Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA
MODUL 2
“FRAKSINASI”

DOSEN PENGAMPU : apt.


Dwi Lestari, S. Farm., M.Si
DISUSUN OLEH :
NAMA : AMELIA WANDINI
NIM : 1811102415008
KELAS :C
KELOMPOK : 1 (SATU)

LABORATORIUM FITOKIMIA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Fraksinasi
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan
dengan menggunakan ekstraksi metode refluks dan menghitung
rendemennya.
C. Latar Belakang
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu komponen (zat
terlarut) dari larutannya dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak
bercampur dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ektraksi pelarut
menyangkut distribusi solut di antara dua fasa cair yang tidak
bercampur. Posisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analisis. Ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu lngkah
penting dalam urutan yang menuju kesesuatu produk murninya dalam
laboratorium organik, anorganik, atau biokimia (Simanjuntak, 2008)
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang
umum digunakan antara lain meserasi, perkolasi, digesti, destilasi,
refluks, infusa, sokletasi, dan dekok. (Hasrianti, 2016)
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan
pemanasan. Alat refluks ini terbuat dari bahan gelas dimana bagian
tengahnya dilengkapi dengan lingkaran gelas yang bebrbentuk spiral
atau bola. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk
uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Selanjutnya, larutan disaring dengan menggunakan
kain saring. Filtrat diuapkan menggunakan rotary evaporator dan
selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 50oC selama 2
hari, sehingga diperoleh ekstrak kering. Hal ini dilakukan agar
pelarut yang digunakan tidak tersisa sehingga pelarut tidak
mempengaruhi efektifitas dari sampel yang diuji. Selanjutnya
ekstrak dikering didalam oven kurang lebih 5 hari untuk mengurangi
kadar air yang terdapat pada ekstrak. Rendemen yang didapatkan
berupa ekstrak kering. (Susanty. 2016)
Fraksinasi adalah teknik pemisahan dan pengelompokkan
kandungan kimia ekstrak berdasarkan kepolarannya. Pada proses
fraksinasi digunakan dua pelarut yang tidak tercampur dan memiliki
tingkat kepolaran yang berbeda. Senyawa-senyawa yang terdapat
dalam ekstrak akan terpisah menurut kepolarannya, kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan kromatografi lapis tipis untuk
mengetahui kelompok senyawa yang terdapat pada hasil fraksinasi,
pemisahan noda dan eluen yang cocok. (Mardha A, 2012).
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan ekstrak hasil maserasi
yang telah diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Fraksinasi ini
menggunakan berbagai pelarut dengan kepolaran yang berbeda-beda,
sehingga masing-masing pelarut mengandung senyawa dengan
kepolaran yang berbeda pula. Fraksinasi dapat dilakukan dengan
ukuran pelarut etil asetat dan etanol sebagai fase gerak. Laju aliran
kolom adalah 0,048ml/detikatau 2,887ml/menit. Kolom kromatografi
menampakkan sampel yang telah dielusi sehingga menghasilkan
perbedaan warna pada kolom (Andhika P. R., 2018).
Proses ekstraksi dengan pelarut didasarkan pada sifat
kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa polar hanya akan
larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol, butanol dan sir.
Senyawa non polar juga hanya akan larut pada pelarut nonn polar,
seperti eter, kloroform dan N-heksana.(griter. et. Al. 1991). Pelarut non
polar (N-heksana, aseton) dapat mengekstrak dikopen, tri terpenoid
dan sebagian kecil keratinoid, sedangkan senyawa xantin dan
senyawa polar lainnya akan terekstrak kedalam pelarut polar
( metanol, etanol) (arifulloh, 2013). Sedangkan pelarut semipolar
mampu menarik senyawa termasuk likopen, B-karoten, vitaminC,
padatan terlarut dan total fenol ( maksun, dkk. 2014). Pelarut yang
digunakan harus dapat melarutkan zat yang di inginkannya,
mampunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah
terbakar ( harbourn, 1987).
Rendemen adalah perbandingan jumlah kuantitas yang dihasilkan dan
estraksi tanaman aromatic. Rendemen menggunakan satuan persen.
Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai
minyak atsiri yang dihasilkan semakin banyak. (Toar Waraney S, et
al.,2020).
Pemeriksaan parameter ekstrak yang dilakukan meliputi:
1. Pengamatan Organoleptis Pengamatan organoleptis ekstrak
meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa.
2. Rendemen Ekstrak Rendemen ekstrak dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
Rendemen ekstrak = Berat ekstrak Berat simplisia x 100%
berat ekstrak
x 100 %
berat bahan baku
(Nidiazka P F. 2009)
BAB II
PROSEDUR KERJA
A. Alat Dan Bahan
a. Alat
1. Satu set peralatan refluks
2. Timbangan analitik
3. Waterh bath
4. Vial
5. Alat alat gelas
b. Bahan
1. Serbuk simplisia
2. Petroleum eter
3. Kloroform
4. Metanol
5. Etanol
6. Na2So4 eksitus
B. Prosedur Kerja
a. Penyiapan fraksi pelarut non polar
1. Ditimbang serbuk simplisia sebanyak 5 gram
2. Ditambahkan pelarut non polar menggunakan petroleum eter
sebanyak 50 ml (simplisia terendam oleh pelarut)
3. Refluks selama 1 jam
4. Setelah itu disaring untuk dipisahkan filtrate dan ampasnya
5. Ampas yang diperoleh dikeringkan hingga sisa pelarut hilang (A)
6. Filtrat yang diperoleh, ditambahkan dengan Na 2SO4 eksitus qs,
diamkan semalam
7. Filtrate diuapkan diatas waterbath hingga ±1-2 ml tinggi vial
8. Diberi etiket (fraksi non polar)
b. Penyiapan fraksi pelarut semi polar
1. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ampas yang
diperoleh dari ekstraksi sebelumnya (A)
2. Ditambahkan pelarut semi polar menggunakan kloroform
sebanyak 50 ml (simplisia terendam oleh pelarut)
3. Refluks selama 1 jam
4. Setelah itu disaring untuk dipisahkan filtrate dan ampasnya
5. Ampas yang diperoleh dikeringkan hingga sisa pelarut hilang (B)
6. Filtrat yang diperoleh, ditambahkan dengan Na 2SO4 eksitus qs,
diamkan semalam
7. Setelah itu pisahkan filtrate Na2SO4 eksitus
8. Filtrate diuapkan diatas waterbath hingga ±1-2 ml tinggi vial
9. Diberi etiket (fraksi semi polar)
c. Penyiapan fraksi pelarut polar
1. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ampas yang
diperoleh dari ekstraksi sebelumnya (B)
2. Ditambahkan pelarut polar menggunakan etanol sebanyak 50
ml (simplisia terendam oleh pelarut)
3. Refluks selama 1 jam
4. Filtrate diuapkan diatas waterbath hingga ±1-2 ml tinggi vial
5. Diberi etiket (fraksi polar)
d. Cara kerja jurnal
Ekstrak yang telah dihasilkan di fraksinasi berdasarkan kepolaran
masing-masing (non polar, polar, semi polar). Ekstrak total
ditambahkan etanol kemudian di fraksinasi dengan n-heksana.
Diambil fraksi n-heksana kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator dan hasilnya disebut sebagai fraksi n-heksana,
dilakukan berulang kali sampai fraksi tidak bewarna lagi. Berikutnya,
fraksi etanol difraksinasikan kembali dengan etil asetat sehingga
diperoleh fraksi etil asetat kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator dan hasilnya disebut fraksi etil asetat, dilakukan
berulang kali sampai fraksi tidak bewarna lagi (Triani Kurniati, et al.,
2018).
BAB III
PERHITUNGAN
Diketahui :

