Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL KEPERAWATAN

 Beranda
 PROFIL
Kamis, 19 Desember 2013

Dimensi Hubungan Membantu Perawat-Klien

Dimensi Hubungan Membantu Perawat-Klien


Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya, empati, perhatian,
autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat ingin
menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien.
1.         Rasa Percaya
Rasa Percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan
member bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Hubungan yang mempercayai
ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien percaya  bahwa perawat ingin
merawat demi kebaikan klien itu sendiri. Rasa percaya akan mmentuk komunikasi
terapeutik terbuka. Untuk meningkatkan rasa percaya, perawat harus bertindak
secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten. Kejujuran dalam memberikan
informasi kepada klien juga membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa
percaya, hubungan antara klien dan perawat tidak akan memiliki kemajuan lebih
dari interaksi social dan hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial.
2.            Empati dan Simpati
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungan yang
membantu. Defenisi empati merefleksikan pengaruh psikoterapis Carl Rogers, yang
yang terkenal karena hasil karyanya dalam mengidentifikasi dan mendiskripsikan
karakteristik hubungan membantu. Empati adalah kemampuan untuk mencoba
memahami dan memasuki kerangka referensi klien (Haber et al, 1994). Empati
adalah merasakan, memahami dan membagi kerangka referensi klien dimulai
dengan masalah yang dihadapi klien. Sangat adil, sensitif, dan objektif untuk
melihat pengalaman yang dimiliki orang lain. Kebalikan dari empati adalah
simpati, simpati adalah ekspresi perasaan seseorang mengenai keadaan sulit yang
lain. Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau rasa kesedihan yang
ditunjukkan oleh perawat kepada klien dimana kebutuhan klien dilihat sebagai
kebutuhan perawat. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan karena mencegah
berkembangnya hubungan membantu yang efektif. Misalnya, perawat
menggunakan kemempuan komunikasi ketika menunjukkan rasa belasungkawa
kepada keluarga yang kehilangan kerabatnya “ Saya turut berduka cita karena ayah
anda meninggal sedemikian cepat. Ayah saya juga meninggal seperti itu. Jika ada
sesuatu yang dapat saya lakukan, jangan ragu untuk mencari saya”. Dengan pesan
sepert itu, perawat menggunakan baik konsep simpati maupun empati dengan
menawarkan pertolongan dan berbagi kerangka referensi klien.
3.         Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan
dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagian besar klien klien secara secara
lansung ataupun tidak langsung menunjukkan keinginan untuk diperhatikan pada
waktu tertentu. Perawat menunjukkan perhatian dengan menerima klien
sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka secara individu. Ketika klien
merasa diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau situasi yang
menyebabkan kecemasan. Perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan
mengurangi kecemasan. Penghilangan kecemasan dan stress akan meningkatkan
daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan.
4.      Autonomi dan Mutualitas
Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri. Mutualitas meliputi perasan
untuk berbagi dengan sesama. Keduanya sangat penting dalam hubungan yang
saling membantu. Perawat dank lien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam
perawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk mengambil keputusan,
sekalipun untuk hal-hal yang sepele seperti menentukan waktu untuk mandi.
Ketika klien menjadi lebih mandiri, perawat menawarkan lebih banyak kesempatan
untuk mengambil keputusan. Perawat juga bertindak sebagai penasehat untuk
memberitahu klien tentang alternatif perawatan kesehatan dan untuk memberikan
dukungan dalam pengambilan keputusan
2.2. Fase-Fase Hubungan Membantu Perawat-Klien
Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi,
fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi.
1.             Fase Prainteraksi
Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai
tambah pengamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan
keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang
kuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang
pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan
meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah mendapatkan informasi tentang
klien dan menentukan kontak pertama.
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi
dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan
yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali,
diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan
klien.
a.       Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?
Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b.      Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
Apakah kontrak pertama?
Apakah kontrak lanjutan?
Apa tujuan pertemuan?
Apa tindakan yang akan saya lakukan?
Bagaimana cara melakukan?
c.       Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!
2.            Fase Perkenalan (Orientasi)
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya
hubungan perawat-klien.
Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya,
penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan KONTRAK
dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga
kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara
penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan
gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang
kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami  perasaan tak nyaman, bimbang karena
memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan
interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang
asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa
dikritik atau dihukum. Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan,
perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama
klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a.        Nama individu (perawat dank lien)
b.       Peran perawat dan klien
c.        Tanggung jawab perawat dan klien
d.       Harapan perawat dan klien
e.        Tujuan hubungan
f.        Tempat pertemuan
g.       Waktu pertemuan
h.       Situasi terminasi
i.         Kerahasiaan
Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :
Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
a.       Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang
disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat tangan.
b.      Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”
c.      Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”
d.      Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Dimana kita duduk”
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
e.       Menhadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama
pasien) selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
“Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah
yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.”
“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”
f.       Memulai percakapan awal
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah
sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama.
Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi menkaji keluhan utama
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”
“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian
terutama terkait dengan keluhan utama.
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien)
jika anda (sebutkan nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda
(sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama
saja ya.” (10 menit).
g.      Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) …….,
(sesuaikan dengan kesimpulan masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama
pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali
dirumah.
h.      Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)
Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :
Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a.       Memberi salam
Sama pada perkenalan
b.      Memvalidasi keadaan klien
“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”
“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”
c.       Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai
janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati.
Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah,
kebersihan diri, dll)

3.      Fase Kerja
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan
mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,
pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi
kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku
maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?”
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”
“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”
4.      Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa
percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau
kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan
marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses
terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien
mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi
dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat
mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri
pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien
sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan
harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan
bantuan.
a.       Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga
perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1)      Evaluasi
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
2)      Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
3)      Kontrak yang akan datang
“Kapan kita bertemu lagi?”
Apa yang akan kita bicarakan?”
b.    Terminasi akhir
   Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai
praktek dirumah sakit.
  Isi percakapan :
1)        Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2)        Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”
3)        Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”
4)        Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.
Diposting oleh andi fransisko di 05.55 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
andi fransisko 
Lihat profil lengkapku

Free Calendar

divine-music.info

Arsip Blog
 ▼  2013 (5)
o ▼  Desember (5)
 KEKURANGAN DAN KELEMAHAN DALAM MODEL KEYAKINAN KES...
 Dimensi Hubungan Membantu Perawat-Klien
 EUTANASIA
 SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA
 INFEKSI NOSOKOMIAL
Tema Perjalanan. Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
v

Anda mungkin juga menyukai