Anda di halaman 1dari 9

Tiap individu memiliki kenangannya

masing-masing. terlepas dari itu semua,


mereka berhak mengingat atau melupakannya
tanpa tergesa-gesa.

Titik Koordinat Berbeda

"Mam, lu lagi apa, sibuk nggak? Gue kesepian banget malam ini." yang
terdengar setelah itu adalah hembusan nafas panjang yang menunggu jawaban
atas sebuah permintaan.

Menjelang tengah malam, chat atau telfon selalu menemani disetiap


malam-malamnya, ini sudah menjadi hal yang biasa dilakukan selama beberapa
tahun belakangan, terkadang entah siapa yang akan memulainya terlebih dahulu
namun setelah itu mereka terus saling beradu dalam sebuah pembicaraan yang
membuat satu sama lain mengeluarkan komentarnya dan tidak dipungkiri
mereka akan bersimpati dengan ceritanya masing masing. tidak setiap malam
mereka seperti ini, ada kondisi dimana salah satu diantara mereka enggan untuk
mengangkat telfon atau sekedar membalas chat karena sibuk dengan urusannya
masing-masing.

"Besok saja ya, malam ini gue ngantuk banget." dengan meneguk
minuman yang dipegangnya, "lagian kebiasaan banget, gue free dari sore elu gak
telfon. Ini jam udah malam malah telfon."

"Sebentar saja. ayolah, gue mau cerita sebentar. elu jadi temen yang
nurut dong sama gue" jawabnya denga suara yang memelas. suasana seketika
hening dan beberapa saat kemudia hamam hanya menjawab "iya cinta.”

Seperti tidak ingin ketinggalan info terbaru di setiap malamnya, mereka


berdua menghabiskan waktu untuk bercerita tentang apa-apa saja yang mereka
kehendaki. daily activity, semua hal hal yang membuat mereka tidak nyaman
pasti akan mereka bicrakan, dan tidak dipungkiri keduanya sering kelepasan
curhat masalah pribadinya masing-masing. telfon akan terhenti apabila sudah
menjelang pagi, dan yang sering terjadi adalah jika salah satu diantara kita
mendengar suara dengkuran, mau tak mau telfon harus disudahi. adakalanya
Hamam mengangkat telfon dan menanggapi telfon itu hanya beberapa menit saja
dan ia sengaja membuat dengkuran atau alasan yang berujung pada selesainya
pembicaraan diantara mereka.

Haman menempuh pendidian profesi dan Neny bekerja menjadi seorang


asisten di sebuah klinik kecantikan. Bukannya tidak ingin bersama, namun
Hamam sudah membujuk Neny untuk melanjutkan pendidikanya di program
profesi bersamanya, namun ia tetap enggan untuk melanjutkan.
Hubungan mereka tetap baik baik saja. terlebih kini, mereka sangat
intens dalam berhubungan namun harus dipisahkan oleh jarak. Akhir pekan
digunakannya untuk saling bertemu, entah Hamam yang pulang atau Neny yang
menemui Hamam. Memang waktu sangat singkat. Mereka tau tentang arti
sebuah pertemuan, dan kualitas dari sebuah pertemuan yang membuat mereka
saling mahami satu sama lain, bukan tentang kuantitas yang mengharuskan
mereka berdua berlibur dengan waktu yang sangat lama di suatu tempat.

"Mam, gue weekend ini gak bisa ke sana deh, duit menipis." terdengar
meringis dari speaker telfon, tidak seperti biasanya.

"Tenang, weekend ini gue gada kelas dan otomatis gue pulang."
jawabnya dengan suara yang menggebu-gebu. Setelah cukup lama mereka
berdua berbincang hamam booking tiket kereta untuk pulang perginya weekend
ini. Dia hanya membawa sedikit kaos ganti dan sebuah jeans yang kerap ia
gunakan sehari-harinya, dan sebuah ransel kecil dengan isi perlengkapannya
baik itu charger dan lainnya. Jadualnya hanya bermain, setelahnya itu langsung
balik ke Jakarta.