 Berat Simplisia : 5,0013 gram


 Berat Cawan Kosong : 55,6725 gram
 Berat Cawan + Ekstrak Non Polar : 59,2725 gram
 Berat Cawan + Fraksi Semi Polar : 58,0725 gram
 Berat Cawan + Fraksi Polar : 56,5725 gram
1. Perhitungan rendemen ekstrak
berat ekstrak= ( berat cawan+ekstrak non polar )−berat cawan kosong
berat ekstrak=59,2725 gram−55,6725 gram=3,6 gram
beratekstrak
%rendemen= x 100 %
beratsimplisia
3,6 gram
%rendemen= x 100 %=71,98 %
5,0013 gram
2. Perhitungan rendemen fraksi semi polar
berat fraksi=( berat cawan+fraksi semi polar )−berat cawan kosong
berat fraksi=58,0725−55,6725 gram=2,4 gram
beratfraksi
%rendemen= x 100 %
beratekstrak
2,4 gram
%rendemen= x 100 %=66,66 %
3,6 gram
3. Perhitungan rendemen fraksi polar
beratfraksi=( berat cawan+ fraksi Polar )−berat cawankosong
berat fraksi=56,5725 gram−55,6725 gram=0,9 gram
beratfraksi
%rendemen= x 100 %
beratekstrak
0,9 gram
%rendemen= x 100 %=25 %
3,6 gram
BAB IV
PEMBAHASAN

