BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 2 Tahun
Alamat : Panguragan
Agama : Islam
Tgl. Pemeriksaan : 27 Oktober 2020
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun diantar oleh kedua orang tuanya
dengan keluhan BAB cair > 5 x sejak 1 hari yang lalu, disertai sedikit ampas,
jumlah setiap kali BAB tidak begitu banyak, tidak berlendir, tidak terdapat darah,
berwarna kuning dan tidak seperti air cucian beras. Pasien juga mengeluhkan
muntah sebanyak 3x berisi makanan yang dimakan dan tidak ada darah. Selama
BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan anaknya terlihat lemas dan rewel
dari biasanya, serta terlihat lebih haus dari biasanya. Keluhan disertai demam
2
sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan terus menerus, tidak begitu tinggi dan
tidak menggigil. Nafsu makan berkurang, tidak disertai batuk, kejang, BAK tidak
ada keluhan.
Pasien sudah berobat ke puskesmas di berikan obat diare, muntah dan
penurun panas. Namun diare tidak kunjung membaik. Akhirnya pasien di bawa ke
RS.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pada saat hamil ibu
berusia 32 tahun. Tidak ada riwayat keguguran sebelumnya. Usia kehamilan
hingga 9 bulan. Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya sebulan sekali ke
bidan dan posyandu sejak usia kehamilan 4 minggu. Selama kehamilan ibu pasien
tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi, kejang, muntah berlebih, tidak
demam, tidak pernah mengalami perdarahan melalui jalan lahir, tidak meminum
jamu, tidak merokok, dan tidak pernah meminum-minuman yang mengandung
alkohol. Makan 3 kali sehari, seporsi lengkap dengan nasi dan lauk.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir dari ibu G2P0A0 secara spontan ditolong oleh bidan, usia
kehamilan cukup bulan, lahir dengan prentasi kepala, bayi langsung menangis
kuat, berat badan 3700 gram.
Riwayat Pasca Persalinan
Bayi tidak kuning, tidak demam, tidak kejang dan ibu rutin membawa
pasien ke posyandu.
3
Riwayat Imunisasi
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS INTERNA
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemas, rewel
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Nadi : 104 x/menit reguler, kuat angkat, isi cukup
RR : 36 x/menit, reguler
Suhu : 37,8o C, axillar
Status Antropometri
BB : 11 Kg
TB : 90 cm
Status Gizi
BB/U : didapatkan -2 .(-2 s/d +2 ) gizi baik
BB/TB : didapatkan -1 ( -2 s/d +2) Normal
TB/U : didapatkan 0 (-2 s/d +2) Normal
Status Generalis
Kulit : pucat (-), sianosis (-)
Kepala : normochepal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung(-/-)
Hidung : sekret (-), darah/epistaksis (-)
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), bibir dan lidah terlihat agak
kering
Leher : pembesaran KGB (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
kuat angkat
Perkusi : batas kiri jantung ics 5 LMCS, batas kanan jantung ics 4
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah Rutin
Feses Rutin
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir (-) -
Darah (-) -
Mikroskopis
Leukosit (-)
Amoeba (-) -
E. DIAGNOSIS BANDING
GEA dehidrasi ringan-sedang e.c virus
GEA dehidrasi ringan – sedang e.c bakteri
GEA dehidrasi ringan-sedang e.c parasite
7
F. RESUME
keluhan BAB cair > 5 x sejak 1 hari yang lalu, disertai sedikit ampas,
jumlah setiap kali BAB tidak begitu banyak, tidak berlendir, tidak terdapat darah,
berwarna kuning dan tidak seperti air cucian beras. Muntah (+), demam (+), lemas
(+), nafsu makan berkurang (+). Pada pemeriksaan didapatkakn peningkatan suhu
yaitu 37,8 C, bibir tampak sedkit kering dan turgor pada kulit sedikit menurun.
Pada hasil laboratorium ditemukan leukositosis.
G. DIAGNOSIS KERJA
GEA dehidrasi ringan – sedang e.c bakteri
H. PENATALAKSANAAN
Inf, KAEN 3B 14 tpm
Inj. Ondansentron 2x1,1 mg IV
Ceftriaxon 2x550 mg IV
Inj. Ranitidine 2x11 mg IV
Lacto-Bio 2x1 sachet
Zink 1x20 mg
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad santionam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
8
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai
lendir dan darah maupun tidak. Diare akut adalah buang air besar lembek
/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering biasanya
(biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung kurang dari 7 hari.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di
dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare
adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di
seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-
2 episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia
kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan
11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11
bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik,
2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian
pada tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam
dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga
7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian
karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di
negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih
sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1) Faktor Infeksi
9
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang – barang yang telah tercemar
tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 4 F = finger, flies,
fluid, field).
2.5 Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua
mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.
1. Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara
lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap,
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah
jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul
cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil
cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di
lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan
absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan
jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan
akan memberikan dampak yang sama.
2. Diare Sekretorik
11
Diare sektorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran
cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat.
Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja
cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi
bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau
V. cholera.01.7
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda
osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena
Natrium ( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja,
osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+
dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan
290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+).
Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan
beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik
tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan
osmotiknya kurang dari 20 mOsm/L
ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma
dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau
dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan diare
inflammatory. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut
bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan
muntah adalah gejala yang nonspesifik, akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin, Giardia,
dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory
diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut
periumbilikal tidak berat, diare cair menunjukan bahwa saluran makan bagian
atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromised memerlukan
perhatian khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.
3
14
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
+ -
Nyeri kepala - + - -
>7hari variasi
lamanya sakit 5-7 hari 3-7 hari 2-3 hari 3 hari
Sifat tinja:
Cair
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek
-
Darah - + Kadang - +
Amis khas
Bau Langu - Busuk - -
Seperti air
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah-
cucian beras
hijau hijau berwarna hijau
-
- + - -
Leukosit +
-
anorexia Kejang+ Meteorismu Infeksi
Lain-lain Sepsis +
s sistemik+
2.7 Diagnosis
15
A. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah ditanyakan juga volume dan frekuensinya; kencing seperti biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir; makanan
dan minuman yang diberikan selama diare; adakah panas atau penyakit
lain yang menyertai (seperti batuk, pilek, otitis media, campak), tindakan
yang telah dilakukan ibu selama anak diare (memberi oralit, membawa
berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan), serta riwayat imunisasinya
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda dehidrasi, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa
mulut dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau
derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare, atau subjektif
dengan menggunakan kriteria WHO dan MMWR
Penilaian A B C
Lihat:
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat, seperti pemeriksaan
darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran
kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut adalah sebagai berikut.
Darah: darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Urine: urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
Tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
18
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau
jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan
manusia, yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat
24
DAFTAR PUSTAKA
31