Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“MEMBENTUK MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA”

DINA MAHALINA BENAFA

16010034

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA

FAKULTAS TEKNIK PENERBANGAN

JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga saya dapat mengerjakan makalah ini sebagai salah satu syarat nilai
tugas untuk mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan di UNSURYA.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak menemui hambatan dan kesulitan namun
berkat bimbingan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak pada akhirnya pada akhirnya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Untuk itu saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Teknik Penerbangan UNSURYA
2. Dosen pengajar Pancasila dan Kewarganegaraan UNSURYA
3. Teman-teman seperjuangan TP.A UNSURYA
4. Kedua orangtua tercinta

Jakarta, 19 Oktober 2016

Dina M. Benafa
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan proses pendidikan


yang merupakan proses untuk mengikat harkat serta martabat bangsa. Karena melalui usaha
pendidikan ini diharapkan dapat mengarahkan perkembangan anak dalam pembentukan
pribadi yang mandiri. Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu
di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan Pendidikan
Nasional Indonesia. Hal ini perlu dipandang karena pembangunan dibidang pendidikan
merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa, khususnya pembangunan sumber
daya manusia Indonesia yang mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu di semua pihak
guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia.
Pendidikan harus selaluh diupayakan untuk meningkatkan kemampuan setiap individu.
Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah melalui lembaga pendidikan diluar
sekolah. Dimana dalam undung-undang pendidikan nomor 20 tahun 2003 Negara RI yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional yang tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
Untuk itu mutu pendidikan perlu diperhatikan, khususnya tentang peningkatan sumber
daya manusia Indonesia yang ingin dicapai oleh suatu proses pendidikan. Sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa
Pendidikan Nasional bertujuan untuk “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Esa, berakhalak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreaktif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta
bertanggung jawab.
I.2 Tujuan

A. Tujuan Umum
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Pancasila dan Kewarganegaraan.
B. Tujuan Khusus
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses belajar.
2. Memacu semangat untuk terus mencari tahu.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pembentukan manusia Indonesia seutuhnya ?
2. Bagaimana cara membentuk manusia Indonesia seutuhnya ?
3. Bagaimana hubungan antara pembentukan manusia Indonesia seutuhnya dengan
pancasila sebagai pedoman hidup bangsa setiap hari ?

1.4 Manfaat
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bersama untuk menambah
pengetahuan dan semangat terus mencari tahu dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Manusia Indonesia Seutuhnya

Manusia adalah makhluk hidup yang berakal budi.1 Manusia itu sendiri sering disebut
sebagai mahkluk sosial yaitu, makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri atau makhluk hidup
yang saling membutuhkan satu sama lain. Terlepas dari pengertian manusia itu sendiri dapat
diartikan pula pengertian kata utuh. Dimana kata utuh sendiri memiliki arti, dalam keadaan yang
sempurna atau tidak rusak atau tidak berkurang.2 Kata utuh juga artinya adalah lengkap meliputi
semua hal yang ada pada diri manusiia, baik dalam kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan
psikologinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia utuh adalah sosok manusia yang tidak
parsial atau manusia yang saling berhubungan satu sama lain dan merupakan bagian dari
keseluruhan.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara
mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
1.      Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
2.      Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang menghayati
dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Selain hal tersebut manusia juga memerlukan pemenuhan kebutuhan spiritual, yaitu berdialog
atau berkomunikasi dengan Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu manusia juga memerlukan
keindahan dan  estetika. Manusia juga memerlukan penguasaan ketrampilan tertentu agar mereka
bisa berkarya, baik untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain. Semua
kebutuhan itu harus dapat dipenuhi secara seimbang. Untuk menjadi manusia seutuhnya tidak
cukup jika manusia hanya mengandalkan kecerdasan dan keterampilannya. Begitu pula
sebaliknya, tidak cukup jika manusia hanya mengandalkan kedalaman spiritualnya,

1
Menurut KBBI

2
Menurut KBBI
tetapi tidak memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Intinya istilah manusia utuh adalah
manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi posistif yang ada pada dirinya sendiri.

Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka pendidikan seharusnya
mengembangkan berbagai aspek itu. Pendidikan tidak tepat jika hanya mengembangkan satu
aspek, tetapi melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan agama adalah sangat penting, tetapi
tidak boleh terlalu mengesampingkani intelektualitasnya. Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan
hanya mengedepankan pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan mengabaikan
pengembangan spiritual.
Hal ini tercantum pula dalam Alkitab yang mengatakan : “Takut akan Tuhan adalah
permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal 1:7)3
Ayat Alkitab diatas menjadi landasan iman kita kepada Yang Maha Kuasa, yaitu kita harus
mampu hidup menjalani hidup yang bermakna secara horisontal sekaligus vertikal. Dan itulah
bukti nyata manusia yang seutuhnya, dari hasil sistem pendidikan yang kita geluti saat ini.
Aspek spiritual sendiri lebih dikhususkan dalam kehidupan Jasamani dan Rohani setiap
manusia.Sesungguhnya hal mendasar yang sangat penting bagi kita untuk dapat menjadi
Manusia Seutuhnya adalah aspek terkahir, yaitu Jasmani dan Rohani. Jika kita dapat
menjalankan dan menerapkan aspek tersebut.
Kekuatan manusia pada juga dasarnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau
kemampuan jiwanya semata-mata, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama
dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dalam masyarakat itulah manusia
menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya membedakan manusia dari segenap mahluk hidup
yang lain, dan mengantarkan umat manusia ke tingkat mutu, martabat dan harkatnya
sebagaimana manusia yang hidup pada zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
Berbeda dari makhluk-makhluk lain, manusia sebagai makhluk yang berderajat lebih
tinggi, diperlengkapi dengan berbagai potensi dan susunan tubuh yang memungkinkan ia
berkembang menjadi makhluk yang sesuai dengan ketinggian derajatnya itu. potensi dan susunan
tubuh ini memungkinkan manusia berkembang menjadi manusia seutuhnya berkembang dalam
berbagai dimensi secara mantap.