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa-senyawa kimia


dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan pelarut tertentu.
Pemilihan metoda ekstraksi tergantung pada tekstur, kandungan air dan jenis
senyawa yang diisolasi dari suatu tumbuhan / hewan, sehingga senyawa
kimia yang diekstraksi dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan
sifat dan strukturnya. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. (Sineke et al.
2016)

Metode ekstraksi refluks dilakukan dengan perbedaan waktu yaitu 1


jam, 2 jam dan 3 jam, pada waktu 3 jam hasil ekstraksi refluks lebih tinggi
dibandingkan waktu 1 jam dan 2 jam. Hal ini dapat disebabkan waktu dapat
mempengaruhi banyaknya ekstrak pada suatu ekstraksi. Oleh karena itu
semakin lama waktu ekstraksi yang dilakukan maka semakin tinggi pula nilai
rendemen yang dihasilkan. Pada praktikum ini menggunakan waktu 1 jam
pada masing-masing pelarut yaitu pelarut non polar, pelarut polar dan pelarut
semi polar, jadi waktu yang dibutuhkan dalam 3 pelarut yaitu 3 jam. (Pratiwi
Febriani, et al., 2019)

Pada penyiapan fraksinasi dengan pelarut non polar pada praktikum


ini menggunakan pelarut petroleum eter karena petroleum eter merupakan
campuran hidrokarbon cair yang bersifat mudah menguap dan juga memiliki
tingkat kepolaran yang relative sama dengan minyak yang akan diekstrak.
Pada penyiapan fraksi dengan pelarut semi polar menggunakan pelarut
kloroform karena senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
ekstrak kloroform meliputi Saponin, Triterpenoid dan Steroid. Hal ini
menunjukkan bahwa pelarut kloroform merupakan pelarut terbaik dalam
ekstraksi senyawa golongan Terpenoid (Henky Irawan, et al., 2018). Pada
penyiapan fraksi dengan pelarut polar menggunakan pelarut etanol karena
etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki
stabilitas bahan obat terlarut. Etanol akan melarutkan senyawa polar yang
terdapat dalam protoplasma seperti senyawa glikosida, vitamin C dan
saponin, dan juga pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam (Devi Ristian
Octavia, 2009).

Pada penyiapan fraksi non polar dan semi polar dilakukan


penambahan Na2SO4 eksitus yang memiliki fungsi untuk mengikat air
sehingga minyak atsiri dapat terpisah dari air, penambahan dilakukan dengan
menambah sedikit demi sedikit serbuk Na 2SO4 eksitus ke dalam minyak atsiri
sampai Na2SO4 eksitus membentuk gumpalan berwarna putih yang berarti
Na2SO4 eksitus sudah mengikat air yang ada pada minyak atsiri sehingga
didapat minyak atsiri yang bersifat murni. (Amelinda Diana Patricia, et al.,
2019).

Pada praktikum kali ini dari didapat berat simplisia sebesar 5,0013
gram, berat cawan kosong 55,6725 gram, kemudian berat cawan+ekstrak
non polar yaitu 59,2725 gram, berat cawan+fraksi semi polar yaitu 58,0725
gram dan berat cawan+fraksi polar yaitu 56,5725 gram. Pada perhitungan
rendemen didapatkan nilai rendemen pada rendemen ekstrak yaitu 71,98%,
kemudian pada rendemen fraksi semi polar didapatkan nilai rendemen
sebesar 66,66% dan pada rendemen fraksi polar didapatkan nilai rendemen
sebesar 25%, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rendemen ekstrak
lebih tinggi dibandingkan rendemen dengan fraksi semi polar dan fraksi polar.

