Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ACHMAD NURIS C.

N
NO. ABEN : 04
KELAS : PAI / MADIN
SEMETER : V (LIMA)
MATA KULIAH : PSKILOGI BELAJAR
TUGA :4

A. Hubungan belajar dengan perkembangan manusia


Menurut Sunarto (1999) dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara
kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah
Pertumbuhan dan Perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara
interpedensi, artinya saling bergantung satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang berdiri sendiri namun memiliki perbedaan.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis, sedangkan Perkembangan berkaitan dengan perubahan
kualitatif yang menyangkut peningkatan tingkat kedewasaan atau kematangan pribadi
anak.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari pematangan fungsi-
fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan
waktu tertentu. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi
fisik (keadaan tubuh atau jasmani) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Pertumbuhan tidak berproses secara bebas, namun ada aspek-aspek
yang mempengaruhinya, antara lain :
1. Anak Sebagai Keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan nteraksi dari setiap aspek yang
ia miliki. Intelek anak berkaitan dengan kesehatan jasmaninya. Kesehatan jasmani
sangat dipengaruhi oleh emosi-emosinya. Sedangkan emosi-emosinya dipengaruhi
oleh keberhasilan ana di sekolah, kesehatan jasmaninya, dan kapasitas mentalnya.
Pertumbuhan anak, baik fisik, intelektual, maupun sosial, sangat ditentukan oleh
latar belakang keluarganya, latar belakang pribadinya, dan aktifitas sehari-hari.
2. Umur Mental Anak Mempengaruhi Pertumbuhannya
Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas anakl menentukan
prestasi belajarnya. Penelitian tentang hubuingan antara prestasi belajar dengan
pertumbuhan anak pada umumnya telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat
kematangan anak.
3. Permasalahan Tingkah Laku Sering Berhubungan dengan Pola-Pola Pertumbuhan.
Yang harus disadari adalah bahwa pertumbuhan sendiri menimbulkan situasi-situasi
tertentu yang menimbulkan problem-problem pengajaran. Anak-anak yang
pertumbuhannya cepat, lambat, atau tidak teratur sering menimbulkan problem-
problem pengajaran.
4. Penyesuaian Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan setelah
dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat, terutama harapan-harapan orang
tua, guru-guru, dan teman-teman sebaya, tercermin di dalam penyesuaian sosialnya.
Jika pertumbuhan anak berjalan kurang normal, maka ada hal-hal lain yang
mengganggunya. Dalam hal ini beberapa kemungkinan yang menjadi faktor-faktor
penyebabnya, yaitu faktor-faktor yang terjadi sebelum anak dilahirkan, faktor yang
dialami bayi sesudah lahir, dan faktor psikologis.1
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka
manusia dapat berkembang lebuh jauh dari makhluk yang lainnya, sehingga ia terbebas
dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah tuhan dimuka bumi. Boleh jadi, karena
kemampuan mealalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengekspolari,
memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Banyak sekali kalau bukan seluruhnya bentuk-bentuk perkembangan yang terdapat
dalam diri manusia yang bergantung pada belajar antara lain misalnya perkembangan
kecakapan berbicara. Menurut fitrahnya, setiap bayi yang normal memiliki potensi untuk
cakap berbicara seperti ayah bundanya namun, kecakapan berbicara sang bayi itu tidak
akan pernah terwujud dengan baik tanpa upaya belajar walaupun proses kematangan
perkembangan organ-organ muludnya telah selesai. Untuk lebih jelasnya, marilah kita
ambil sebuah contoh lagi.
Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk bisa berdiri tegak di atas kedua
kakinya namun, apabila anak tersebut tidak hidup la dilungkungan masyarakat manusia,
misalnya kalau dibuang ketengah hutan belantara dan tinggal bersama hewan, maka
bakat berdiri yang ia miliki secara turun temurun dari orang tuanya itu, akan sulit
diwujudkan. Jika anak itu di asuh oleh serigala, tentu ia akan berjalan di atas kedua kaki
dan tangannya. Dia akan merangkak seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan

1
http://imhems.wordpress.com/2011/06/08/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-serta-pengaruhnya-
dalam-belajar/
dalam hal ini jelas tidak banyak berpengaruh apabila pengalamn belajar tidak turut
mengembangkannya.
B. Arti penting belajar bagi kehidupan manusia
Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan umat
sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di
antara bangsa-bangsa lainnya yang lebuh dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan
tesebut, kenyataan teragis bisa pula terjadi karena belajar. Contohnya, tidak sedikit orang
pintar yang menggunakan kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau bakhan
menghancurkan kehidupan orang tersebut.
Kenyataan teragis lainnya yang lebih parah juga terkadang muncul karena hasil belajar.
Hasil belajar pengetahuan dan teknologi, teknologi tinggi, misalnya, tak jarang
digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama umat manusia. Alhasil, kinerja
akademik (academic performance) yang merupakan hasil belajr itu, disamping membawa
manfaat, terkadang membawa mudarat. Akan hilangkah arti penting upaya belajar karena
timbulnya teragedi-teragedi tadi?
Meskipun ada dampak negatif dari hasil belaar sekelompok manusia tertentu, kegiatan
belajar tetap memiliki arti penting alsannya, seperti yang telah dikemukakan di atas,
belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan
ilmu dan teknologi hasil belajar sekelompok manusia tertindas itu juga dapat digunakan
untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai untuk membuat senjata
penagkis agresi sekelompok menusia tertentu yang mugkin hanya dikendalikan oleh
segelintir oknum yakni manusia-manusia yang mungkin bernafsu serakah atau
mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan anti sosial.2

2
Muhibbin syah, M. Ed, psikologi belajar, cet 3, jakarta PT raja grafindo persada tahun 2004 hal 59-62

Anda mungkin juga menyukai