Anda di halaman 1dari 3

74.

Tiga Cahaya
Bab 3: Sabar
Lanjutan Hadits 26 Hadits Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu

(Beda penerbit & cetakan, bisa menyebabkan beda penomoran hadits)

،‫الطه ُُور شَ ْط ُر ا يْ َم ِان‬ُّ ): َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬


ُ ‫هللا َصىَّل‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫هللا َع ْن ُه قَا َل‬ُ َ ‫َع ْن َأيِب َماكِل ٍ احلَا ِر ِث ْب ِن عَامِص ٍ اَأل ْش َع ِر ِّ)(ِي َريِض‬
‫ِإل‬
‫والصدَ قَ ُة‬
َّ ،‫الصال ُة ن ٌُور‬ َّ ‫ َو‬،‫هللا واحلَ ْمدُ ِهلل تَ ْمآل ِن – َأو تَ ْمُأل – َما بَنْي َ ا َّلس َما ِء َواَأل ْر ِض‬ ِ ‫ َو ُس ْب َح َان‬،‫َواحلَ ْمدُ ِهلل تَ ْمُأل ا ِملزْي َ َان‬
ٌ ‫ لُك ُّ النَّ ِاس يَغْدُ و فَ َبائِ ٌع ن َ ْف َس ُه فَ ُم ْع ِت ُقهَا َأو ُم ْو ِب ُقهَا َر َوا ُه ُم ْسمِل‬،‫ َوال ُق ْرآ ُن ُح َّج ٌة كَل َ َأ ْو عَلَ ْي َك‬،‫الصرْب ُ ِض َيا ٌء‬
َّ ‫ َو‬،‫بُ ْره ٌَان‬.
Dari Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillah (segala puji bagi Allah)
itu memenuhi timbangan. Ucapan subhanallah (Mahasuci Allah) dan alhamdulillah (segala puji bagi
Allah), keduanya memenuhi antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti nyata,
kesabaran adalah sinar, Al-Qur’an adalah hujjah yang membelamu atau hujjah yang menuntutmu. Setiap
manusia berbuat, seakan-akan ia menjual dirinya, ada yang memerdekakan dirinya sendiri, ada juga yang
membinasakan dirinya sendiri.’” (HR. Muslim)

Lanjutan hadis, “sholat adalah cahaya, sedekah adalah bukti nyata, kesabaran adalah sinar.”

Banyak para ulama berpendapat tentang kata “nur, burhan, dziya” pada dasarnya ketiganya
bermakna cahaya. Mengapa dibedakan dengan ketiga kata-kata tersebut untuk ibadah
tersebut? Karena ketiga kata itu memiliki perbedaan antara makna cahaya yang terkandung
pada kata “nur, burhan, dziya”. Perbedaannya, “nur” bermakna cahaya yang begitu nyaman
yang tidak menyilaukan, tidak membuat terbakar, terik, dan kepanasan. Simplenya seperti
cahaya bulan. Maka, Allah mensifati cahaya bulan dengan kata nur seperti dalam surat Yunus
ayat 5.

‫ه َُو ٱذَّل ِ ى َج َع َل ٱلشَّ ْم َس ِض َيٓا ًء َوٱلْ َق َم َر ن ًُورا‬


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya

Oleh karena itu ketika Allah menjelaskan sholat sebagai nur bermakna jika seorang mu’min
sholat maka ia akan memancarkan dan merasakan cahaya keindahan. Nabi menjelaskan
bahwa sholat memberikan pengalaman kenyamanan, kesejukan, keindahan hati yang
mempesona, membuat ketenangan.

‫الص َال ِة‬


َّ ‫َو ُج ِعلَ ْت قُ َّر ُة َع ْييِن ْ يِف‬
Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat

Makanya, orang munafik suka mengecoh atau melakukan trik kepada Allah ketika sholat
yang tidak memiliki efek baik untuknya, “dan apabila bangkit dalam mengerjakan sholat
maka mereka malas-malasan”. Ini berbanding terbalik dengan orang munafik. Allâh Azza
wa Jalla berfirman:
َ ‫ون اَّل َومُه ْ اَك ِره‬
‫ُون‬ َ ‫الصاَل َة اَّل َومُه ْ ُك َساىَل ٰ َواَل ي ُ ْن ِف ُق‬ َ ‫َواَل يَْأت‬
َّ ‫ُون‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula)
menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” [At-Taubah/9:54]