Rendemen adalah perbandingan jumlah kuantitas yang dihasilkan dan


kestraksi tanaman aromatic. Rendemen menggunakan satuan persen.
Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai minyak
atsiri yang dihasilkan semakin banyak.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi
metode refluks yang merupakan proses ekstraksi dengan cara panas
yaitu dengan memanaskan pelarut beserta simplisia selama waktu
tertentu dengan jumlah pelarut yang konstan. Dilakukan pengulangan
pada residu pertama, hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga
didapatkan proses ekstraksi sempurna
Pada perhitungan rendemen didapatkan nilai rendemen pada
rendemen ekstrak yaitu 71,98%, kemudian pada rendemen fraksi semi
polar didapatkan nilai rendemen sebesar 66,66% dan pada rendemen
fraksi polar didapatkan nilai rendemen sebesar 25%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai rendemen ekstrak lebih tinggi dibandingkan
rendemen dengan fraksi semi polar dan fraksi polar.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, M. R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak daun


Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L.) serta Pengujian
Efek Sediaan Krim terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Medan:
Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Agung Abadi Kiswandono.
Skrining Senyawa Kimia Dan Pengaruh Metode Maserasi Dan Refluks
Pada Biji Kelor (Moringa Oleifera, Lamk) Terhadap Rendemen Ekstrak
Yang Dihasilkan. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1,
No. 2, Juli 2011, 126 – 134

Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia. 2016. PEMANFAATAN EKSTRAK


BAWANG MERAH DAN ASAM ASETAT SEBAGAI PENGAWET
ALAMI BAKSO. Jurnal Dinamika. halaman 9-30 ISSN 2087 – 7889

Susanty. 2016. PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN


REFLUKS TERHADAP KADAR FENOLIK DARI EKSTRAK TONGKOL
JAGUNG (Zea mays L.). KONVERSI Vol. 5 No. 2. ISSN 2252-7311

Grriter, R. J., J M Bobbit, A E Schwarting. 1991. Pengantar kromatografi.


Bandung. Penerbit ITB. Hal 82-84

Arrifullah. 2013. Ekstraksi likopen dan buah tomat (lycopersicum sculentum


mil.) dengan berbagai komposisi pelarut. Unvirsitas Jember. Jember.

Ma’sum J., dkk. 2014. Perbandingan aktifitas antioksidan ekstrak aseton


tomat segar dan pasta tomat terhadap 1,1- diphenyl-2pichrlyhidrazyl
(DPPH). Jurnal farmasi dan ilmu kefarmasian indonesia. Fakultas
farmasi. universitas airlangga. Vol. 10. 2.

Harbourn. J B. 1987. Metode fitokimia. Bandung. Penerbit ITB.

Nidiazka P F. Dkk. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi
Daun Jawer Kotok (Coleus atropurpureus (L.) Benth.) Terhadap
Bakteri Propionibacterium acnes ATTC 1223 dan Staphylococcus
epidermidis ATTC 12228. Farmaka Volume 15 Nomor 3.

Toar Waraney Senduk., et al. Rendemen Ekstrak Air Rebusan Dau Tua
Mangrove Sonneratia Arba. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis,
2020.

Andhika Priotomo Rohardjo., et al. 2018. Fractionation And Characterization


Of Semi Polar And Polar Conpounds From Leaf Ekstract Nicotioana
Tabaccum L. Reflux Ethanol Extraction Results. Aip Conference
Proceedings 1933, 030022,.

Mardha Akhsanita. 2012. Skripsi : Uji Sitotoksisitas Ekstrak, Fraksi, Dan


Sub-Fraksi Daun Jati (Rektona Grandis Linn. F.) Dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Bloassay.Padang : Universitas Andalas.

Sineke et al. 2016. Penentuan Kandungan Fenolik Dan Sun Protection Factor
(Spf) Dari Ekstrak Etanol Dari Beberapa Tongkol Jagung (Zea Mays
L.). PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1. Hal.
275-283

Devi Ristian Octavia. 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak


Petroleum Eter, Etil Asetat Dan Etanol Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Tenore) Steen) Dengan Metode Dpph (2,2-Difenil-1-
Pikrihidrazil). Fakultas Farmasi : Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Henky Irawan., et al. 2018. Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder


Thallasodendron Ciliatum Pada Pelarut Berbeda.

Pratiwi Febriyani, Rizal Pratama Nugroho. 2019. Daya Bersih Ekstrak Daun
Waru (Hibiscus Tiliaceus L.) Dengan Variasi Lama Waktu Refluks.
Akademi Farmasi Putra Indonesia : Malang
Amelinda Diana Patricia, Jumaeri, dan F. 2019. Widhi Mahatmanti. Uji Daya
Antibakteri Gel Hand Sanitizer Minyak Atsiri Seledri (Apium graveolens
). Indonesian Journal of Chemical Science
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai