KEPERAWAATAN MEDIKAL
Oleh
NIM 172310101214
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
2
KEPERAWAATAN MEDIKAL
Oleh
NIM 172310101214
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
3
KATA PENGANTAR
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
4
DAFTAR ISI
1.1 Definisi
Penyebab dari glaukoma belum diketahui secara pasti. Tidak semua jenis
glaukoma diketahui penyebabnya, namun apabila dalam satu keluarga ada yang
menderita glaukoma primer, maka keluarga terdekat memiliki risiko untuk
menderita glaukoma primer juga. Glaukoma sekunder dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti trauma mata, peradangan, perdarahan dalam mata, diabetes
mellitus, dan katarak (Kemenkes, 2015).
6
Otot Mata
Gerakan mata dikontrol oleh 6 otot ekstraokuler yang masuk ke sclera dan
dipersyarafi oleh SO III, IV, dan VI. Otot retrus lateralis melakukan abduksi dan
7
otot rektus medial melakukan adduksi mata. Kedua otot tersebut bekerja sama
untuk menggerakan mata dari satu sisi ke sisi lain. Otot rektus superior
mengangkat dan melakukan adduksi dan otot rektus interior melakukan depresi
dan adduksi. Otot oblik superior mengarahkan mata ke lateral dan interior, dan
otot oblik inferior mengarahkan ke superior dan ke lateral.
Suplai darah
Suplai darah mata berasal dari cabang arteri karatis interna dan cabang arteri
oftalmik. Arteri retina sentralis dan koriokapilaris lapisan koroid menyuplai darah
ke retina, keduanya harus tetap utuh untuk mempertahankan fungsi retina.
Sirkulasi vena, mengikuti pola arteri. Pada inspeksi menggunakan oftalmoskop,
vena terlihat lebih besar dan lebih gelap dari pada bagian-bagian arteri.
Bagian mata yang seharusnya avascular (kurang darah) ialah lensa dan
kornea. Struktur-struktur tersebut harus bebas dari pembuluh darah, sehingga
cahaya dapat lewat tanpa hambatan dan dapat fokus dengan tajam pada retina. Bila
kornea mengalami cidera, dapat terjadi pertumbuhan pembuluh darah kecil di
tempat itu, sehingga menjadi tidak teransparan. Pembuluh darah yang tumbuh ke
kornea, kecuali pada tempat yang paling tepi, bersifat patologis. Kornea menerima
nutrisi dari oksigen yang larut dalam air mata, dari humor aqueus (cairan yang
berada di kamera anterior), dan bagian kecil dari pembuluh darah kecil disekitar
limbus korneasklera.
Bola mata
Bola mata dilapisi oleh tiga lapisan primer, yaitu sclera, uvea (mengandung
koroid), dan retina. Setiap lapisan memiliki struktur dan fungsinya sendiri. Ketiga
lapisan tersebut berperan dalam bentuk mata yang bulat ketika terisi humor vitreus
(substansi seperti gelatin antara lensa dan retina).
8
Sklera
Lapisan paling luar dan paling kuat atau bagian putih pada bola mata. Pada
bagian posterior, sclera memiliki lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh
darah retina sentralis. Permukaan anterior sclera diselubungi oleh konjungtiva,
suatu membrane mukosa tipis yang mengandung beberapa kelenjar untuk lapisan
air mata. Konjungtiva palpebral melapisi sisi bawah kelopak mata dan merupakan
lanjutan dari konjungtiva bulbaris yang menyelubungi sclera anterior.konjungtiva
berakhir pada limbus korneosklera yang mengandung jaringan pembuluh darah
yang rapat.
Uvea
Produksi dan pengaliran cairan ini sangat penting untuk menjaga TIO konstan,
yaitu kisaran 12-21 mmHg.
