Anda di halaman 1dari 11

Materi Mitigasi dan adaptasi bencana.

Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk


pada semua tin

dakan untuk mengurangi dampak


dari suatu bencana yang dapat dilakukan 
sebelum bencana itu terjadi termasuk
kesiapan dan tindakan-tindakan
pengurangan resiko jangka panjang.
Mitigasi bencana mencakup baik
perencanaan maupun pelaksanaan
tindakan-tindakan untuk mengurangi
resiko-resiko yang terkait dengan bahaya-bahaya karena perilaku
manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, dan proses perencanaan
untuk respon yang efektif untuk bencana yang benar-benar terjadi.
(Coburn, Spence, dan Pomonis, 1994 dalam urahayu 2010). Ridwan
(2008)
Penguasaan materi mitigasi dan adaptasi bencana ini sangat penting
dengan tujuan peserta didik mempunyai pemahaman dan ketrampilan
bertindak dengan tepat apabila terjadi bencana serta mampu
menyebarluaskan materi mitigasi dan adaptasi bencana kepada orang
lain di masyarakat. Untuk penguasaan ini di perlukan strategi dan
metode yang tepat agar peserta didik benar-benar menguasai baik
pegetahuan, teori dan praktek sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam pembelajaran Geografi materi Mitigasi dan adaptasi bencana
di kelas X.MIPA.3 nilai ulangan harian belum menunjukkan nilai yang
baik dengan rata-rata kelas hanya 70,3 (C+) sedangkan nilai ketuntasan
yang di tetapkan SMA Negeri 1 Ungaran pada tahun ajaran 2013-
2014 adalah 75 (B-)  hal ini mungkin sebabkan materi Mitigasi dan
Adaptasi Bencana disajikan kurang menarik, metode yang kurang tepat
dan kurangnya media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik ini
terlihat pada waktu guru mengajar kedapatan beberapa peserta didik
ketahuan melakukan sms maupun melakukan komonikasi lewat media
social atau membuka blog dengan Hand phone (HP) yang berbasis
internet.
Pemanfaatan sumber belajar  bog yang terdapat di layanan internet
belum dilakukan secara optimal oleh guru, padahal pada era teknologi
seperti sekarang ini guru dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan
informasi untuk mendapatkan sumber informasi dalam pembelajaran
ataupun sumber belajar. Hal ini sebenarnya memberi peluang pada guru
untuk mengembangkan metode pembelajaran peserta didik yang lebih
menyenangkan dengan membuat blog yang berisikan materi-materi yang
sedang di pelajari.
Teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, seperti pemanfaatan
komputer dalam proses pembelajaran, tidak hanya dapat digunakan
secara sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan pula dalam suatu jaringan.
Jaringan komputer atau computer network telah memungkinkan proses
pembelajaran menjadi luas, lebih interaktif, dan lebih fleksibel. Peserta
didik dapat melakukan proses pembelajaran tanpa dibatasi oleh ruang
dan waktu sehingga dapat dilaksanakan kapan pun dan dimana pun.
Penelitian di Amerika Serikat oleh Pavlik tahun 1996 (dalam Isjoni,
2008:15-16) tentang pemanfaatan komunikasi dan informasi untuk
keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif, sedangkan
studi lainnya dilakukan Center for Applied Special Technology (CAST)
menyebutkan bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan
menunjukkan positif terhadap hasil belajar peserta didik. Adanya dunia
maya menjadikan waktu belajar lebih efisien dan efektif.

Mitigasi dan Adaptasi Bencana Tsunami


A. DEFINISI TSUNAMI
          Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu = pelabuhan dan
Nami = Gelombag. Jadi Tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan.
Dalam imu kebumian terminology ini dikenal dan baku secara umum.
Secara singkat Tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut
dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh oleh suatu gangguan
impulsive yang terjadi pada medium laut, seperti gempa bumi, erupsi
vulkanik atau longsoran.

Gangguan impulsive tsunami biasanya berasal dari tiga sumber


utama, yaitu :
-- Gempa didasar laut,
-- Letusan Gunung api didasar laut, dan
-- Longsoran yang terjadi didasar laut.

         Gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh gaya impulsive bersifat


transien yaitu gelombangnya bersifat sesar berbeda dengan gelombang
laut kontinu, seperti gelmbang laut yang ditimbulkan oleh gaya tarik
benda angkasa. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit.
Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai
mencapai 100 km. Kecepatan rambat gelombang tsunami di laut dalam
mencapai 500-1000 km/jam. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat
tergantung dari kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung
mencapai ribuan kilometer. Apabila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya dapat mencapai 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Kalau ditengah laut tingi gelombang
tsunami paling besar sekitar 5 meter, maka pada saat mencapai pantai
tinggi gelombang dapat mencapai puluhan meter.

