Anda di halaman 1dari 15

TEMA : KESADARAN DAN KEDEWASAAN BERAGAMA

SUB TEMA : KOMITMEN SEORANG MUSLIM TERHADAP AGAMANYA

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Muhammad Ali Noer, MA

Penyusun :

1. Nisa Ul Khoiriyah ( 199110099 )

2. Sondang

Kelas 1/G
Prodi : Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi
UIR
Th. 1441H / 2019 M
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komitmen seorang muslim terhadap agamanya” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak M.Ali pada mata
kuliah pendidikan agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesadaran da
kedewasaan beragama bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak M.Ali, selaku dosen mata kuliah pendidikan agama islam
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Latar belakang masalah………………………………………………………………...


a. Rumusan masalah………………………………………………………………………
b. Tujuan pembahasan…………………………………………………………………….
BAB 1: PENDAHULUAN

 Latar belakang masalah


Mengaku Muslim bukan sekedar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu, pengakuan untuk
menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan
penggabungan secara zahir saja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran
Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di
segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan.
Adapun muslim sejati mempunyai beberapa karakter, yaitu mengislamkan aqidah, mengislamkan ibadah,
mengislamkan akhlak, mengislamkan keluarga, mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa depan di tangan islam.
Berpegang dengan akidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang mengaku dirinya
beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Ibadah di dalam Islam merupakan puncak kepatuhan
dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah puncak bahwa hanya Allah lah yang patut disembah. Serta
kemuliaan akhlak adalah tanda utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah s.a.w tentang
tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak".
Bertanggung jawab terhadap keluarga adalah salah satu usaha untuk menciptakan keluarga yang muslim
sejati. Seorang muslim sejati juga harus mampu mengawal dirinya dari segala macam hawa nafsu, agar terhindar dari
godaan setan yang ingin selalu menyesatkan manusia. Keimanan seorang muslim sejati sepatutnya sampai ke
peringkat meyakini bahwa masa depan kelak ialah milik Islam.
 Rumusan masalah

Bagaimana supaya dapat menjadi muslim sejati?


Bagaimana cara mengislamkan aqidah?
Bagaimana cara mengislamkan ibadah?
Bagaimana cara mengislamkan akhlak?

 Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas makalah dan sebagai salah satu pembelajaran tentang bagaimana menjadi seorang
muslim yang sejati.

BAB II: ISI


 Komitmen Muslim Sejati.

Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk
menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Penggabungan diri dengan agama Islam bukanlah secara warisan, bukan secara hobi malah ia juga bukan
penggabungan secara zahir sahaja. Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan
ajaran Islam itu sendiri dengan cara berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan
Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan. Firman Allah SWT.,
Artinya“Dia menamakan kamu: Orang-orang Islam semenjak dahulu dan di dalam (Al-Quran) ini, supaya
Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu dan supaya kamu
pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan
yang salah)”. (Q.S. Al-Hajj 22: Ayat 78).

Adapun komitmen yang harus ada dan tertanam di dalam diri setiap individu, jika menginginkan kwalitas ke-
Islamannya baik,diantaranya :

1. Menjadi bagian dari islam

Seseorang menjadi bagian dari Islam artinya menjadikan apa saja yang muncul dari dirinya, baik perasaan,
pikiran, ucapan, gerakan, perbuatan, atau kinerja, sebagai pelaksanaan ajaran Islam. Dia menjadikan dirinya ‘etalase
Islam’ yang memamerkan segala keindahan dan kebaikan Islam. Siapapun yang melihatnya dapat merasakan dan
melihatnya.

Lebih dari itu, menjadi etalase Islam juga merupakan bagian dari dakwah dan menampilkan keindahan Islam agar
manusia tertarik dengan Islam. Rasulullah saw adalah penampil Islam terbaik, “Adakah akhlak Rasulullah saw itu Al-
Qur’an.” Karenanya banyak orang yang bertarik dengan perilaku Rasulullah saw bahkan sebelum beliau berbicara.
Khalifah Ali bin Abi Thalib telah mengislamkan Yahudi bukan dengan kata-kata apalagi pedangnya, melainkan dengan
menampilkan keadilan yang diajarkan Islam dalam sebuah persidangan.

2. Mengimani/Meyakini agama Islam

Setiap individu harus mengimani/meyakini, bahwa hanya agama Islamlah satu-satunya agama yang benar dan
diridoi Allah SWT. Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 19 sebagai berikut :

Artinya : Sesungguhnya agama yang diridoi Allah hanyalah agama Islam. (3/19).

