PENDIDIKAN PANCASILA
FENOMENA KORUPSI DALAM PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN PEMBIMBING :
NUR HIDAYATI, S.H., M.H.
DISUSUN OLEH :
RIDA MUSTOFA
PERUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
I. Pengertian Korupsi
Dikutip dari Say No to Korupsi (2012) karya Juni Sjafrien Jahja, kata korupsi dari
bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berasal dari bahasa Latin yang lebih tua
corrumpere. Istilah korupsi dalam bahasa Inggris corruption dan corrupt, dalam bahasa
Perancis corruption dan dalam bahasa Belanda corruptie yang menjadi kata korupsi
dalam bahasa Indonesia. Henry Campbell Black dalam Black's Law Dictionary
menjabarkan korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud memberikan
beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas dan hak orang lain Perbuatan
seorang pejabat atau seorang pemegang kepercayaan yang secara bertentangan dengan
hukum, secara keliru menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan untuk
dirinya sendiri atau untuk orang lain, bertentangan dengan tugas dan hak orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan tentang pengertian istilah
korup (kata sifat) dan korupsi (kata benda). Korup adalah buruk, rusak, busuk. Arti lain
korup adalah suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok
(memakai kekuasannya untuk kepentingan pribadi). Mengkorup adalah merusak,
menyelewengkan (menggelapkan) barang (uang) milik perusahaan (negara) tempat
kerjanya. Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Mengkorupsi adalah
menyelewengkan atau menggelapkan (uang dan sebagainya). Baca juga: Perjuangan
Lawan Korupsi adalah Perjuangan Melawan Kemiskinan Menurut Kamus Oxford,
korupsi adalah perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang.
Arti lain korupsi adalah tindakan atau efek dari membuat seseorang berubah dari standar
perilaku moral menjadi tidak bermoral. Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999, korupsi adalah tindakan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Korupsi juga diartikan sebagai
tindakan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi. Juga menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Sifat tamak merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu. Hal itu
terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri dan tidak pernah
merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki
Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar merupakan hal yang sering
mendorong terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, apabila Perilaku konsumtif
tidak di imbangi dengan pendapatan yang memadai,maka hal tersebut akan membuka
peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya. Salah
satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
Faktor Eksternal merupakan faktor pemicu terjadinya tindakan korupsi yang berasal dari
luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi. Hal ini dapat
dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk
mempertahankan kekuasaannya.
2. Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari
aspek perundang – undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain
yang menjadikan hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi hukum,
mudah ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif dan tidak adil, rumusan yang tidak
jelas dan tegas sehingga menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan
overlapping dengan aturan lain.
3.Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu
dapat dilihat ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhannya, maka seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan.
4. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, tidak hanya
organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi juga sistem pengorganisasian yang ada
didalam lingkungan masyarakat.
Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi meliputi:
a. Kurang adanya teladan dari pemimpin
b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai
d. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi
e. Lemahnya pengawasan.
a. Adminstrative Coruption
Dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan hukum / peraturan
yang berlaku. Akan tetapi individu-individu tetentu memperkaya dirinya sendiri.
Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri, dimana dilakukan dalam negeri, dimana
dilakukan ujian seleksi mulai dari seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau
kemampuan, akan tetapi yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.
BAB 4
PENUTUP
I. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua
aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan
uang Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk
perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu Adminstrative Coruption dan Against The Rule
Corruption. Serta ada hukum yang mengatur tindakan tersebut dan ada lembaga tersendiri yang
menangani kasus tersebut.
II. Saran
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-pengertian-
penyebab-dan-dampaknya?page=all
https://jdih.komisiyudisial.go.id/frontend/detail/4/9
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/14/140000269/korupsi-kolusi-dan-
nepotisme-kkn---pengertian-pencegahan-dan-sanksi?page=all
https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-
penyebab-korupsi?page=all#section1
HASIL WAWANCARA
“Menurut saya, Pendidikan Pancasila itu sudah lama ada, sudah lama diterapkan,
diaplikasikan, dan direalisasikan. Namun pengimplementasian dari setiap individunya yang
kurang. Memang benar sistem Pendidikan kita selalu menerapkan Pendidikan Pancasila
dengan tujuan meningkatkan rasa nasionalisme tiap individu untuk negara Indonesia. Namun,
setiap individu itu kurang menerapkan rasa nasionalismenya, kurang ikut andil dalam
pengkritikan pemerintahan. Misalnya, untuk kasus korupsi, banyak orang yang mengerti
tentang agama, banyak orang yang mengerti tentang kewarganegaraan, tetapi ia lebih memilih
egois dan memntingkan jabatan / karir untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh seorang pejabat
yang berkorupsi, seorang pejabat pastinya ia adalah seseorang yang berlatarbelakang atau
notabenya berpendidikan. Orang yang berpendidikan harusnya tau mana yang baik dan yang
buruk. Dan seorang pejabat itu pasti mempunyai dasar Pendidikan kewarganegaraan yang
baik sebelum dipilih. Dengan demikian, itu sebagai contoh dia gagal dalam
pengimplementasian Pendidikan Pancasila dalam dirinya sendiri”