BAB I
PENDAHULUAN
1
Diding Nurdin dan Abu Bakar, Manajemen Sumber Daya Pendidikan (Bandung: PT
Sarana Panca Karya Nusa, 2011), 214-215.
2
Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), 150.
2
3
Arwildayanto, Manajemen Sumber Daya Manusia Perguruan TInggi (Pendekatan
Budaya Kerja Dosen Profesional) (Bandung: Alfabeta, 2013), 40-41.
4
Rachmat, Manajemen Strategik (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 96.
5
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2012), 242.
3
Menurut Achma S Ruky yang dikutif oleh Endang Herawan dan Nani
Kartini menyatakan bahwa sebuah program manajemen kinerja dapat
didepenisikan sebagai berikut: ditinjau dari bunyi kalimatnya, manajemen kinerja
ini berkaitan dengan usaha, kegiatan atau program yang di prakarsai dan di
laksanakan oleh pimpinan organisasi (perusahaan) untuk; merencanakan,
mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.6
Adapun manajemen SDM lembaga Pendidikan sekolah yang harus
dikelola dengan baik diantaranya, yaitu kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidian,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen SDM pelayanan
khusus lembaga pendidikan yaitu:
1. Manajemen SDM Kurikulum dan Program Pengajaran, mencangkup
kegiatan perencanaan, dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya
telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.
2. Manajemen SDM Tenaga Kependidikan, sangat ditentukan oleh
keberhasilan pimpinanya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di
lembaga sekolah.
3. Manajemen SDM Kesiswaan, bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
berjalan dengan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan
sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan
murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
4. Manajemen SDM Keuangan dan Pembiayaan, dalam
menyelenggarakan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi
yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kajian manajemen SDM pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada
suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain.
6
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, 5.
4
Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik
itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu
dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimangfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
5. Manajemen SDM Sarana dan Prasarana Pendidikan, yang baik
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapih, indah sehingga
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun peserta didik
untuk berada di sekolah.
6. Manajemen SDM Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, kepala
sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan
yang baik antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang
dipikirkan orang tua tentang sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa
busaha membina dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antar sekolah
dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.
7. Manajemen SDM Layanan Khusus, meliputi manajemen perpustakaan,
kesehatan dan keamanan sekolah.7
Suatu organisasi akan tetap bertahan dan berkembang menyesuaikan
lingkungan manakala didukung oleh manusiannya. Untuk mewujudkan manusia
dalam organisasi, analisis pekerjaan sering disebut sebagai analisis jabatan
merupakan syarat mutlak yang harus dilaksanakan, karena melalui analisis
pekerjaan atau jabatan. Pekerjaan paling sedikit harus dapat memberikan
keterangan tentang tugas, tanggung jawab, sifat pekerjaan, serta syarat jabatannya
untuk dapat melaksanakannya dengan baik.8
Berkaitan dengan hal tersebut di atas fenomenanya sangat menarik untuk
diteliti, karena banyak timbul masalah di lembaga pendidikan MTs Gedong Asem
7
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep,Strategi dan Implementasi (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004), 39-52.
8
Abdurahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), 82.
5
9
Rachmat, Manajemen Strategik, 2.
8
10
Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya, 4-5.
9
didik, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran yang sangat sidikit. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki
komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya dalam bekerja.
Demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat
banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan disini adalah tingkat
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi
masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya.
Standar kinerja perlu dirumuskan untuk menjadi bahan acuan dalam
mengadakan perbandingan terhadap yang dicapai dengan yang diharapkan,
sedangkan kualitas kinerja sebagai wujud atau kegiatan yang dilaksanakan dan
sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara
efektif dan efisien. Untuk mencapai hal tersebut, seringkali kinerja guru
dihadapkan pada berbagai hambatan sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan
bentuk kinerja yang kurang efektif dengan kata lain standar kinerja dapat
dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggung jawaban terhadap apa yang
telah dilaksanakan.11
2. Pengembangan SDM dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Adapun beberapa pengembangan SDM meliputi:
a. Kepala sekolah menugaskan guru mengikuti Pelatihan
b. Kepala sekolah menugaskan guru mengikuti Seminar
c. Kepala sekolah menugaskan guru mengikuti Magang
d. Kepala sekolah menugaskan guru mengikuti Karya Ilmiah
Kemudian Pengertian sumber daya manusia (human resource) menurut
Arwildayanto adalah the people who are ready willing, and able to contribute to
organizational goals. Sudah barang tentu yang dimaksud dengan organizational
goals disini bukan hanya untuk pengelolaan sumber daya mausia yang hanya di
dunia industri, politik, pemerintah, melainkan juga untuk perguruan tinggi, baik
secara scientific maupun cultural.12
11
Diding Nurdin dan Abu Bakar, Manajemen Sumber Daya Pendidikan, 219.