II.2 Cara Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya


3
Lembaga Alkitab Indonesia(Amsal 1:7)
Mengamati berlangsungnya proses kesadaran akan pentingnya gerakan reformasi di
Indonesia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk manusia seutuhnya, yaitu
sebagai berikut :
A. Mengenali Titik Pangkal Krisis Bangsa
Dari berbagai komponen yang membentuk struktur keberadaan suatu bangsa seperti sumber
daya alam, posisi demografis negara, keberagaman (suku,bahasa,agama,dan budaya), komposisi
penduduk (usia, pendapatan, dll), warisan filsafat dan nilai-nilai bangsa, dan manusia sebagai
warga negara yang mengelola seluruh sumber daya bangsanya, maka harus disadari bahwa
komponen paling penting untuk berlangsungnya kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sang
pengelola itu sendiri, yaitu “Manusia”. Jadi, sebenarnya apa yang tengah diusahakan dan
dikerjakan dengan serius oleh seluruh manusia adalah demi manusia itu sendiri, yaitu demi
kebaikan, kesejahteraan dan kemakmuran diri manusia, atau seringkali kita bangsa Indonesia
menyebutkan kegiatan itu sebagai "Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya". Hal ini artinya
dalam aspek pembangunan jasmani dan rohani.
Bila kita sadari bahwa sesungguhnya yang menjadi inti paling penting untuk keberadaan
berlangsungnya berbangsa dan bernegara adalah manusia, maka dapat kita simpulkan bahwa titik
pangkal untuk kita dapat memulai mengurai benang kusut permasalahan krisis multidimensi di
Indonesia adalah diawali dari manusia Indonesia itu sendiri. Saya tegaskan sekali lagi, titik
pangkalnya adalah manusia Indonesia, yaitu kita semua yang mengaku sebagai warga negara
Indonesia(WNI). Jadi, bila krisis ini terjadi jangan pernah salahkan orang lain tetapi salahkanlah
diri kita sendiri. Mari kita merenungkan dan merefleksikan diri, siapakah kita ini. Manusia
Indonesia berangan-angan atau bercita-cita yang sangat tinggi dan mulia yaitu ingin mengangkat
harkat dan martabatnya sebagai suatu bangsa di tengah bangsa-bangsa lain di dunia. Setelah
lepas dari belenggu penjajahan, bangsa Indonesia dengan penuh semangat nasionalisme ingin
membangun dan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh bangsanya. Tetapi,
sayang sekali mayoritas bangsa Indonesia tidak berhasil menangkap satu pemahaman yang
paling kristis, yaitu pemahaman akan sifat-sifat dasar manusia itu sendiri. Tidaklah mungkin kita
mampu membangun manusia kalau mengenali sifat-sifat manusia saja kita tidak tahu.
Sama halnya saat kita membangun sebuah rumah atau merakit sebuah mobil. Tentu kita
terlebih dahulu harus tahu apa itu rumah, bagaimana bentuk rumah dan sebagainya, atau dengan
kata lain kita harus mengerti dulu secara utuh sifat-sifat dasar rumah tersebut, barulah kita mulai
membangun rumah itu dengan baik. Karena segala sesuatunya sudah dipahami dengan jelas,
tepat, dan tidak salah. Bisa dibayangkan jika kita tidak paham apa itu rumah, maka setelah
dibangun ternyata hasilnya adalah sebuah gudang barang bekas yang hanya cocok untuk
tumpukan sampah. Jadi, memahami siapakah manusia harus menjadi titik pangkal dari seluruh
bangsa Indonesia untuk menyelesaikan krisis multi dimensi yang menjadi masalah seluruh
bangsa. Pemahaman mengenai siapakah manusia, merupakan solusi universal untuk eksistensi
dan berlangsungnya (survival) suatu bangsa.
Seorang negarawan Belanda bernama Abraham Kuyper pernah menulis bahwa : “untuk
menghadapi kekuatan jaman, maka kita harus mengerti bahwa kita tengah berhadapan dan
berperang dengan ide-ide yang terbuka secara bebas dan ditawarkan oleh segala macam
filsafat”.4 Oleh karena itu kita harus mempunyai kerangka pikir yang tepat dan menyeluruh
dalam memahami hal-hal mendasar atas produk-produk pikiran tersebut dan sehingga mampu
menguji mana yang benar dan mana yang salah. Bila kita sudah tahu ide yang salah, kita buang
ide tersebut, dan ide yang tepat dan teruji kita pakai dengan tetap mengujinya di segala jaman
dan waktu.

B. Hati Manusia: Titik Pangkal Krisis Bangsa


Kembali terlontar sebuah pertanyaan bahwa seperti apakah sifat dasar manusia itu? Bila kita
salah mendiagnosis suatu persoalan, maka kita tidak akan pernah mampu menyelesaikan
persoalan tersebut. Pernyataan yang umumnya kita dengar saat dimulainya gerakan reformasi
dan sampai saat ini masih dengan penuh semangat terus diteriakkan adalah bahwa kita bangsa
Indonesia tengah berperang untuk lepas dari kemelaratan, kebodohan, kemiskinan, dan
penindasan. Sehingga banyak solusi diusulkan oleh mayoritas manusia Indonesia adalah
sederhana saja yaitu pendidikan yang lebih baik, pemerataan pendapatan dan reformasi politik.
Perlu dicatat bahwa apabila kita hanya sampai pada tahap berpikir bahwa pendidikan,
pendapatan, dan reformasi politik adalah titik pertempuran yang harus dimenangkan, maka
sebenarnya kita tidak berbeda dengan paham dengan Sosialisme, Nasional maupun Marxisme
yang digembar-gemborkan di abad ke-20 ini yang tidak lain hanya sebuah ide kosong.
Seandainya, bagi seluruh bangsa Indonesia pendidikan sudah baik dan maju, pendapatan sudah
merata, dan reformasi politik sudah dijalankan, apakah KKN yang menjadi penyakit kanker

4
Karangan buku Abraham Kuyper:Transformasi Kehidupan
ganas bangsa Indonesia akan otomatis hilang? Ataukah sebaliknya yaitu, KKN harus dihilangkan
dulu baru kita bisa menjalankan pendidikan yang baik, pendapatan yang merata, dan reformasi
politik. Tampaknya, logika kita mengatakan bahwa KKN harus dihilangkan terlebih dahulu baru
yang lain bisa berjalan. Lalu kita tanya lagi, apakah yang membuat subur dan berkembangnya
KKN dalam bangsa Indonesia? Maka ada yang menjawab karena presiden berkuasa terlalu lama,
ada juga yang mengatakan karena kekuasaan terpusat di satu orang, yang lain lagi mengatakan
karena tidak ada sistem kontrol terhadap kekuasaan. Tapi kalau kita pertanyakan lagi, seandainya
presiden yang berkuasa terlalu lama itu di dalam hatinya bermotivasi murni ingin
menyejahterakan rakyatnya, apakah KKN akan muncul? Kemungkinan besar logika kita akan
menjawab, tentu tidak! Tanya lagi, seandainya kekuasaan terpusat di satu orang atau satu
kelompok orang, tetapi di dalam hati orang itu atau sekelompok orang itu bermotivasi murni
ingin menyejahterakan rakyatnya, apakah KKN akan muncul? Lagi-lagi kemungkinan besar
logika kita akan menjawab, tentu tidak! Baik kalau begitu pertannyaan terakhir, seandainya tidak
ada sistem kontrol terhadap kekuasaan, tetapi orang yang kepadanya dipercayakan kekuasaan itu
di dalam hatinya bermotivasi sungguh-sungguh murni untuk menyejahterakan rakyatnya, apakah
KKN akan muncul? Ternyata logika kita sekali lagi mengatakan, tentu tidak !
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari kita bersama-sama menguji inti permasalahan
setiap bangsa yang berpotensi membawa suatu bangsa tersebut masuk kedalam penyakit atau
krisis struktura terletak dari hati manusia. Hati dalam arti luas yaitu seluruh keberadaan manusia
atau dalam bahasa umum sering dikatakan sebagai moral dan etika manusia. Jadi, bisa dikatakan
bahwa apabila manusia itu bermoral dan beretika maka baiklah keadaaan manusia itu.
Sebaliknya bila manusia itu tidak bermoral dan beretika maka hancurlah manusia itu dan juga
berpotensi menghancurkan manusia lainnya. Jadi, boleh dikatakan bahwa semua manusia
memang harus bermoral, termasuk manusia Indonesia.

