Lecture Notes Opthalmology
Lecture Notes Opthalmology
Opthalmolgy 2020
anggiadmtr
be aware of typing mistakes, no proofreading was done, please do not distribute, for personal use only.
K1 Kelainan pada Kelopak Mata
Kelopak mata : lipatan kulit pelindung mata, saat mengedip akan membasahi kornea dan konjungtiva,
memiliki bulu mata untuk pelindung, berasal dari ectoderm pada kehamilan week 22-26, pada folikel
terdapat kelenjar zeis dan moll
Blepharitis
Blepharitis Anterior
Blepharitis Posterior
Trichiasis
Entropion
Ectropion
Konjungtivitis
Inflamasi jaringan konjungtiva/ selaput lendir, akut maupun kronis karena invasi
mikroorganisme dan/ reaksi imun
E : bakteri, klamidia, alergi, virus, toksin
S : mata berair, rasa berpasir, perih, gatal (menandakan alergi), penurunan ketajaman
pengelihatan, fotofobia/ silau, sensasi benda asing (kemungkinan kornea terlibat)
Px Fisik : ditemukan injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva, sekret (serosa jika infeksi virus
akut/ alergi akut, mukoid jika alergi kronik/ dry eye syndrome, mukopurulen jika infeksi bakteri
akut/ klamidia, hiperpurulen jika infeksi gonokokus), edema konjungtiva, papil/ folikel pada
konjungtiva tarsal, limfadenopati pre-aurikuler (pada konjungtivitis adenoviral)
Sitologi : kerusakan epitel konjungtiva oleh agen toksin menyebabkan edema epitel, kematian
sel, eksfoliasi, hipertrofi epitel, pembentukan granuloma, edema stroma/ kemosis, hipertrofi jar.
limfoid pada stroma/ folikel, sel radang (neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit dan sel
plasma) keluar dari stroma dan bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet untuk
membentuk eksudat, PMN ditemukan pada infeksi bakteri, MN ditemukan pada infeksi virus,
dan eosinophil ditemukan pada alergi, trachoma (ditemukan plasma sel, stroma, epitel
nekrotik)
Konjungtivitis Bakteri
Oftalmia Neonatorum
Trachoma
Konjungtivitis Alergi
Keratokonjungtivitis Vernal
Keratokonjungtivitis Atopik
Mekanisme terjadi tidak jelas, diduga berhubungan dengan trauma mekanik berulang dari
penggunaan lensa kontak, reaksi hipersensitivitas bahan polimer lensa, mata kering dan
infeksi
S : mata merah, gatal, sensasi benda asing, kadang visus menurun
Px Fisik : ditemukan papil kecil kurang dari 0,3 mm pada konjungtiva tarsal superior, erosi
epitel pungtata, infiltrate dan vaskularisasi kornea perifer, papil lebih dari 0,3 mm sering
ditemukan pada pengguna lensa kontak lunak
T : sesuai pennyebab, terapi suportif, kompres dingin, air mata buatan, vasokonstriktor dan
antihistamin bila gatal, cegah transmisi, hentikan pemakaian lensa kontak
E : trauma minor, riwayat pengobatan antikoagulan, hipertensi tidak terkontrol, batuk muntah
atau berkaitan dengan maneuver valsava
Px Fisik : tampak ekstravasasi pembuluh darah terlokalisir, batas jelas, unilateral, daerah
konjungtiva sekitar tidak inflamasi, tidak ada sekret, tidak nyeri, tidak ada penurunan visus,
fotofobia, tidak ada sensasi benda asing
T : darah akan resorbsi perlahan 2x3 minggu
Xeroftalmia
Konjungtiva : 3 bagian (tarsal, bulbi, fonix), vaskularisasi (arteri siliaris anterior dan palpebralis),
nervus (cabang pertama oftalmik nervus trigeminus), fungsi (produksi air mata, menyediakan oksigen
ke kornea, melindungi mata dengan mekanisme pertahanan spesifik dan non spesifik), lapisan epitel
(sel epitel silinder bertingkat superfisial dengan sel goblet yang mensekresi mukur, sel epitel silinder
bertingkat basal dengan sel epitel basal berwarna pekat dan dekat limbus bisa mengandung pigmen),
stroma konjungtiva (lapisan adenoid/ superficial dengan jaringan limfoid dan struktur seperti folikel
tanpa streum germinativum, lapisan fibrosa/ profundus yaitu jaringan penyambung yang melekat