B. IDENTIIKASI DAERAH RAWAN TSUNAMI


                Analisis Bahaya Tsunami

             Analisa bahaya tsunami ditujukan untuk mengidentifikasi daerah


yang akan terkena bahaya tsunami. Daerah bahaya tsunami tersebut
dapat diidentifikasi dengan 2 (dua) metode :
-- Mensimulasikan hubungan antara pembangkit tsunami (gempa bumi,
letusan gunung api, longsoran dasar laut) dengan tinggi gelombang
tsunami. Dari hasil simulasi tinggi gelombang tsunami tersebut
kemudian disimulasikan lebih lanjut dengan kondisi tata guna, topografi,
morfologi dasar laut serta bentuk dan struktur geologi lahan pesisir.
-- Memetakan hubungan antara aktivitas gempa bumi, letusan gunung
api, longsoran dasar laut dengan terjadinya  gelombang tsunami
berdasarkan sejarah terjadinya tsunami. Dari hasil analisa tersebut
kemudian diidentifikasi dan dipetakan lokasi yang terkena dampak
gelombang tsunami.
Analisis Tingkat Kerentanan terhadap Tsunami.

         Analisa kerentanan ditujukan untuk mengidentifikasi dampak


terjadinya tsunami yang berupa jumlah korban jiwa dan kerugian
ekonomi, baik dalam jangka pendek yang berupa hancurnya pemukiman
infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun
jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat
trauma maupun kerusakan sumberdaya alam lainnya.

        Analisa kerentanan tersebut didasarkan beberapa aspek, antara lain


tingkat kepadatan pemukiman di daerah rawan tsunami, tingkat
ketergantungan perekonomian masyarakat pada sector kelautan,
keterbatasan akses transportasi untuk evakuasi maupun penyelamatan
serta keterbatasan akses komunikasi.
Analisis Tingkat Ketahanan Terhadap Tsunami

          Analisa tingkat ketahanan ditujukan untuk mengidentifikasi


kemampuan pemerintah serta masyarakat pada umumnya untuk merespn
terjadinya bencana tsunami sehingga mampu mengurangi dampaknya.
Analisis tingkat ketahanan tersebut dapat diidentifikasi dari 3 (tiga)
aspek, yaitu :
Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
Kemampuan mobilias masyarakat dalam evakuasi dan penyelamatan,
dan
Ketersedian peralatan yang dapat dipergunakan untuk evakuasi.

C. MITIGASI BENCANA TSUNAMI


              Mitigasi adalah segenap usaha untuk meminimalisir kerugian
dan resiko akibat bencana alam. Perlu kita sadari, bahwa gempa sangat
jarang sekali membunuh, umumnya yang membunuh itu adalah
reruntuhan bangunan akibat gempa dan si korban tidak melindungi diri
dari bangunan tersebut.

Migitasi Bencana Tsunami adalah sistem yang dirancang untuk


mendeteksi tsunami serta memberikan peringatan untuk mencegah
jatuhnya korban. Sistem ini terdiri dari 2 bagian penting yaitu jaringan
sensor untuk mendeteksi tsunami dan infrastruktur jaringan komunikasi
untuk memberikan peringatan dini adanya bahaya tsunami kepada
wilayah yang diancam bahaya agar proses evakuasi dapat dilakukan
secara mungkin.

Terdapat 2 jenis sistem peringatan dini Tsunami yaitu Sistem peringatan


dini tsunami Internasional dan Sistem peringatan dini tsunami Regional.
Kecepatan Gelombang Tsunami adalah 500 – 1000 km/jam atau sekitar
0.14 – 0,28 km/detik di Perairan terbuka.  Gempa Bumi dapat dideteksi
dengan segera karena getaran gempa berkecepatan sekitar 4 km/detik
atau 14400 km/jam. Getaran gempa bumi lebih epat dideteksi daripada
gelombang tsunami jadi memungkinkan dibuatnya peramalan tsunami
sehingga peringatan dini segera diumumkan kepada daerah yang
berbahaya.
Sistem peringatan dini tsunami internasional

Kota kota sekitar samudera pasifik mempunyai sistem peringatan dini


tsunami internasional  dan proses evakuasi untuk menangani proses
evakuasi. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh insitut seismologi dan
proses terjadinya dapat dimonitor melalui perangkat didasar maupun
permukaan yang terpasang dengan satelit. Perekam didasar laut bersama
dengan perangkat yang  mengapung di laut bouy dapat mendeteksi
gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut
dalam.

                     

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian


sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara
internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi gempa akan dicatat seismograf lalu informasinya dikirim
ke BMKG jakarta dan BMKG akan meninformasikan INFO GEMPA
melalui peralatan teknis secara simultan. Data itu dimasukkan ke DSS
apakah data itu berpotensi tsunami, jika iya BMKG akan segera
mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data ini akan segera
diintegrasikan ke sistem peringatan dini untuk memberi konfirmasi
apakah gelombang tsunami sudah terbentuk. Informasi akan segera
disampaikan BMKG melalui alat perantara lainnya seperti Pemerintah
Daerah dan Media.