12
Arwildayanto, Manajemen Sumber Daya, 3.
10
13
Muhamad Mu'iz Raharjo, Manajemen Sumber Daya Manusia Yang Unggul, Cerdas dan
Berkarakter Islami (Perubahan Menuju Perbaikan dalam Menjaga Kebenaran) (Yogyakarta: Gava
Media, 2011), 1.
14
Arwildayanto, Manajemen Sumber Daya, 52.
11
kinerja Sumber Daya Manusia yang bekerja dalam organisasi. Dengan demikian
nampak bahwa sumberdaya manusia sangat penting peranannya dalam suatu
organisasi termasuk dalam lembaga pendidikan seperti lembaga sekolah yang
juga memerlukan pengelolaan Sumberdaya manusia yang efektif dalam
meningkatkan kinerja. Tuntutan akan upaya peningkatan kualitas pendidikan
pada dasarnya berimplikasi pada perlunya lembaga sekolah mempunyai Sumber
Daya Manusia pendidikan baik pesertadidik maupun Sumber Daya Manusia
lainnya untuk berkinerja secara optimal, dan hal ini jelas berakibat pada
perlunya melakukan pengembangan Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan
tuntutan legal formal seperti kualifikasi dan kompetensi, maupun tuntutan
lingkungan eksternal yang makin kompetitif di era globalisasi dewasa ini, yang
menuntut kualitas Sumber Daya Manusia yang makin meningkat yang
mempunyai sikap kreatif dan inovatif serta siap dalam menghadapi ketatnya
persaingan
Di samping itu dengan adanya kepuasan budaya kerja, maka kepuasan
kerja akan meningkat, pergaulan tidak lagi bersipat sempit tetapi sudah memasuki
ranah global, disiplin tertanam dalam diri, pengawasan pungsional semakin tidak
efektif, efisiesi kerja dapat di dongkrak, absensi pekerja menurun drastis, prestasi
bekerja di hargai dan akuntabilitas pribadi di salurkan pada perangkat yang benar.
Menurut Sjafri Mangkuprawira pada dasarnya, melaksanakan komitmen
sama saja, makanya dengan menjalankan kewajiban tanggung jawab dan janji
yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, karena
sudah punya komitmen, maka dia harus mendahulukan apa yang sudah
dijangjikan buat organisasinya ketimbang untuk berkepentingan dirinya. Di sisi
lain, komitmen berarti adanya ketaatan seseorang dalam bertindak sejalan dengan
janji-janjinya. Semakin tinggi derajat komitmen karyawan, semakin tinggi pula
komitmen yang di capainya.15
3. Kinerja Guru
Menurut Triatno dan Titik Triwulan Tutik yang di kutip dalam bukunya
mengatakan, Standar Kompetensi Guru pasal 10 UU Guru dan Dosen. Pasal 28
15
Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya, 248.
12
ayat (3) PP No.19 Tahun 2005 menentukan bahwa kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam bidang pendidikan, khususnya yang diperuntukkan bagi guru,
Kompetensi pedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai
seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan,
baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini
tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai priinsip-prinsip
belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru
terkait dengan Kompetensi Pedagogik.
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
13
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu
dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan
profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif
dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9)
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial
Dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.
1) Bekomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun,
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik,
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nlai yang berlaku, dan
5) Menerapkan perinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.