pada lempeng tarsus), kelenjar (mucin : sel goblet, kripte henle, kelenjar manz, kelenjar aksesoris
lakrimalis : Krause dan wolfring)
Pterigium
Radang pinguekula/ nodul kuning pada kedua sisi kornea, lebih sering sisi nasal di daerah
aperture palpebra
Nodul : jaringan hialin dan elastis, jarang membesar tapi radang sehingga disebut pinguekulitis
E : paparan sinar matahari berlebih, paparan angina, debu, UVB, genetik
Faktor lainnya : dry eye, iritasi kronik, inflamasi kronik
P : faktor risiko/ etiologi menyebabkan epitel yang normal menipis/ menebal sehingga terjadi
degenerasi/ degradasi serat kolagen dan degenerasi hialin yang akan membentuk deposit dan
pembengkakan jaringan datar yang disebut pinguekula
Histologis : degenerasi jaringan kolagen pada stroma konjungtiva dengan lapiran epitel tipis di
permukaan dan kadang ada kalsifikasi
S : mata kering, rasa mengganjal, pembuluh darah bengkak/ melebar, mata merah
Px Fisik : ditemukan konjungtiva bulbi (bercak degenerasi warna putih kuning), visus normal,
lokasi sering di arah jam 3 atau jam 9, bilateral
T : hindari paparan UVB, debu dan angina, kompres dingin untuk inflamasi, lubrikasi untuk
iritasi (liters 3 ettes x10DS), tekanan intra okuler (steroid topical fluorometholone/ rimexolone/
loteprednol selama 2 minggu lalu cek, tiap 4 minggu selama 2-3 bulan), rekuren (eksisi/
operasi)
Komplikasi : pre-op (mata merah, iritasi, scar kronis, distorsi, scar otot rectus medial yang
menyebabkan diplopia), saat operasi (perforasi korneosklera,edema dan hemorrhage graft,
graft retraksi, kista inklusi epitel, granuloma konjungtiva, jahitan longgar, korneoskleral dellen,
skar kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus), post-op (rekurensi pinguekula)
Lapisan air mata : fungsi (melicinkan kornea, membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea
dan konjungtiva, menghambat pertumbuhan mikroorganisme), lapisan tipis lipid superficial (oleh
kelenjar meibom, untuk menahan evaporasi dan mempertahankan penyebaran air mata), lapisan
tengah aqueous (kelenjar lakrimalis utama, kelenjar Krause, wolfring), lapiran terdalam musin
hidrofilik (sel globlet konjungtiva dan epitel permukaan okuler lewat ikatan jaringan longgar dengan
glikokalik dari epitel konjungtiva untuk menyebarkan air mata ke seluruh epitel kornea)
Gangguan permukaan mata karena ketidakstabilan produksi dan fungsi lapisan air mata
E : hipofungsi kelenjar lakrimal (kongenital/ aplasia kelenjar, sistemik/ sindrom sjorgen, infeksi/
trakoma, trauma/ pengangkatan kelenjar lakrimal, medikasi/ atropine, defisiensi musin,
kelainan palpebra/ konjungtiva, proptosis)
P : iritasi karena pemakaian lensa kontak/ VDT melepaskam neuropeptide yang menyebabkan
inflamasi sehingga terjadi paralisis glandular yang menyebabkan defisiensi air mata, atau
disfungsi kelenjar menyebabkan kurangnya air mata sehingga tear film hyperosmolar dan
terjadi inflamasi
Klasifikasi : defisiensi aquos (produksi kurang, evaporasi normal), evaporation dry eye
(produksi normal, evaporasi berlebih)
S : mata perih, nyeri, gatal, kering, kelopak mata lengket sebelum bangun tidur, mata murah
merah, mata sering mengeluarkan kotoran, fotofobia, pandangan kabur/ tidak focus, sensasi
berpasir
Px Penunjang : tes slitlamp (terputus/ tidak ada miniskus air mata pada tepi palpebra inferior,
benang mukus kental kuning di fornix konjungtiva, konjungtiva bulbi tidak ada kilau normal,
bisa menebal/ hiperedema/ hiperemi), tes schimmer, tear film break up time, tes ferning mata,
sitology impresi, pemulasan bengal rouse dan fluorescein, uji kadar lisosim air mata,
osmolalitas air mata, laktoferin
