Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV atau Human Imunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya

kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency

Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya

kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat menurunnya

kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai

penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal

(Kemenkes RI, 2014). HIV merupakan penyakit menular. HIV dapat

ditularkan melalui hubungan seks, transfusi darah, penggunaan jarum suntik

bergantian dan penularan dari ibu ke anak (perinatal) (Kemenkes RI, 2017).

AIDS pertama kali didiagnosis di Amerika serikat pada 1981 dan

sampai saat ini sudah menyerang sebagian besar negara di dunia sehingga

telah menjadi masalah Internasional karena dalam waktu relatif

singkat/cepat terjadi peningkatan jumlah penderita dan semakin banyak

melanda negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang

termasuk Indonesia (Sonhaji, 2012).

Remaja adalah periode perkembangan di mana individu mengalami

perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Potter & Perry,

2005). Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja adalah masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa serta berkisar antara

12-21 tahun yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan

psikososial. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

remaja merupakan tahap di mana anak sedang menuju kedewasaan yang

ditandai dengan adanya perubahan dalam berbagai aspek.

Menurut Hockenberry (2005) remaja dibagi menjadi 3 fase yakni

remaja awal (usia 11-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan

remaja akhir (usia 18-20 tahun). Remaja mengalami masa formal-

operasional sesuai dengan teori kognitif Piaget. Teori Piaget mengatakan

bahwa dalam tahap perkembangan ini remaja telah mampu membayangkan

rangkaian kejadian yang akan terjadi misalnya konsekuensi dari tindakan

yang dilakukan (Hockenberry, 2005). Remaja juga telah mampu

membayangkan opini orang lain terhadap dirinya. Remaja mulai menyadari

bahwa masyarakat memiliki norma dan standar yang berbeda sehingga akan

bertindak hati-hati dalam mengambil sikap.

Jumlah kasus AIDS tertinggi menurut WHO (World Health

Organization) terjadi pada remaja kelompok usia 20 sampai 29 tahun yang

mengindikasikan mereka telah terinfeksi HIV sejak 5 hingga 10 tahun

sebelumnya, dimana saat itu mereka masih pada tahap remaja pertengahan.

Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015

didapatkan tertinggi pada usia 20-29 tahun (32,0 %), 30- 39 tahun (29,4 %),

40-49 tahun (11,8 %), 50- 59 tahun (3,9 %) kemudian 15-19 tahun (3 %).

Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. (Amelia

et al., 2016)
Di Indonesia, HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali

pada tahun 1987 (Kemenkes RI, 2014). Sejak pertama kali ditemukan

tahun 1987 sampai dengan Maret 2016, HIV/AIDS tersebar di 407 (80%)

dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi terakhir

kali ditemukan adanya HIV/AIDS adalah Provinsi Sulawesi Barat pada

tahun 2012. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan

Maret 2017 sebanyak 242.699. Sedangkan jumlah kumulatif AIDS dari

tahun 1987 sampai dengan Maret 2017 sebanyak 87.453 orang (Kemenkes

RI, 2017).

Indonesia adalah salah satu negara berkembang di asia yang

melaporkan kasus HIV pertama kali di tahun 1987 hingga desember 2018,

di laporkan oleh 460 (89,5%) dari 514 kabupaten/kota di seluruh provinsi

di indonesia. Di Sumatra Barat sampai akhir oktober sampai desember

tahun 2018 menduduki urutan ke 8 dari 33 provinsi yang ada di indonesia

dengan jumlah 94 kasus HIV/ AIDS (Ditjen P2P dan Kemenkes RI 2018).

Pada akhir tahun 2017 jumlah seseorang yang terkena HIV/AIDS

semakin meningkat yaitu sebanyak 74 kasus di bukittinggi. Dengan

kelompok umur terbanyak berkisar 25-49 tahun dengan faktor beresiko

paling banyak.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Seseorang

mendapatkan fakta dan informasi baru dengan menggunakan pengetahuan.

Dalam subbab ini, peneliti akan menguraikan mengenai definisi

pengetahuan, tingkat pengetahuan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan.

