pencucian endapan pertama perlu penambahan air sebanyak
mungkin untuk menghilangkan NaOH.
3. Pada saat rekristalisasi penambahan etanol dilakukan sedikit demi sedikit agar
tidak banyak iodoform yang larut pada saat pendinginan.
4. Iodoform adalah zat yang mudah menguap, sehingga ketika pengovenan harus
dilakukan pada suhu ± 700C (jangan terlalu tinggi), dan dilakukan dalam
waktu sesingkat mungkin.
24
DAFTAR PUSTAKA
Budawari, S., et all. 1996. The Merek Index. Twelfth Edition. White House Station. New
Jersey.USA
Werthim, E.A. 1948. A Laoratry Guide for Organic Chemistry. 3th Edition. McGraw-Hill
Book Company, Inc., New York, Toronto, London, page 51.
www.aist.ac.jp/SDBS/.bin
25
26