1.3 Epidimiologi
1.4 Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah terdapat perubahan
anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan
predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit
atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya. Faktor resiko timbulnya
glaukoma, yaitu riwayat glaukoma pada keluarga, diabetes mellitus, dan
hipertensi.
1.5 Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer merupakan jenis glaukoma yang tidak diketahui
penyebabnya
a. Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma kronis yang
ditandai dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi mangkuk fisiologis dan
defek lapang pandang yang khas. Pada glaukoma sudut terbuka, tekanan
normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih dalam
batas normal.
10
mata depan yang sempit, dorongan tersebut menyebabkan iris menutupi jaringan
trabekulum sehingga menghambat akuos humor mencapai jaringan trabekulum
(Ismandari, 2010).
Mekanisme terjadinya kerusakan saraf optik yang disebabkan tekanan
intraokular terbagi menjadi dua, yaitu adanya peningkatan tekanan intraokular
menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan tekanan intraocular
yang meningkat akan menyebabkan aliran darah pada pupil saraf berkurang
sehingga terjadi iskemia akson saraf (Ismandari, 2010).
1.7 Manifestasi Klinis
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit yang tanda gejalanya
seringkali tidak disadari dan akan memburuk secara perlahan. Namun pada
glaukoma sudut tertutup menunjukkan gejala akut seperti nyeri pada sekitar mata,
pandangan kabur, halo di sekitar cahaya, pandangan kabur, dan terdapat
perubahan bentuk mata. Nyeri pada area okuler mungkin disebabkan oleh
peningkatan TIO secara cepat, terjadi inflamasi, atau karena efek samping obat.
Pada nyeri okuler yang berat dapat disertai oleh mual dan muntah, berkeringat,
dan bradikardia. Mata yang memerah dapat disebabkan oleh iritis akut, reaksi
obat-obatan, glaukoma neovaskuler, hipema, perdarahan subkonjungtiva, dan
terjadi peningkatan tekanan vena episkleral. Pandangan halo diakibatkan oleh
adanya peningkatan TIO secara cepat dan dekompensasi epitel kornea yang
menyebabkan edema pada kornea.
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang bagi penderita glaukoma, yang
meliputi (Ismandari, 2010):
1. Pemeriksaan tajam penglihatan atau visus
Pemeriksaan ini untuk menilai fungsi atau ketajaman penglihatan
menggunakan kartu Snellen atau E. Pada kartu tersebut dapat dilihat angka
yang menyatakan jarak dimana huruf yang tertera pada kartu dapat dilihat
oleh mata normal. Tajam penglihatan seseorang dikategorikan normal bila
tajam penglihatannya 6/6 atau 100%.
13
2. Oftalmoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai kondisi papil saraf optik pada
penderita glaukoma dengan menilai warna papil optik dan lebarnya ekskavasi
atau penggaungan. Keberhasilan pengobatan dinilai dari perkembangan
ekskavasi tersebut apakah luasnya menetap atau membesar.
3. Tonometri
Pemeriksaan ini untuk mengukur tekanan bola mata/intraokular dengan
dilakukan beberapa cara, yaitu palpasi menggunakan jari telunjuk, indentasi
dengan tonometer Schiotz, aplanasi dengan tonometer aplanasi Goldman, dan
dengan non-kontak pneumotonometri.
4. Gonioskopi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa sudut bilik mata depan
menggunakan lensa kontak khusus. Untuk penderita glaukoma, diperlukan
penilaian lebar sempitnya bilik mata depan. Dengan dilakukan pemeriksaan
gonioskopi, dapat dibedakan sudut terbuka atau tertutup, apakah terdapat
perlekatan iris di bagian perifer, dan kelainan lainnya.
5. Pemeriksaan lapang pandang (Kampimetri)
Tes lapang pandang digunakan untuk menegakkan adanya pulau-pulau lapang
pandangan yang menghilang atau disebut skotomata, selain itu untuk
mengamati apakah kerusakan visual bersifat progresif. Pemeriksaan ini dapat
menggunakan tes konfrontasi untuk menilai secara kasar, lalu layar Bjerrum
untuk pemeriksaan lapang pandang sentral, dan perimeter Goldmann dan
Octopus untuk pemeriksaan lapang pandang sampai perifer.
1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan glaukoma bertujuan untuk menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten untuk mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan glaukoma bisa
berbeda tergantung dari klasifikasi penyakit dan respon penderita terhadap terapi.
Untuk mengontrol kerusakan progresif akibat glaukoma dapat dilakukan terapi
obat, pembedahan laser, dan pembedahan konvensional.
1. Penatalaksanaan farmakologi
14
Seorang pasien bernama Ny. Z berusia 50 tahun datang ke Rumah Sakit Mitra
Medika Bondowoso dengan keluhan penurunan penglihatan pada mata kiri sejak 1
minggu yang lalu, sehingga membuatnya cemas. Pasien mengeluh saat melihat pada
jarak jauh hanya dapat melihat seperti bayangan. Selain itu pasien mengeluh mata kiri
memerah dan terasa nyeri dan membuat aktivitasnya terhambat. Nyeri dirasakan terus
menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala
terus-menerus dan disertai mual dan muntah. Ny. Z tidak memiliki riwayat trauma
dan penggunaan obat-obatan tetes mata yang lama sebelumnya. Ny. Z juga
mengatakan tidak memiliki riwayat menggunakan kaca mata, hipertensi, diabetes
mellitus, dan trauma pada kedua bola mata. Pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan TD: 140/90 mmHg, N: 100x/mnt, RR: 21x/mnt, S: 37º C.
2.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
a. Nama : Ny. Z
b. Umur : 50 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status perkawinan : Menikah
e. Pekerjaan : SD
f. Pendidikan : Ibu rumah tangga
g. Agama : Islam
h. Suku : Jawa
i. Alamat : Ds. Kembang, Bondowoso
j. No. RM : 132113
k. Tanggal MRS : 1 Desember 2019
l. Tanggal Pengkajian : 1 Desember 2019
m. Sumber informasi : Klien dan keluarga
17
2.2 Diagnosa
Analisa Data
Ansietas
22
2.3 Intervensi
pengetahuan,
mitos, persepsi,
dan kesalahan
persepsi terkait
dengan cacat lahir
atau kondisi
genetic
2. Dukung proses
koping pasien
28
2.4 Implementasi
dasar pengetahuan,
mitos, persepsi,
dan kesalahan
persepsi terkait
dengan cacat lahir
atau kondisi
genetic
2. Mendukung
proses koping
pasien
34
2.5 Evaluasi
1 Tanggal 21 Desember Kekurangan volume cairan S: pasien mengatakan sudah bisa mengontrol
2019 b.d kehilangan cairan aktif asupan cairan yang masuk sesuai dengan €
d.d membrane mukosa kebutuhan walaupun masih terjadi muntah
kering Ns. E
O: TD : 130/90 mmHg
RR : 20x/menit
S : 370C
N : 100x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2 Tanggal 21 Desember Nyeri akut b.d agen cedera S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri dan
2019 biologis d.d ekspresi wajah sakit kepala namun intensitasnya berkurang €
nyeri dan sikap dari sebelumnya
melindungi area nyeri Ns. E
O: Pasien terlihat masih mengerutkan kelopak
matanya beberapa kali
P: Lanjutkan intervensi
3 Tanggal 21 Desember Ansietas b.d ancaman pada S: Pasien mengatakan rasa cemasnya mulai
2019 status terkini d.d sangat berkurang, namun terkadang muncul €
khawatir kembali
Ns. E
O: RR 20x/menit
P: Lanjutkan intervensi
36
Glaukoma
Gangguan saraf optik Tindakan operasi
Nyeri akut
Ansietas
Kekurangan volume
cairan
37
DAFTAR PUSTAKA