T : air mata buatan, salep mata sebelum tidur, vitamin A topical untuk memulihkan metaplasia
permukaan mata, bedah (punctual plug)
Komplikasi : pada kasus awal pengelihatan terganggu, kasus lanjut bisa timbul ulkus kornea,
penipisan kornea hingga perforasi, infeksi bakteri sekunder bisa terjadi (menghasilkan jaringan
parut dan penurunan vaskularisasi pada kornea dan penurunan visus
Keratitis
E : herpes simplex
S : mata kabur, berair, sensitive cahaya
Px Fisik : blefarospasme, injeksi pericorneal, gambaran dendritif, sensasi kornea menurun/
negative
T : antiviral topical/ sistemik
Bisa meninggalkan scar dan perforasi
E : herpes zoster
S : nyeri, mata berair, fotofobia, mata kabur
Px Fisik : vesikel unilateral/ setengah wajah, edema palpebra, injeksi konjungtival, erosi
kornea
Px Penunjang : tes fluorescein positif
T : antiviral sistemik dan neurotropic, tetes mata antibiotic, tetes mata antiinflamasi
Ulkus Kornea
Edema Kornea
Uveitis
Uveitis Autoimun
E : idiopatik
Sympathetic opthalmia (bilateral, granulomatous uveitis)
Berkaitan dengan penyakit sistemik (HLA-B27 seperti crohn’s disease, ulcerative colitis,
ankylosing spondylitis, reiters syndrome, berkaitan juga dengan sarcoidosis, behcets disease,
juvenile idiopathic arthritis, collagen vascular disease seperti wegener’s granulomatosis,
polyarteritis nodosa)
Infectious Uveitis
Peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar (iridosiklitis) biasanya unilateral dengan
onset akut
S : merah, nyeri, fotofobia
Px Fisik : ditemukan circumcorneal hiperemi/ injection, miosis, posterior synechiae/ iris
melekat ke lensa, adanya cell dan flare di anterior chamber, presipitasi keratin, kadang
tekanan intra okuler tinggi
T : corticosteroid topical, dilating drops untuk nyeri dan mencegah posterior synechiae
(cyclopentolate, atropine), antiglaucoma jika perlu, injeksi steroid conjunctival jika dengan tetes
mata tidak berhasil
Uveitis Intermediate
S : floaters/ bayangan benda berukuran kecil hingga besar yang tampak melayang-layang
pada penglihatan, mata kabur secara bertahap, tidak nyeri
Px Fisik : sel inflamasi berwarna putih di vitreous, cystoid macular edema, vasculitis retina
perifer
Sclera : pada 5/6 bagian posterior bola mata, lapiran luar ditutupi kapsul tenons dan konjungtiva
bulbar di anterior, permukaan dalam kontak dengan choroid dan suprachoroidal space, umumnya
lebih tipis pada anak-anak dan wanita, lapisan tertipis ada di insersi EOM/ extraocular muscle, secara
histologis ada 3 lapiran (jaringan episclera yang tipis dengan bnyk vascular-fibroblast-makrofag-
limfosit, sclera proper yang avascular dengan banyak collagen bundles, lamina fusca bagian paling
dalam yang bergabung dengan suprachoroidal dan supraciliary lamina dari uveal tract, berwarna
coklat karena ada sel pigmen)
Episkleritis
Inflamasi rekuren benign dari episclera yang melibatkan kapsul tenons, tidak sclera proper
Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera
Sering pada dewasa muda, terutama wanita
E : seringkali idiopatik, penyakit sistemik (gout, psoriasis, penyakit jaringan ikat),
hipersensitivitas (terhadap tuberculosis dan protein streptokokus), infeksi (herpes zoster, sifilis,
lyme disease, tuberculosis)
Jenis : simple dan nodular
S : mata kering, sakit ringan, rasa mengganjal, konjungtiva kemotik
Px Fisik : ditemukan benjolan setempat batas tegasdan warna merah ungu dibawah
konjungtiva, jenis simple (ditemukan keterlibatan sectorial episklera dan pembuluh episclera
yang terlibat terlihat secara radial), jenis nodular (terlihat nodul pink/ ungu yang flat dikelilingi
injeksi, bergerak terpisah dengan sclera)
DD : simple episcleritis (konjungtivitis), nodular (pinguekulitis, bengkak dan kongesti karena
