SOMATOFORM DISORDER
Menurut DSM III dan IV, Body Dismorphic Disorder/ BDD termasuk dalam kategori
gangguan somatoform. Gangguan somatoform adalah keluhan fisik di berbagai bagian tubuh
yang disebabkan oleh stres atau beban mental yang berat.
BDD/ gangguan dismorfia tubuh adalah gangguan mental dimana pasien fokus terhadap
“kekurangan” pada tubuhnya. Hal ini bisa terjadi terhadap 1 bagian tubuh atau tubuh secara
keseluruhan. BDD khas sekali adanya delusi dimana pasien percaya bahwa
ketidaksempurnaan/ kekurangan yang dimiliki tubuhnya nyata dan menyebabkan dirinya
dipandang rendah oleh orang lain. Ide bunuh diri pada BDD juga sangat tinggi, disebabkan
oleh cemas berlebihan terhadap kekurangan tubuh yang dimilikinya.
Hal ini menyebabkan penderita BDD memiliki keinginan untuk mengubah penampilannya,
menghindari acara sosial dimana ia harus bertemu orang banyak, skin picking/ seperti
menggaruk, selalu mencari kepastian/ validasi dari orang lain/ sesuatu, dan berbagai
kebiasaan yang dianggapnya dapat meringankan kecemasan yang dirasakan. Tetapi,
seringkali kebiasaan tersebut tidak meringankan kecemasan yang dirasakan, melainkan
memperburuk rasa percaya diri dan pre-okupasi di pikiran pasien.
BDD terjadi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, mungkin ini berhubungan
dengan tuntutan sosial terhadap standar kecantikan wanita yang masih sangat tinggi dan
spesifik saat ini. Selain itu, ditemukan juga bahwa BDD lebih sering terjadi pada mahasiswa
atau remaja hingga dewasa awal.
Saat ini, terapi farmakologis yang disarankan untuk BDD adalah SSRI/ selevtice serotonin
reuptake inhibitor. SSRI diberikan untuk menangani gejala kecemasan yang dialami pasien.
Terapi non farmakologis yang disarankan adalah CBT/ cognitive behavioral therapy,
termasuk psikoedukasi, meningkatkan motivasi dan terapi kognitif pasien. Sebanyak 76,4%
penderita BDD akan beralih ke perawatan kosmetik/ dermatologi untuk meningkatkan
percaya dirinya. Tidak jarang juga yang akhirnya memilik untuk menjalani prosedur bedah
plastik.
BDD adalah penyakit kronis yang berat. Kemungkinannya remisi/ membaik setelah 4 tahun
cukup rendah (20%). Sedangkan kemungkinan untuk relaps/ kambuh kembali setelah 4 tahun
adalah sebesar 42%.