Surya masih malu-malu untuk menampakan sinarnya. Namun kini,


Hamam dan Neny bertemu di stasiun di pagi buta ini. Mereka mampir untuk
sekedar mengisi perut yang keroncongan karena diperjalanan Hamam terus
tertidur. Dia memesan Roti sebanyak 3 buah, 2 untuknya dan 1 lagi untuk Neny
beserta minuman.

"Gile lu, rakus amat makan dua." sambil memukul kepala Hamam di
depan penjaga kasir.

"Laper gue, dikereta gada yang jual makanan." sembari membayar


semuanya. sembari berjalan memilih tempat duduk agar leluasa mengobrol tanpa
adanya pengganggu yang seliweran kesana-kemari. Belum apa apa Neny sudah
bercerita banyak dengan nada yang membuat semua mata tertuju kepadanya.

"Tumben lu diem aja, sakit?" tanya Neny asal ceplos.

Hamam tersenyum gemas "mau ngomong apaan gue? Semua udah elu
omongin." jawabnya yang membuat Neny makin tertawa. "Yaudah deh gue diem
ya." Sambil menghabiskan roti yang dipegangnya, seketika Hamam melihat
terheran-heran mendengar perkataan yang diucapkan olehnya.

"Halah, paling lima menit doang juga udah kambuh itu cerewetnya cerita
banyak." sindir Hamam.

Lamanya mereka di tempat nongkrong bukan tentang banyaknya mereka


memakan makanan yang banyak dipesan, tapi banyaknya mereka bercerita
sampai sampai lupa kalau matahari sudah cukup tinggi menyinari wilayah ini.
"udah jam segini, pulang dulu yuk. Gue mau bersih bersih dirumah Tante."
sembari melihat jam tangannya, "yaudah gue balik juga ya, nanti gue shareloc
mau ketemuan dimana." jawabnya.

Teman-teman banyak yang memberi saran atau mungkin itu hanya


keinginan mereka saja untuk keduanya "jadian saja lah. kalian sudah saling
kenal, jadi tidak ada fase perkenalan lagi." dari sekian banyak omongan-
omongan yang dilontarkan, mereka kompak menjawab hanya berteman dan
tidak lebih. tapi nyatanya, banyak cowok dan cewek yang tidak akan mungkin
murni menjalin sebuah persahabatan karena kemungkinan salah satu diantara
mereka pasti menyimpan rasa atau, mungkin keduanya menyimpan rasa?
Entahlah, memang tanpa harus disadari jalannya suatu persahabatan akan
menjadikan seseorang nyaman, lupa kalau perasaan itu sudah berubah. Setiap
mendengar apa yang orang katakan pasti akan menyangkal hanya karena rasa
takut yang cukup kuat akan persahabatan yang rusak dikemudian hari.
Dialog Lidah
Obrolan yang terkadang membuatmu teringat pada masa itu

Pagi itu matahari diselimuti awan tebal yang menutupi sinarnya, perlahan
tetesan air hujan turun membasahi semua yang ada di bumi. Sejuk, tercium bau
petrichor yang menenangkan. Hujan semakin deras membuat banyak orang
harus berhenti untuk meneduh di pertokoan pinggir jalan. tidak banyak dari
mereka yang membawa jas hujan, dan tidak banyak pula yang kuyup lalu
memutuskan untuk berhenti untuk sekedar mengeringkan badannya. Pagi itu
begitu sibuk, penuh dengan manusia yang hilir mudik kesana-kemari, namun
mereka kalah sibuk dengan tetesan air hujan yang turun dari langit.

Hujan dan rindu adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kalau hujan,
pasti ada rindu yang dirasakan. Seperti keduanya kerinduan itu teringat antara
Hamam dan Neny, rindu saat-saat mereka berdua kesana-kemari mencari
jawaban atas semua ini, rindu saat kenangan yang tak bisa terulang kembali pada
masanya, saat mereka masih bersama, dan rindu ini akan mereka buat agar bisa
diceritakan kepada semua orang bahwa ada mereka berdua yang percaya akan
arti dari sebuah ketulusan.

Awan gelap perlahan menghilang, matahari semakin mentampilkan


sinarnya, hujan pun semakin reda. Jarum jam menunjukan pukul 10 pagi dan
belum juga Neny memberikan kabar kepadanya, disisi lain Hamam sudah siap,
rapi dengan menggunakan kaos yang ia bawa tempo hari.

"woy, lu dimana? Cepetan Shareloc." belum lama pesan terkirim,


terdengar suara pesan masuk dari telfonnya. Neny mengirimkan sharelocnya,
"Gue tunggu disini, lu pake ojek kesini, Jl. Dr. Soetomo No.43."

Perlahan namun pasti Hamam melangkah, dia menuju cafe tempat


dimana ia dan Neny sering menghabiskan waktunya. Langkah kakinya perlahan
pelan ketika dia memasuki cafe yang dia lihat kini penuh dengan perubahan,
dekorasi yang diubah habis-habisan agar tempat ini lebih menarik lebih banyak
pengunjung dan tidak kalah penting dari itu sekarang sudah tersedia wifi gratis
untuk seluruh pengunjung. Neny melambaikan tangannya sembari berteriak
"Semok! disini." yang tak kalah menarik dari Neny adalah senyumnya ketika
senyum sedikit giginya akan sedikit terlihat dan itu membuat Hamam semakin
suka kepadanya.

"Gini dong, gue kesini udah pesan makan." sembari memakan apa yang
sudah ada dimejanya itu, dan Neny merajuk "lu gak ganti baju? Anak sialan. gue
jalan sama laki gini banget!" suaranya keras, semua orang mendengar apa yang
dibicarakannya.

"woy! Jangan ngegas gitu dong, anjir lu!" sambil ngomel-ngomel dan
tanpa basa basi "kan nanti malem gue balik. Lagian males banget ganti baju, ini
aja masih wangi kan." sembari menyodorkan kaos dan badannya kehadapan
Neny.

Mereka berdua terdiam dan memakan makanan yang ada didepan meja,
dari gelagat Hamam memang makanan yang didepannya kurang, dia memanggil
pelayan dan memesan lagi makanan dan minuman yang mereka inginkan "Mau
nambah lagi? Buat siapa? ini udah cukup dugong." Neny kesal makanan ini
belum habis tapi sudah memesan untuk yang kedua kalinya "jaga-jaga saja siapa
elu masih kelaparan." jawabnya cengengesan.

Plak!! Pipi Hamam ditabok "memangnya gue rakus." terlihat raut


kekesalan dari wajahnya dan respon yang ditunjukan dari Hamam hanyalah tawa
yang sangat bahagia.

Teringat dulu ketika awal pertemuan mereka berdua yang tidak


bersahabat, ketika itu kuliah entah semester berapa. Memang Hamam dan Neny
satu kelas namun diawal mereka tidak begitu akrab, ada satu momen ketika
kelas anatomi fisiologi manusia yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang susunan atau potongan tubuh manusia dan bagaimana alat tubuh tersebut
dapat bekerja, yang diampu oleh ibu Lisa. Beliau menjelaskan tentang struktur
sel saraf.

Pagi itu mahasiswa dibingungkan dengan mata kuliah itu, struktur sel
saraf pada bagian pusat atau bisa disebut dengan central nervous system (CNS)
yang mempunyai fungsi dalam menerima, memproses, mengintrepretasikan, dan
juga menyimpan informasi yang bersifat sensoris yang datang seperti halnya
informasi yang berhubungan dengan rasa, suara, bau, warna, tekanan pada kulit,
kondisi pada organ internal dan lain sebagainya. struktur sel saraf pusat juga
akan melakukan pengiriman suatu pesan kepada otot, kelenjar dan organ
internal. struktur sel saraf pusat secara konseptual mempunyai dua komponen
yakni otak dan juga saraf tulang belakang.

"Hanya itu materi diawal pertemuan kita. apa ada yang ditanyakan?"
terdengar jelas sampai ke bagian belakang.

semuanya kompak mengatakan "tidak ada bu!"

"Kelas ini akan saya buat tiga kelompok untuk membuat struktur dari
sistem saraf menggunakan barang bekas dan tugas ini akan saya beri waktu
selama dua minggu dengan ukuran 1x3 meter."

seisi kelas riuh-ricuh mendengar tugas yang diberikan, kenapa? tugas


yang mungkin untuk semester awal sangat sulit. satu kelas besar sudah
mendapatkan kelompoknya masing masing, tidak sesuai dengan urut absensi
namun atas kehendak dosen. Hamam akhirnya satu kelompok dengan
perempuan menyebalkan yang menolak untuk berkenalan dengannya tempo hari,
yang tidak bukan adalah Neny.

"hai, aku sudah tau namamu, Neny kan?" sambil tersenyum. "itu udah
tau, kenapa harus kenalan lagi" jawabnya seolah ia tidak suka dengan kehadiran
Hamam. "kan kita satu kelompok, harus baik-baik dong ya." memberikan alasan
agar kelompoknya berjalan dengan lancar.

Dua minggu berlalu dan tugaspun terselesaikan, mereka membuat tugas


itu didalam kelas dan tidak bisa dikerjakan diluar kelas dengan berbagai macam
pertimbangan yang salah satunya adalah jarak rumah yang saling
berjauhan. Neny merasa kesal kepada Hamam, dia menginginkan tugas yang
telah dikerjakan bersama dibawa oleh Hamam karena diantara kelompok itu
hanya Hamam yang rumahnya berdekatan dengan kampusnya, namun Hamam
menolak dengan rasa idealisme yang tinggi dan begitu banyak alasan.

"tugas ini ukurannya begitu besar, susah dibawa menggunakan motor,


sudahlah simpan saja didalam kelas, lagian kelas kita dikunci oleh cleaning
service juga.” menenteng tas ranselnya sembari pergi pulang karena sudah
terlalu sore.

“Sumpah ya, gue benci! Benci banget sama elu." Teriaknya keras,
sampai cleaning service yang sedang piket menghampiri ruang kelas itu.

“Bodo amat! Simpan saja di pojok ruang kelas, besok juga masih ada.”
berjalan terus menghilang menuruni tangga.

Setiap individu memiliki caranya sendiri untuk berkenalan, terlebih lagi


Hamam, gue gak percaya pada kebetulan, gue percaya pada pertemuan yang
dirancang diam-diam. Masing-masing dari kita punya garis kehidupan yang
telah digambarkan, dan masing-masing dari kita, kalau diizinkan, akan saling
bersinggungan.

"Sumpah ya gue sebel sama elu, pengin tampol itu mulut elu pake piring
kalo inget kejadian itu." sambil memegang garpu yang sudah siap. "Sudahlah
itukan dulu, buktinya kau sekarang disini bersamaku makan berdua pula."
meringis dihadapan perempuan yang begitu ia pahami.

Mereka terdiam.
Hati-Hatilah dengan Hati
jika tak ingn terluka

Terik sang surya sudah berlalu, berjalan kembali menuju peraduannya,


meninggalkan semburan senja yang mungkin tampak indah pada suatu tempat di
bagian bumi ini. Namun waktu berjalan perlahan, hanya angin yang sepertinya
sangat semangat kesana-kemari, membawa serta salam salam rindu nan hangat
untuk penduduk bumi, atau bagian terkecilnya adalah membawa selembar daun
kering menuju tanah. Dia merasakan hangatnya angin yang membawa panas dari
padang pasir di suatu tempat, menerpa wajah nya perlahan dan menggurkan
daun daun tua yang berjumpa dengan bumi.

Hamam duduk bersandar pada sebuah tembok yang menjulang tinggi


dengan sebuah buku tebal yang menutupi mukanya, sejak sejam yang lalu ia
hanya berdiam diri dengan fikirannya. "kenapa, kenapa Neny seperti ini coba"
sembari melihat layar telfonnya dan chat terakhir yang dikirimkan oleh Neny.
jarum jam terus bergerak ke arah kanan, tak terasa Hamam tertidur dengan
posisi awal dan tanpa berubah posisi.

"Mam, Neny ko ngamuk-ngamuk gitu" chat masuk dari Shela, Shela bisa
dibilang teman Hamam dan Neny, memang Hamam baru beberapa bulan saja
kenal dengan Shela tapi untuk masalah seperti ini Shela bisa diajak kompromi
untuk membatu Hamam. "Memangnnya kenapa, Shel?." jawabnya dengan penuh
penasaran "Bego lu, dia tuh marah karena chat panjang lebar dan telfon tapi gak
diangkat sama elu, malah cuma di read doang"

"Sumpah lu, Shel? gue cerita ya ama elu".

"Beneran kampret, elu kenal Neny berapa tahun coba? masa gak paham-
paham sama wataknya dia" jawabnya

"gue kemarin lusa keluar kota, sama anak anak komunitas kan, nah pas
malemnya gue cek telfon. Neny Chat, Telfon banyak banget. nah gue baca dong.
berhubung gue capek banget kan, gue ketiduran. pas gue chat malah gak dibales,
dan sekarang malah gue di blokir dari sosmed sama whatsappnya"

"mampus lo hahaha. makanya jangan macem-macem sama cewek."

Shela off setelah chat terakhirnya itu, dan Hamam terdiam


Anggota Keluarga Baru di Rumah

Pagi itu, Hamam bergegas mandi karena ada kelas di jam pertama,
memang masih lama tapi ia mandi lebih pagi dari biasanya. Entah kenapa ia
teringat suatu pesan dari orang tua jika kamu bagun terlalu siang maka rejekimu
akan dipatok oleh ayam! ketika bangunmu terlalu siang kamu akan tertinggal
dari orang-orang yang bngun di pagi hari sebab orang yang bangun pagi akan
lebih siap karena sudah mempersiapkannya, beda halnya dengan orang yang
selepas subuh tidur lagi dan bangun disiang hari dia orang yang tidak
mempersiapkan apa-apa dan belum tentu dia akan siap menghadapi harinya
dengan maksimal.

Sepuluh menit setelah Hamam masuk kamar mandi, ia mendengar bunyi


suara motor yang berhenti di depan rumahnya. Dia juga merdengar bunyi pintu
rumahnya yang dibuka dari samping, entah siapa yang masuk dan Hamam tidak
mau tau tentang orang yang masuk karena ia sedang asik dikamar mandi, setelah
lama ia mandi dan keluar menggunakan sehelai handung yang dililitnya dibagian
perut sampai dengan lutut. Tiba-tia Hamam terkejut melihat fadel yang sedang
asik sarapan.

“Astaga! Gila! Gue liat anak paus baru kelar mandi.” Sambil teriak ke
arah Hamam dan sayangnya keluar beberapa nasi yang sedang Fadel kunyah
dari mulutnya.

“Anjrit! Pake kuah segala.” Sembari membersihkan sisa-sisa makanan


yang mnempel di badannya “ heh anak curut! Ngapain lu disini? Pake makan
sarapan gue segala lagi.”

“kan mau jemput elu, kan gue supir pribadinya elu, dan inikan seperti
biasa jatah sarapan gue dari elu” sembari tertawa. “gada-gada sarapan, enak aja
gue aja laper” sambil mengambil piring ditangan Fadel.

“lagian kan elu baru selesai mandi masa mau langsung sarapan, masih
pake handuk lagi” sembari mengambil piring yang diambil oleh Hamam tadi.

“bodo amat, lagian elu rajin banget jam segini udah berangkat udah
kesini, biasanya mepet banget lima menit sebelum jam pertama baru nyamper”

“kan gue mau sarapan di elu, kebtulan ada sepaket sarapan yaudah gue
makan aja” sembari tertawa

“anjrit ni bocah” gumam Hamam, sembari memakan sarapanya menuju


kamar. “ woy, sarapan gue!” teriak dari dapur yang sedang menuangkan air ke
gelas. “bodo!” jawabnya singkat.
Bagai musuh yang tidak pernah akur, keributan itu sudah biasa dipagi
hari menjelang berangkat kuliah dirumah Hamam. Fadel sudah dianggap saudara
sendiri oleh orang tua Hamam

Anda mungkin juga menyukai