corpus alienum dan scleritis)
T : air mata buatan topical, NSAID (topical/ sistemik), tetes mata kortikosteroid (topical),
kompres dingin)
Komplikasi : scleritis
Main Points : di episklera, ada inflamasi, ada infiltrasi leukosit, nyer lebih ringat, blanching
dengan phenylephrine, tidak menyebabkan kerusakan bola mata, tidak ada glaucoma
sekunder, kongesti pembuluh episklera
Skleritis
Inflamasi pada sclera, ering pada wanita dan usia 40-70 tahun
E : idiopatik, gangguan kolagen autoimun, gangguan metabolic, penyakit granulomatous,
infeksi, penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout, kadang-kadang disebabkan
tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah
Jenis : anterior (non necrotizing : diffuse dan nodular, necrotizing : dengan atau tanpa
inflamasi), posterior
S : nyeri sedang hingga berat, pasien sering terbangun di pagi hari, nyeri hingga alis, dahi dan
rahang, mata kemerahan terlokalisir atau difus, fotofobia dan lakrimasi ringan hingga sedang,
pengelihatan menurun
Px Fisik : jenis anterior difuse (area terlibat warna pink/ ungu), jenis anterior nodular (ada
nodul ungu yang tidak mobile dekat limbus, kadang sebagai ring scleritis), jenis anterior
necrotizing dengan inflamasi (inflamasi berat local, area infark karena vasculitis, area nekrosis
tipis), jenis anterior necrotizing tanpa inflamasi (patch kuning dari sclera, terlihat bagian sclera
tipis dari jaringan uveal)
Px Penunjang : histopatologi (gangguan granulomatous kronis, nekrosis fibrinoid, kehancuran
collagen dengan infiltrasi), hitung leukosit total, hitung leukosit diferensial, eritrosit
sedimentation rate, level serum komplemen, level faktor rheumatoid, ANA, tes sel lupus
eritematosus, FTA-ABS, VDRL, analisis urine, mantoux test, serum asam urat untuk gout, x-
ray thorax
T : antiinflamasi steroid/ nonsteroid/ obat imunosupresif lainnya, jenis non necrotizing (tetes
mata steroid topical/ sistemik, indomethacin 75 mg 2x/ hari hingga inflamasi berhenti), jenis
necrotizing (steroid topical dan oral dosis tinggi), jika tidak respon (ganti dengan methotrexate/
cyclophosphamide), hati-hati steroid konjungtiva bisa menyebabkan penipisan sclera dan
perforasi
Komplikasi : keratitis sclerosa, keratolisis, katarak complicated, glaucoma sekunder (tambahan
buku ajar oftalmologi fkui : keratitis perifer, glaukoma, granuloma subretina, uveitis, ablasi
retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia)
Main points : di sclera, ada inflamasi dengan nekrosis, ada infiltrasi limfosit, nyeri berat, tidak
ada blanching, menyebabkan penipisan sclera, ada glaucoma sekunder, kongesti deep
vascular plexus, dan sedikit kongesti di pembuluh episklera
Tumor Iris
Glaukoma
Neuropati optic kronis dengan cupping optic disc, gangguan lapang pandang dan peningkatan
tekanan intra okuler
Endoftalmitis
Hipopion
Adanya sel inflamasi di bilik mata depan, berupa eksudat leukositik, menunjukkan radang uvea
anterior
E : radang (infeksi dan non infeksi)
P : sel yang keluar menumpuk di area inferior kornea karena gravitasi
S : mata merah
T : sesuai penyebab
Tambahan dari Buku Ajar Ilmu Penyakit Mata FKUI edisi ke-4
Glaukoma
Glaucoma Absolut
Stadium akhir glaucoma (sudut terbuka/ sempit) dimana terjadi kebutaan total karena
tekanan bola mata menyebabkan gangguan fungsi
S : nyeri, mata keras, kebutaan
Px Fisik : kornea keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan extravasasi glaukomatosa,
mata keras seperti batu
T : sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar/
pengangkatan bola mata karena sudah tidak berfungsi dan hanya menyebabkan rasa sakit
Komplikasi : neovaskularisasi iris hingga glaucoma hemoragik