Anda di halaman 1dari 3

GENDER DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM

Oleh: Elsi Nurfajri

Permasalahan gender telah lama menjadi perbincangan dan dituntut oleh


kaum perempuan, yang menginginkan kesetaraan dengan kaum laki – laki.
Gender masih dianggap sebagai suatu produk budaya Barat, maka hal yang
berkaitan dengan gender sedikit kurang nyaman jika diperbincangkan dalam
forum. Masyarakat kita masih banyak yang menganggap bahwa gender itu identik
dengan perempuan, tapi kenyataannya masyarakat masih kurang paham perbedaan
antara gender dan seks. Konsep gender pada dasarnya adalah laki – laki dan
perempuan yang menyangkut pada peran, fungsi, relasi antar kedua jenis kelamin
tersebut, baik dalam ranah kehidupan domestik maupun publik.1

Gender ternyata dalam persepektif Islam merupakan konsep kesetaraan dan


keadilan yang telah menjadi bagian substantive nilai – nilai universal Islam
melalui pewahyuan (Al-Qur’an dan Al-Hadits). Laki – laki dan perempuan
mempunyai hak – hak dasar dan kewajiban yang sama sebagai hamba Allah SWT,
yang membedakan hanyalah ketaqwaan dihadapan-Nya. Mengenai kedudukan
perempuan, ada salah satu ayat dalam Al Qur’an yang dapat diangkat, yaitu dalam
firman Allah, surat Al – Hujurat ayat 3, berbunyi : “Wahai seluruh umat manusia,
sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari laki – laki dan
perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku – suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang
paling bertaqwa”.

Ayat tersebut menjelaskan tentang asal usul kejadian manusia dari seorang
laki – laki dan perempuan sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia. Asal
manusia didasari oleh kemuliaan bukan keturunan, suku atau jenis kelamin, akan
tetapi ketaqwaan kepada Allah SWT. Islam telah mengatur tentang kesetaraan
gender, bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki – laki dan
perempuan dalam bentuk yang terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat.
1
Isu, Isu – isu Gender kontemporer dalam hukum keluarga, Malang : UIN Malang Press, 2010, hlm
: 2.
Manusia juga diciptakan mulia dengan memiliki akal, perasaan dan menerima
petunjuk. Demikian pandangan islam menetapkan perempuan pada pososo yang
terhormat. Sehingga apa pun peranannya baik sebagai anak, remaja, dewasa, ibu
rumah tangga, kaum profesional, dan lain – lain mereka terhormat sejak kecil
hingga usia lanjut.

Gender dan seks merupakan dua entitas yang berbeda. Jika gender secara
umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki – laki dan perempuan
dari segi sosial budaya, maka seks secara umum dipakai untuk mengidentifikasi
perbedaan laki – laki dan perempuan dari segi anatomi biologis2. Berkaitan
dengan hukum keluarga, banyak peran suami dan istri yang disalah pahami, maka
dari itu pendekatan gender harus dihubungkan dengan studi hukum keluarga.
Misalnya, perempuan diposisikan sebagai makhluk yang hanya boleh bekerja
dalam dunia domestik dan tidak dalam dunia publik. Karena dunia publik
merupakan area khusus bagi laki – laki. Perempuan tidak memiliki kewenangan
untuk menjadi pemimpin ditingkat keluarga maupun masyarakat, hal ini
merupakan pemahaman yang keliru. Ketidak adilan gender ini disamping
bertentangan dengan spirit Islam, juga hanya akan memarginalkan perempuan.
Islam dengan sangat tegas telah mengatakan bahwa laki – laki dan perempuan
memiliki derajat yang sama. Atas dasar dan acuan ini lah pembaharuan Kompilasi
Hukum Islam (KHI) dilakukan.

Islam telah mengatakan dengan tegas bahwa laki – laki dan perempuan
memiliki derajat yang sama, dengan demikian dalam kehidupan keluarga seorang
istri memiliki hak yang sama dengan suami, dengan syarat tidak melupakan
kodratnya sebagai istri. Hal ini tertulis dalam Kompilasi Hukum Islam buku satu
tentang pernikahan BAB XII Hak dan Kewajiban suami istri. Seperti tertulis
dalam pasal 79 ayat 2 yang berbunyi “Hak kedudukan istri adalah seimbang
dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat”. Ambil lah contoh dalam hak memiliki harta,
suami mapun istri sama – sama memiliki hak untuk bekerja atau mencari

2
Ibdi, hal : 112
penghasilan tanpa batasan waktu dan tempat. Keduanya boleh bekerja di mana
saja dan kapan saja sesuai dengan minat dan kompetensinya.
Dalam pembagian tugas rumah tangga, suami dan istri mempunyai
kewajiban yang seimbang. Tidak semua tugas rumah tangga itu kewajiban istri.
Hal ini sesuai dengan isi pasal 77 ayat 1 dan 3 yang berbunyi secara berurutan,
“suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dan susunan
masyarakat”. “suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak – anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani maupun
kecerdasannya dan pendidikan agamanya.” Semua kewajiban urusan rumah
tangga sudah sepantasnya dipikul bersama – sama dalam upaya terciptanya
keharmonisan dalam keluarga dan tidak adanya pihak yang merasa diberatkan.
Kesetraraan gender memberikan keuntungan yang bermanfaat demi
kelangsungan kehidupan. Terciptanya kerukunan antara kaum laki – laki dan
perempuan, atas dasar mereka mampu memahami dengan benar antara gender
dengan seks. Maka dari sini lah pentingnya mensosialisasikan gender kepada
seluruh masyarakat dan khususnya kepada setiap keluarga, agar tak ada lagi
perselisihan yang diakibatkan dari kesalah pahaman makna gender.

DAFTAR PUSTAKA

Isu. 2010. Isu – isu Gender Kontemporer Hukum Keluarga.Malang : UIN Malang
Perss.

Anda mungkin juga menyukai