C. Membentuk Pola Pikir Yang Baru


Pola pikir atau sering disebut paradigma adalah dasar segala bentuk tindakan kita sehari-
hari. Seperti tindakan kita untuk menang sendiri, otoriter, menjadi seorang pemarah, sosok yang
suka mengkritik atau bentuk tindakan apa saja yang didikte oleh mindset seseorang. Hal-hal
yang telah disebutkan merupakan penafsiran yang dilihat dan dialami oleh setiap orang.
Pola pikir setiap manusia membentuk kehidupan manusia itu sendiri. Apa yang kita percayai
akan terjadi, benar-benar terjadi. Kita mendekati, bereaksi, dan pada kenyataannya menciptakan
dunia kita berdasarkan pola pikir individual kita sendiri. Pola pikir kita memberitahu kita
bagaimana permainan hidup ini harus dimainkan, dan mengatur apakah kita memainkannya
secara berhasil atau tidak. Kita mungkin memiliki pola pikir, misalnya, yang memberitahu kita,
“Kehidupan ini sangat keras, dan kita harus berjuang hanya sekadar untuk hidup pas-pasan.”
Atau kita mungkin memiliki pola pikir yang lebih positif, seperti, “kita punya kemampuan yang
hebat dan orang-orang ingin bekerja sama dengan kita.”
Pikiran adalah magnet yang sangat kuat. Apa pun yang diberitahukan pola pikir kita kepada
kita adalah apa yang kita tarik, baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar. Jika kita memiliki
keyakinan bahwa, “Kehidupan ini sangat keras, dan kita harus berjuang hanya sekadar untuk
hidup pas-pasan,” misalnya, kita tidak perlu menyadari akan keyakinan itu untuk mengalami
perjuangan dalam hidup kita. Pada kenyataannya, jika kita ingin melihat apa pola pikir kita
sebenarnya, kita hanya perlu melihat hidup kita dan hasil-hasil yang kita peroleh sesuai dengan
apa yang kita yakini. Jika kita tidak memeriksa pola pikir kita dan bertanya apakah pola pikir itu
mendukung atau membatasi kita, kita beroperasi “secara otomatis.” Kita tidak lagi memilih
keyakinan dan pola pikir kita, tetapi keyakinan dan pola pikir itu menyebabkan kita menjalani
hidup dengan cara tertentu. Kita menciptakan pola pikir kita sendiri, tetapi pada saat yang sama
pola pikir kita menciptakan diri kita. Jika kita tidak mempertanyakan keyakinan yang
menyebutkan bahwa “kehidupan ini sulit,” misalnya berjuang tanpa mengetahui penyebabnya.
Kita semua memiliki keyakinan lama yang tersembunyi. Banyak keyakinan itu diperoleh
dari masa kanak-kanak dan tidak lagi berguna bagi kita bahkan mendukung keberhasilan kita.
“Mengabaikan kekuatan paradigma untuk memengaruhi pendapat kita berarti secara tidak
langsung kita menjerumuskan diri kita dalam risiko etika yang menjajaki masa depan”. 5 Agar
mencapai suatu kebeberhasilan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, setiap orang
perlu memahami pola pikirnya sendiri. Setiap orang harus mampu membawa pola pikirnya ke
tingkat sadar, memerhatikannya dengan baik, dan melihat apakah ada sesuatu yang ingin ia
rubah. Banyak orang mengatakan mereka ingin mengubah hidup bangsa menjadi lebih baik.
Namun tanpa ia sadari, pola pikirnya sendiri tidak diatur dengan baik sesuai faedah yang berlaku.

5
Karangan buku John Arthur : Paradigma
Untuk memberikan hasil yang dramatis dan permanen dalam pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya, maka setiap orang harus mengubah cara berpikir. Jika tidak ada pergeseran pola pikir,
setiap perubahan atau perbaikan hanya akan bersifat minimal atau dalam jangka pendek.

II.3 Hubungan Pancasila dengan Pembentukan Manusia Indonesia Seutuhnya


Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut Pedoman dan Penghayatan
Pancasila, setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga
kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup
manusia itu akan tercapai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan diseimbangkan, baik
hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan
manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Pancasila menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya sebagai mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha kita untuk
memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap
lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa,
melainkan manusia yang disamping memiliki kekuatan juga mempunyai keterbatasan-
keterbatasan. Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah mahluk pribadi, sekaligus makhluk sosial.
Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk sosial merupakan kesatuan
bulat. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dan dapat hidup secara layak diantara
manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak
dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan usaha
mengejar kehidupan yang lebih baik, mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh seseoarang, tanpa
bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.
Pancasila sangat berperan dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya, terutama pada
fungsinya sebagai penuntun pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan nasional.
Untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya diperlukan suatu upaya untuk mewujudkannya
yaitu dengan melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yaitu :
“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.6
Keseluruhan semangat arah dan gerak pembangunan dilaksanakan sebagai pengamalan
semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang utuh, yang meliputi :
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pengamalan Sila Ketuhanan yang Maha Esa, antara lain mencakup tanggung jawab bersama
dari semua golongan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara
bersama-sama meletakkan landasan spiritual, moral, dan etika yang kukuh bagi
pembangunan nasional.
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Pengamalan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain mencakup peningkatan
martabat serta hak dan kewajiban asasi warga negara serta penghapusan penjajahan,
kesengsaraan dan ketidakadilan dari muka bumi.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia.
  Pengamalan Sila Persatuan Indonesia, antara lain mencakup peningkatan pembinaan bangsa
di semua bidang kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan negara sehingga rasa
kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan.
Pengalaman Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan, antara lain mencakup upaya makin menumbuhkan dan
mengembangkan sistem politik Demokrasi Pancasila yang makin mampu memelihara
stabilitas nasional yang dinamis.
5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
  Pengalaman Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, antara lain mencakup
upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yang dikaitkan
dengan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
kemakmuran yang berkeadilan.

6
Pembukaan UUD 1945(Alinea ke-4)
Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung
keberhasilannya dan menghasilkan perubahan sosial budaya. Menurut Deddy T. Tikson (2005)
dikatakan bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi,
sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
diinginkan. Sedangkan menurut Christenson and Robinson  (1989) pembangunan masyarakat
dapat didefinisikan sebagai suatu proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri, melalui
berbagai metode seperti bantuan teknis, usaha mandiri dan konflik. Sementara, yang menjadi
hakikat pembangunan nasional Indonesia ialah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