Nabi juga ketika ada masalah maka solusinya sholat, nanti Allah yang akan
menyelesaikannya. Untuk melangkah di dalam keadaan gelap gulita, kita butuh cahaya.
Untuk menyelesaikan banyak masalah kehidupan yang kita tidak tahu solusinya, maka
sholatlah agar Allah memberikan cahaya taufik dan hidayah dalam kehidupan kita. Tapi
dengan sholat yang khusyu, tidak melalaikan sholatnya karena akan menimbulkan kerugian.
Alladziinahum ‘an sholatihim saahuun.
Cahaya itu kebutuhan. Sebagaimana kita membutuhkan cahaya ketika beraktifitas. Bukankah
siang hari kita bisa melihat karena ada cahaya matahari, dan malam dibantu dengan cahaya
bulan atau lampu/api. Abu Darda mengatakan, sholatlah 2 rakaat di kegelapan malam untuk
menghadapi gelapnya kubur. Selain itu, para ulama kita juga mengatakan bahwa sholat bisa
menjadi cahaya ketika kita
“barang siapa yang menjaga sholat, makai a akan menjadi cahaya untuk menjaga kita di hari
akhir”
Sedekah adalah cahaya (burhan). Makna cahaya “burhan” itu lebih terasa, seperti cahaya
matahari pagi. Sedekah disebt cahaya “burhan” karena berkaitan dengan harta, dan manusia
suka dengan harta. Maka akan menciptakan sedikit rasa berat dalam
menyedekahkan/mengeluarkannya.
Al-Fajr:20:

‫ون ٱلْ َما َل ُحبًّا مَج ًّا‬


َ ُّ‫َوحُت ِ ب‬
“Dan kalian mencitai harta dengan kecintaan yang luar biasa/berlebihan”

Karena maksud dari sedekah harusnya untuk bekal akhirat, dan manusia sering tidak
menyadari/atau buta dengan pengetahuan tersebut maka mereka butuh cahaya. Jadi ia akan
mengeluarkan hartanya dengan tujuan akhirat, yang membutuhkan cahaya pemahaman.
Sedekat tidak pernah mengurangi harta.
Kesabaran adalah dziyaa. Kata para ulama, dziyaa itu cahaya yang memiliki unsur
merasakan panas dan ada unsur membakar. Itulah seperti panasnya matahari.
Baca kembali dalam surat Yunus ayat 5.

‫ه َُو ٱذَّل ِ ى َج َع َل ٱلشَّ ْم َس ِض َيٓا ًء َوٱلْ َق َم َر ن ًُورا‬


Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.
Untuk menjadi orang yang sabar, tidaklah mudah karena harus merasakan hatinya
“kepanasan” seperti terbakar dan ia harus bertahan. Ia harus menahan hati amarahnya,
emosinya. Tapi dia bersabar seperti “membatu” dalam menghadapi masalahnya.
Sebagaimana makna sabar secara bahasa adalah “membatu”, karena menahan diri itu sulit
sekali. Berada di atas jalan yang benar sehingga tidak terlempar ke dalam kesyirikan atau
maksiat itu sulit sebagaimana sabar dalam menjalankan takdir. Sebagian ulama misalnya,
Saad bin Zubair (murid terbaik Abdullah bin Abbas) dan Maimun bin Mahran mengatakan
menahan diri di atas ketaatan dan menjauhkan diri dalam kemaksiatan jauh lebih sulit dari
pada menahan diri ketika musibah. Meskipun keduanya juga sulit.
Sepakat, sabar itu tidak mudah. Nabi pun mengakuinya. Tapi kalau kita bisa, maka Allah
bersama orang-orang yang sabar. Sesungguhnya kemenangan selalu bersama kesabaran.
Mintalah taufik kepada Allah agar kita bersabar di atas jalan yang haq, lurus.
As-sajdah: 24:

َ ُ‫َو َج َعلْنَا ِمهْن ُ ْم َأئِ َّم ًة هَي ْد‬


َ ُ‫ون ِبَأ ْم ِراَن لَ َّما َصرَب ُ و ۟ا ۖ َواَك ن ُو ۟ا ِبٔـََٔ(ايَٰ ِتنَا يُو ِقن‬
‫ون‬
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”

Sabar bukan hanya menjanjikan kita bertahan hidup, tapi akan mengantarkan ke puncak di
semua bidang kehidupan (pemimpin). Pertolongan dan kemenangan ada bersama kesabaran.
Jika kita khilaf, bangkit lagi-bangkit lagi.
Wallahu’alam. 29 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai