Makalah PAI Kel.6
Makalah PAI Kel.6
Puji dans yukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita, karena atas berkat, bimbingan, petunjuk dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Q.S. Al-
Baqarah Ayat 183 dan 184” dengan baik.
Sholawat dan salam teta ptercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjadi panutan kita dalam berperilaku yaitu suritauladan yang baik.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari
kata sempurna oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
Surah Al-Baqarah adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 286
ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah, yaitu surah yang
Allah turunkan kepada Nabi Muhammad setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Surah ini merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dalam Al-Qur'an. Surah ini
dinamai Al-Baqarah yang artinya Sapi Betina.
Surat Al-Baqarah ayat 183 dan ayat 184 menjelasakan tentang ibadah puasa
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
ayyaamam ma'duudaat, fa man kaana minkum mariidhan au 'alaa safarin fa 'iddatum min
ayyaamin ukhar, wa 'alalladziina yuthiiquunahuu fidyatun tha'aamu miskiin, fa man
tathawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an tashuumuu khairul lakum in kuntum
ta'lamuun
Artinya :
“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan
[114], maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”
Diriwayatkan oleh Ibn Harir dari Mu’adz ibn Jabal r.a., bahwa ketika sampai di
Madinah, Nabi Muhammad melihat orang-orang Yahudi berpuasa di tanggal Hari
Assyura alias 10 Muharam alias di berpuasa di Hari Asysyura dan berpuasa tiga hari di
setiap bulannya.
Di awal-awal tahun Hijriyah, sejatinya sudah ada perintah melakukan puasa yaitu
puasa tiga hari setiap bulan. Selain itu, umat Islam sebelumnya juga terbiasa melakukan
puasa pada Hari Assyura.
Ketika berada di Madinah, Nabi juga tahu bahwa orang-orang Yahudi juga kerap
melakukan puasa di hari itu. Puasa itu dilakukan untuk memperingati bebasnya Musa dan
umatnya dari kejaran Firaun.
Dibanding orang-orang Yahudi, Nabi Muhammad merasa lebih berhak atas kisah
Nabi Musa itu. Itulah sebabnya Muhammad, pada 10 Muharam, memerintahkan seluruh
umat Islam supaya berpuasa di tanggah tersebut.
Tak lama kemudian, tepat di bulan Sya’ban di tahun ke-2 Hijriyah, turun perintah
Puasa Ramadan melalui Surat Al-baqarah, 183-184.
Lepas dari itu, melalui kitabnya Fiqh As-Shiyam, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
menjelaskan bahwa kewajiban puasa di Bulan Ramadan pada tahun ke-2 Hijriyah ini
berhubungan dengan periodesasi dakwah Islam.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Tuhan telah mewajibkan kita (umat Muhammad), untuk berpuasa sebagaimana
mukmin dan pemeluk – pemeluk agama sebelum kita juga diwajibkan berpuasa. Pada
dasarnya diwajibkannya puasa itu kepada kita agar kita mempersiapkan diri untuk
bertaqwa kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirweb.com>687-surat-Al-Baqarah-ayat-183
https://tafsirweb,com>689-surat-Al-Baqarah-ayat-184
https://id.m.wikipedia.org