Begitu pula pada Surat Ali Imran ayat 85-nya :

Artinya : Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam,maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu
oleh Allah dan dia di ahiratpun termasuk orang-orang yang merugi.
3. Mempelajari agama Islam.

Seseorang yang mnginginkan kwalitas ke-Islamannya baik,idealnya memang tidak ada kata lain,yaitu
mempelajari agama Islam dengan sungguh-sungguh dan sedalam-dalamnya. Bahkan bila bicara soal belajar,ada
nasihat dariAllah SWT. Bagi setiap orang di dalam ber agama Islam,yaitu : “Jangan ikut-ikutan” alias “taqlid buta”,tapi
“harus berdasarkan ilmu Allah”. Hal ini sesuai firmanNya Surat Al Isra ayat 36 sebagai berikut :

Artinya : Dan “janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya”.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.

Saking wajibnya mempelajari agama Islam, Allah swt memerintahkan kepada setiap individu untuk mencari tahu
( menanyakan ) kepada orang-orang yang berilmu. Hal ini sebagaimana firmanNya dalam Surat Al Anbiya ayat 7 yang
berbunyi sbb :

Artinya : Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu ( Muhammad ), melainkan beberapa orang laki-laki
yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak
mengetahui.

4. Menjadi bagian dari umat islam

Setelah memastikan diri sebagai bagian dari Islam, komitmen seseorang kepada Islam juga dibuktikan
dengan memosisikan dirinya sebagai bagian dari umat Islam. Harun Yahya, Ilmuwan muslim keenam dewasa ini,
mengatakan, “Islam berada di titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang
lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporang, dan tulisan seputar
‘Kedudukan Kaum Muslimin di Eropa’ dan Dialog antara Masyarakat Eropa dan Umat Muslim’. Beriringan degan
berbagai laporang akademis ini, media massa sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim”.

Jadi, disatu sisi kita berbahagia dan bersyukur, tetapi di sisi lain kita boleh bertanya, sudahkan setiap muslim
memosisikan dirinya sebagai bagian dari umat Islam yang besar itu? Apakah setiap muslim sudah memerankan
dirinya sebagai anggota tubuh pada diri seseorang atau bagaikan komponen dalam satu bangunan, sebagaimana
yang disebut Rasulullah saw dalam sabdanya? “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai,
saling menyayangi dan saling berempati adalah bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh itu merasakan sakit
maka seluruh tubuh turut terjaga dan merasa demam” (HR. Muslim).

Lalu apa konsekuensi dari afiliasi kepada umat Islam itu? Konsekuensinya antara lain:

 Menempatkan diri sejajar dengan muslim yang lainnya, di bagian bumi mana pun mereka tinggal, tidak ada
perasaan lebih mulia atau lebih tinggi hanya karena perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, status sosial,
harta atau parameter-parameter duniawi lainnya.

 Menghormati dan menjaga kehormatan, harta, fisik da jiwa muslim lainnya. Artinya, kita tidak boleh
menodai, melukai, merusak, atau merampas kehormatan, harta, fisik, jiwa sesama muslim.
 Menjauhkan sesama muslim dari segala marabahaya. Orang yang merasakan dirinya sebagai bagian dari
umat Islam akan merasa sakit dan menderita bila ada saudaranya yang mengalami kenestapaan, baik fisik
maupun psikis. Oleh karena itu ia akan senantiasa berusaha menjauhkan segala sesuatu yang menyakitkan
dari tubuh umat Islam. Sebaliknya, orang munafik (orang yang Islamnya hanya berpura-pura) justru merasa
senang manakala umat Islam mendapat gangguan dan petaka, dan merasa sedih jika umat Islam
memperoleh kebahagiaan. Seperti contoh saat ini ketika bangsa Palestina tengah berjuang untuk diakui
kedaulatan dan eksistensinya sebagai negara yang berdaulat dan menjadi anggota PBB maka umat muslim
wajib mendukung dan turut memperjuangkannya.

 Menghadirkan solusi untuk berbagai persoalan yang dihadapi kaum muslimin khususnya dan umat manusia
pada umumnya. Kehadiran seorang muslim hendaknya menjadi bermakna dan bukan menjadi beban bagi
orang lain.

5. Menjadi bagian dari perjuangan dan dakwah islam.

Islam dan perjuangan Islam hari ini tidak membutuhkan tambahan para pengamat, namun membutuhkan
para dai yang berjuang langsung dalam dakwah. Umumnya pengamat hanya melihat Islam dari “kejauhan” atau dari
luar. Karenanya, tidak sedikit pengamat yang mudah menyederhanakan persoalan atau menggeneralisir penilaian.
Sehingga ada yang merasa bahwa saat ini kondiri umat baik-baik saja dan tidak perlu ada upaya memperbaikinya.

Esensi perjuangan Islam adalah i’laa-u kalimatillahi, menegakkan kalimat Allah. Maknanya adalah segala
upaya yang ditujukan untuk menjadikan ajaran Islam sebagai rujukan dalam setiap sendi kehidupan. Dan dakwah
adalah upaya mengajak orang ke arah itu.

6. Mengajak orang lain kepada kebaikan akan mendorong pembersihan jiwa

Saat kita mengajak orang lain kepada kebaikan, kita akan selalu berusaha untuk menjadi seperti yang kita
serukan. Sungguh, itu karunia yang luar biasa. Saat berdakwah kita meyakini firman Allah saw, “Hai orang-orang
beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan
dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”
(QS. Al-Anfal:29). Inilah sebuah dorongan dalam diri kita.

 Bagaimana Mengislamkan Aqidah.

Berpegang dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku
dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Pegangan tersebut mestilah sejalan dengan
apa yang terkandung di dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw. Adapun cara mengislamkan aqidah yaitu harus
dengan perkara-perkara berikut:

a. Saya harus meyakini bahwa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha
Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan siapapun.(Surah Al-Anbiya' 21: Ayat 22).
b. Saya harus meyakini bahwa Allah SWT. telah mengutuskan Rasul-rasul dan diturunkan untuk mereka kitab-
kitab dengan tujuan mengajar manusia supaya mengenali Allah dan memahami matlamat kejadian mereka,
mengetahui asal-usul mereka dan ke mana mereka akan kembali.

c. Meyakini bahwa ganjaran bagi orang mukmin yang taat kepada Allah ialah syurga. Manakala balasan ke atas
orang kafir lagi neraka ialah api neraka.

d. Berusaha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang layak bagi kemuliaanNya

e. Mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata tidak menyekutukan dengan yang lain.

f. Takut hanya kepadaNya dan tidak takut kepada yang lain. Perasaan takut tersebut seharusnya menyebabkan
saya menjauhi kemurkaan Allah dan larangan-laranganNya.

g. Sentiasa mengingati Allah dan berzikir menyebut namaNya untuk menjadikan diam saya itu adalah dalam
keadaan berfikir dan apabila bercakap adalah kerana berzikir.

h. Wajib mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Cinta yang menjadikan hati saya sentiasa merasa rindu dan
terikat denganNya.

i. Saya harus bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan dan menyandarkan setiap urusan
kepadanya.

j. Saya harus mensyukuri nikmat-nikmatnya ke atas diri saya yang merupakan kurniaan dan rahmat yang tidak
terhitung jumlahnya.

k. Saya harus sentiasa beristighfar memohon keampunan kepada Allah, Istighfar itu dapat membersihkan diri dari
dosa di samping memperbaharui taubat dan iman. Istighfar juga dapat memberikan kerehatan dan keheningan
kepada jiwa.

l. Akhir sekali saya harus sentiasa bermuraqabah (merasai berada di bawah pengawasan) dengan Allah SWT.
dalam keadaan terang maupun tersembunyi.

m. Saya harus meyakini bahwa sekalian manusia melakukan kebaikan dan kejahatan dengan pilihan dan kehendak
mereka sendiri. Namun demikian kebaikan yang dilakukan itu tidaklah berlaku, melainkan dengan taufik dan
'inayah dari Allah
w

 Bagaimana Mengislamkan Ibadah.

Ibadah di dalam Islam merupakan puncak sifat kepatuhan dan kerendahan kepada Allah dan ia juga adalah
puncak betapa ia merasakan keagungan Tuhan yang disembah. Ia menjadi anak tangga pertatehan di antara si
hamba dengan Tuhannya. Ibadah ini juga memberi kesan yang mendalam di dalam perhubungan manusia dengan
makhluk lainnya. Begitu juga dengan ibadah-ibadah dalam rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji serta
amalan-amalan lainnya yang dilaksanakan untuk mendapat keredaan Ilahi dan dalam mengamalkan Syariat-Nya
adalah termasuk dalam pengertian ibadah.

Adapun cara mengislamkan ibadah yaitu harus dengan perkara-perkara berikut :

a. Harus memastikan ibadah yang dilakukan mempunyai hubungan dengan Tuhan yang disembah. Inilah apa
yang dikatakan martabat "keihsanan dalam ibadah.

b. Melakukan ibadah dengan penuh khusyuk sehingga saya dapat meraskani kenikmatan serta kemanisannya
malah mendatangkan kekuatan kepada saya untuk berterusan mengerjakannya.
c. Beribadah dalam keadaan hati saya merasakan kehadiran Allah, membuang dan melupakan kesibukan dunia
dan hiruk-pikuknya.

d. Meluangkan waktu tertentu untuk membaca Al-Quran dengan cara merenungi maksud dan pengajarannya
terutama di waktu Dhuha.

e. Menjadikan doa sebagai perantaraan dengan Allah di dalam setiap urusan hidup karena doa adalah otak bagi
segala ibadah. Untuk itu saya mestilah memilih doa-doa yang ma'thur dari Rasulullah saw., seperti do’a
ketika hendak tidur, ketika bangun tidur, ketika memakai pakaian dan menaggalnya,ketika keluar rumah dan
memasukinya, ketika berjalan ke masjid, dan lain sebagainya.

 Bagaimana Mengislamkan Akhlak

Kemuliaan akhlak adalah tanda utama bagi ajaran Islam sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw.
tentang tujuan pengutusan baginda, yang bermaksud: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak". Selain itu Kemuliaan akhlak juga di artikan sebagai tanda keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari
keimanannya. tidak dikira beriman seseorang yang tidak berakhlak. Berhubung dengan hal inilah Rasulullah saw.
menyatakan: Bukanlah iman itu hanya dengan cita-cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam di dalam hati
dan dibuktikan dengan amalan. (Hadis riwayat Ad-Dailami).

Rasulullah saw. pernah ditanya tentang apa itu agama? Baginda menjawab: Kemuliaan akhlak (Husnul
Khuluq). Apabila ditanya tentang apa itu kejahatan, baginda menjawab: Akhlak yang buruk (Su'ul Khuluq). Akhlak
mulia yang dimiliki oleh seseorang hamba merupakan amalan yang paling berat dalam timbangan di hari kiamat
nanti. Oleh itu siapa yang rusak akhlaknya dan buruk amalannya tidak akan dipercepatkan hisabnya.

Di antara ciri-ciri akhlak yang sewajarnya menghiasi diri seseorang insan supaya dia menjadi seorang muslim
sejati adalah akhlak-akhlak yang berikut:

 Menjauhkan diri dari perkara-perkara syubhat


Seorang muslim sejati haruslah menjauhkan dirinya dari segala perkara yang dilarang oleh Allah dan juga
perkara-perkara yang samar-samar di antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan ajaran dari hadist Rasulullah
saw.

Artinya : “Sesungguhnya yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara keduanya
ada perkara-perkara yang kesamaran, yang tidak diketahuinya oleh kebanyakan manusia. Maka siapapun
yang memelihara (dirinya dari) segala yang kesamaran, sesungguhnya dia memelihara bagi agamanya dan
kehormatannya. Dan siapapun yang jatuh ke dalam kesamaran, jatuhlah ia ke dalam yang haram, seperti
seorang penggembala yang menggembala di sekeliling kawasan larangan, hampir sangat (ternakannya)
makan di dalamnya. Ketahuilah! bahwa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah bahwa larangan
Allah ialah segala yang diharamkannya. Ketahuilah! Bahwa di dalam badan ada seketul daging, apabila ia
baik, baiklah badan seluruhnya dan apabila ia rusak, rusaklah seluruhnya. Ketahuilah! Itulah yang dikatakan
hati”. (H.R. Imam Bukhari dan Muslim).

 Memelihara pandangan

Seseorang muslim sejati itu harus memelihara dirinya dari melihat perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah
karena pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) boleh merangsang syahwat dan merupakan faktor yang
membawanya ke dalam pelanggaran dan maksiat. Berhubung dengan perkara-perkara ini Al-Quran mengingatkan
orang-orang mukmin supaya memelihara diri dari penglihatan yang tidak memberi faedah.

 Memelihara lidah

Kata yang tidak berfaedah, perbuatan-perbuatan yang buruk dan kotor, percakapan-percakapan kosong,
mengumpat keji dan mengadu domba. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: Ketahuilah, seseorang mukallaf itu
sewajarrya menjaga lidahnya dari sebarang percakapan kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila
bercakap dan berdiam diri adalah sama saja hasilnya maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri
karena percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh. Kejadian demikian telah
banyak berlaku tetapi kebaikan darinya adalah jarang.

 Bersifat pemalu

Seseorang muslim sejati haruslah mempunyai sifat pemalu dalam setiap keadaan. Namun demikian sifat
tersebut tidak seharusnya menghalanginya dari memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah
ia tidak masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri, tidak meninggikan suara ketika
bercakap, berasa cukup serta memadai sekadar yang ada serta sifat-sifat seumpamanya.

 Bersifat lemah-lembut

Di antara sifat-sifat yang paling ketara yang wajib tertanam di dalam diri seseorang muslim sejati ialah sifat sabar
dan lemah-lembut karena kerja-kerja untuk Islam akan berhadapan dengan perkara-perkara yang tidak
menyenangkan, malah jalan dakwah memang penuh dengan kepayahan, penyeksaan, penindasan, tuduhan, ejekan
dan persendaan yang memalukan.
 Bersifat benar

Seorang muslim itu mestilah bersifat benar dan tidak berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri
kerana takut kepada Allah dan tidak takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yang paling jahat dan hina
malahan ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seseorang yang memelihara dirinya dari kebiasaan
berdusta berarti dia memiliki pertahanan dan benteng yang dapat menghalang dari was-was syaitan dan lontaran-
lontarannya. Dengan demikian jiwa seseorang akan sentiasa besih, mulia dan terhindar dari tipu-daya syaitan.
Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa dan membawa kehinaan kepada peribadi insan. Lantaran itu Islam
mengharamkan sifat dusta dan menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yang laknat.

 Bersifat tawaduk

Seseorang muslim sejati harusah bersifat tawaduk atau merendah diri khususnya terhadap saudara-saudaranya
yang muslim dengan cara tidak membezakan (dalam memberikan layanan) sama ada yang miskin mahupun yang
kaya. Rasulullah s.a.w sendiri memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat-sifat takbur
(membangga diri).

 Menjauhi sangka buruk dan mengumpat

Menjauhi sangka buruk, mengumpat dan mengintai-intai keburukan orang lain. Oleh itu seseorang itu mestilah
menjauhi sifatsifat ini kerana mematuhi Firman Allah:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak
menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan
janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu
mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang
telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu,
patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah
Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. (Q.S. Al-Hujuraat Ayat: 12).

 Bermurah hati

Seorang Muslim sejati haruslah bersifat pemurah, sanggup berkorban dengan jiwa dan harta bendanya pada
jalan Allah. Di antara cara yang dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dengan cara memintanya
membelanjakan uang ringgit karena berapa banyak dari kalangan mereka yang berkedudukan, bercita-cita tinggi
sertaberpangkat gugur tercicir dari jalan ini, disebabkan oleh sikap rakus terhadap mata benda. Di dalam Al-Quran
sendiri terdapat berpuluh-puluh ayat yang menjelaskan ciri-ciri keimanan yang dikaitkan dengan sifat pemurah.

 Qudwah Hasanah (Suri Teladan Yang Baik)


Selain dari sifat-sifat yang dinyatakan di atas, seorang muslim sejati haruslah menjadikan dirinya contoh ikutan
yang baik kepada orang ramai. Segala tingkah-lakunya adalah menjadi gambaran kepada prinsip-prinsip Islam serta
adab-adabnya seperti dalam hal makan minum, cara berpakaian, pertuturan, dalam suasana aman, dalam perjalanan
malah dalam seluruh tingkah laku dan diamnya.

BAB III: PENUTUP

 Kesimpulan

Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk
menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Sebenarnya penggabungan yang dimaksudkan ialah penggabungan dengan ajaran Islam itu sendiri dengan cara
berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan
dengan penuh kerelaan.
Untuk menjadi muslim yang sejati kita harus mempunyai karakteristik, yaitu mengislamkan aqidah,
mengislamkan ibadah, mengislamkan akhlak, mengislamkan keluarga,mampu mengawal diri, dan yakin bahwa masa
depan di tangan islam.
Berpegang dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku
dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Ibadah di dalam Islam merupakan puncak sifat
kepatuhan dan kerendahan kepada Allah
Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseorang karena ia adalah hasil dari keimanannya. Seseorang
yang tidak berakhlak tidak dikira sebagi seseorang yang beriman. Cara mengislamkan akhlak, yaitu menjauhkan diri
dari perkara-perkara syubhat, memelihara pandangan, memelihara lidah, bersifat pemalu,bersifat lemah-lembut,
bersifat benar, bersifat tawaduk, menjauhi sangka buruk dan mengumpat, bermurah hati

Anda mungkin juga menyukai