14
16
Triatno dan Titik TriWulan Tutik, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan
Propesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Jakarta : Kencana, 2011), 54-55
15
Penyebab: Indikator:
1. Datang terlambat
Analisis dan identifikasi 2. Tidak disiplin
permasalahan Strategi
F. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian strategi pengembangan SDM untuk meningkatkan
kinerja guru, penulis akan menempuh 5 langkah penelitian, yaitu: 1) Jenis dan
Pendekatan Penelitian, 2) Jenis dan Sumber Data, 3) Metode Penelitian dan
Teknik Penggumpulan Data, 4) Prosedur analisis data, 5) Prosedur dan Teknik
Pemeriksaan Uji Keabsahan Data yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif di mana peneliti
menelaah dan mencermati suatu aktivitas sejak perancangan, pelaksanaan
hingga evaluasi aktivitas tersebut.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di MTs Gedong Asem, dengan alasan adanya
masalah yang akan di teliti.
b. Sumber Data Pokok
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berupa kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamanati atau diwawanacarai dan dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui perekam video/ audio tapes, pengambilan poto, atau
film.17 Dengan cara menentukan kepala sekolah sebagai key information, yang
akan memberikan keterangan yang benar tentang kinerja guru dengan diikuti
teknik sampling atau proses. Sedangkan data tambahan adalah data yang berupa
dokumen, buku-buku, surat kabar, majalah arsip dan sebagainya yang berkaitan
dengan lembaga pendidikan tersebut.
Data ini dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan secara rinci
atau panduan wawancara.
Adapun data lengkap yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif, yaitu
data-data yang berkaitan dengan:
1) Data tentang kinerja guru
2) Data tentang strategi pengembangan para kinerja guru
3) Data tentang kualitas kinerja guru
17
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi revisi) (Bandung: Rosdakarya,
2011), 157.
17
a. Unititasi Data
Unititasi data adalah pemrosesan satuan dari yang dimaksud dengan satuan
adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri
sendiri terlepas dari bagian yang lain.18
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam unitiasi data ini adalah
sebagai berikut:
1) Membaca mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah
terkumpul
2) Mengadakan redusi data yang dilakukan dengan cara memilih data dari
berbagai sumber yang sesuai dengan data yang di inginkan.
3) Menyusunnya dalam satuan-satuan(pengklasifikasian).
b. Kategorisasi Data
Kategorisasi data adalah pengelompokan data-data yang terkumpul dalam
bagian-bagian yang jelas berkaitan atas intuisi, pemikiran dan pendapat atau
kriteria-kriteria tertentu. Dalam kategisasi ini ada beberapa hal yang akan penulis
lakukan, di antaranya:
1) Mereduksi data, memilih dan memilah data yang sudah dimasukan
dalam satuan-satuan dengan jalan membaca dan mencatat kembali
isinya agar mantap dan jika didapatkan langkah-langkah isi yang sama,
dan jika tidak, maka di sesuaikan untuk membuat/menyusun kategori
baru.
2) Membuat koding, yaitu "nama"atau "judul", terhadap satuan-satuan
yang telah mewakili entri pertama dari kategori.
3) Menelaah kembali seluruh kategori agar jangan sampai ada yang
terlupakan.
4) Melengkapi data-data yang telah terkumpul (jika di rasakan
memerlukan data lainnya) dan selanjutnya seluruh kategori tersebut di
di analisis
18
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian, 250.
19
c. Penafsiran Data
Penafsiran data yang dilakukan penulis adalah deskriptif semata-mata yaitu
penulis menggunakan teori-teori rancangan yang telah ada dalam suatu disiplin
ilmu.19
5. Prosedur dan Teknik Pemeriksaan Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data di maksudkan mengadakan pemeriksaan terhadap
keabsahan data yang sudah terkumpul dengan kriteria derajat keabsahan data
sebagai berikut:
a. Perpanjangan keikutsertaan, yaitu dimaksudkan untuk mendeteksi dan
memperhitungkan distori yang mungkin mengotori data, agar data yang
terkumpul semakin banyak dan untuk meningkatkan derajat
kepercayaan data yang di kumpulkan.
b. Ketekunan pengamatan, dimaksudkan untuk menentukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relepan dengan persoalan atau isi
yang sedang dicari, untuk memperdalam serta mengarahkan fokus. Hal
ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di
lembaga pendidikan yang di teliti dengan tekun memperhatiakan setiap
fokus kajian yang diteliti (meneliti, mencatat, merinci dan kompirmasi).
c. Tringulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memangpaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dengan sumber,
teknik penyidik dan teori yang berbeda, diantanya:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan oleh orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang yang berbeda.
4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
5) Membandingkan data dari sumber yang satu dengan yan lain.
19
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian, 257.
20