 Samudra Pasific

Sistem peringatan dini tsunami untuk samudra Pasifik ditangani oleh


Pusat Peringatan Dini Tsunami Pasifik (Pacific Tsunami Warning
Center), Amerika Serikat yang dioperasikan oleh NOAA. Fasilitas ini
berlokasi di Pantai Ewa, Hawaii dan mulai beroperasi pada 1949 setelah
gempa bumi dan tsunami yang melanda Pulau Aleutian yang memakan
korban 165 orang di Hawaii dan Alaska. Koordinasi tingkat
internasional tercapai lewat Kelompok Koordinasi Internasional untuk
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Pasifik, yang dibangun oleh Komisi
Antarpemerintah untuk Oseanografi UNESCO.

 Samudra Hindia
Sebagai respon atas tsunami samudra Hindia tahun 2004 yang memakan
korban sekitar 200.000 orang, sebuah konferensi PBB diselenggarakan
pada Januari 2005 di Kobe, Jepang dan memutuskan untuk membangun
sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami Samudra Hindia.

 Atlantik Timur Laut, Laut Mediterania dan sekitarnya

Pertemuan pertama dari Kelompok Koordinasi Antarpemerintah untuk


Sistem Peringatan Dini Tsunami dan Mitigasi untuk Atlantik Timur
Laut, Laut Mediterania dan sekitarnya diadakan oleh Komisi
Antarpemerintah untuk Oseanografi UNESCO pada pertemuannya yang
ke-23 pada Juni 2005 di Roma pada 21-22 November 2005. Pertemuan
ini menghasilkan resolusi XXIII.14. Pertemuan yang diselenggarakan
oleh pemerintah Italia (Kementerian Luar Negeri dan Kementerian
Lingkungan dan Perlindungan Wilayah Italia) dihadiri oleh sekitar 150
partisipan dari 24 negara, 13 organisasi dan sejumlah pengamat.

              Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum


terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.

1.   Sebelum terjadi Tsunami


-  Kenalilah dengan baik TANDA-TANDA datangnya Tsunami, seperti:
à Air laut yang surut secara tiba-tiba
à Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
à Munculnya BUIH BUIH AIR sangat banyak di pantai secara
tiba-tiba.
à Terlihat gelombang hitam tebal memanjang di garis cakrawala.
-  Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan
kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab
bencana, dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain
Retrofitting dan Relokasi.
- penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai
dan perlindungan terumbu karang
- Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai
untuk menahan tsunami,
- Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai
yang aman bencana,
- Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun
bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana,
- Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,
- Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan
peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman
“akrab bencana” yang memperhaikan berbagai aspek,
- Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat
kawasan pantai,
- Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,
- Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,
- Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.
  -  Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain yang
beresiko.
  -  Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang
Merah     Indonesia, Tim SAR.
  -  Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb.
Sediakan juga Radio, karena pada saat tsunami alat komunikasi dan
informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu.
Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna disaat
bencana. Dan kotak Persediaan Pengungsian tersebut dimasukan ke
dalam suatu tempat yang mudah dibawa (ransel punggung) dan disimpan
di tempat yang mudah digapai pada saat tsunami berlangsung seperti di
belakang pintu keluar.
  -  Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah
sakit dll.

2. Selama terjadi Tsunami


- jangan panik, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari bencana
tersebut.
- Jika air laut surut secara tiba-tiba , Jangan mengambil ikan yang ada di
pantai.
- Jika berada di pantai atau di dekat pantai, panjat bangunan atau pohon
yang tinggi, yang paling dekat dari  anda.
- Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu kapal
anda kearah laut yang lebih jauh.
- Utamakan keselamatan jiwa daripada harta.
- Berdoa dan beristigfar kepada Allah semoga diberi keselamatan

3. Sesudah terjadi Tsunami


- Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam,
kebocoran gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang
terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
- Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi
untuk roboh
- Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali
tsunami datang dalam 2 atau 3 kali.
- Cari posko bantuan terdekat.
- Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.

MITIGASI BENCANA TSUNAMI


a. Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural

Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah


upaya teknis yang bertujuan untuk meredam/mengurangi energy
gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan pantai. Berdasarkan
pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang
tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan,
maka upaya structural tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua)
kelompok, yaitu :

Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang


kawasan pantai dan perlindungan terumbu karang.

Buatan,Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar


pantai untuk menahan tsunami,
Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan kaidah
teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana,
dengan mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan
Relokasi

b.Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural

Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut


penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan
sesuai dengan upaya mitigasi structural maupun upaya lainnya. Upaya
non structural tersebut meliputi antara lain :

Kebijakan tentang tata guna lahan/ tata ruang/ zonasi kawasan pantai
yang aman bencana,

Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun


bangunan lainnya) serta infrastruktur sarana dan prasarana,

Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,

Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan


peta tingkat ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman
“akrab bencana” yang memperhaikan berbagai aspek,

Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat


kawasan pantai,

Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,

Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,

Pengembangan system peringatan dini adanya bahaya tsunami.

Ancaman tsunami dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu ancaman


tsunami jarak dekat (local) dan ancaman tsunami jarak jauh. Kejadian
tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami local yang terjadi
sekitar 10-20 ment setelah terjadinya gempa bumi dirasakan oleh
masyarakat setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh terjadi 1-8 jam
setelah gempa dan masyarakat setempat tidak merasakan gempa
buminya.

Anda mungkin juga menyukai