Merakou et al. (2002) menyebutkan bahwa jenis kelamin, usia, bidang

ilmu di sekolah, dan jumlah sumber informasi merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja (Dewi, 2008).

Menurut Iskandar et al. (1996), kurangnya pelayanan kesehatan reproduksi

bagi wanita menyebabkan ketidaktahuan wanita tentang faktor biologi dari

organ reproduksi dalam hubungannya dengan praktik seksual dan hal ini

juga yang menyebabkan wanita lebih rentan terkena HIV (Dewi, 2008).

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan bahwa remaja kelas X, XI, dan

XII (15-17 tahun) memiliki pengetahuan lebih banyak tentang HIV/AIDS

dibandingkan remaja kelas IX (14 tahun) yang berusia lebih muda dari

mereka (Anderson et al., 1990). Tingkat pengetahuan pada pelajar.

Hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 5 november 2020

oleh penulis kepada 5 orang remaja SMA N 5 Bukittinggi didapatkan

sebanyak 3 siswa (60%) belum pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan/informasi mengenai HIV/AIDS dan 2 siswa (40%) sudah

mendapatkan pendidikan kesehatan/informasi mengenai HIV/AIDS. Dan 4

siswa (80%) tidak terlalu menyikapi dengan adanya penularan

HIV/dikalangan remaja dan 1 siswa (20%) menyikapi terhadap

pencegahan HIV pada remaja.

Masalah ini menjadi masalah yang cukup serius untuk diteliti

terutama dikalangan remaja saat ini. Tidak dapat di hindari bahwa perilaku

seksual dan penggunaan narkoba tersebut banyak terjadi pada komunitas

remaja. Dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai


kasus HIV/AIDS ini serta adanya perkembangan teknologi yang semakin

hari semakin pesat berkembang namun remaja tidak jarang

menggunakannya sebagai pencarian jawaban dari keingintahuan remaja

dan jawaban yang didapat terkadang salah dan bukan untuk menambah

pengetahuan melainkan jusru membuat remaja terjerumus dalam pergaulan

bebas yang membahayakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Diatas maka dapat rumusan

masalahnya yaitu bagaiman hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada remaja kelas X terhadap

penyakit HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan

pengetahuan dan sikap remaja kelas X dengan upaya pencegahan terhadap

penyakit HIV/AID di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020?

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan pada remaja kelas X

terhadap penyakit HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun

2020.

b. Diketahui distribusi frekuensi sikap remaja kelas X terhadap

penyakit HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020.


c. Diketahui distribusi frekuensi upaya pencegahan HIV/AIDS pada

remaja kelas X di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020.

d. Diketahui hubungan pengetahuan ramaja kelas X terhadap

penyakit HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020.

e. Diketahui hubungan sikap ramaja kelas X terhadap penyakit

HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun

maupun praktiis, antara lain :

1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak SMA N 5

BUKITTINGGI dalam upaya menjaga dan meningkatkan

perkembangan pengetahuan dan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS .

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan peneliti dalam memperoleh informasi tentang pengetahuan

dan sikap terhadap peenyakit HIV/AIDS.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi

kepustakaan bagi intitusi serta dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan masukan bagi program studi Pendidikan Ners Fakultas

Kesehatan Universitas Fort De Kock dan sebagai bahan perbandingan

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pengetahuan dan sikap remaja terhadap penyakit HIV/AIDS.


4. Bagi Masyarakat

Sebagai Sumber Informasi dan masukan bagi masyarakat untuk dapat

berperan secara aktif dalam menjaga kesehatan agar terhindar dari

penyakit HIV/AIDS.

E. Ruang Lingkup

Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive analitik

dengan pendekatan Cross Sectional yang meneliti tentang bagaimana

hubungan pengetahuan dan sikap remaja kelas X dan terhadap penyakit

HIV/AIDS di SMA N 5 BUKITTINGGI tahun 2020. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa/siswi kelas X di SMA N 5 BUKITTINGGI.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

simple Random sampling Pengambialan tempat dan variable penelitian

didasari oleh fenomena yang ditemukan dikota bukittinggi.

Anda mungkin juga menyukai