Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DAN MANAJEMEN BENCANA II


“Hipertensi”

Dosen Pengampu : Ns. Heriviyatno, S.Kep., MN

Disusun Oleh:
Kelompok II
1. Nurani Ma’rifat
2. Nurfayanti
3. Nurfadillah Jufri
4. Nur Indah Alfianita Mansyur
5. Sitti hajar
6. Taswan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena atas


limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok ini tepat pada waktunya dengan judul terapi “HIPERTENSI”. Banyak
kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan
semangat dan kegigihan serta arahan, semangat dari kerja kelompok kami sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini
dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Kolaka, 27 September 2020

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................4
C. Rumusan Masalah.………………………………………………….….4
D.Manfaat Penulisan ……………..………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi……………………………………………………………..…...5
B. Etiologi……………………………………………………….…………6
C. Anatomi……………...……….…………………....……...……….…..10
D. Patofisiologi ……………………………......……….….…….......…...11
E. Pathway.…………...……………………………………….…...…..…13
F. Klasifikasi……………………..………………....…………............….14
G. Faktor Resiko………………………………………….….…….......…15
H. Tanda Dan Gejala………………………..…………….…..…..…...…16
I. Pemeriksaan Penunjang……..……………………....…………..….….17
J. Komplikasi………………………..………...……………….….…......19
K. Penatalaksanaan…………..…..…………………………….….…......19
L. Asuhan keperawatan…………………………………………….....…23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masayrakat didunia baik Negara
maju maupun Negara berkembang. Hipertensi disebut juga silent killer
karena pada sebagian kasus tidak menunjukka gejala apapun perkembangan
hipertensi berlangsung secara lambat laun sehingga sering tidak sering
disadari (Kowalksi, 2007).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diarteri yang bersifat


sistemik dan berlangsung secara terus menurus untuk dalam jangka waktu
yang lama. Hipertensi tidak terjaditiba-tiba, melainkan elalui proses yang
berlangsung cukup lama. Hipertensi didefinisikan sebagai rata-rata tekanan
sistolik ≥140 mmHg. Dan tekanan darah diastolic yaitu ≥ 90 mmHg ji diaits
dapat disimpulakan bahwa hipertensi adalah tekanan darah ≥140 mmHg/90
mmHg. Dengan dua kali pengukuran.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu


hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalalh suatu
kondi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dan hipertensi. Hipertensi ini
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek
kombinasinya menyebabkan hipertensi. Sekunder, yang meliputi 5% dari
hipertensi. Disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ.

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami


peningkatan yang memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di
tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat, misalnya
stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup tinggi),
penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan
hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada ototjantung). Hipertensi juga dapat

1
menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakitpembuluh lain dan penyakit
lainnya (Syahrini et al., 2012).

Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia


lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang
nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada
kesehatan penderitanya. hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga
sering tidak disadari oleh penderita. Tekanan darah tinggi dapat disebabkan
oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah stres. Stres merupakan
suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan
yang mungkin muncul, baik dari kondisi yangmenyenangkan maupun tidak
menyenangkan (Sadock & Sadock, 2003).

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola
makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan
seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.
Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal
hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita
hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap
ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika
dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak
gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika
telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner,
fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya
mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara
beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi
selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para
penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan
kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak
mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka
hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan

2
kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja
jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan
pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.

Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk


dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita hipertensi lansia
bertempat tinggal di pedesaan dan pendidikannya masih rendah. Pendidikan
yang rendah pada pasien hipertensi lansia tersebut mempengaruhi tingkat
pengetahuan mengenai penyakit hipertensi secara baik.

Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada


kebiasaan yang kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap
mengkonsumsi garam berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan contoh
bagaimana kebiasaan yang salah tetap dilaksanakan. Pengetahuan yang
kurang dan kebiasaan yang masih kurang tepat pada lansia hipertensi dapat
mempengaruhi motivasi lansia dalam berobat. Motivasi merupakan
dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang
dianggap kurang bermanfaat. Motivasi yang kuat yang berasal dari diri pasien
hipertensi untuk sembuh akan memberikan pelajaran yang berharga. Proses
untuk menjaga tekanan darah pasien hipertensi tidak hanya dengan perawatan
non farmakologi seperti olah raga, namun juga dilakukan dengan cara
pengobatan farmakologi.

Pengobatan farmakologi diperoleh salah satunya dengan cara melakukan


kontrol ke puskesmas. Pengobatan pasien hipertensi lansia di puskesmas
yang rutin sesuai jadwal kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan
darah pasien hipertensi lansia tetap terjaga dengan normal.

3
B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi untuk


memeriksakan diri pasien

C. Tujuan Penulisan

a) Untuk Mengetahui tingkat pengetahuan pasien hipertensi lansia,


b) Mengetahui motivasi untuk memeriksakan diri pasien hipertensi

D. Manfaat penulisan

a) Bagi penderita dengan penelitian ini penderita dapat menambah


pengetahuannya tentang hipertensi dalam kehidupan sehari- hari dan dapat
meningkatkan motivasi untuk memeriksakan diri dalam berobat.
b) Bagi keluarga memberikan informasi dan saran bagi keluarga mengenai
pentingnya pengetahuan pada penderita hipertensi dan motivasi untuk
memeriksakan diri berobat
c) Bagi Masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
masyarakat bahwa pengetahuan tentang hipertensi sangat dibutuhkan agar
anggota keluarga terhidar dari penyakit hipertensi serta memiliki movitasi
yang kuat untuk hidup sehat dan terhindar dari hipertensi.
d) Bagi peneliti memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di
bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama


dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection


(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman
Sorensen,1996).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –


104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

5
B. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.  
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau


transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
 Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
 Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a.   Elastisitas dinding aorta menurun
b.   Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c.   Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

6
d.  Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
1) Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
Ciri perseorangan:
 Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
 Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin)

7
2) Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
 Ginjal
 Glomerulonefritis
 Pielonefritis
 Nekrosis tubular akut
 Tumor
 Vascular
 Aterosklerosis
 Hiperplasia
 Trombosis
 Aneurisma
 Emboli kolestrol
 Vaskulitis
 Kelainan endokrin
 DM
 Hipertiroidisme
 Hipotiroidisme
 Saraf
 Stroke
 Ensepalitis
 SGB
 Obat – obatan
 Kontrasepsi oral
 Kortikosteroid

8
C. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1)      Atas                : pembuluh darah besar
2)      Bawah            : diafragma
3)      Setiap sisi       : paru
4)     Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis

b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan
organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah
jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan
tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki
banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh
yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)
saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi
dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat
dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos

9
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)

c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.
Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila
terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.

d. Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah
kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.
Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang
terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid
tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial.
Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung
dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran
Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang
terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.

10
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

11
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer .
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan
ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung.

12
E. Pathway

F.

Klasifikasi

13
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2.  Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3.  Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a.       < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b.      85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c.       90 -104                        : Hipertensi ringan
d.      105 – 114                    : Hipertensi sedang
e.       >115                            : Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a.       < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b.      140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c.       > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah
yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg),
pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera
yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,
mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat
naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

a.  Hipertensi Emergensi

14
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD
mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu
menit/jam.

b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).

G. Faktor Resiko
 Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
 Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
 Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
 Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
 Factor emosional dan tingkat stress
 Gaya hidup yang monoton
 Sensitive terhadap angiotensin
 Kegemukan
 Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

H. Tanda Dan Gejala

15
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas

I. Pemeriksaan Penunjang

16
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
  Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
  Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
 Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme
primer (penyebab)
 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
dan ada DM.
 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
  EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya
hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan

17
menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.

2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil


pemeriksaan yang pertama ) :
 IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
 (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

18
J. Komplikasi

Efek pada organ :


a. Otak
 Pemekaran pembuluh
 Perdarahan
 Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
 Malam banyak kencing
 Kerusakan sel ginjal
 Gagal ginjal
c. Jantung
 Membesar
 Sesak nafas (dyspnoe)
 Cepat lelah
 Gagal jantung

K. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
1) Diet
2) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b.   Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol

19
d.   Menghentikan merokok
e.   Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu

f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.

20
g. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
1) Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain:
a) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya

21
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
c.  Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya,
tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur
memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan
lebih dahulu Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan
dalam cara hidup penderita Ikutsertakan keluarga penderita
dalam proses terapi
e.  pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f.  Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi
misal 1 x sehari atau 2 x sehari
g.  Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi,
efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
i.  Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j.  Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
l.  Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka
sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

22
L. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea

b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian
kapiler mungkin lambat

c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
 Letupan suasana hati

23
 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara

d.  Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal )

e.  Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretik
  Tanda :
 BB normal atau obesitas
 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
  Glikosuria

f.  Neurosensori
  Gejala :
 Keluhan pusing / pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis

24
Tanda :
 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan )
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optik

g.  Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
 nyeri hilang timbul pada tungkai
 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen

h.   Pernapasan
Gejala :
 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok
Tanda :
 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis

i.  Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien

25
j.   Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 Penggunaan obat / alkohol

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung dan perubahan
frekuensi jantung
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dan kelemahan
c. Nyeri akut b/d agen pecendera fisiologis

3. Intervensi keperawatan :
1. Penurunan curah jantung
 Observasi
- Identifikasi tanda /gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dispnea,kelelahan,edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung (
meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah ( termasuk tekanan darah ortostatik , jika
perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan tiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor EKG 12 sadapan

26
- Monitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung ( mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP , NTpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
minum obat (mis. Beta blocker, ACE inhibilitor, calcium
channel blocker, digoksin)
 Trapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestelor, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatic interniten, sesuai
indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan terapi rileksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankansaturasi oksigen >94%
 Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluaraga mengukur intake dan output
cairan harian
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia,jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitas jantung

27
2. Intoleransi aktivitas
 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktivitas
 Trapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis.
Cahaya,suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejla kelelehan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
3. Nyeri akut
 Intervensi
- Indektifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

28
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromatherapy, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,terapi bermain.
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurang rasa nyeri

4. Implementasi
a. Penurunan curah jantung
 Mengidentifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah
jantung ( meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk,
kulit pucat)
 Memonitor tekanan darah ( termasuk tekanan darah ortostatik ,
jika perlu)
 Memonitor intake dan output cairan
 Memonitor berat badan tiap hari pada waktu yang sama
 Memonitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensi)
 Memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
minum obat (mis. Beta blocker, ACE inhibilitor, calcium
channel blocker, digoksin)
 MemPosisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
 Meberikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestelor, dan makanan tinggi lemak)

29
 Memberikan terapi rileksasi untuk mengurangi stress, jika
perlu
b. Intoleransi aktivitas
 Memonitor kelelahan fisik dan emosional
 Memonitor pola dan jam tidur
 Memonitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktivitas
 Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis.
Cahaya,suara, kunjungan)
 Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
 Menganjurkan tirah baring
 Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejla
kelelehan tidak berkurang
c. Nyeri akut
 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
Hasil: mengetahui frekuensi nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil: skala nyeri 3
 Memerikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (akupresur).
Hasil: nyeri kepala berkurang
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(kebisingan).
Hasil: menghndari pusat keramaian terlalu lama
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Hasil: klien memahami dan mendengarkan penjelasan

30
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik Ed.1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Ed.1. Jakarta: DPP PPNI.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

31

Anda mungkin juga menyukai