 Pancasila dalam Pembangunan Nasional


Bangsa Indonesia yang telah memilih Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar Negara
perlu terus-menerus menyadari bahwa Pancasila harus tetap menjadi moral perjuangan bangsa
dalam mencapai sasaran pembangunan. Yang dibangun itu adalah manusia dengan berbagai
aspek kehidupannya tanpa harus mengorbankan hak dasar manusianya (hidup, bebas, dan
merdeka).
Pancasila bukan saja berperan sebagai alat ukur tentang baik atau buruknya kebijaksanaan
serta pelaksanaan pembangunan di semua bidang. Akan tetapi, Pancasila sekaligus sebagai alat
bagi pelaksanaan pembangunan melalui pengamalan dan penghayatan nilai-nilai luhurnya.
Dengan demikian, Pancasila menjadi sumber inspirasi, penggerak, dan pendorong dalam
pembangunan, pengaruh dan sumber cita-cita pembangunan, sumber ketahanan nasional dan
pembimbing moral semua pihak yang terkait dalam tingkatan operasional sampai unit terkecil
pada pembangunan nasional.
Pembangunan di Indonesia tidak akan akan memenuhi sasaran, jika tidak didorong dan
dituntun oleh Pancasila sebagai pandangan hidup yang di dalamnya terkandung nilai-nilai yang
luhur. Oleh sebab itu, watak dan moral harus selalu berada di depan dan menjadi faktor utama
dalam membimbing dan memberi arah pada segala kemampuan dan potensi modal, akal pikiran,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikerahkan dalam melaksanakan pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan berarti Pancasila harus dijadikan sebagai sumber
nilai, asas dan kerangka pikir dalam menentukan arah dan tujuan pembangunan nasional.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan akan memiliki dampak dan tuntunan-tuntunan baru bagi
kehidupan bangsa dan negara. Faktor yang paling menentukan dalam setiap upaya pembangunan
adalah manusia sebagai pelaksana dan pembagian dari perwujudan rencana-rencana
pembangunan. Pelaksana dan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan harus selalu
diilhami dan dibimbing oleh moral Pancasila sebagai sistem nilai sampai pada tingkat
operasional unit terkecil dalam pembangunan nasional Indonesia.
Karena tujuan pembangunan itu adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, sudah selayaknya program pembangunan itu dimusyawarahkan sesuai dengan
keinginan bersama melalui badan musyawarah (MPR, DPR). Pembangunan tidak hanya dapat
dinikmati oleh kelompok/golongan tertentu atau hanya di kota-kota besar saja, melainkan haruis
dinikmati pula oleh rakyat kecil dan desa-desa yang tersebar di seluruh wilayah nusantara ini.
Tentunya diiringi dengan prioritas pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, politik, dan
hokum atau sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, baik di kota maupun di desa.
Jadi, dalam pembangunan nasional, harus ada keselarasaan antara manusia dengan
Tuhannya, antara sesama manusia, serta keselarasaan antara cita-cita hidup di dunia dan
mengejar kebahagiaan akhirat. Pembangunaan kehidupan manusia dan masyarakat yang serba
selaras adalah tujuan akhir dari pembangunan nasional, yaitu mencapai “Masyarakat maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila”. Pembangunan Nasional tidak memiliki arti yang sempit
hanya membangun fisiknya saja. Pembangunan Nasional memiliki arti yang luas yaitu
membangun masyarakat Indonesia seutuhnya. Pancasila dapat dijadikan paradigma
pembangunan Nasional karena nilai-nilai pancasila dapat diterapkan dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam pembangunan Nasional harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Pada undang-undang alinea ke-IV telah tercantum tujuan dari Negara Indonesia, yaitu
memajukan kesejahteraan umum dan mencapai masyarakat adil dan makmur. Dan dalam upaya
membangun Indonesia seutuhnya itulah diperlukan penerapan dari nilai-nilai pancasila. Pancasila
sebagai paradigma dalam pembangunan nasional bidang sosial dan budaya, pada hakikatnya
bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan suatu kodrat.
Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Dalam upaya
membangun masyarakat seutuhnya, maka hendaknya juga berdasarkan pada sistem nilai dan
budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berdasarkan pada sila ketiga dari pancasila,
yaitu persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan
terhadap nilai sosial dan budaya yang beragam di seluruh nusantara menuju pada tercapainya
rasa persatuan sebagai bangsa. Diperlukan adanya pengakuan dan penghargaan terhadap budaya
dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan
diterima sebagai warga bangsa.
Sedangkan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang pertahanan dan
keamanan, memiliki arti bahwa untuk mencapai terciptanya masyarakat hukum diperlukan
penerapan dari nilai-nilai pancasila. Hal itu disebabkan karena negara juga memiliki tujuan untuk
melindungi segenap bangsa dan wilayah negaranya.
BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan pada pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya adalah pembentukan yang seharusnya berawal dari
pembentukan diri manusia itu sendiri yang mencakup pembentukan pola pikir,
pembentukan sikap dan tindakan serta menciptakan rasa aman dan rasa nyaman dalam
pengaplikasian kehidupan manusia itu sehari-hari. Sehingga apabila diri manusia itu
sendiri telah mengatur setiap aspek kehidupannya dengan baik, maka dengan sendirinya
akan tercipta pembentukan manusia Indonesia seutuhnya dengan sendirinya sesuai dengan
harapan dan tujuan serta cita-cita bangsa dan negara.

III.2 Saran
Setelah membaca dan menilai makalah ini saya berharap :

A. Bagi Pembaca Makalah


Bagi pembaca makalah ini untuk memberi kritik dan saran dari kekurangan materi
ataupun pemahaman saya dalam menyusun makalah sederhana ini.
B. Bagi Diri Sendiri
Semoga menjadi acuan dan pedoman dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id-makalah-pembentukan-manusia-indonesia

vinaamelia0.blogspot.co.id

eprints.ums.ac.id-pkn-makalah
i

Anda mungkin juga menyukai